TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu produk yang dikeluarkan pasar modal adalah obligasi. Obligasi dapat
(bond) merupakan surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindah tangankan
yang berisi dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan yang berupa bunga
pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan
Beberapa pengertian obligasi menurut para ahli, antara lain sebagai berikut.
Menurut (Keown, 2011) obligasi merupakan suatu jenis utang atau surat kesanggapun
pembayaran dalam jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam dan berjanji untuk
membayar kepada pemegangnya dengan jumlah bunga yang tetap setiap tahunnya.
Pendapat yang dikemukakan oleh (Syahyunan, 2015) obligasi merupakan surat berharga
pinjaman dana dari pembeli obligasi (bond holder) dan memiliki kewajiban membayar
kupon (bunga) secara berkala atas obligasi tersebut serta kewajiban melunasi hutang
pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
income yang cukup menarik bagi calon investor yang ingin mendapatkan keuntungan
tingkat suku bunga cukup kompetitif dibandingkan dengan deposito. Jenis suku bunga
yang diberikan obligasi bisa berbentuk suku bunga tetap (fixed rate) dan suku bunga
mengambang ( floating rate). Periode jatuh tempo biasanya sekitar 5 tahun. Pembayaran
suku bunga kepada pemegang saham obligasi bisa dilakukan dengan periode triwulan
atau semesteran.
yang cukup menarik bagi kalangan investor dipasar modal ataupun bagi perusahaan
mengatakan obligasi merupakan surat berharga atau sertifikat yang berisikan kontrak
antara pemberi pinjaman dan yang diberi pinjaman dimana surat obligasi merupakan
selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas memberikan pinjaman kepada
Menurut (Darmadji, 2006) merupakan surat tanda utang kepada kreditor berupa
perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat obligasi yang didalamnya
tercantum bunga yang harus dibayarkan termasuk ketentuan pengembalian pokok dan
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa surat utang obligasi merupakan suatu instrumen keuangan dimana terdapat
dana yang telah dipinjamkan dengan jumlah yang tetap dan melunasi kewajiban
melalui pembayaran kupon yang umumnya lebih besar dari tingkat suku bunga bank.
obligasi memiliki hak yang lebih tinggi atas kekayaan perusahaan dibandingkan
a. Corporate Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang
terbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ataupun badan usaha swasta.
suatu negara. Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN) dan
lainnya.
c. Municipal Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk
utility).
secara berkala namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh
tempo.
b. Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang dapat dituangkan secara
c. Fixed Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
secara berkala.
d. Floating Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang ditentukan
average time deposit (rata-rata tertimbang) yaitu tingkat suku bunga deposit
penerbitnya.
issuer) untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sebelum masa
d. Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
tertentu dari penerbitnya atau jaminan dalam bentuk lainnya dari pihak
ketiga.
b. Retail Bonds yaitu obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal
perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini terdapat dua macam obligasi
syariah, yaitu:
emiten.
sehingga kupon bersifat tetap dan bisa diketahui atau diperhitungkan sejak
Dalam rangka melakukan investasi obligasi, ada acuan yang akan membantu para
menerbitkan obligasi. Acuan ini digambarkan dalam bentuk peringkat obligasi atau bisa
dikenal dengan istilah peringkat obligasi (bond rating). Maka dari itu, jika seorang
Peringkat Obligasi (bond rating) merupakan skala risiko dari semua obligasi
bagi investor. Tingkat aman dalam berinvestasi dapat ditunjukkan dari kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Untuk itu,
1. Rasio keuangan suatu perusahaan yang baik. Jika semakin baik rasio keuangan suatu
2. Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin dengan hipotek maka obligasi tersebut
memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah utang yang diobligasikan,dan
obligasi tersebut akan diberi peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak
disubornasikan.
4. Ketentuan jaminan. Jika utang suatu perusahaan lemah dijamin oleh perusahaan
yang kuat (biasanya kondisi lemah ini terjadi pada induk perusahaan), maka
obligasinya akan diberikan peringkat yang sama oleh perusahaan yang kuat.
6. Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang
berisiko dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang
9. Anti trust yang berkaitan dengan gugatan yang ditujukan pada perusahaan.
14. Masalah ketenagakerjaan yang berpotensi muncul dimasa yang akan datang yang
memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini
bertujuan agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko
2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia, terdapat
pemeringkat tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1993 serta telah
melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 500 perusahaan dan pemerintah daerah.
atas inisiatif BAPEPAM dan Bank Indonesia serta merupakan suatu lembaga penunjang
pasar modal di Indonesia. Sejak tahun 1996, PEFINDO telah melakukan kerja sama
dengan salah satu perusahaan pemeringkat global yaitu Standard Poor’s (S&P).
memiliki default data dan default study yang dapat digunakan perusahaan termasuk
Bank Indonesia.
Table 2.1
Defenisi Peringkat Obligasi (Bond Rating) PT PEFINDO
Peringkat Arti
Sekuritas utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan
oleh PEFINDO. Kapasitas obligor superior relatif dibanding obligor Indonesia lainnya
IdAAA
dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan
perjanjian.
Sekuritas utang dengan peringkat idAA hanya memiliki perbedaan yang tipis dengan
kualitas kreditnya yang sedikit berada dibawah peringkat tertinggi karena memiliki
IdAA kapasitas obligor yang relatif sangat kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan
jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan obligor
Indonesia lainnya.
Sekuritas utang dengan peringkat idA menunjukkan kapasitas obligor yang kuat dalam
memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian
IdA
dibanding obligor Indonesia lainnya. Namun, sekuritas utang lebih rentan terhadap
perubahan situasi dan ekonomi yang merugikan.
Sekuritas utang dengan peringkat idBBB menunjukkan kapasitas obligor yang
memadai dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai
IdBBB dengan perjanjian dengan obligor Indonesia lainnya. Namun, perubahan kondisi
ekonomi dapat memperlemah kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban
keuangannya.
Sekuritas utang dengan peringkat idBB menunjukkan kapasitas obligor yang agak
lemah dibanding dengan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban
keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian. Obligor dihadapkan
IdBB
pada situasi dan kondisi keuangan, perekonomian serta bisnis yang tidak menentu
yang dapat mempengaruhi kapasitas obligor dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya.
Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang lemah
IdB dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor
Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi
Informasi tersebut akan direspon oleh investor dengan cara mengalokasikan dananya
mengalami penurunan. Jika terjadi penurunan peringkat obligasi maka investor tidak
akan tertarik menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut atau bahkan akan
kewajibannya dapat disebabkan oleh bencana alam atau kecelakaan industry (industrial
restrukturisasi perusahaan. Risiko ini disebut dengan risiko peristiwa (event risk) dan
2015).
Sebagai salah satu produk pasar modal yang dijadikan sarana investasi, obligasi
memiliki resiko yang patut untuk diperhatikan oleh para investor. Apabila terjadi
kenaikan pada suku bunga, maka harga obligasi akan turun sehingga dapat
menyebabkan pembeli obligasi akan mengalami kerugian, tetapi sebaliknya jika terjadi
penurunan suku bunga, maka harga obligasi akan naik sehingga dapat menyebabkan
penjual akan merugi. Menurut Syahyunan (2015) terdapat beberapa jenis resiko yang
merupakan obligasi tanpa risiko gagal bayar karena pembayarannya dijamin oleh
Risiko tingkat bunga (interest rate risk) merupakan resiko yang disebabkan oleh
adanya perubahan tingkat bunga (interest rate). Bila tingkat bunga pasar naik, maka
3. Risiko Inflasi
Risiko inflasi (inflation rate risk) merupakan risiko yang ditimbulkan karena adanya
perubahan tingkat bunga (interest rate).Faktor ini biasanya sulit untuk diprediksi.
Inflasi memiliki hubungan langsung dengan harga obligasi, karena apabila inflasi di
suatu negara tinggi, maka suku bunga akan naik yang menyebabkan harga obligasi
4. Risk of Call
Risk of Call atau sering juga disebut sebagai risiko ditarik kembali merupakan risiko
yang melekat pada pemegang obligasi (bond holder), yaitu risiko yang terjadi akibat
ditariknya obligasi sebelum tanggal jatuh temponya. Risiko ini juga dapat diartikan
bahwa penerbit obligasi (bond issuer) memiliki kewenangan untuk membeli balik
(repurchase) obligasinya pada harga tertentu dan waktu tertentu sebelum masa jatuh
tempo.
5. Risiko Likuidasi
Risiko likuidasi (liquidity risk) merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh
likuiditasnya yang rendah. Risiko ini timbul dari kemungkinan tidak likuidnya
sebuah obligasi atau tidak mudahnya menjual sebuah obligasi di pasar sekunder.
Risiko politik dan peraturan (political and regulatory risk) merupakan risiko
investasi atau perubahan peraturan ataupun suasana politik pada suatu negara.
Perubahan peraturan yang dimaksud dapat berupa berubahnya tingkat pajak ataupun
lingkungan hukum.
7. Risiko Usaha
Risiko usaha (business risk) merupakan risiko yang berkaitan dengan kinerja
perusahaan, nilai atau harga pasarnya banyak ditentukan oleh kinerja perusahaan
8. Risiko Maturitas
Risiko maturitas ini adalah risiko yang berkaitan dengan masa jatuh tempo obligasi.
Secara umum, semakin lama jangka waktu sebuah obligasi, semakin besar pula
9. Risiko Pasar
Risiko pasar (market risk) merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kondisi pasar
secara keseluruhan. Risiko pasar merupakan risiko agregat yang terjadi di pasar dan
akan membawa dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap para investor
Reinvestment risk yaitu risiko dimana hasil yang diterima di masa depan harus
diinvestasikan kembali dalam suku bunga yang lebih rendah. Kupon yang diterima
coupon rate. Obligasi yang tidak memiliki reinvestment risk adalah zero coupun
bond.
Risiko nilai tukar mata uang (exchange rate risk) merupakan risiko yang ditimbulkan
oleh adanya perubahan nilai tukar mata uang suatu Negara. Adanya potensi investasi
antar negara memungkinkan munculnya risiko akibat dari perubahan nilai tukar mata
uang.
2.1.5 Profitabilitas
menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang dimiliki
(Gumanti, 2011). Rasio profitability dapat diukur dengan return on asset yang
yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total
aktiva nya. Apabila laba perusahaan tinggi maka akan memberikan peringkat obligasi
keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar. Menurut
Brotman (Adams, 2000) semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan
assets and how efficiently the firm manages its operatin. Dalam hal ini, rasio
profitabilitas yang sering digunakan yaitu: Profit Margin, Return On Asset, dan Return
Net Income
Profit Margin = The ratio is measure of profit for dollar in sales.
Sales
Net Income
Return On Assets = The ratio is measure of profit per dollar of assets.
Total Assets
Net Income
Return On Equity = The ratio is measure of how the stockholders fared during
Total Equity
the year.
2.1.6 Leverage
lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan
ekuitas”.
Leverage Ratio yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah Debt to Equity
Ratio. Menurut Syahyunan (2015), ”Debt to Equity Ratio adalah perbandingan hutang
dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi maka menunjukkan juga bahwa
semakin tinggi risiko gagal bayar utang (default risk) yang akan dihadapi perusahaan.
aset atau modal perusahaan menjadi berat atau sulit. Semakin tinggi rasio leverage,
semakin tinggi risiko yang di hadapi perusahaan (Gumanti, 2011). Menurut Ross
(2004) long-term solvency ratios are intended to address the firms long-run ability to
meet its obligations, or more generally its financial leverage. Rasio leverage yang
umum dipakai antara lain adalah Debt Ratio, Debt Equity Ratio, dan Time Interest
Total Liabilities
Debt Ratio = The ratio take into account all debt of all
Total Asset
maturities to all creditors.
Total Liabilities
Debt Equity Ratio = The ratio take into account all debt of equity all
Total Equity
maturities to all creditors.
EBIT
Time Interest Earned = The ratio measures how well a company has its
Interest
interest obligations convered.
2.1.7 Likuiditas
kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu
alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar
(current ratio)”. Analisis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk
membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia”. Dalam hal ini,
rasio likuiditas dapat dihitung dengan Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio dengan
rumus :
Aktiva Lancar
Current Ratio = The ratio it indicates the extent to which current liabilities
U tan g Lancar
are covered by those assets expected to be
converted.
Cash
Cash Ratio = The ratio it indicates the extent to which current liabilities
Current Liabilities
are covered by those assets expected to be
Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset, penjualan
ataupun ekuitas. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas
perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu
Bouzouita dan Young dalam Adams et al. (2000) menyatakan bahwa perusahaan
besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang
lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko
kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke
tingginya peringkat obligasi. Sebaliknya, semakin kecil ukuran suatu perusahaan maka
akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya peringkat obligasi yang diperoleh karena
semakin besarnya tingkat risiko yang dimiliki perusahaan. Rumus untuk menghitung
Ukuran perusahaan:
2.1.9 Pertumbuhan
Pertumbuhan bisnis yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan
mengindikasikan prospek kinerja cash flow masa dating dan meningkatkan nilai
ekonomi.
berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh
pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan
investasi terhadap obligasi akan melihat pengaruh growth atau pertumbuhan perusahaan
apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan
2.1.10 Produktivitas
sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan produktivitas yang
tinggi dapat menghasilkn laba yang tinggi pula. Dengan demikian perusahaan dapat
dengan lebih baik memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi produktivitas maka akan
Tabel 2.2
Deskripsi Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul
Tahun Variabel Analisis Hasil penelitian
Penelitian
Penelitian Data
1 Abdullah Ash Determinants Variabel Dependen Logit 1. Hasil penelitian ini
(2013) and Impacts of Peringkat Obligasi Regression menyimpulkan
Internal Credit Variabel bahwa profitabilitas
menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang dimiliki
yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total
aktiva nya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti juga memiliki laporan
keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar. Menurut
Brotman (dalam Adams et al., 2000) semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan
maka akan semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang
melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini juga dapat digunakan
banyak menggunakan utang atau ekuitas. Rasio leverage dapat diukur dengan debt to
equity ratio yang membandingkan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
kewajibannya (Syahyunan, 2015). Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi maka
menunjukkan juga bahwa semakin tinggi risiko gagal bayar utang (default risk) yang
akan dihadapi perusahaan dan menjadikan semakin rendah peringkat perusahaan yang
kewajiban jangka pendek yang baik. Apabila kemampuan melunasi utang jangka
pendek baik maka setidaknya kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka
panjang juga semakin baik (Gumanti, 2011). Hal tersebut dikarenakan pengelolaan
keuangan perusahaan yang baik, dengan terlunasinya kewajiban jangka pendek maka
Adams, et al., (2000) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan
Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset, penjualan
ataupun ekuitas. Bouzouita dan Young dalam Adams et al. (2000) menyatakan
bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibanding
dengan perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka
kewajiban jangka panjang dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh
berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh
pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan
investasi terhadap obligasi akan melihat pengaruh growth atau pertumbuhan perusahaan
apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan
sumber dana perusahaan. Rasio ini secara signifikan berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi. Semakin tinggi tingkat produktivitas maka akan semakin baik pula
Profitabilitas
Leverage
Likuiditas
Bond Rating
Firm Size Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
adalah Profitability, Leverage, Liquidity, Firm size, Growth dan Produktivity secara