6. Perbedaan etika Deskriptif, etika Normatif, dan Metaetika, hakekat etika filosofi
a. Etika Deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat
kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan
atau subkultur tertentu, oleh karena itu, etika deskriptif tidak memberikan pemikiran apapun, ia
hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral. Sedangkan :
b. Etika Normatif mendasarkan pendirinya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang
diterima sesorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia juga bisa mempersoalkan apakah norma
itu benar atau tidak. Etika normative berarti sistem-sistem yang dimaksud untuk memberikan
petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk (Lorens
Bagus, kamus filsafat, 1996:217).
c. Metaetika adalah kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan etis. Bahasa etis atau
bahasa yang digunakan dalam bidang moral dikaji secara logis. Metaetika menganalisis logika
perbuatan dalam kaitan dengan 'baik' dan 'buruk'.
d. Etika filsafat termasuk salah satu cabang ilmu filsafat dan malah dikenal sebagai salah satu
cabang filsafat yang paling tua. Etika filsafat merupakan ilmu, tetapi sebgai filsafat ia tidak
merupakan suatu ilmu empiris, artinya ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam
pembicaraannya tidak pernah meninggalkan fakta. Etika pada hakekatnya mengamati realitas
moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai,
norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis. (Surajiyo:2005)
SUMBER BUKU :
( Mohmmad A. Shomali.Relativisme Etika. Press (ICAS), London: 2001)
(Sudirman Tebba. Etika Media Masa Indonesia. Ciputat Pustala Irvan: 2008)
(Prof. dr. Nina W Syam M.S. Filsafat Sebagai Akar Ilmu. Simbiosa Rekatama Media. Bandung : 2010)
Etika atau ilmu (keseluruhan pengetahuan dan pemahaman tertulis maupun tidak) tentang yang
baik dan jahat; tentang hak dan kewajiban moral. Etika dihasilkan oleh kebudayaan; dan etika
difungsikan atau sangat berguna dalam hubungan antar manusia yang berbudaya.
Etika yang difungsikan di dan dalam interaksi sosial menghasilkan hal-hal yang baik, benar,
sopan, beradab, tata tertib, dan lain-lain; atau semua hal yang sesuai etika.
Hal-hal yang sesuai etika itu disebut etis atau kata-kata dan tindakan-tindakan yang sesuai
dengan azas yang disepakati secara umum.
Etika dan etis hanya dapat terlihat jelas melalui tindakan-tindakan ataupun kata-kata dari orang
yang memilikinya. Jika seseorang tidak mempunyai etika yang baik, maka ia bertindak tidak etis;
dan sebaliknya. Wujud nyata dari etika dan etis disebut etiket.
Etiket, pada satu sisi, berarti simbol-simbol, lambang-lambang, dan tanda-tanda yang kelihatan
serta menunjukkan kekhasan dari suatu benda ataupun produk; biasanya, etiket juga
menunjukkan isi, kualitas, kapasitas, derta kegunaan dan mutu atau faedah dari sesuatu.
Di sisi lain, berarti tata cara (adat, sopan santun, perilaku yang baik, kebiasaan, dan lain-lain)
pada masyarakat (yang berbudaya) untuk membangun dan mempertahankan hubungan baik
dengan sesamanya. Sehingga, jika etiket hanya dihubungakan dengan perilaku manusia, maka
menunjukkan tampilan diri seseorang; tampilan diri yang memperlihatkan kualitas hidup dan
kehidupan beradab, sopan, santun, perilaku yang baik dan benar, menarik; sekaligus ramah dan
menghargai sesamanya.
Karena etika (dan segala sesuatu yang bertalian dengannya) menyangkut interaksi antar manusia,
maka mengalami perkembangan menjadi etika agama-agama (Etika Kristen, Etika Islam; Etika
Budha, dan seterusnya); etika politik; etika profesi; etika pelayanan; etika medis; dan lain
sebagainya. Kesemuanya itu, kemudian menghasilkan atau dibentuk suatu kode etik yang lebih
spesifik sesuai bidang masing-masing profesi. Misalnya, kode etik kedokteran; kodek etik
pengacara; kode etik rohaniawan; dan seterusnya.
13415602551403513330
Lalu, apa gunanya kita (anda dan saya) mengetahui dan memahami semuanya itu!? Banyak
orang tak merasa penting; tapi juga tak sedikit yang sebaliknya.
Hanya manusia anti sosial dan mempunyai kelainan-gangguan jiwa sajalah, yang tak mau tahu
tentang apa itu etika, etik, etiket, etis, dan sejenisnya. Biasanya, mereka tak mau terikat pada
norma-norma (yang baik dan benar) yang berlaku pada/di/dalam masyarakat. Silahkan anda
mencari dan menemukan contoh di/pada konteks hidup dan kehidupan sehari-hari, pasti bertemu
dengan mereka.
Sebaliknya, orang-orang yang normal (jiwa-rohani, walau cacad tubuh), akan memperhatikan
etika, etik, etiket, etis dalam/di/pada sikon hidup dan kehidupannya. Mereka bisa saja tak bisa
menjelaskan maknanya, namun mempunyai cara hidup dan kehidupan yang berteladan, patut
dicontoh. Bahkan, walaupun bukan siapa-siapa (bukan guru besar, buka pemimpin, bukan tokoh
terkenal, dan lain sebagianya), mereka mampu menciptakan hal-hal yang bersifat ethos - pathos
- logos.
Saya yakin sekali bahwa mereka yang membaca tulisan saya ini pernah atau bahkan sering mendengar atau membaca 4
(empat) buah kata yang menjadi judul tulisan ini. Sebagian bahkan mungkin pernah menggunakannya terutama pada saat
berbicara atau menulis tentang topik terkait manajemen sumberdaya manusia, kepemimpinan atau profesionalisme.
Walaupun demikian masih banyak orang yang menggunakan tiga buah kata tersebut secara kurang tepat sehingga masih
ditemukan kerancuan. Oleh karena itu, saya pikir menarik juga untuk mengulas kaitan dan perbedaan antara ketiga kata
tersebut. Pembahasan saya akan dimulai dengan kata etik, lalu etika, kemudian etiket dan akhirnya etos. Saat
ETIK
Kata etik ini bersumber pada kata dalam bahasa Ingeris : ethic yang juga berasal dari bahasa Latin (Yunani kuno)
Ethics or moral philosophy is a branch of philosophy that involves systematizing, defending, and recommending concepts
Etik (ethic) adalah kata benda (nounce), sedangkan etis (ethical) adalah kata sifat (ajective). Istilah etik lebih terkait
dengan moral, benar atau salah dan juga hukum. Definisi etik yang paling umum adalah prinsip-prinsip yang dipegang
teguh (rules of conducts) dalam bekerja, melaksanakan tugas dan kewajiban. Oleh karena itu, semua profesi yang
terkait dengan pelayanan masyarakat dan dengan kepentingan umum sudah memiliki apa yang disebut kode etik
profesi. Kode etik profesi mengatur tentang apa yang wajib atau harus dan yang dilarang dilakukan oleh mereka yang
Sebagai contoh, seorang yang berprofesi dokter wajib mendahulukan pertolongan untuk pasien yang terancam kehilangan
nyawa karena misalnya mengalami luka parah daripada urusan pribadinya sendiri atau urusan pembayaran untuk jasanya.
Pelanggaran terhadap kode etik profesi umumnya sangat keras. Bisa berupa pencabutan ijin menjalankan profesinya
sampai hukuman penjara bila pelanggaran tersebut berupa tindak pidana, misalnya menerima suap.
Baca juga: Koneksi Dan Kedekatan
ETIKA
Kata etika sebenarnya juga mendekati etik tetapi aturan dan konsekwensi tidak sekeras etik. Etika lebih
menjelaskan tentang pantas dan tidaknya suatu tindakan atau sikap. Hukuman untuk pelanggarannya pun tidak seberat
pelanggaran terhadap etik. Mungkin hanya bersifat cemoohan terbuka atau diam diam.
Sebagai penggemar musik, saya sering memutar kembali beberapa video musik yang menampilkan beberapa penyanyi top
dunia. Saat Celline Dione, yang anda semua pasti tahu, akan menyanyikan sebuah lagu terkenal milik Whitney Houston
yang berjudul The Greatest Love of All ia berujar dulu sebagai berikut:
Whitney, aku akan mencoba menyanyikan sebuah lagu anda. Aku sadar bahwa aku tidak akan mampu menyanyikannya
sebagus anda, tapi aku sangat suka lagumu itu. Terima kasih untuk pengertianmu.
Itu adalah sebuah contoh perilaku mentaati etika yang sangat terpuji. Demikian pula saat menyaksikan Kenny Rogers
menyanyi bersama Lionel Ritchie, dan Alm. B.B. King menyanyi bersama para penyanyi top senior lainnya. Mereka
selalu melakukan hal yang sama. Selalu menarik bagi saya saat menyaksikan bagaimana orang orang profesional bersikap
dan berperilaku saat harus muncul bersamaan atau bergantian dalam satu panggung.
Orang orang yang benar-benar professional itu akan selalu saling menghormati dan menghargai. Untuk bisa melakukan
hal itu diperlukan jiwa yang besar. Hal itu pun dilakukan oleh para pembicara professional kelas dunia. Mereka seringkali
melontarkan kata kata pujian untuk pembicara yang lain. Apalagi bila bidang keilmuan mereka berbeda. Hal itu saya
sering saksikan saat menghadiri seminar atau konferensi di beberapa negara lain.
ETIKET
Selain etik dan etika ada sebuah kata lain yang berdekatan yaitu etiket. Tetapi sumber dari kata etiket adalah kata
etiquette dalam bahasa Perancis. Saya yakin kita semua sudah tahu bahwa kata etiket lebih banyak mencakup tentang
aturan dan prosedur dalam bertingkah laku dalam berinteraksi dengan orang lain. Bentuk interaksi tersebut bisa bercakap
cakap santai, makan bersama, mengikuti berbagai acara dan upacara dan sebagainya. Kata yang lebih biasa digunakan
dalam bahasa Indonesia adalah tata krama dan sopan santun. Etiket sangat erat kaitannya dengan budaya dan
kebiasaan bangsa dan atau suku. Oleh karena itu, mereka yang dalam profesi atau pekerjaannya akan sering beronteraksi
dengan orang orang yang berasal dari suku atau bangsa yang berbeda harus punya pengetahuan yang cukup tentang
ETOS
Jansen Sinamo, yang menyebut dirinya sebagai guru ethos kerja menjelaskan dalam salah satu tulisannya bahwa etos
kerja direfleksikan dalam berbagai pernyataan misalnya bahwa: Kerja adalah; Rahmat, Amanah, Panggilan, Aktualisasi,
Dalam konteks itu, etos diartikan sebagai alasan atau motif yang mendasar bagi sebuah sikap dan perilaku.
Jadi bila sebuah bangsa sangat bersemangat tinggi untuk membangun perekonomiannya dan bersaing dengan
bangsa lain pasti karena punya etos yang tinggi untuk membangun. Demikian pula bila ada olahragawan yang begitu
bersemangat untuk terus menjuarai pertandingan dan bila sekelompok atau seseorang sangat bersemangat untuk
Tetapi dari hasil penggalian yang saya lakukan, kata etos diambil dari kata dalam bahasa Ingeris; ethos yang telah
Ethos (/is/ is a Greek word meaning character that is used to describe the guiding beliefs or ideals that characterize
a community, nation, or ideology. The Greeks also used this word to refer to the power of music to influence emotions,
Terjemahannya kira kira sebagai berikut: Etos adalah kata dalam bahasa Yunani yang berarti karakter (ciri) yang
digunakan untuk menggambarkan keyakinan keyakinan yang menjadi ciri ciri spesifik sebuah komunitas (suku), bangsa
atau ideologi. Orang Yunani juga menggunakan kata itu untuk menggambarkan kekuatan musik untuk mempengaruhi
Setelah membaca penjelasan tersebut terus terang saya jadi tidak yakin bila kata etos yang digunakan oleh Pak Jansen
Sinamo berasal dari kata ethos yang bahasa Yunani kuno itu. Tetapi saya juga tidak punya alasan untuk mempertanyakan
asal muasal penggunaan kata Etos yang beliau gunakan karena konteks-nya juga positif.