Anda di halaman 1dari 2

Etika

Etika adalah disiplin yang berkenan dengan apa yang baik dan buruk, yang benar dan salah,
atau dengan kewajiban dan tanggung jawab moral. Dalam dunia bisnis etika memiliki peranan
yang sangat penting ketika keuntungan bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan organisasi.
Bisnis juga akan menjadi lebih sukses jika mempunyai perhatian pada etika, karena hal ini akan
meningkatkan reputasi organisasi dan meningkatkan motivasi karyawan serta dapat
mengurangi berbagai kerugian akibat perilaku yang kurang etis yang dilakukan oleh karyawan.

Model Etika

Orang atau organisasi dianggap etis jika hubungan-hubungantersebut kuat dan positif. Unsur
pertama dalam model tersebut adalah sumber-sumber panduan etis. Seseorang bisa
menggunakan sejumlah sumber untuk menentukan apa yang benar atau salah, baik atau buruk,
bermoral atau tidak bermoral. Sumber-sumber tersebut mencakup Injil dan kitab-kitab suci
lainnya. Hal tersebut juga mencakup suara yang kecil dan tenang yang banyak disebut orang
sebagai kata hati. Jutaan orang percaya bahwa kata hati merupakan anugerah dari Tuhan atau
suara Tuhan. Hukum juga menawarkan panduan untuk perilaku etis dengan melarang
perbuatan-perbuatan yang secara khusus bisa merugikan orang lain. Jika perilaku tertentu
dianggap illegal, sebagian besar orang akan menganggapnya tidak etis juga. Singkatnya, para
individu harus mempedulikan apa yang benar dan apa yang salah dan tidak hanya peduli
dengan apa yang menguntungkan saja. Kekuatan hubungan antara apa yang individu atau
organisasi yakini sebagai bermoral dan benar dengan apa yang sumber-sumber panduan yang
ada nyatakan sebagai benar secara moral.

Melegislasi Etika

Telah ada tiga usaha untuk melegislasi etika bisnis sejak akhir 1980-an. Yang pertama,
Procurement Integrity Act tahun 1988, melarang pengumuman informasi seleksi pemasok dan
penawaran atau proposal kontraktor. Juga, mantan karyawan yang bekerja pada posisi tertentu
dalam suatu transaksi atau kontrak pembelian melebihi $10 juta dilarang menerima kompensasi
sebagai karyawan atau konsultan dari kontraktor tersebut selama satu tahun. Upaya kedua
muncul dengan pengesahan Federal Sentencing Guidelines for Organizations Act tahun 1992
yang menggagas program pelatihan etika yang efektif. Undang-undang tersebut menjanjikan
hukuman yang lebih ringan bagi perusahaan pelanggar yang memiliki program-program etika
yang sudah siap. Dalam undang-undang tersebut terdapat sejumlah rekomendasi berkenaan
dengan berbagai standar, pelatihan etika dan sistem untuk melaporkan pelanggaran secara
anonim. Para eksekutif diharapkan bertanggung jawab atas pelanggaran dari orang-orang
ditingkat bawah organisasi. Jika para eksekutif proaktif dalam upaya mereka mencegah
kejahatan kerah-putih, hal tersebut akan mengurangi tuntutan terhadap mereka dan mengurangi
tanggung jawab hukum.

Upaya ketiga dalam melegislasi etika bisnis yaitu Corporate and Auditing Accountability,
Responsibility and Transparency Act menganggap sebagai kejahatan banyak tindakan
perusahaan yang sebelumnya diturunkan tingkat kepentingannya pada berbagai struktur
peraturan. Undang-undang tersebut berisi perlindungan terhadap pelapor kejahatan (whistle-
blower) bagi karyawan yang menjatuhkan sanksi perdata dan pidana yang berat kepada
perusahaan-perusahaan dan personil manajerial atas tindakan buruk perusahaan yang dicurigai.

Kode Etik

Kode etik adalah pernyataan nilai-nilai yang diadopsi oleh perusahaan, para karyawannya dan
para direkturnya, dan menetapkan sikap resmi manajemen puncak berkenaan dengan perilaku
yang diharapkan. Banyak asosiasi industri telah mengadopsi kode-kode tersebut, yang
kemudian direkomendasikan kepada para anggotanya. Beberapa konsultan berspesialisasi
dalam membantu perusahaan-perusahaan memasukkan prinsip-prinsip etis dalam budaya
perusahaan mereka. Ada banyak macam kode etik. Contoh yang sangat bagus dari kode etik
adalah yang dikembangkan oleh Society for Human Resource Management (SHRM).
Ketentuan-ketentuan utama dalam SHRM mencakup tanggung jawab profesional,
pengembangan profesional, kepemimpinan etis, keadilan dan kebenaran, konflik kepentingan
dan pengguna informasi. Topik-topik yang tercakup dalam sebuah kode etik yaitu berupa
perilaku bisnis, persaingan sehat, serta tempat kerja dan isu-isu SDM.

Untuk menjaga kode etik sebagai penerang bagi para karyawan, perusahaan-perusahaan besar
menunjuk seorang pejabat etika. Individu ini haruslah orang yang memahami lingkungan kerja.
Untuk mendapatkan keterlibatan orang-orang lain dalam organisasi, sebuah komite etika
biasanya dibentuk. Biasanya dimasukkan perawakilan-perwakilan dari departemen legal,
sumber daya manusia, kepatuhan perusahaan, komunikasi perusahaan, humas dan pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai