Anda di halaman 1dari 71



EVALUASI BEBAN KERJA PERAWAT


PUSKESMAS JOGOROGO DI KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2018

Tesis

at ha
Program Studi Magister Manajemen

gi a
la w
P Wi
an ya
ng id
Ja W
IE
T
S

Diajukan Oleh:
MASRURI EFENDY.SKep.Ns
NIM. 171 103 448

Kepada
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
KONSENTRASI MANAJEMEN KESEHATAN
2019




ABSTRAK

Kabup aten Ngawi terdiri dari 24 Puskesmas salah satuny a adalah Puskesmas
Jogorogo milik p emerintah Kabup aten Ngawi yang sudah terakreditasi M ady a p ada
tahun 2017. M enurut Permenkes 340/M ENKES/PER/III/2010 bahwa Puskesmas
Rawat inap memiliki p erbandingan tenaga p erawat dan temp at tidur sebesar 1:1.
Berdasarkan data Puskesmas tahun 2018, rasio antara jumlah p erawat dan temp at
tidur adalah 443: 10. Rasio jumlah p erawat dan temp at tidur yang tidak seimbang ini
menunjukan jumlah tenaga y ang tersedia baru hany a memenuhi 83% dari total tenaga
p erawat yang ideal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis beban kerja p erawat
sebagai dasar dalam p enentuan jumlah kebutuhan tenaga perawat di Puskesmas

at ha
Rawat inap Jogorogo
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Jogorogo selama tujuh hari mulai
tanggal 10 Desember s.d 17 Desember 2018 Penelitian y ang dilakukan menggunakan

gi a
metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengamatan work sampling, observasi,
la w
p edoman wawancara dan telaah dokumen. Kemudian hasil dari beban kerja y ang
P Wi
didap at digunakan untuk p erhitungan kebutuhan tenaga p erawat dengan metode
Workload Indicator Staff Need (WISN). Pemilihan samp el sebagai subjek personal
y ang akan diamati sebany ak 17 orang p erawat y ang bertugas p ada saat itu dengan
an ya

menggunakan teknik accidental sampling. Samp el y ang diambil adalah seluruh


aktivitas yang dilakukan oleh p erawat pelaksana di Rawat Inap Puskesmas sep erti
ng id

kegiatan kep erawatan langsung, kegiatan keperawatan tidak langsung, kegiatan


p ribadi, dan kegiatan p roduktif.
Ja W

Berdasarkan hasil p enelitian diketahui kegiatan keperawatan langsung di


Puskesmas Jogorogo y aitu (38,1%) dan kegiatan kep erawatan tidak langsung
IE

(48,3%). Proporsi waktu yang dip eroleh dari komp onen beban kerja kegiatan
langsung dan kegiatan tidak langsung sudah mencap ai batas maksimal y aitu (86,4%).
T

Perhitungan kebutuhan tenaga p erawat berdasarkan beban kerja dip eroleh 44,76
S

tenaga p erawat dengan rasio WISN 0,8. Hasil penelitian menyarankan bagi
manajemen Puskesmas untuk melakukan p engelolaan tenaga kep erawatan secara
op timal untuk mencap ai pelay anan kep erawatan y ang berkualitas memp ertimbangkan
beban kerja p erawat sebagai acuan dalam p enentuan kebutuhan tenaga p erawat

Kata Kunci: Analisis beban kerja, kebutuhan tenaga p erawat, WISN

i




ABSTRAK

Ngawi Regency consists of 24 Puskesmas, one of which is Jogorogo Health


Center owned by the government of Ngawi District which has been accredited in
2017. According to Permenkes 340 / MENKES / PER / III / 2010 that Puskesmas
hosp italized has a ratio of 1: 1 nurses and beds. Based on Puskesmas data in 2018, the
ratio between the number of nurses and beds is 443: 10. This unbalanced ratio of
nurses and beds shows that the number of available new workers only meets 83% of
the total number of ideal nurses. Therefore it is necessary to analy ze the workload of
nurses as a basis for determining the number of nurses' needs at the Jogorogo
Inpatient Health Center

at ha
This research was carried out in Jogorogo Public Health Center for seven
days starting December 10, December 17, 2018 Research conducted using qualitative
methods using observation techniques, work sampling, observation, interview

gi a
guidelines and document review. Then the results of the workload obtained are used
la w
to calculate the needs of nurses with the Workload Indicator Staff Need (WISN)
P Wi
method. The selection of samp les as p ersonal subjects will be observed as many as 17
nurses who were on duty at that time using accidental samp ling technique. The
samp les taken were all activities carried out by the nurse nurses in the inp atient health
an ya

center such as direct nursing activities, indirect nursing activities, p ersonal activities,
and p roductive activities.
ng id

Based on the results of the study , it was found that nursing activities were
directly in Jogorogo Health Center, namely (38.1%) and indirect nursing activities
Ja W

(48.3%). The proportion of time obtained from the component of the direct workload
and indirect activities has reached the maximum limit, namely (86.4%). Calculation
IE

of nurses' needs based on workload obtained 44.76 nurses with a WISN ratio of 0.8.
The results of the study suggest that the management of Puskesmas to manage
T

nursing staff op timally to achieve quality nursing services considering the workload
S

of nurses as a reference in determining the needs of nurses

Keywords: Workload Analysis, the needs of nursing staff, WISN

ii


HALAMAN PENGES AHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL ……………………

Oleh

at ha
Pembimbing I Pembimbing II

gi a
la w
Drs.John Sup rihanto,MIM ,Ph.D Nur Widiastuti,SE,M.Si
P Wi
an ya

M engetahui
Ketua Program Studi
ng id
Ja W
IE

Drs. M uhamad Subkhan.MM


T
S

iii
PERNYATAAN

Dengan ini say a meny atakan bahwa dalam tesis ini tidak terdap at kary a y ang p ernah
diajukan untuk memp eroleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang p engetahuan say a juga tidak terdapat karya atau p endapat y ang p ernah
ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali y ang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

at ha
gi a
Yogy akarta, .......................
la w
P Wi

MAS RURI EFENDY.S Kep Ns


an ya
ng id
Ja W
IE
T
S

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, p uji sy ukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniany a
p enulis dap at meny elesaikan Tesis dengan judul “Evaluasi Beban Kerja Perawat
Puskesmas Di Kabup aten Ngawi Tahun 2018” dengan baik. Berkenaan dengan
p enulisan tesis ini, penulis ingin meny amp aikan ucap an terima kasih dan
p enghargaan y ang setinggi-tingginy a untuk bantuan dan dukungan dari bany ak p ihak

at ha
y ang telah memungkinkan selesainy a p eny usunan maupun p eny ajian lap oran tesis ini,
kepada :

gi a
la w
1. Bap ak Drs.John Suprihanto,M IM ,Ph.D selaku p embimbing I dalam penulisan
P Wi
Tesis ini. y ang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan meluangkan waktu

sehingga Tesis ini dapat disusun dengan baik


an ya

2. Ibu Nur Widiastuti,SE,M .Si selaku p embimbing II dalam p enulisan Tesis ini.
ng id

y ang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan meluangkan waktu sehingga


Ja W

Tesis ini dap at disusun dengan baik


IE

3. Direktur Program Pascasarjana STIE Widy a Wiwaha Yogy akarta atas


T
S

kesempatan untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana STIE Widy a

Wiwaha Yogyakarta.

4. Ketua Program Studi M agister M anajemen STIE Widy a Wiwaha Yogy akarta Drs.

M uhamad Subkhan.MM y ang telah membantu proses akademik selama say a

mengikuti p endidikan.

v
5. Kep ala UPT Puskesmas Jogorogo Kabupaten Ngawi, atas kesemp atan y ang

diberikan untuk mengikuti p endidikan pascasarjana serta kemudahan dalam

memp eroleh ijin serta data p enelitian dalam p eny usunan tesis ini.

6. Kedua Orang tua saya Almarhum ay ahanda say a Bap ak Sidik semoga amal baik

beliau diterima di sisi Allah SWT, dan ibunda saya Ibu Sami Semoga deberikan

Kesehatan jasmni dan rohani y ang selalu memberikan semngat dalam Pembuatan

at ha
Tesis ini

gi a
7. Untuk Istriku Tercinta Rody awati Amd Keb. Yang selalu mendamp ingi say a
la w
P Wi
dalam memberikan semangat untuk segera selesai meny elesaikan studi Magister

M enejemen ini
an ya

8. Tiga Anak say a Fendy ahy a Giffari Nashruallah,Cintaku Fendy ana Ashffi
ng id

M ardatillah dan Feny ahy a Alffi Hiday atullah


Ja W

9. Rekan satu angkatan atas kekomp akan dan dukungan y ang diberikan.
IE

Penulis berharap tesis ini dap at dikembangkan lagi sebagai dasar oleh p ara
T
S

p eneliti ke dep an.

Yogy akarta, M aret 2019

Peneliti

MAS RURI EFENDY.S Kep Ns 

vi
DAFTAR IS I
Abstrak......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan...................................................................................... iii
Pernyataan.................................................................................................... iv
Kata Pengantar............................................................................................. v
Daftar Isi...................................................................................................... vii
Daftar Tabel.................................................................................................. ix
BAB I Pendahuluan..................................................................................... 1
1.1 Latar belakang.............................................................................. 1

at ha
1.2 Rumusan M asalah......................................................................... 7
1.3 Pertanyaan Penelitian.................................................................... 8

gi a
la w
1.4 Tujuan........................................................................................... 8
P Wi
1.5 M anfaat......................................................................................... 9
BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................................. 10
an ya

2.1 Analisis Beban Kerja................................................................... 10


2.2 Puskesmas..................................................................................... 18
ng id

2.2.1 Definisi Puskesmas.......................................................... 18


Ja W

ʹǤʹǤʹ—Œ—ƒ—•‡•ƒ•............................................................... 18
IE

2.2.3 Tugas Puskesmas.............................................................. 19


T

2.2.4 Puskesmas Rawat Inap..................................................... 20


S

2.2.5 Bed Occupation Rate (BOR) ........................................... 24


2.2.6 Average Length of Stay (ALOS ) .................................... 24

2.2.7 Bed Turn Over (BTO)...................................................... 24

2.2.8 Turn Over Interval (TOI).............................................. 24

2.2.9 Tenaga Perawat ǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ 25

2.2.10 Peran dan Fungsi Perawat ǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ 26

2.2.11 Pelayanan Keperawatan di PuskesmasǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ 28

2.2.12 M anajemen KeperawatanǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ 32

vii
BAB III M etoda Penelitian........................................................................... 39
3.1 Rancangan/Disain Penelitian............................................... 39

3.2 Definisi Operasional............................................................ 41

3.3 Populasi dan Sampel............................................................ 44

3.4 Instrumen Peneltian.................................................................. 44

3.5 Pengumpulan Data................................................................... 44

3.6 M etoda Analisa Data................................................................ 45

at ha
 3.7 M etode Perhitungan Tenaga........................................... 47

gi a
BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan..................................................
la w 62
4.1 Analisis Beban Kerja Perawat Puskesmas Jogorogo.................. 62
P Wi
63
4.2 Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan Langsung..................
an ya

4.3 Perhitungan Kebutuhan SDM Berdasarkan M etode WISN...... 70


ng id

4.4 Analisis Kesenjangan Tenaga Perawat ........ǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ 81


Ja W

BAB V Simpulan Dan Saran........................................................................ 94


5.1 Simpulan...................................................................... 94
IE

5.2 .Saran......................................ǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ 95
T
S

DAFTAR PUSTAKA ......................................ǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ 96

99
LAM PIRAN......................................ǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Tenaga Perawat dan

Jumlah Pasien Puskesmas Jogorogo 2018....................................... 62

Tabel 4.2 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat dalam Kegiatan

Keperawatan Langsung Selama Tujuh Hari Kerja......................... 63

Tabel 4.3 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana dalam

at ha
Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung Selama Tujuh Hari Kerja 64

gi a
Tabel 4.4 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat dalam
la w
Kegiatan Pribadi Selama Tujuh Hari Kerja..................................... 66
P Wi

Tabel 4.5 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat dalam


an ya

Kegiatan Non Produktif Selama Tujuh Hari Kerja.......................... 67


ng id

Tabel 4.6 Total Penggunaan Waktu Kerja Perawat rawat inap Puskesmas
Ja W

Jogorogo M enggunakan M etode Work Sampling........................... 68


IE

Tabel 4.7 Waktu Kerja Tersedia Perawat ...................................................... 74


T
S

Tabel 4.8 Unit Kerja, sub unit kerja dan kategori tenaga.............................. 75

Tabel 4.9 Perhitungan Standar Beban Kerja................................................... 76

Tabel 4.10 Perhitungan Waktu Kelonggaran Perawat.................................... 79

Tabel 4.11 Perhitungan Kuantitas Kegiatan Pokok........................................ 80

Tabel 4.12 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat...................................... 80

Tabel 4.13 Kesenjangan Tenaga Yang Ada dengan Kebutuhan

Berdasarkan WISN..................................................................... 82

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

M asalah sumber day a manusia kesehatan y ang dihadap i dewasa ini antara

lain p engembangan dan pemberday aan sumber day a manusia kesehatan belum dap at

at ha
memenuhi kebutuhan sumber day a manusia (SDM ) untuk p embangunan kesehatan.

gi a
Perencanaan kebijakan dan p rogram sumber day a manusia kesehatan masih lemah
la w
P Wi
dan belum didukung dengan tersediany a sistem informasi terkait sumber day a

manusia kesehatan yang memadai, masih kurang serasiny a antara kebutuhan dan
an ya

p engadaan berbagai jenis sumber day a manusia kesehatan, kualitas hasil p endidikan
ng id

sumber day a manusia kesehatan dan p elatihan kesehatan pada umumny a masih
Ja W

belum merata, serta kurangny a p emerataan sumber day a manusia kesehatan y ang
IE

berkualitas (SKN, 2012).


T
S

M enurut Dep kes tahun 2017, jumlah tenaga Kesehatan UU no 36 tahun 2014

y ang tercatat sebany ak 720.185 orang yang terdiri atas 103700 tenaga medis (dokter

sp esialis, dokter umum dan dokter gigi), 296876 p erawat, 163541 bidan, 38829

tenaga farmasi, dan 117.239 tenaga kesehatan lainny a. Namun p ermasalahan

distribusi tenaga kesehatan masih merup akan isu y ang sampai saat ini masih ada

dalam sistem kesehatan di Indonesia.

Pusat Kesehatan M asyarakat (Puskesmas) merup akan salah satu unit

p elaksana teknis dinas kesehatan yang meny elenggarakan up ay a kesehatan

1
masy arakat dan upay a kesehatan p erorangan tingkat p ertama dengan kegiatan utama

adalah kegiatan p encegahan dan p romosi kesehatan (Permenkes 75, 2014 _

(http ://www.dep kes.go.id). Puskesmas berp eran sebagai ujung tombak dalam

memberikan lay anan kesehatan dasar (p rimary health care) y aitu p elay anan

kesehatan minimal kep ada masy arakat berup a lay anan p reventif, berkesinambungan,

dan tentuny a dap at diakses bagi seluruh masy arakat. Puskesmas di seluruh Indonesia

at ha
saat ini berjumlah 10.063 unit dimana y ang masih dalam kondisi rusak bahkan

gi a
samp ai ada y ang tidak bisa difungsikan (Kemenkes, 2017). Pembangunan kesehatan
la w
P Wi
sebagai salah satu p embangunan up ay a p embangunan nasional dalam rangka

tercap ainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
an ya

p enduduk agar dap at mewujudkan derajat kesehatan yang op timal. Untuk mencap ai
ng id

tujuan tersebut dibutuhkan up ay a p engelolaan berbagai sumber day a p emerintah


Ja W

maup un masy arakat sehingga dap at disediakan p elayanan kesehatan y ang efisien,
IE

bermutu dan terjangkau. Hal ini p erlu didukung dengan komitmen y ang tinggi
T
S

terhadap kemauan, etika dan dilaksanakan dengan p rioritas kep ada upay a kesehatan

dan p engendalian p eny akit disamp ing p eny embuhan dan p emulihan (Febri,2006).

Dalam p elay anan kesehatan baik di setting klinik maupun komunitas, p erawat

merup akan garda terdep an p elayanan melalui pemberian asuhan kep erawatan. Peran

p erawat dalam pelay anan kesehatan menjadi sangat p enting mengingat kualitas

p elay anan kep erawatan berp engaruh terhadap totalitas lay anan y ang diberikan (Anna

Kurniati,Ferry Effendi:2012, Kajian SDM Kesehatan di Indonesia). Peran tenaga

p erawat dalam p eny elenggaraan p elay anan kesehatan sangatlah p enting khususny a

2
sebagai tenaga pelaksana p elayanan yaitu tenaga perawat relatif lebih bany ak

dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainny a, maka wajarlah jika kinerja p erawat

sangat berperan untuk menjadi penentu bagi citra rumah sakit atau p uskesmas. Oleh

karena itu p erawat harus senantiasa dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal

mungkin, serta p erlu mendap atkan dukungan dari p ihak p uskesmas atau p un instansi

kesehatan lainny a (Dep kes, 2004 dalam Nurul Azmi).

at ha
M anajemen SDM adalah kunci y ang sangat p enting untuk keberhasilan dan

gi a
kemajuan organisasi termasuk Puskesmas. Karena makin tinggi tingkat p emanfaatan
la w
P Wi
SDM makin tinggi hasil guna sumber day a lainny a. Tidak ada artinya sumber day a

lainny a tanp a SDM y ang berkualitas. Dimasa dep an, manajemen SDM menjadi hal
an ya

y ang sangat p enting untuk dip erhatikan oleh p ara manajer Puskesmas. Ketep atan
ng id

dalam p erencanaan, seleksi, p engelolaan dan p engembangan SDM menjadi kunci


Ja W

sukses Puskesmas untuk dap at berkembang (Nury anto, 2005).


IE

Kabup aten Ngawi terdiri dari 24 Puskesmas salah satuny a adalah Puskesmas
T
S

Jogorogo milik p emerintah Kabup aten Ngawi y ang sudah terakreditasi M ady a p ada

tahun 2017. Puskesmas Jogorogo melay ani kesehatan bagi masy arakat telah

dilakukan lebih dari 61 tahun. Data y ang tahun 2018 Puskesmas Jogorogo memiliki

jumlah rata-rata kunjungan rawat Inap 443 dengan kap asitas 10 tempat tidur

kunjungan rawat jalan 13.347 p ertahun dengan jumlah p erawat 22 p erawat Menurut

PERM ENKES No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas memiliki p erbandingan tenaga

keperawatan dan temp at tidur sebesar 1:1. Jika dilihat dari jumlah y ang ada di

Puskesmas Jogorogo, rasio antara jumlah p erawat dan tempat tidur adalah 443:10

3
Artiny a jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

340/M ENKES/PER/III/2010 maka adany a kekurangan tenaga p erawat. Jumlah

p erawat Puskesmas Jogorogo adalah 22 p erawat y ang terdiri dari 9 perawat laki-laki

dan 13 p erawat berjenis kelamin p eremp uan,dengan latar belakang p endidikan 6

orang lulusan sarjana kep erawatan dan dan 16 orang dengan latar belakang

p endidikan D3 kep erawatan, 11 orang p erawat dengan status p erawat PNS dan 11

at ha
p erawat dengan status p egawai BLUD Puskesmas Jogorogo dengan masa kerja

gi a
golongan perawat 14 tahun satu orang,12 tahun 4 orang,9 tahun 4 orang 7 tahun 1
la w
P Wi
orang dan lain dengan masa kerja 2 tahun

Penelitian mengenai beban kerja tenaga kep erawatan telah dilakukan oleh
an ya

M alika (2013) di RSU Kota Tangerang Selatan, dimana hasil penelitiannya


ng id

menunjukkan bahwa beban kerja di instalasi rawat inap Kelas II dan Kelas III di RSU
Ja W

Kota Tangerang Selatan tergolong berat karena beban kerja produktif berada diatas
IE

80% dan dari hasil p erhitungan didap atkan adany a kekurangan tenaga p erawat di
T
S

instalasi rawat inap kelas II dan kelas III sebany ak 9 orang. Penelitian lainny a juga

Dian Kusumah : analisis beban kerja p ada p erawat di instalasi rawat inap p uskesmas

mlati ii kecamatan mlati kabup aten sleman daerah istimewa yogy akarta tahun 2014

Hasil Penelitian: Seluruh informan kunci meny atakan bahwa dalam p erencanaan

kebutuhan dilakukan berdasarkan analisis jabatan dan berdasarkan p ada jumlah

kunjungan p asien. Informan meny atakan bahwa seluruh p erawat yang bertugas di

rawat inap terny ata juga bertugas di rawat jalan, Puskesmas Pembantu, Puskesmas

Keliling dan memegang program-p rogram y ang ada di Puskesmas. Hasil p erhitungan

4
BOR sebesar 55% y aitu memiliki beban kerja y ang rendah, AVLOS sebesar 4 hari,

TOI sebesar 3 hari dan BTO sebesar 58,25

Puskesmas Jogorogo adalah Puskesmas rawat inap dan rawat jalan jumlah

p erawat diruang rawat inap 8 p erawat dan p erawat dirawat jalan 8 p erawat dan semua

p erawat merangkap jabatan sebagai progremer dan manajerial artiy a memang di

Puskesmas kekurangan tenanga p erawat. Hal ini dap at mengakibatkan p elay anan

at ha
asuhan keperawatan tidak berjalan maksimal.

gi a
Salah satu data y ang ada di Puskesmas Jogorogo menyebutkan bahwa jumlah
la w
P Wi
p asien rawat inap di Puskesmas Jogorogo pada tahun 2017 hany a 386 orang,

kemudian tahun 2018 lalu sudah mencap ai 443 orang. M eningkatnya jumlah p asien
an ya

y ang datang kep uskesmas tersebut menunjukan tingkat kep ercay aan y ang diberikan
ng id

oleh masy arakat kep ada puskesmas tersebut dalam hal p elay anan kesehatan semakin
Ja W

tinggi. Puskesmas Jogorogo dari tahun ketahun terus berusaha untuk meningkatkan
IE

kualitas layanan kesehatan, p erubahan itu terlihat dari adanya pembangunan gedung
T
S

baru Puskesmas Jogorogo dan penataan ruangan, selain itu juga penambahan sarana

medis y ang dibutuhkan dalam menangani p asien. Namun, faktor profesionalisme

sumber daya manusia juga berp eran besar dalam suatu organisasi.

Dalam p erencanaan kebutuhan SDM di Puskesmas, masing-masing jenis

tenaga harus dikaji atau di analisis agar kegiatan dari masing-masing bagian/ instalasi

dapat berjalan dengan efektif dan efisien, serta dap at memenuhi tuntutan masy arakat

akan lay anan y ang bermutu/p rofesional. Hal ini meny ebabkan p ihak manajemen

p uskesmas sering menghadap i masalah y ang berhubungan dengan ketenagakerjaan,

5
baik medis, p aramedis maup un administrasi. Kesesuaian jenis dan jumlah tenaga di

p uskesmas dengan beban kerja y ang harus mereka kerjakan akan mempengaruhi

mutu p elayanan di Puskesmas (Nuryanto, 2005). M enurut Tappen (1995), outcome

dari p elayanan kesehatan berkaitan dengan hasil dari aktivitas y ang diberikan oleh

p etugas kesehatan. Dimana hasil dari p elay anan keperawatan adalah p eningkatan

derajat kesehatan p asien dan kep uasan p asien. Kedua indikator tersebut y ang

at ha
dijadikan indikator dalam menilai mutu pelayanan keperawatan.

gi a
Pada tahun 2004 Departemen Kesehatan Rep ublik Indonesia melalui
la w
P Wi
Keputusan M enteri Kesehatan Nomor: 81/M ENKES/SK/2004 telah mengeluarkan

Pedoman Peny usunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi,


an ya

Kabup aten/Kota serta Puskesmas. Dalam p edoman ini y ang paling menarik dan tep at
ng id

digunakan di Rumah Sakit adalah p enghitungan Kebutuhan SDM dengan


Ja W

menggunakan metoda Workload Indicator Staff Need (WISN). Kelebihan metoda


IE

WISN ini adalah mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah
T
S

diterap kan, komprehensif dan realistis. Dengan menggunakan metode WISN kita

dapat mengetahui unit kerja dan kategori SDM nya, waktu kerja tersedia tiap kategori

SDM , standar beban kerja, standar kelonggaran, kuantitas kegiatan p okok dan

akhirny a dap at mengetahui kebutuhan SDM p ada unit kerja tersebut (Nury anto,

2005).

Berdasarkan wawancara y ang dilakukan kepada kep egawaian Puskesmas

Jogorogo didap atkan informasi bahwa p ada tahun 2018 Puskesmas Jogorogo telah

melakukan p erhitungan beban kerja tenaga perawat dengan menggunakan metode

6
Gillies. Hasil dari p erhitungan tersebut dip eroleh jumlah kebutuhan p erawat y ang

ideal p er shift adalah 3 p erawat, namun p ada keny ataannya di ruang rawat inap

Puskesmas Jogorogo hany a terdap at 2 tenaga p erawat. Hal ini belum sesuai dengan

Keputusan M enteri Kesehatan Nomor: 81/MENKES/SK/2004 tentang Pedoman

Peny usunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta

Puskesmas, dimana metode p erhitungan beban kerja y ang tep at dan dianjurkan untuk

at ha
Puskesmas adalah dengan menggunakan metode Workload Indicator Staff Need

gi a
(WISN). la w
P Wi
Berdasarkan adany a kekurangan tenaga perawat menurut Permenkes

340/M ENKES/PER/III/2010, maka p eneliti ingin melakukan evaluasi beban kerja


an ya

p erawat Puskesmas di Kabup aten Ngawi untuk menentukan jumlah p erawat y ang
ng id

tepat sebagai masukan bagi Puskesmas.


Ja W

1.2 Rumusan Masalah


IE

M enurut data di Puskesmas Jogorogo Jenis tenaga kesehatan, may oritas


T
S

didominasi oleh tenaga kep erawatan y aitu sebesar 71%. Tenaga kep erawatan di sini

melip uti perawat, bidan, dan p erawat gigi. Diikuti dengan tenaga kedokteran (5,08%)

y ang melip uti, dokter umum, dan dokter gigi.dari tenaga kesehatan lainy a

(13,56%).Begitupun dengan jumlah kary awan y ang ada di Puskesmas Jogorogo

berjumlah 73 orang, dan hamp ir 41% diantarany a adalah bidan y ang berjumlah 24

orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah bidan lebih besar dibandingkan tenaga

lainny a

7
Salah satu indikator tingginy a beban kerja perawat p uskesmas Jogorogo

adalah rasio jumlah p erawat dan jumlah tempat tidur y ang tidak seimbang. Rasio

jumlah p erawat dan tempat tidur y ang tidak seimbang ini menunjukan jumlah tenaga

y ang tersedia baru hanya memenuhI 83% dari total tenaga p erawat y ang ideal.

Dengan demikian, p eneliti ingin melakukan p enelitian tentang beban kerja dan

kebutuhan tenaga y ang didalamny a dilakukan perhitungan kegiatan p okok

at ha
keperawatan termasuk kegiatan administrasi dan kegiatan p endukung lainny a.

gi a
1.3 Pertanyaan Penelitian
la w
P Wi
1. Berap a besar beban kerja dan standar kelonggaran perawat di Puskesmas

Jogorogo tahun 2019 dengan menggunakan tekn ik work sampling?


an ya

2. Berdasarkan evaluasi beban kerja yang ada bagaimanakah p erencanaan


ng id

jumlah tenaga yang dibutuhkan p ada p erawat Puskesmas Jogorogo tahun


Ja W

2019 dengan menggunakan metode WISN (Workload Indicator Staff


IE

Need)?
T
S

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan

1. Mengukur berap a besar beban kerja dan standar kelonggaran p erawat di

Puskesmas Jogorogo tahun 2019 dengan menggunakan teknik work

sampling?

2. M embandingkan berdasarkan beban kerja yang ada berapa jumlah tenaga

y ang dibutuhkan p ada p erawat Puskesmas Jogorogo tahun 2019 dengan

menggunakan metode WISN (Workload Indicator Staff Need)?

8
1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dap at digunakan sebagai masukan.

1. Dinas Kesehatan Kab Ngawi M enjadi masukan bagi M anajemen khusuny a

bidang SDM untuk membuat p erencanaan kebutuhan tenaga di Puskesmas

sebagai up ay a untuk meningkatkan p elay anan dan mengurangi komp lain

atau keluhan dari p elanggan.

at ha
2. Menjadi masukan bagi bidang keperawatan dalam p engelolaan tenaga

gi a
kep erawatan untuk meningkatkan p elay anan keperawatan khususny a
la w
P Wi
Puskesmas

3. Bagi p ara p eneliti dan dunia ilmu pengetahuan,hasil p enelitian ini dap at
an ya

mengap likasikan ilmu y ang dip eroleh dari p endidikan tentang analisis
ng id

kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja dan p erencanaan tenaga SDM


Ja W
IE
T
S

9
BAB II

LANDAS AN TEORI

2.1 Analisis Beban Kerja

M enurut Keputusan M enteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

KEP/75/M .PAN/7/2004, Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target

hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu.

Sedangkan standar beban kerja menurut Kepmenkes RI Nomor

at ha
81/M ENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber

gi a
la w
Daya M anusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit
P Wi
adalah banyaknya satu satuan waktu (atau angka) yang diperlukan untuk
an ya

menyelesaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan


ng id

standar profesinya.
Ja W

Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan
IE

kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi
T
S

dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu. Beban kerja dapat dilihat dari

aktivitas atau kegiatan yang dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan

langsung, kegiatan tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan

kegiatan yang tidak produktif. Ilyas (2011) dalam M eidiawati (2012).

Beban kerja yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya komunikasi yang

buruk antar perawat dengan pasien, kegagalan kolaborasi antara perawat dan

dokter, keluarnya perawat dan ketidakpuasan kerja perawat. Untuk

memperkirakan beban kerja perawat pada sebuah unit, manajer harus


10
mengumpulkan data tentang: jumlah pasien yang masuk pada unit itu setiap

hari/bulan/ tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien di unit tersebut, rata-

rata hari perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan pasien, frekuensi masing-

masing tindakan keperawatan yang dilakukan, rata-rata waktu yang dibutuhkan

untuk memberi tindakan keperawatan (Gillies, 1994). Pendekatan berdasarkan

sistem klasifikasi pasien ini menghasilkan perhitungan beban kerja yang lebih

akurat karena pasien telah dikelompokkan sesuai tingkat ketergantungan, tingkat

at ha
kesulitan, serta kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.

gi a
2.1.1 Kegiatan Keperawatan Langsung
la w
P Wi
Kegiatan keperawatan langsung (Direct Care) adalah kegiatan yang

difokuskan pada pasien dan keluarganya, meliputi: komunikasi dengan


an ya

pasien dan keluarganya, pemeriksaan kondisi pasien, mengukur tanda-tanda


ng id

vital, tindakan atau prosedur keperawatan dan pengobatan, nutrisi dan


Ja W

eliminasi, kebersihan pasien, mobilisasi, transfusi, serah terima pasien,


IE

pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium


T
S

2.1.2 Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung

Tindakan yang tidak langsung pada pasien tetapi berhubungan dengan

persiapan atau kegiatan untuk melengkapi asuhan keperawatan seperti:

persiapan atau kegiatan untuk melengkapi asuhan keperawatan seperti:

mendokumentasikan hasil pengkajian, membuat diagnosa keperawatan,

menyusun intervensi, mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah

dilakukan, mendokumentasikan hasil evaluasi keperawatan, melakukan

kolaborasi dengan dokter tentang program terapi/visite, mempersiapkan


11
status pasien, mempersiapkan formulir untuk pemeriksaan

laboratorium/radiologi, mempersiapkan alat untuk pelaksaaan tindakan

keperawatan/pemeriksaan atau tindakan khusus, merapikan ligkungan

pasien, menyiapkan/memeriksa alat dan obat emergensi, melakukan

koordinasi/konsultasi dengan tim kesehatan lainnya, mengadakan/mengikuti

pre dan post konferens, mengikuti ronde keperawatan/tim medis, mengikuti

diskusi keperawatan/kegiatan ilmiah keperawatan dan medis, memberikan

at ha
bimbingan dalam pelaksaaan tindakan keperawatan, melakukan komunikasi

gi a
tentang obat pasien dengan pihak farmasi, mengirim/menerima berita pasien
la w
P Wi
melalui telepon dan membaca status pasien.

2.1.3 Kegiatan Pribadi Perawat


an ya

Kegiatan untuk memenuhi keperluan perawat seperti: sholat, makan,minum,


ng id

kebersihan diri, duduk di nurse station, ganti pakaian dan ke toilet.


Ja W

2.1.4 Kegiatan Non Produktif


IE

Kegiatan non produktif adalah kegiatan yang tidak terkait dengan tugas dan
T
S

tanggung jawab sebagai perawat, merupakan kegiatan pribadi misalnya:

nonton televisi, baca koran, mengobrol, telepon urusan pribadi, pergi keluar

ruangan/pergi untuk keperluan pribadi atau keluarga, datang terlambat dan

pulang lebih awal dari jadwal Dalam (Aditama, 2004) dalam perekrutan

pegawai baru sebaiknya dilakukan perhitungan beban kerja pegawai terlebih

dahulu selain mendengarkan juga keluhan kurangnya pegawai. Perhitungan

beban kerja dapat dilakukan berdasarkan need, berdasarkan demand, rasio

dengan standar dan dilaksanakan dengan cara work sampling, time and
12
motion study, daily log, self assessment

Gambar 2.1 Cara Perhitungan Beban Kerja

at ha
gi a
la w
P Wi
an ya

Dalam perhitungan beban kerja Ilyas (2011) dalam M eidiawati(2012)


ng id

menyebutkan ada 3 cara yang dapat digunakan, yaitu :


Ja W

1. Work Sampling
IE

Work Sampling adalah pengukuran kegiatan kerja dari karyawan


T

dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan, dimana jumlah


S

sampel pengamatann kegiatan dilakukan secara acak (Barnes, 1980).

Pada metode ini yang menjadi fokus pengamatan adalah apa yang

dilakukan responden pada waktu tertentu dan apa kegiatannya. Dalam

(Barnes, 1980) menyebutkan tiga kegunaan utama dari work sampling,

yaitu :

1) Activity and Delay Sampling


M engukur proporsi kegiatan aktifitas dan tidak melakukan aktifitas

13
seorang pegawai.

2) Performance Sampling

M engukur waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu yang

tidak digunakan untuk bekerja seorang pegawai berdasarkan uraian

tugasnya dan dapat sekaligus untuk mengukur produktifitasnya.

3) Work Measurement

M enetapkan standar waktu dari suatu kegiatan.

at ha
Hal-hal yang dapat diamati dengan work sampling Ilyas (2011)

gi a
dalam M eidiawati (2012):
la w
P Wi
a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan pegawai pada waktu jam

kerja
an ya

b. Apakah aktivitas pegawai berkaitan dengan fungsi dan


ng id

tugasnya pada waktu jam kerja


Ja W

c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif


IE

atau tidak produktif


T
S

d. Pola beban kerja pegawai dikaitkan dengan waktu, jadwal jam

kerja

2. Prosedur Work Sampling

a. M enentukan jenis pegawai yang akan diteliti

b. M emilih sampel sebagai subjek yang akan diteliti jika jumlah

pegawai banyak

c. M embuat formulir daftar kegiatan pegawai yang

14
diklasifikasikan, dikombinasikan dan disesuaikan dengan tujuan

d. M elatih pengamat mengenai cara pengamatan kerja dengan

menggunakan work sampling, pengamat sebaiknya memiliki

latar belakang yang sejenis dengan subjek yang akan diamati

untuk memudahkan pelatihan dan pelaksanaan pengamatan.

Setiap pengamat yang mengamati 5-8 orang pegawai.

e. Pengamat kegiatan pekerja dilakukan dengan interval waktu

at ha
tiap 2-15 menit, tergantung karakteristik pekerjaan. Semakin

gi a
tinggi tingkat kesibukan pekerja yang diamati, semakin pendek
la w
P Wi
waktu pengamatan. Semakin pendek jarak waktu pengamatan,

semakin banyak sampel pengamatan yang diamati oleh


an ya

pengamat sehingga akurasi pengamatan menjadi lebih akurat.


ng id

Pengamatan dilakukan selama jam operasional. Bila jenis


Ja W

tenaga yang akan diteliti berfungsi 24 jam maka pengamata


IE

dilaksanakan sepanjang hari


T
S

3. Kelebihan dan Kekurangan Work Sampling (Barnes, 1980)

1) Kelebihan metode work sampling :

a. Pengamatan tidak perlu mengamati pekerjaan terus-menerus,

sehingga secara teknis mudah dikerjakan dan bagi pegawai yang

menjadi objek merasa tidak diamati.

b. Pengamat dapat mengamati beberapa orang pegawai sekaligus

c. Tidak diperlukan pengamat profesional yang terlatih karena

yang diamati hanya jenis kegiatannya Pengamatan dapat


15
dihentikan kapan saja tanpa berdampak buruk terhadap hasil

penelitian.

d. Lebih menyenangkan bagi pengamat dibandingkan dengan

metode time motion study. Pengamat jarang merasa bosan dan

kelelahan.

e. Tidak diperlukan stop watch

2) Kelemahan metode work sampling :

at ha
a. Tidak memberikan informasi yang lengkap dan terperinci detail

gi a
la w
kegiatan tenaga yang diamati
P Wi
b. Data yang didapat bisa terjadi bias karena pegawai tahu akan
an ya

diamati
ng id

4. Time and Motion Study


Ja W

Pada time and motion study pengamat melakukan pengamatan


IE

dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh


T

pegawai yang sedang diamati. Pada teknik ini yang dihasilkan tidak
S

hanya berupa beban kerja tapi juga kualitas kerja pegawai Ilyas (2011)

dalam M eidiawati (2012).

Pada metode ini dilakukan pengamatan secara terus-menerus

sampai pekerjaan selesai dan sampai selesainya jam kerja pada hari itu.

Pengamatan dilakukan terhadap setiap jenis tugas dilakukan dan

lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Kegiatan ini

dilakukan pengulangan pada keesokan harinya. Time ad motion study

16
sulit dilakukan, berat dan mahal sehingga jarang dilakukan.

Bias dapat terjadi karena objek yang diamati akan berperilaku

lebih baik dalam pekerjaannya. Bias diperkecil dengan melakukan

pengamatan lebih lama dan atau pengamatan dilakukan secara acak

sehingga objek tidak merasa diamati.

5. Daily Log

Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling,

at ha
dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang

gi a
la w
digunakan untuk penelitian tersebut. Penggunaan teknik ini sangat
P Wi
bergantung terhadap kerjasama dan kejujuran dari pegawai yang sedang

diteliti.
an ya

Pelaksanaan teknik ini menggunakan formulir isian sederhana


ng id
Ja W

mengenai kegiatan, waktu dan lamanya kegiatan. Sebelum dilakukan

penelitian, peneliti harus memberikan penjelasan dan penekanan bahwa


IE
T

informasi mengenai pegawai tidak akan tercantum pada laporan peneliti


S

(Ilyas, 2011).

Peneliti memilih teknik work sampling dibandingkan teknik time

and motion study dan daily log. Hal tersebut dikarenakan teknik work

sampling empat kelebihan diantaranya :

a. Lebih mudah dilakukan karena pengamatan terhadap pekerja

tidak perlu dilakukan terus-menerus.

17
b. Teknik ini dapat mengamati banyak pegawai dalam waktu yang

sama.

c. Tidak diperlukan pengamat profesional yang terlatih karena

yang diamati hanya jenis kegiatannya. 4) Pengamatan dapat

dihentikan kapan saja tanpa berdampak buruk terhadap hasil

penelitian.

2.2 Puskesmas

at ha
2.2.1 Definisi Puskesmas

gi a
la w
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang
P Wi
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
an ya

membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara


ng id

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam


Ja W

bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata


IE

lain puskesmasmempunyai wewenang dan tanggungjawab atas


T

pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. M enurut


S

Kepmenkes RI No. 128/M enkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit

Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

2.2.2 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan

oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran ,

18
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal

diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesiam Sehat 2010.

2.2.3 Tugas Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD)

kesehatan kabupaten / kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat

at ha
pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan

gi a
kesehatan tingkat
la w pertama secara menyeluruh, terpadu , dan
P Wi
berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang

(privategoods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public


an ya

goods). Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya


ng id

kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.


Ja W

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung


IE

memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu


T
S

wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis

pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun

terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas

ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan

dengan permasalahan yang ada serta kemampuanpuskesmas.

Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan


19
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan

2.2.4 Puskesmas Rawat Inap

adalah Puskemas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk

menolong pasien-pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif

at ha
terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas kurang

gi a
lebih 10 tempat tidur (Depkes, 1993). Puskesmas dengan ruang rawat inap
la w
P Wi
tersebut berfungsi sebagai pusat rujukan antara yang melayani pasein

sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu atau dipulangkan


an ya

kembali ke rumahnya dan kemudian mendapat asuhan keperawatan tindak


ng id

lanjut oleh petugas Perawatan Kesehatan M asyarakat dari Puskesmas yang


Ja W

bersangkutan di rumah pasein


IE

Fungsi Puskesmas Rawat Inap sebagai tempat rujukan pertama


T
S

bagi kasus tertentu yang perlu dirujuk, mempunyai beberapa fungsi pokok,

antara lain :

1. Fungsi sesuai dengan tugasnya yaitu pelayanan, pembinaan dan

pengembangan,dengan penekanan pada fungsi pada kegiatan yang

bersifat preventif, promotif, dan fungsi rehabilitative

2. Fungsi yang berorientasi pada kegiatan teknis terkait instalasi

perawatan pasien sakit, instalasi oba, instalasi gizi, dan instalasi umum.

Juga fungsi yang lebih berorientasi pada kegiatan yang bersifat kuratif.
20
Beberapa kriteria Puskesmas Rawat Inap, sebagai sebuah Pusat

Rujukan Antara bagi penderita gawat darurat sebelum dibawa ke RS,

antara lain sebagai berikut :

a. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari Rumah Sakit

b. Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor

c. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang

memadai

at ha
d. Jumlah kunjungan Puskesmas minimal 100 orang per hari

gi a
e. Penduduk wilayah kerja Puskesmas dan penduduk wilayah
la w
P Wi
Puskesmas di sekitarnya minimal 20.000 jiwa per Puskesmas

f. Pemerintah Daerah “bersedia” menyediakan dana rutin yang


an ya

memadai.
ng id

Sementara kegiatan puskesmas rawat inap, antara lain meliputi :


Ja W

a. M elakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat


IE

darurat, antara lain: Kecelakaan lalu lintas, Persalinan denngan


T
S

penyulit, dan Penyakit lain yang mendadak dan gawat

b. M erawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi

penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata 3-7 hari

perawatan.

c. M elakukan pertolongan sementara untuk pengiriman penderita ke

Rumah Sakit. M emberi pertolongan persalinan bagi kehamilan

denngan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit

21
d. M elakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita ( MOP

dan MOW ) untuk Keluarga Berencana.

Standar ketenagaan yang dibutuhkan dalam pengembangan

Puskesmas Rawat Inap menurut Pedoman Kerja Puskesmas

(Depkes RI, 2002):

1. Dokter kedua di Puskesmas yang telah mendapatkan latihan

klinis di Rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang bedah,

at ha
obstetri-gynekologi, pediatri dan interne.

gi a
2. Seorang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam
la w
P Wi
bidang perawatan bedah, kebidanan, pediatri dan penyakit

dalam.33 orang perawat / bidan yang diberi tugas bergilir 4


an ya

orang pekarya kesehatan (SM A atau lebih)


ng id

Sedangkan standar sarana prasarana yang dibutuhkan dalam


Ja W

pengembangan Puskesmas Rawat Inap


IE

1. Ruangan rawat tinggal yang memadai ( nyaman, luas dan


T
S

terpisah antara anak, wanita dan pria untuk menjaga privacy )


2. Ruangan operasi dan ruang post operasi
3. Ruangan persalinan (dan ruang menyusui sekaligus sebagai
ruang (recovery)
4. Kamar perawat jaga
5. Kamar linen dan cuci
Sementara standar peralatan M edis yang dibutuhkan dalam

pengembangan Puskesmas Rawat Inap, antara lain:

1. Peralatan operasi terbatas

22
2. Peralatan obstetri patologis, peralatan vasektomi dan tubektomi

3. Peralatan resusitasi

4. M inimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan

5. Alat Komunikasi dan Transportasi:

6. Telepon atau Radio Komunikasi jarak sedang

7. Satu buah ambulance (minimal)

Standar diatas merupakan syarat minimal, karena untuk menuju

at ha
peningkatan kualitas pelayanan, diperlukan inovasi seorang kepala Puskesmas,

gi a
baik terkait obat-obatan, penunjang medis, protap perawatan medis dengan
la w
P Wi
referensi yang uptodate, juga adanya medical review secara berkala maupun

pengembangan kegiatan non medis dan lainnya.


an ya

Cakupan rawat inap Sesuai Standard Pelayanan M inimal Bidang


ng id

Kesehatan di Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2003), cakupan rawat inap merupakan


Ja W

cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan
IE

pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah kunjungan
T
S

rawat inap baru adalah jumlah kunjungan rawat inap baru yang mendapatkan

pelayanan kesehatan di Poli Umum, baik dalam dan luar gedung di satu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu dan penyebut adalah jumlah penduduk di satu

wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Sementara untuk mencapai tujuan

cakupan layanan, beberapa langkah kegiatan yang dilakukan antara lain :

1. Pendataan penduduk, sarana kesehatan, dan kunjungan ke sarana kesehatan

2. Peningkatan prasarana dan sarana kesehatan

3. Analisa kebutuhan pelayanan


23
4. Penyuluhan

5. Pelatihan Sumber Daya manusaia

6. Pencatatan dan pelaporan

2.2.5 Bed Occupation Rate (BOR)

adalah % pemakaian tempat tidur di Puskesmas rawat inap pada

kurun waktu tertentu. Prosentase tempat tdr yg terpakai dan mrpkan

indikator cakupan dan efisiensi penggunaan tempat tidur = Jumlah Hari

at ha
rawat Pasien dibagi (jml TT x 363) dikalikan 100%

gi a
2.2.6 Average Length of Stay (ALOS )
la w
P Wi
adalah Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini

disamping merupakan gambaran tingkat efisiensi manejemen pasien di


an ya

sebuah Rata-rata jumlah lama hari dirawat pasien dan mrpkan indikator
ng id

efisiensi penggunaan tempat tidur = Jumlah hari rawat Pasien dibagi


Ja W

dengan jumlah Pasien


IE

2.2.7 Bed Turn Over (BTO)


T
S

adalah Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu

(biasanya per tahun) tempat tidur Puskesmas. Indikator ini akan

memberikan gambaran tingkat pemakaian tempat tidur Puskesmas.

2.2.8 Turn Over Interval (TOI)

Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai
terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur.

24
2.2.9 Tenaga Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin, yaitu kata Nutrix

yang berarti merawat atau memelihara. Harlley (1997) menjelaskan

pengertian dasar seorang perawat, yaitu seseorang yang berperan dalam

merawat atau memelihara, membantu, dan melindungi seseorang dari

sakit, injuri, serta proses penuaan. Perawat profesional adalah perawat

yang bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan

at ha
keperawatan secara mandiri dan/atau berkolaborasi dengan tenaga

gi a
kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 2002) dalam
la w
P Wi
Bastian (2008).

Lokakarya Nasional Kelompok Kerja Keperawatan-Konsorsium


an ya

Ilmu Kesehatan (1983) dalam Aditama (2003) merumuskan bahwa


ng id

keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


Ja W

bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
IE

keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang


T
S

komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik

yang sakit maupun yang sehat mencakup seluruh proses kehidupan

manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan diberikan karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya

kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup

sehari-hari secara mandiri

25
2.2.10 Peran dan Fungsi Perawat

Keperawatan merupakan profesi, yang di masa depan perlu

semakin tertib seperti yang dikemukakan oleh World Medical Association,

(1991), yakni “enchancing the quality of life and the health status of all

people”. Dengan demikian profesi perawat secara berkesinambungan

akan berperan besar dalam meningkatkan kualitas hidup serta derajat

kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

at ha
Fungsi perawat adalah melakukan pengkajian atas kondisi individu

gi a
baik sehat maupun sakit, di mana segala aktivitas yang dilakukan berguna
la w
P Wi
untuk pemulihan kesehatan. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki,

aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan


an ya

kemandirian pasien secepat mungkin; yaitu dalam bentuk proses


ng id

Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi M asalah


Ja W

(Diagnosis Keperawatan), Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.


IE

a. Keperawatan, dalam menjalankan pelayanan sebagai Nursing Service,


T
S

menyangkut bidang yang sangat luas, yang secara sederhana dapat

diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun

sehat dari sejak lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk

peningkatan pengetahuan, kemauan, serta kemampuan yang dimiliki.

Jadi, orang tersebut dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-

hari dengan mandiri tanpa memerlukan bantuan atau tergantung pada

orang lain (Henderson, 1980).

26
b. Hak dan Kewajiban PerawatM enurut Undang-Undang Nomor 38

Tahun 2014 Tentang Keperawatan, Perawat memiliki Hak dan

Kewajiban Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:

1. M emperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan

tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar

prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-

undangan;

at ha
2. M emperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien

gi a
dan/atau keluarganya;
la w
P Wi
3. M enerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah

diberikan;
an ya

4. M enolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan


ng id

dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar


Ja W

prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-


IE

undangan; dan
T
S

5. M emperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standard

Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:

1. M elengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan

sesuai dengan standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan

Peraturan Perundang- undangan;

2. M emberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik,

standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar

prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-


27
undangan; M erujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada

Perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai

dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;

3. M endokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan

standar;

4. M emberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan

mudah dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada

at ha
Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas

gi a
kewenangannya;
la w
P Wi
5. M elaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga

kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan


an ya

6. M elaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh


ng id

Pemerintah.
Ja W
IE

2.2.11 Pelayanan Keperawatan di Puskesmas


T

Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang


S

berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan

kesehatan di Puskesmas. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian

mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan

keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri

dalam program pengendalian mutu di rumah sakit.

James Willan dalam buku Hospital Management (1990)

menyebutkan bahwa Nursing Departement di rumah sakit mempunyai

28
beberapa tugas, seperti: (1) memberikan pelayanan keperawatan pada

pasien, baik untuk kesembuhan ataupun pemulihan status fisik dan

mentalnya, (2) memberikan pelayanan lain bagi kenyamanan dan

keamanan pasien, seperti penataan tempat tidur dll., (3) melakukan tugas-

tugas administratif, (4) menyelenggarakan pendidikan keperawatan

berkelanjutan, (5) melakukan berbagai penelitian/riset untuk senantiasa

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, (6) berpartisipasi aktif dalam

at ha
program pendidikan bagi para calon perawat

gi a
la w
Untuk melakukan tugas-tugas tersebut, maka Nursing Departement di
P Wi
Puskesmas perlu memperhatikan beberapa hal seperti :
an ya

1. M engupayakan semaksimal mungkin kesembuhan seorang pasien


ng id

sehingga pasien tersebut mendapat derajat kesehatan yang sebaik-


Ja W

baiknya
IE

2. Sepanjang keadaan memungkinkan, mengikutsertakan keluarga pasien


T
S

dalam proses perawatan, misalnya memberi makan atau mengganti

baju

3. M engelompokkan pasien berdasar berat ringannya penyakit, sehingga

kelompok pasien yang relatif lebih berat dapat ditempatkan tidak jauh

dari nurse station dan relatif mendapat perhatian yang lebih besar.

John Griffith (1987) dalam Aditama (2003) menyatakan bahwa kegiatan

keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan

29
manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri dari :

1. Pelayanan keperawatan profesional (personal nursing care), yang antara

lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem

tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien,

pemberian obat dll

2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat

perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga

at ha
merupakan petugas yang seyogianya paling tahu tentang keadaan pasien

gi a
3. Berbagai hal tentang keadaan pasien ini perlu dikomunikasikan dengan
la w
P Wi
dokter atau petugas lain

4. M enjalin hubungan dengan keluarga pasien. Komunikasi yang baik


an ya

dengan dengan keluarga/kerabat pasien akan membantu proses


ng id

penyembuhan pasien itu sendiri. Keluarga perlu mendapatkan kejelasan


Ja W

sampai batas tertentu tentang keadaan pasien, dan berpartisipasi aktif


IE

dalam proses penyembuhannya.


T
S

5. M enjaga lingkungan bangsal tempat perawatan. Dalam hal ini perlu

diingatkan bahwa dulu Florence Nightingale dan teman-temannya secara

langsung mengepel dan menyikat lantai bangsal perawatan tempat mereka

bekerja. Kini situasinya mungkin telah berubah, tetapi perawat tetap

bertanggung jawab terhadap lingkungan bangsal perawatan pasien, baik

lingkungan fisik, mikrobiologik, keamanan dll

6. M elakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.

Program ini dapat dilakukan pada pasien dengan materi spesifik sesuai
30
penyakit yang dideritanya. Tetapi, dapat juga diberikan pada pengunjung

Puskesmas secara umumnya, bahkan masyarakat di luar dinding Puskes

sekalipun.

7. M elakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.

Program ini dapat dilakukan pada pasien dengan materi spesifik sesuai

penyakit yang dideritanya. Tetapi, dapat juga diberikan pada pengunjung

rumah sakit secara umumnya, bahkan masyarakat di luar dinding rumah

at ha
sakit sekalipun

gi a
la w
Dalam hal manajemen keperawatan di Puskesmas, tugas yang harus dilakukan
P Wi
adalah:
an ya

1. Penanganan administratif, antara lain dapat berupa pengurusan masuknya


ng id

pasien ke rumah sakit (patient admission), pengawasan pengisian


Ja W

dokumen catatan medik dengan baik, membuat penjadwalan proses


IE

2. M embuat penggolongan pasien sesuai berat-ringannya penyakit, dan


T

kemudian mengatur kerja perawatan secara optimal pada setiap pasien


S

sesuai kebutuhannya masng-masing

3. M emonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan

secara khusus maupun pelayanan lain secara umumnya

4. M anajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi

staffing, schedulling, assignment dan budgeting

31
2.2.12 M anajemen Keperawatan

M anajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen

operasional untuk merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan

dalam memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien

melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan

pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien, diperlukan suatu

standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol

at ha
pelayanan tersebut. Kemajuan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan

gi a
masa kini dan
la w mendatang, telah memperluas peran dan fungsi
P Wi
keperawatan.

M anajemen keperawatan semula ditekankan pada sentralisasi kewenangan


an ya

dan tanggung jawab, kini menjadi desentralisasi melalui pendelegasian


ng id
Ja W

wewenang dan tanggung jawab dengan memfokuskan kegiatan koordinasi,

integrasi, dan kegiatan penunjang. Selain itu, telah terjadi pula perubahan
IE
T

mendasar pada manajemen keperawatan dan penggunaan sumber daya


S

yang bersifat proaktif. Pelaksanaan manajemen sumber daya proaktif lebih

ditekankan pada terjamin pada terjaminnya aktivitas kolaborasi dan

keterbukaan dalam setiap kegiatan untuk mencapai tujuan.

M enurut Gillies (1985) dalam Kuntoro (2010), M anajemen

keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan

pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan

asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/ keluarga

serta masyarakat. M anajemen keperawatan merupakan suatu proses yang


32
dilaksanakan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu,

manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap

komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh

lima elemen, yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan

balik.

Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa

informasi, personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya

at ha
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi

gi a
sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
la w
P Wi
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan


an ya

kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi


ng id

hasil yang diharapkan suatu tatanan organisasi.


Ja W

Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran


IE
T

yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan


S

keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk

menindaklanjuti hasil/ atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen

keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang

proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur

yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme umpan balik

diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan

datang. M ekanisme umpan-balik dapat dilakukan melalui laporan

keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan


33
kerja perawat. M enurut Gillies (1985) dalam Kuntoro (2010), Proses

manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan

proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan

dimaksud untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses

manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan

pengumpul data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan

kegiatan, dan kegiatan penilai hasil

at ha
Beberapa prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :

gi a
1. M anajemen keperawatan berlandaskan perencanaan, karena melalui
la w
P Wi
fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan

keputusan, pemecahan masalah dan efek perubahan yang terencana.


an ya

Perencanaan merupakan hal yang utama dan pertama dari serangkaian


ng id

fungsi dan aktifitas manajemen. Perencanaan adalah pemikiran atau


Ja W

konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fumgsi


IE

yang penting dalam mengurangi resiko-resiko dalam pengambilan


T
S

keputusan, pemecahan masalah dan efek-efek dari perubahan. Selama

prosesperencanaan, pimpinan keperawatan menganalisa dan mengkaji

sistem, mengatur startegi organisasi dan menentukan tujuan jangka

panjang dan pendek (operasional), mengkaji sumber-sumber

organisasi, kemampuan- kemampuan yang ada dan aktivitas spesifik

serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang

pimpinan keperawatan untuk menganalisa aktivitas dan struktur

2. M anajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu


34
yang efektif. M anajer keperawatan yang menghargai waktu akan

menyususun perencanaan yang terprogram dengan baik dan

melaksanakan kegiatan sesuai waktu yang telah ditentukan

sebelumnya. Keberhasilan seorang pimpinan keperawatan tergantung

pada penggunaaan waktu yang efektif. Di dalam keperawatan,

manajemen dipengaruhi oleh kemampuan dan keterbatasan pimpinan

keperawatan. Pengambilan keputusan dari seorang top manajer akan

at ha
mengandung input-input dari tingkat bawah yang mempunyai

gi a
pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Pengambilan keputusan
la w
P Wi
seorang pimpinan keperawatan dipengaruhi oleh elemen waktu.

Pimpinan keperawatan yang ada sekarang melakukan perencanaan


an ya

untuk masa depan, perkembangan dan perubahan-perubahan.


ng id

Penggunaan waktu yang efektif sangat diperlukan untuk implementasi


Ja W

dari rencana dalam suatu organisasi untuk mencapai produktifitas yang


IE

tinggi. Contoh penggunaan waktu yang efektif : seorang kepala


T
S

ruangan merencanakan pertemuan dengan dengan stafnya pada

permulaan dan akhir minggu. Jadwal individual perawat akan dinilai

kembali pada setiap pertemuan dan dipertimbangkan dengan tujuan

produksi sesuai target.

3. M anajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai

situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

memerlukan pengambilan keputusan khususnya karena pelayanan

keperawatan dilakukan dalam 24 jam per hari. Proses pengambilan


35
keputusan tergantung pada apakah pola komunikasi tradisional yang

diikuti atau keputusan desentralisasi untuk masing-masing tingkat

4. M emenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus

perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang

pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin

utama dari seluruh tujuan keperawatan. Dalam mencapai tujuan ini

pimpinan keperawatan punya tiga tugas utama dalam mengatur

at ha
sumberdaya manusia dan material, yaitu:

gi a
a. M embentuk tujuan khusus untuk unit tertentu.
la w
P Wi
b. M embuat pekerjaan yang menghasilkan.

c. M engatur efek sosial dan tanggung jawab sosial (misalnya bila


an ya

terjadi pemogokan atau kekurangan tenaga perawat)


ng id

d. M anajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisiran


Ja W

dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai


IE

tujuannya. Ada empat biok untuk struktur organisasi, yaitu:


T
S

a. Unit

b. Departemen

c. Top atau eksekutif

d. Tingkat Operasional

Prinsip pengorganisasian : 1) Division if work

(pembagian tugas). 2) Koordinasi. 3) Unity of command

(kesatuan komando). 4) Tanggung jawab dan kewenangan yang

36
sesuai. 5) Hubungan staf dan lini. 6) Span of control(rentang

pengawasan).

Dalam keperawatan, pengorganisasian pelayanan keperawatan dilaksanakan

dengan cara (Burges dan Gillis, 1988):

a. Fungsional atau penugasan, yaitu pembagian tugas untuk perawat yang

dilakukan oleh kepala ruangan, masing-masing mempunyai tugas khusus.

b. Alokasi pasien, yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk

at ha
beberapa pasien atau satu pasien oleh perawat pada saat jaga.

gi a
c. Perawatan Grup (Team Nursing), yaitu pelayanan lapangan dimaa
la w
P Wi
sekelompok perawat memberikan pelayanan keperawatan kepada

sekelompok pasien. Kelompok ini dipimpin perawat yang berijazah dan


an ya

berpengalaman (registered nurse).


ng id

d. Pelayanan keperawatan utama (Primary Nurse), yaitu pengorganisasian


Ja W

dengan pelayanan keperawatan sehingga satu orang registrered nurse atau


IE

primary nurse dalam 24 jam bertanggung jawab pada pasien yang di


T
S

bawah tanggung jawabnya dari masuk Puskesmas sampai pulang.

e. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang

meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian

pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan. Dalam bimbingan ini

termasuk proses delegasi, supervisi, koordinasi dan kontrol implementasi

dan rencana

f. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk

memperlihatkan keterampilan kerja yang baik, memberikan motivasi


37
kepada petugas untuk menunjukkan penampilan kerja yang baik. Contoh

melalui sistem peningkatan penggajian dan promosi. Diusahakan

pendidikan tambahan dengan biaya institusi. Publikasi tentang profesi

keperawatan

g. M anajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

Komunikas yang efektif akan mengurangi kesalah fahaman dan

memberikan persamaan pandagangan arah dan pengertian diantara

at ha
pegawai.

gi a
h. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
la w
perawat-perawat pelaksana menduduki kedudukan yang lebih tinggi
P Wi
ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
M anajemen keperawatan selalu mengembangkan stafnya. Di dalam
an ya

keperawatan keterampilan dibagi dalam teknologi manajemen


ng id

keperawatan. Fraclic & O’Connor menganjurkan dalam keperawatan


Ja W

seorang anggota eksekutif keperawatan diharapkan mempunyai


IE

kemampuan konseptual yang tinggi. Sedangkan kepala ruangan


mempunyai kemampuan yang tinggi dalam teknik praktek keperawatan.
T
S

i. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi

penilaian tentang pelaksaaan rencaa yang telah dibuat, pemberian instruksi

dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standard,

membandingkan penampilan kerja dengan standar dan memperbaiki

kekurangan. M anajemen keperawatan melakukan evaluasi dan kontrol.

Dalam hal ini termasuk evaluasi proses dan evaluasi pelaksana rencana.

M embandingkan penampilan kerja dengan standar yang ada.

38
BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Rancangan/Disain Penelitian

Penelitian ini merup akan p enelitian kualitatif dengan menggunakan teknik

observasi, p edoman wawancara mendalam dan telaah dokumen Selanjutny a

p erhitungan beban kerja y ang di dapat melalui teknik work sampling, digunakan

at ha
untuk menghitung kebutuhan tenaga dengan menggunakan metode Workload

gi a
Indicator Staff Need (WISN) y ang kemudian dilakukan analisa terhadap hasil
la w
P Wi
beban kerja dan kebutuhan tenaga y ang telah dip eroleh tersebut untuk

menentukan strategi untuk memenuhi kebutuhan tenaga p erawat.


an ya

Pengukuran beban kerja dilakukan dengan mengamati kegiatan


ng id

kep erawatan antara lain: kegiatan kep erawatan langsung, kegiatan kep erawatan
Ja W

tidak langsung, kegiatan p ribadi dan kegiatan non p roduktif. Kegiatan


IE

kep erawatan langsung y ang dimaksud adalah komunikasi dengan p asien dan
T
S

keluargany a, pemeriksaan kondisi pasien, mengukur tanda-tanda vital, tindakan

atau prosedur kep erawatan dan p engobatan, nutrisi dan eliminasi, kebersihan

p asien, mobilisasi, transfusi, serah terima p asien, p engambilan sp esimen untuk

p emeriksaan laboratorium. Sedangkan kegiatan kep erawatan tidak langsung

adalah mendokumentasikan hasil pengkajian, membuat diagnosa kep erawatan,

meny usun intervensi, mendokumentasikan tindakan keperawatan y ang telah

dilakukan.

39
Jenis kegiatan selanjutny a adalah kegiatan p ribadi y aitu kegiatan

untuk memenuhi keperluan p erawat sep erti: sholat, makan, minum, kebersihan

diri, duduk di nurse station, ganti p akaian dan ke toilet. Selanjutny a adalah

kegiatan non p roduktif, y aitu kegiatan yang tidak terkait dengan tugas dan

tanggung jawab sebagai p erawat, merup akan kegiatan p ribadi misalny a: nonton

televisi, baca koran, mengobrol, telepon urusan pribadi, p ergi keluar

at ha
ruangan/p ergi untuk kep erluan p ribadi atau keluarga, datang terlambat dan p ulang

gi a
lebih awal dari jadwal. Hasil p engukuran beban kerja yang dilakukan dengan
la w
P Wi
mengamati kegiatan kep erawatan tersebut akan dimasukkan ke dalam rumus

p erhitungan kebutuhan tenaga untuk diketahui jumlah tenaga p erawat p elaksana


an ya

y ang tep at di Puskesmas Jogorogo Berdasarkan masalah y ang ditemukan dalam


ng id

latar belakang dan kerangka teori, maka kerangka konsep dalam menghitung
Ja W

beban kerja dan menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat di Puskesmas


IE

Jogorogo.
T
S

40
3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur S kala Ukur Hasil Ukur
1 Analisis Beban Kegiatan menghitung beban kerja -Observasi kegiatan Formulir work Rasio Berupa jumlah besaran beban
Kerja Perawat perawat dengan melakukan keperawatan sampling kerja perawat pelaksana
pengamatan terhadap macam-
S
macam kegiatan keperawatan di
T
Puskesmas Jogorogo
2 Kegiatan Aktivitas yang langsung berkaitan Dengan mengamati dan -Formulir Rasio Berupa data jumlah kegiatan
IE
Keperawatan dengan kegiatan pokok atau fungsi mencatat aktivitas hasil pengamatan keperawatan langsung
Langsung utama unit yaitu sepertipengamatan aktivitas perawat perawat pelaksana dalam
Ja W
berkomunikasi langsung dengan pelaksana menit
pasien (Formulir work
ng id
sampling)
3 Kegiatan Aktivitas yang tidak langsung Dengan mengamati dan -Formulir Rasio Berupa data jumlah kegiatan
an ya
Keperawatan berhubungan dengan kegiatan pokok mencatat aktivitas hasil pengamatan keperawatan tidak langsung
Tidak Langsung atau fungsi utama unit seperti pengamatan aktivitas perawat perawat pelaksana dalam
membuat diagnosa, pelaksana menit
P Wi
mendokumentasikan kegiatan (Formulir work
la w
perawat. sampling)
4 Kegiatan Pribadi Aktivitas yang berkaitan dengan Dengan mengamati dan -Formulir Rasio Berupa data jumlah kegiatan
gi a
kepentingan pribadi perawat mencatat aktivitas hasil pengamatan pribadi perawat pelaksana
pelaksana yang sama sekali tidak pengamatan aktivitas perawat dalam menit
at ha
berdampak terhadap unit produksi, pelaksana
seperti, sholat, makan, minum, ke (Formulir work
toilet. sampling)

41
5 Kegiatan Non Aktivitas yang sama sekali tidak Dengan mengamati dan -Formulir Rasio Berupa data jumlah kegiatan
Produktif terkait dengan kegiatan pokok dan mencatat aktivitas hasil pengamatan non produktif perawat
penunjang atau fungsi unit dan tidak pengamatan aktivitas perawat pelaksana dalam menit
bermanfaat bagi unit pelayanan, pelaksana
seperti : mengobrol, (Formulir work
menonton tv, bermain HP. sampling)
6 Waktu kerja Angka yang menunjukkan satuan Wawancara mendalam -M enggunakan Rasio Satuan waktu yang
tersedia waktu yang digunakan untuk bekerja dan rumus waktu kerja digunakan untuk bekerja bagi
setahun dalam menit S Telaah dokumen : tersedia dalam perawat dalam menit/ Jumlah
T -Daftar Absen metode WISN waktu yang digunakan untuk
- Pedoman bekerja selama setahun
wawancara (satuan
IE
menit)
Ja W
7 Tenaga Perawat Responden yang akan diamati dan Wawancara mendalam -Data bagian Nominal Diperolehnya informasi
dihitung kebutuhan tenaganya Telaah dokumen keperawatan mengenai rincian tugas
ng id
berdasarkan analisis beban kerja -Data kepegawaian berdasarkan kegiatan pokok
perawat Puskesmas Jogorogo -Data keperawatan -Pedoman dan jumlah produk yang
an ya
-Data kunjungan pasien wawancara dihasilkan

Standar Beban Aktivitas pokok yang disusun -Formulir pencatatan Berupa informasi tentang
P Wi
8 la w -Rumus WISN Rasio
Kerja berdasarkan waktu yang dibutuhkan waktu -Pedoman angka rata-rata standar beban
untuk menyelesaikan aktivitas pokok -Wawancara mendalam wawancara kerja
gi a
dan waktu tersedia
at ha
yang dimiliki oleh paerawat

42
9 Standar Waktu yang dibutuhkan untuk Telaah dokumen -Rumus WISN Rasio Berupa informasi tentang
Kelonggaran menyelesaikan aktivitas lainnya -Daftar absen -Pedoman angka standar kelonggaran
(selain aktivitas/ kegiatan pokok) wawancara
yang tidak dipengaruhi oleh Wawancara mendalam
kuantitas aktivitas pokok Puskesmas
Jogorogo
S
10 Jumlah
T
Data jumlah tenaga yang dibutuhkan M enggunakan data Rumus WISN Rasio Berupa data atau informasi
Kebutuhan berdasarkan beban kerja yang ada waktu kerja tersedia, jumlah tenaga yang
IE
Tenaga menggunakan metode WISN standar beban kerja, dibutuhkan oleh Puskesmas
standar kelonggaran, dan Jogorogo
Ja W
jumlah aktivitas selama
satu tahun untuk
ng id
an ya perhitungan ke dalam
rumus WISN
P Wi
la w
gi a
at ha

43
3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja pada

Puskesmas Jogorogo. Tidak semua perawat yang bertugas pada saat diamati,

jadi dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek personel yang akan diamati

sebanyak 22 orang perawat yang bertugas pada saat itu yaitu 10 perawat rawat

inap dengan menggunakan continental sampling. Sampel yang diambil dalam

at ha
penelitian ini adalah seluruh aktivitas yang dilakukan oleh perawat Puskesmas

gi a
la w
Jogorogo
P Wi

3.4 Instrumen Peneltian


an ya

Alat yang digunakan adalah formulir work sampling yang berisi waktu
ng id

pengamatan, kegiatan tenaga perawat yang terdiri dari kegiatan keperawatan


Ja W

langsung, kegiatan keperawatan tidak langsung, kegiatan pribadi, dan kegiatan


IE

non produktif, jam serta alat tulis untuk membantu dalam pencatatan kegiatan
T
S

keperawatan. Pengamatan dilakukan untuk 3 shift pelayanan selama 7 hari

kerja

3.5 Pengumpulan Data

Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Jogorogo di ruang rawat

inap Jl raya Jogorogo KM 1 Penelitian ini dilakukan selama 7 hari sejak

tanggal 10 Desember s.d 17 Desember 2018

44
3.5.1 Data Primer dari penelitian ini adalah hasil observasi beban kerja

perawat

dan hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan.

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data primer. Teknik yang

digunakan adalah teknik work sampling. Observasi dilakukan oleh

peneliti dengan perbandingan observan dengan yang diobservasi

adalah 1:2.

at ha
3.5.2 Data Sekunder dari penelitian ini adalah daftar absen, daftar

gi a
keperawatan,daftar kunjungan pasien.
la w
P Wi
3.6 M etoda Analisa Data

Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan


an ya

menginterpretasikan data yang telah diolah. Selain itu, analisis data juga
ng id

berguna untuk memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian.


Ja W

Langkah-langkah dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian data,


IE

penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Reduksi data berarti merangkum,


T
S

mengambil data yang penting, membersihkan data yang tidak cocok atau bias

dan mencari tema dan pola yang sama. Reduksi data dibantu dengan

komputer, dengan mengelompokkan data sesuai aspek atau kriteria tertentu.

Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.6.1 M engumpulkan semua data yang diperoleh setiap selesai pengamatan

aktivitas setiap shift pengamatan

3.6.2 M emeriksa adanya kesalahan, kekurangan lengkapan dan ketidak

konsistenan pengamatan
45
3.6.3 M emasukkan data yang diperoleh ke dalam komputer dan melakukan

pengelompokkan berdasarkan jenis kegiatan keperawatan langsung,

kegiatan keperawatan tidak langsung, kegiatan pribadi, dan kegiatan

non produktif

3.6.4 M enjumlahkan masing-masing jenis kegiatan keperawatan

3.6.5 Setiap jenis kegiatan, jumlahnya dikalikan 5, karena pengamatan

dilakukan setiap 5 menit, untuk mengubah pola kegiatan tersebut ke

at ha
dalam menit. Sehingga diperoleh waktu setiap aktivitas perawat

gi a
pelaksana selama satu hari
la w
P Wi
3.6.6 Jumlah kegiatan perawat pelaksana selama penelitian dijumlahkan,

sehingga didapatkan jumlah waktu setiap jenis kegiatan perawat


an ya

pelaksana selama satu hari


ng id

3.6.7 M enghitung standar beban kerja dan standar kelonggaran berdasarkan


Ja W

waktu yangtelah diperoleh untuk menyelesaikan kegiatan pokok dan


IE

kegiatan penunjang
T
S

3.6.8 M enghitung jumlah tenaga yang dibutuhkan denga menggunaka rumus

WISN, berdasarkan data waktu kerja tersedia, standar kelonggaran,

standar beban kerja, dan jumlah pelayanan atau aktivitas selama satu

tahun

3.6.9 M erangkum hasil wawancara, memeriksa, mengedit dan meringkas

dalam bentuk narasi

M enyajikan dalam bentuk uraian singkat dan tabel hasil pengamatan.

Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan


46
dan verifikasi, yaitu bagaimana beban kerja yang ada, jumlah tenaga

yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan rumus WISN

3.7 M etode Perhitungan Tenaga

M etode yang dapat digunakan dalam membuat perhitungan tenaga adalah

sebagai berikut:

3.7.1 Cara Rasio

Cara rasio adalah dengan membandingkan menggunakan rasio standar

at ha
tenaga, baik yang melalui

gi a
a. UU yang telah ditetapkan, maupun menurut
la w
P Wi
b. Rasio yang dikembangkan sesuai hasil
an ya

Untuk sebuah rumah sakit baru setara kelas C dengan 100 tempat tidur,
ng id

kebutuhan tenaga dapat diperhitungkan sebagai berikut:


Ja W

10-11 tenaga medis, misalnya 4 spesialis dan 6 dokter umum,


IE

100 tenaga paramedis,


T

20 tenaga pembantu perawat


S

75 tenaga untuk administrasi umum, keuangan dan urusan non

medis

Dapat dilihat bahwa dengan cara rasio ini, jumlah tenaga dengan

mudah dapat ditetapkan. Namun kita tidak tahu apakah akan terjadi

utilisasi yang rendah atau berlebihan. Bila jumlah pasien sedikit, jumlah

itu akan terlalu banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan. Sebagai patokan

dapat dikatakan bahwa cara rasio ini dihitung dengan beban standar. Jadi

47
untuk rumah sakit baru, atau pada periode permulaan, jumlah tenaga yang

direkrut dapat lebih rendah dari yang dihitung. Bila BOR sudah sekitar 60-

70%, dan kunjungan rawat jalan sudah ramai, jumlah tenaganya dapat

dihitung kembali.

3.7.2 Cara Need


Cara need adalah cara menghitung kebutuhan menurut

beban kerja yang kita perhitungkan sendiri. Yang dimaksud dengan

at ha
kita disini adalah administrator rumah sakit atau para ahli

gi a
(profesional). Sehingga beban kerja yang dihitung adalah
la w
memenuhi standar profesi. Untuk menghitung kebutuhan seluruh
P Wi

tenaga, diperluka deskripsi tentang pelayanan apa saja yang akan


an ya

diberikan kepada pasien selama ada di rumah sakit. M isalnya untuk


ng id

pasien poli, setiap pasien yang akan datang akan mendapatkan


Ja W

pelayanan :
IE

1. pembelian karcis
T

2. pendaftaran
S

3. pemeriksaan dokter

4. penyuluha

5. pemeriksaan laboratorium

6. otik dan sebagainya

Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menggunakan standard

sebagai berikut :

1. Self care : 1-2 jam/hari

48
2. Partial care: 3-4 jam/hari

3. Total care : 5-7 jam/hari

3.7.3 Cara Demand

Perhitungan menurut demand adalah perhitungan menurut

kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Jadi

dasarnya adalah perhitungan waktu per pasien atau hasil penelitian.

Formula hasil lokakarya keperawatan adalah sebagai berikut:

at ha
gi a
la w
P Wi

A= Rata-rata jumlah jam perawatan yang diterima oleh seorang


an ya

penderita dalam 24 jam


ng id

Formula ini sudah memperhitungkan hari kerja efektif, yaitu 41


Ja W

minggu.
IE

Tambahan 25% adalah untuk penyesuaian terhadap produktivitas.


T

Contoh:M isalkan rata-rata jam perawatan adalah 6 jam sehari.


S

Untuk sebuah rumah sakit dengan 100 tempat tidur dan BOR rata-

rata 70%, kebutuhan perawat adalah sebesar :

6 X 52 X 7 X 100 X 7 = 152880

152880 : (41x40) = 93,22

93,22 + 25% X 93,22 = 116,5

Jadi dibutuhkan 117 perawat

3.7.4 Formula Gillies

M enurut Gillies, jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah


49
sebagai berikut:

A = rata-rata jam perawatan/hari

B = sensus harian rata rata

Contoh: M isalkan rata-rata jam perawatan adalah 6 jam sehari. Untuk sebuah

rumah sakit dengan 100 tempat tidur dan BOR rata-rata 70%, kebutuhan perawat

at ha
adalah sebesar:

gi a
la w
Sensus harian : TT X BOR = 10 X 70% = 70
P Wi
6 X 70 X 365 = 153300
an ya

(365 – 52) X 6 = 1878


ng id

153300/1878 = 81,63
Ja W

Jadi dibutuhkan 82 perawat


IE

3.7.5 Formula Nina


T

Nina (1990) menggunakan 5 tahap dalam menghitung kebutuhan


S

tenaga, berikut lima tahapannya:

Tahap I:

Dihitung A= Jumlah jam perawatan penderita dalam 24 jam

perpasien Dalam contoh diatas A= 6 jam

Tahap II:

Dihitung B= Jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh

penderita dalam satu hari

B= A X TT
50
B= 6 X 100 = 600 jam perawatan

Tahap III:

Dihitung C= Jumlah jam perawatan seluruh penderita


selama satu tahun C= B X 365
C= 600 X 365 = 219000
Tahap IV:

Dihitung D= Jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang

at ha
dibutuhkan selama setahun

D= C X BOR/80

gi a
la w D= 21900 X 70/80 = 191625
P Wi
Tahap V:

Didapat E= Jumlah tenaga paramedis perawatan yang


an ya

dibutuhkan E= D/1878
ng id
Ja W

E= 191625/1878 = 102,04, Jadi diperlukan 102 perawat


IE

3.8 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga dengan M etode WISN (Work Load
T

Indicator Staffing Need)


S

Kepmenkes RI Nomor 81/M ENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman

Penyusunan Perencanaan Sumber Daya M anusia Kesehatan di Tingkat

Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit menyatakan bahwa metode

perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu

metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban

pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada

tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah

51
dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan,

komprehensif dan realistis.

Workload Indicator Staff Need (WISN) bermanfaaf untuk menghitung

kebutuhan saat ini dan masa mendatang, membandingkan SDM Kesehatan

pada daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa tenaga

kesehatan bekerja sudah sesuai dengan profesinya atau tidak, dan dapat

mengidentifikasi seberapa besar beban kerja SDM Kesehatan (Depkes dan

at ha
GTZ, 2009).

gi a
Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi
la w
P Wi
5 langkah, yaitu :

1. M enetapkan waktu kerja tersedia;


an ya

2. M enetapkan unit kerja dan kategori SDM ;


ng id

3. M enyusun standar beban kerja;


Ja W

4. M enyusun standar kelonggaran;


IE

5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.


T
S

Pada dasarnya metode WISN ini dapat di gunakan di rumah sakit,

puskesmas dan sarana kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan

untuk kebutuhan tenaga di Kantor Dinas Kesehatan Adapun beberapa

langkah dalam menghitung kebutuhan SDM dengan metode WISN

berdasarkan Petunjuk Teknis Penyusunan Kebutuhan SDM Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2004 adalah sebagai berikut.

3.8.1 M enetapkan waktu kerja tersedia

Tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia


52
masing-masing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama

kurun waktu satu tahun. Data yang dibutuhkan untuk menetapkan

waktu kerja tersedia adalah sebagai berikut.

a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan

Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja.

Dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari x 50 minggu). (A)

b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12

at ha
hari kerja setiap tahun.(B)

gi a
c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS
la w
P Wi
untuk mempertahankan dan meningkatkan

kompetensi/profesionalisme setiap kategori SDM memiliki hak


an ya

untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/ lokakarya dalam 6 hari


ng id

kerja. (C)
Ja W

d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama M enteri


IE

Terkait tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun


T
S

2002-2003 ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja untuk cuti

bersama. (D)

e. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja

(selama kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk

dengan atau tanpa pemberitahuan/ijin. (E)

f. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan

Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5

hari kerja/minggu). (F)


53
Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan

untuk menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut :

Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} X F

Keterangan :

A = Hari Kerja D = Hari Libur Nasional

B = Cuti Tahunan E = Ketidak Hadiran Kerja

C = Pendidikan dan Pelatihan F = Waktu Kerja

at ha
3.8.2 M enetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM

gi a
la wTujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan kategori

SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan


P Wi

pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan


an ya

masayarakat di dalam dan di luar RS. Struktur organisasi RS, data


ng id

kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan dan standar


Ja W

operasional prosedur (SOP) sangat membantu proses penetapan


IE

unit kerja dan kategori SDM di rumah sakit.


T
S

3.8.3 M enyusun Standar Beban Kerja

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja

selama 1 tahun per kategori SDM . Standar beban kerja untuk suatu

kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaiakannya (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per-

tahun yang dimiliki oleh masing- masing kategori tenaga. Beban

kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja Puskesmas

adalah meliputi :

54
a. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing

kategori SDM Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis

kegiatan sesuaistandar pelayanan dan standar operasional

prosedur (SOP) untuk menghasilkan pelayanan

kesehatan/medik yang dilaksanakan oleh SDM kesehatan

dengan kompetensi tertentu. Untuk memudahkan dalam

menetapkan beban kerja masing-masing kategori SDM , perlu

at ha
disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatan pelayanan, yang

gi a
berkaitan
la w langsung/ tidak langsung dengan pelayanan
P Wi
kesehatan perorangan.

b. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap


an ya

kegiatan pokok.Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang


ng id

dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh


Ja W

masing-masing kategori SDM pada tiap unit kerja. Kebutuhan


IE

waktu untuk menyelesaiakan kegiatan sangat bervariasi dan


T
S

dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur

(SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia serta

kompetensi SDM . menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh

SDM yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar

pelayanan, standar operasional prosedur (SOP) dan memiliki

etos kerja yang baik. Secara bertahap RS dapat melakukan

studi secara intensif untuk menyusun standar waktu yang

dibutuhkan menyelesaikan tiap kegiatan oleh masing-masing


55
Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan

pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar

diperoleh data rata-rata waktu yang cukup akurat dan dapat

dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang

dibutuhkan untuk kategori SDM .

c. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja

at ha
selama 1 tahun per kategori SDM . Standar beban kerja untuk

gi a
suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang
la w
P Wi
dibutuhkan untuk menyelesaiakan nya (waktu rata-rata) dan

waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh masing- masing


an ya

kategori SDM .
ng id

d. Penyusunan standar kelonggaran


Ja W

Tujuannya adalah diperolehnya faktor kelonggaran tiap


IE

kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu


T
S

untuk menyelesaiakan suatu kegiatan yang tidak terkait

langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau

jumlah kegiatan pokok/pelayanan. Penyusunan faktor

kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan

wawancara kepada tiap kategori tentang :

1. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan

pelayanan pada pasien, misalnya ; rapat, penyusunan laporan

kegiatan, menyusun kebutuhan obat/bahan habis pakai.


56
2. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan

3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan

Selama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban

kerja, sebaiknya mulai dilakukan pencatatan tersendiri apabila

ditemukan kegiatan yang tidak dapat dikelompokkan atau sulit

dihitung beban kerjanya karena tidak/kurang berkaitan dengan

pelayanan pada pasien untuk selanjutnya digunakan sebagai

at ha
sumber data penyusunan faktor kelonggaran tiap kategori

gi a
SDM .
la w Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM
P Wi
diperoleh, langkah selanjutnya adalah menyusun Standar

Kelonggaran dengan melakukan perhitungan berdasarkan


an ya

rumus di bawah ini


ng id
Ja W

e. Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja


IE

Tujuannya adalah diperolehnya jumlah dan jenis/kategori


T

SDM per unit kerja


S

sesuai beban kerja selama 1tahun. Sumber data yang

dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja

meliputi :

1. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :

a. Waktu kerja tersedia

57
b. Standar beban kerja dan

c. Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM

2. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu

tahuan

Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai

data kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja

RS selama kurun waktu satu tahun. Kuantitas kegiatan pelayanan

at ha
Instalasi Rawat Jalan dapat diperoleh dari laporan kegiatan RS

gi a
(SP2RS), untuk mendapatkan data kegiatan tindakan medik yang
la w
P Wi
dilaksanakan di tiap poli rawat jalan perlu dilengkapi data dari

Buku Register yang tersedia disetiap poli rawat jalan.


an ya

Pada umumnya data kegiatan rawat jalan tersedia dan


ng id

mudah diperoleh, namun apabila data hanya tersedia 7 bulan, maka


Ja W

data kuantitas kegiatan pokok 5 bulan berikutnya ditetapkan


IE

berdasarkan angka rata- rata kegiatan pokok selama 7 bulan


T
S

(ekstrapolasi). Untuk penyusunan kuantitas kegiatan pokok

Instalasi Rawat Inap dibutuhkan data dasar sebagai berikut :

1. Jumlah tempat tidur

2. Jumlah pasien masuk/keluar dalam 1 tahun

3. Rata-rata sensus harian

4. Rata-rata lama pasien di rawat (LOS)

Dari kelima langkah yang telah dilakukan maka untuk perhitungan

58
kebutuhan SDM digunakan rumus:

Setelah kebutuhan tenaga diperoleh maka akan didapatkan

perbedaan jumlah kenyataan pegawai saat ini dengan jumlah SDM

yang dibutuhkan dan akan diketahui hasil adanya kekurangan atau

lebih SDM . Rasio WISN bernilai 1 (satu) menunjukkan bahwa

jumlah staf dan bebean kerja disuatu unit kerja berada dalam

keadaan seimbang. Semakin kecil Rasio WISN, semakin besar

at ha
tekanan beban kerja. Rasio WISN yang kecil menunjukkan bahwa

gi a
jumlah staf saat ini lebih kecil daripada yang dibutuhkan.
la w
P Wi
Sebaliknya, rasio WISN yang besar (lebih dari 1) membuktikan

adanya kelebihan staf apabila dibandingkan terhadap beban kerja


an ya

(Depkes RI dan GTZ, 2009).


ng id
Ja W

3.9 Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan pada bagian tinjauan


IE
T

pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan jumlah kebutuhan


S

tenaga perawat dibutuhkan perhitungan berdasarkan pengukuran beban kerja.

Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus

dicapai dalam satu satuan waktu tertentu (KepM enPan No.75, 2004).

Untuk mengukur beban kerja, salah satu teknik yang digunakan adalah

dengan work sampling yaitu melihat dari beberapa kegiatan perawat pelaksana

yang meliputi kegiatan keperawatan langsung, tidak langsung, kegiatan

pribadi, dan kegiatan non produktif. Dari hasil perhitungan beban kerja yang

sudah dilakukan, dapat digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga


59
dengan menggunakan rumus Workload Indicator Staff Need (WISN).

Workload Indicator Staff Need (WISN) bermanfaaf untuk menghitung

kebutuhan saat ini dan masa mendatang, membandingkan SDM Kesehatan

pada daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa tenaga

kesehatan bekerja sudah sesuai dengan profesinya atau tidak, dan dapat

mengidentifikasi seberapa besar beban kerja SDM Kesehatan (Depkes dan

GTZ, 2009).

at ha
Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi

gi a
5 langkah, yaitu :
la w
P Wi
1. M enetapkan waktu kerja tersedia;

2. M enetapkan Uraian tugas dan Produk;


an ya

3. M enyusun standar beban kerja;


ng id

4. M enyusun standar kelonggaran;


Ja W

5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.


IE

Berdasarkan teori di atas, maka disusun kerangka teori sebagai berikut :


T
S

60
S
T
IE
Ja W
ng id
an ya

61
Bagan 3.1

P Wi
la w
gi a
at ha

Anda mungkin juga menyukai