Anda di halaman 1dari 4

ESSAY

Bentuk pelanggaran paling keras terhadap etika kontrak dan regulasi adalah
kecurangan. Kecurangan akan selalu dikaitkan dengan pelanggaran hukum yang dimana
didalamnya terdapat unsur niat jahat kesengajaan dan penipuan. Praktik yang hampir mirip
atau mendekati kecurangan adalah moral Hazard. Salah satu tujuan dari penyusunan kode
etik kontrak dan regulasi adalah untuk menghindari terjadinya moral Hazard oleh pihak yang
terlibat dan mengidentifikasikan secara jelas dan tegas tindakan kecurangan. Association of
certified fraud examiners (ACFE) menggolongkan kecurangan ke dalam 3 jenis yaitu
(1)kecurangan pelaporan (2)pencurian aset dan (3) korupsi. Kecurangan pelaporan dibagi lagi
menjadi 2 yaitu (1) kecurangan pelaporan keuangan dan (2) kecurangan non keuangan. Moral
Hazard seperti juga telah dikemukakan sebelumnya adalah tindakan dan perbuatan seseorang
atau organisasi demi keuntungan diri sendiri dan dapat berakibat merugikan orang lain dalam
kaitannya dengan pelaksanaan dan penerapan suatu kontrak atau regulasi. Penyebab utama
dari moral Hazard adalah adanya informasi yang disembunyikan oleh pihak yang
melakukannya dalam teori keagenan disebut agent. Moral Hazard dapat mengakibatkan pihak
lain yang dirugikan atau dalam teori keagenan disebut principle mengalami salah pilih. Etika
dalam bentuk norma prinsip moral atau nilai merupakan bentuk awal dari tatanan hubungan
sosial antar manusia mereka menciptakan etika untuk mengatur hubungan antar kelompok
dan antar organisasi di antara anggota kelompok atau organisasi dan antar anggota kelompok
atau organisasi yang bersangkutan. Ada 2 sifat dasar manusia yang menjadi pemicu utama
pelanggaran etika. Kedua sifat itu adalah (1) keserakahan dan (2) ketakutan. Sementara itu
juga ada kondisi yang menyebabkan terjadinya pelanggaran etika yaitu (1)kesempatan dan
(2)konsekuensi. International standard of auditing nomor 240 menyebutkan bahwa ada 3
faktor risiko akibat kecurangan pelaporan keuangan yang disebut dengan segitiga kecurangan
yaitu (1) insentif atau tekanan sikap (2)rasionalisasi dan kesempatan (3) faktor risiko. Ini
pada dasarnya merupakan pemicu terjadinya pelanggaran etika kontrak atau regulasi yang
pada akhirnya menjelma menjadi tindakan kecurangan dan moral Hazard. Tekanan dapat
diidentifikasikan dengan ketakutan yakni ketakutan yang tidak dapat memperoleh apa yang
diinginkan atau gagal dalam mencapai tujuan merupakan tekanan untuk melanggar etika
kontrak dan regulasi. Kesempatan merupakan kondisi dari luar individu dan organisasi yang
mendorong terjadinya pelanggaran etika kontrak dan regulasi. Kesempatan dapat terjadi
karena ketidakjelasan etika kontrak dan regulasi yang mengakibatkan timbulnya multitafsir
yang bersifat subjektif. Adanya faktor rasionalisasi atau pembenaran merupakan pemicu bagi
seseorang atau organisasi untuk berlaku curang atau melakukan perbuatan yang bersifat
moral Hazard. Rasionalisasi akan didukung oleh sistem jika konsekuensi dari tindakan curang
masih tergolong ringan. Konsekuensi juga dapat diartikan sebagai kemungkinan
tertangkapnya tindakan curang tersebut yang ditentukan oleh law enforcement dan budaya
masyarakat. Jika law enforcement lemah kemungkinan tertangkapnya juga kecil demikian
juga jika budaya masyarakat menganggap bahwa kecurangan merupakan suatu hal yang biasa
tindakan kecurangan tidak akan dapat diketemukan. Kecurangan pegawai juga sering disebut
dengan kecurangan jabatan karena kecurangan tersebut dilakukan dalam kapasitasnya
Sebagai pemegang jabatan di perusahaan. ACFE mengelompokkan pencurian aset ke dalam 9
skema yakni (1) pemalsuan cek (2) penggajian fiktif (3)penggantian biaya(4) penagihan
(5)penyaringan(6) pencurian uang tunai (7)penggelapan uang (8)pemalsuan register (9)
pengeluaran kas dan nontunai.Tanda bahaya perilaku curang biasanya menunjukkan perilaku
atau mengalami kondisi tertentu sebelum diketahui telah melakukan kecurangan titik perilaku
atau kondisi tersebut dapat digunakan sebagai indikator kemungkinan kecurangan yang
mereka lakukan. Akhir-akhir ini marak permasalahan yang berkaitan dengan investasi skema
ponzi atau di Indonesia sering disebut dengan investasi bodong. Produk keuangan ini telah
mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat. Investasi skema ponzi pada dasarnya adalah
salah satu bentuk kecurangan yang berkaitan dengan produk.
Investasi skema ponzi pada umumnya ditandai oleh hal-hal berikut (1) menarik dana
dari masyarakat dan memisahkan uang tersebut dari kendali pemiliknya atau investor (2)
dana dan menginvestasikan nya dikelola oleh pihak sponsor tanpa melibatkan investor (3)
menjanjikan imbalan yang tinggi di atas tingkat bunga normal dengan Resiko yang kecil (4)
informasi tentang skema investasi terlihat masuk akal dan dapat diterima oleh investor (5)
pihak sponsor termasuk orang-orang kredibilitasnya dikenal di masyarakat (6) untuk
membangun kredibilitas pada awalnya pembayaran imbalan berjalan lancar (7) menggunakan
konsep piramida yaitu seorang investor diharuskan mencarikan investor lain. Untuk
menghindari penipuan yang berkedok skema ponzi hal-hal berikut perlu diperhatikan pada
waktu ditawari suatu produk investasi (1) apakah penjual mempunyai izin untuk menjual
produk dimaksud (2) Apakah produk investasi tercatat di BEI otoritas (3) Apakah informasi
tentang imbalan dan risiko memadai dan masuk akal (4) Apakah produk investasi dapat
dimengerti atau pernah terbukti sebagai produk yang kredibel. Istilah ponzi juga digunakan
dalam menganalisis suatu pembiayaan perusahaan bentuk pembiayaan perusahaan dibagi
menjadi 3 keadaan yaitu hedge, spekulatif, dan ponzi. Korupsi adalah (1)tindakan yang satu
dilakukan secara rahasia (2) berupa pemberian barang atau jasa oleh pihak ketiga (3) dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan tertentu (4) dapat memanfaatkan kepada pelaku
Korupsi atau pihak ketiga atau keduanya (5) pelaku korupsi mempunyai kekuasaan. Undang-
undang Nomor 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi mengelompokkan tindakan yang
dianggap sebagai korupsi sebagai berikut (1) berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan kewajibannya (2) mempengaruhi putusan perkara (3) berbuat curang (4)
penggelapan uang (5) pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar khusus untuk pemeriksaan
administrasi (6) penghancuran dan perusakan dokumen (7) menerima hadiah atau janji.
Seperti halnya dengan hubungan keagenan lainnya korupsi terjadi karena agen lebih
menekankan pada kepentingan pribadi atau kelompok dibandingkan dengan kepentingan
publik atau kepentingan prinsipalnya yaitu rakyat Indonesia. Hal ini diperkuat dengan
lemahnya sistem yang mengawasi hubungan tersebut. Penegakan hukum dilakukan oleh
kepolisian Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi dan sistem peradilan dilakukan
oleh para hakim dengan Mahkamah Agung sebagai institusi pelindungnya. Tata kelola
pemerintahan yang baik merupakan salah satu solusi untuk mencegah terjadinya korupsi.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan (1) memilih agen yang lebih
baik (2) memperbaiki insentif (3) memperbaiki keterbukaan informasi (4) membuka
persaingan (5) mengurangi kewenangan diskresi (6) memperberat biaya sosial ekonomi dan
hukum (7) meningkatkan penegakan hukum (8) memperbaiki sistem peradilan yang
berkeadilan (9) meningkatkan dan memperbaiki Whistle Blowing System. Untuk mencegah
tindak pidana korupsi sanksi yang dikenakan harus sangat berat sehingga menimbulkan efek
Jera biaya yang harus ditanggung seharusnya sangat besar hingga melebihi manfaat yang
diperoleh.
Moral Hazard merupakan bentuk lain dari pelanggaran etika kontrak regulasi selain
kecurangan titik tindakan curang merupakan tindakan melawan hukum titik moral Hazard
tidak harus melanggar ketentuan hukum titik seperti yang telah dikemukakan moral Hazard
pada dasarnya merupakan upaya untuk menyiasati kontrak atau regulasi atau etika untuk
kepentingan diri sendiri yang dapat merugikan pihak lain. Moral Hazard adalah tindakan
yang cenderung berani mengambil resiko karena biaya atas resiko tersebut telah dipindahkan
kepada pihak lain. Moral Hazard sering lebih mementingkan aspek format dari pada
substansinya. Suatu tindakan merupakan moral Hazard atau bukan tergantung pada niat yang
berasal dari hati nurani merupakan salah satu dari masalah yang ditimbulkan oleh hubungan
antara prinsip dan agen dalam teori keagenan. Dengan menggunakan proposisi teori keagenan
seperti yang pernah dibahas sebelumnya besarnya peluang ini tergantung pada berbagai
faktor berikut (1) besarnya asimetri informasi antara agen dan principle (2) jelas tegas dan
komprehensif nya kontrak yang dibuat antara agen dan prinsipal (3) cocok tidaknya jenis
kontrak yang dibuat antara agen dan prinsipal (4) tingkat keagenan menanggung resiko dari
agen dan principle (5) besarnya perbedaan kepentingan antara agen dan principal (6) terukur
tidaknya hasil pekerjaan agent (7) tersedia tidaknya sistem monitoring oleh principle (8)
jangka waktu hubungan keagenan. Solusi untuk mengatasi masalah moral Hazard adalah
dengan pengaturan kontrak sedemikian rupa sehingga terdapat sistem insentif dan monitoring
agar masing-masing pihak dapat saling mengawasi dan memaksa secara sempurna
pelaksanaan pertukaran kepentingan di antara mereka. Moral Hazard pada akhirnya harus
dipecahkan melalui kontrak yang jelas antara pihak-pihak yang terlibat termasuk solusi lain
yaitu penerapan sistem monitoring. Sistem ini dapat digunakan untuk mengawasi performa
pihak yang bermaksud melakukan moral Hazard. Misalnya jika sistem insentif tidak
diperlakukan monitoring dalam kontrak kerja dapat dijalankan dengan menerapkan sistem
absensi. Adanya moral Hazard dapat mengakibatkan perusahaan berpendapat bahwa
memperkerjakan karyawan yang bersangkutan adalah tidak menguntungkan titik pihak
perusahaan tidak dapat memaksakan secara sempurna agar karyawan bekerja dengan keras
karena klausula tentang hal itu tidak didefinisikan dengan jelas. Untuk mencegah terjadinya
moral Hazard struktur kontrak perlu dirancang sedemikian rupa sehingga masing-masing
pihak akan bertindak sesuai dengan keinginan pihak yang lain. Batasan prinsipal adalah
kondisi minimal agar para pihak sepakat untuk mengadakan kontrak. Moral Hazard yang
didasarkan atas analisis ekonomi mikro pada mulanya diterapkan dalam bisnis asuransi dan
pengaturan skema penggajian melalui kontrak yang mereka buat. Upaya ini sukses dalam
memproteksi kepentingan perusahaan titik namun moral Hazard sebagai model analisis dalam
ekonomi makro juga semakin banyak diterapkan. Perjanjian kontrak dapat dibedakan menjadi
kontrak konsumen dan kontrak komersial. Kontrak konsumen adalah kontrak yang dilakukan
antara konsumen dan produsen. Bentuk pada umumnya baku dan syarat dan ketentuan yang
diatur pihak otoritas melalui undang-undang Perlindungan Konsumen. Kontrak konsumen
biasanya dibuat sepihak oleh produsen. Kontrak komersial dilakukan oleh para pihak yang
pada umumnya mempunyai kedudukan seimbang Dalam tawar-menawar. Syarat dan
ketentuan dalam kontrak merupakan hasil negosiasi dari kedua belah pihak yang berorientasi
pada motif laba. Selain itu pertukaran hak dan kewajiban tidak terlihat dari konteks
keseimbangan matematis tetapi pada proses dan hasil pertukaran yang Fair. Hernoko
mengajukan kriteria yang dapat dijadikan pedoman untuk menentukan adanya asas
proporsionalitas dalam kontrak. Berikut kriteria-kriteria yang dimaksud (1) kesetaraan an
kedudukan dan hak (2) kebebasan menentukan substansi keadilan (3) proporsionalitas
distribusi hak dan kewajiban (4) proporsionalitas dalam penyelesaian sengketa. Hubungan
kontraktual di antara pihak-pihak tersebut dapat dicerminkan melalui tata kelola dan seluruh
sistem yang diberlakukan oleh manajemen termasuk sistem Pengendalian internal perusahaan
titik tata kelola dan sistem Pengendalian internal mengatur Bagaimana posisi posisi tersebut
diperoleh Apa yang harus dilakukan dan bagaimana menjalankan posisi-posisi tersebut.
Moral Hazard dapat terjadi dalam tata kelola dan sistem manajemen perusahaan berikut ini
faktor yang menimbulkan terjadinya moral Hazard (1) posisi yang aman (2) korupsi kolusi
dan nepotisme (3) pertanggungjawaban yang tidak jelas (4) tidak ada ukuran kinerja yang
jelas (5) orientasi pada tujuan jangka pendek (6) pengalihan tanggung jawab. moral Hazard
dapat terjadi di setiap tahapan bisnis baik dari kegiatan primer yaitu produksi penjualan
pemasaran dan kegiatan sekunder. Pada produksi dapat terjadi pada tataran input proses dan
output. Penggunaan input yang tidak memadai merupakan keputusan manajemen perusahaan
titik dampaknya adalah pada produk yang dihasilkan. Jadi hubungan moral Hazard dengan
konsumen yaitu apabila penjualan produk menggunakan kriteria standar sedangkan inputnya
dibawah standar teknis. Moral Hazard yang terjadi dengan pemasok input dapat terjadi
apabila pembayaran kepadanya diperlambat sebagai bagian dari strategi keuangan
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai