Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

IMPLEMENTASI ORGANISATION BEHAVIOUR AND


LEADERSHIP PADA PT TOYOTA ASTRA MOTOR

DOSEN PEMBIMBING
Anggi Pasca Arnu, SE, MM

DISUSUN OLEH
1. Ika Nur Rahmawati (1610631030132)
2. Imeh Siti Fatimah (1610631030134)
3. Irma Suryani (1610631030143)
4. Ismi Hartanti (1610631030145)
5. Ismiani Aulia (1610631030146)
6. Laili Wahyuni Nur Azizah (1610631030161)

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Implementasi
Organisation and Leadership pada PT TOYOTA ASTRA MOTOR”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Karawang, 27 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 4
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 5
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 5
1.3 TUJUAN PENULISAN .......................................................................... 5
BAB II
LANDASAN TEORI .............................................................................................. 6
2.1 KEPEMIMPINAN ................................................................................. 6
2.2 BUDAYA ORGANISASI....................................................................... 8
BAB III
PEMBAHASAN ................................................................................................... 10
3.1 PROFIL PERUSAHAAN TOYOTA-ASTRA MOTOR .................. 10
3.2 KEPEMIMPINAN PT TOYOTA-ASTRA MOTOR ....................... 13
3.3 BUDAYA ORGANISASI PT TOYOTA-ASTRA MOTOR ............. 14
BAB IV
PENUTUP ............................................................................................................. 18
4.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Manusia
selalu hidup berkelompok, bersuku-suku hingga berbangsa-bangsa. Oleh karena itu
konsekuensinya setiap individu harus dapat beradaptasi dengan kelompok, agar
dapat diterima dan merasa aman serta nyaman didalamnya. Untuk menjadi orang
yang diterima orang lain, diperlukan usaha-usaha tertentu untuk mencuri hati orang
lain tersebut. Hal ini merupakan arah seseorang untuk menjadi pemimpin dari
kelompoknya. Diharapkan nantinya kepemimpinan seseorang dapat menyentuh
berbagai segi kehidupan manusia seperti cara hidup, kesempatan berkarya,
bertetangga, bermasyarakat bahkan bernegara.

Antara kepemimpinan dengan budaya organisasi memiliki hubungan yang


sangat erat. Kepemimpinan dan budaya organisasi merupakan fenomena yang
sangat bergantung, sebab setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya membentuk
budaya organisasi. Bila kita memasuki ruang perkantoran suatu organisasi akan
berbeda dengan kantor organisasi lain yang memiliki pemimpin yang berbeda.
Fenomena yang kita dapatkan pada suatu organisasi, seperti : etos kerja karyawan,
team work, kesejukan, ketenangan, sikap, keramah tamahan, integritas, dll, yang
kesemuanya menggambarkan kepemimpinan yang ada dalam organisasi tersebut
dan juga menggambarkan budaya yang ada dalam organisasi. Sehingga dikatakan
bahwa melihat kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya
yang ada dalam organisasi tersebut, perumpamaannya bagaikan dua sisi mata uang
yang memiliki nilai yang sama.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana implementasi budaya organisasi dan kepemimpinan pada PT.
Toyota Astra Motor ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui implementasi budaya organisasi dan kepemimpinan
pada PT. Toyota Astra Motor.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 KEPEMIMPINAN
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin


mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan
juga menunjukkan ataupun mempengaruhi.

Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual


terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi
pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di
dalam menjalankan ke-pemimpinannya.

Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam suatu organisasi.


Menurut Stogdill dalam Dr. M. Sobry Sutikno (2014:15), “Terdapat hampir
sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah
mencoba mendefinisikannya.” Stogdill menyatakan bahwa, “Kepemimpinan
sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi
tergantung dari mana titik tolak pemikirannya.”

Beberapa pengertian kepemimpinan menurut pendapat para ahli, menurut


Achmad Sanusi dan M. Sobry Sutikno (2014:15) adalah berikut ini:
 “Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama” (Rauch &
Behling).
 “Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk
bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok” (George P.
Terry).
 “Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta
dalam mencapai tujuan umum” (H. Koontz dan C. Donnell).
 “Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk
bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan” (Ordway
Tead).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain untuk
mencapai tujuan. Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk
mempengaruhi orang – orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang
diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.

2.1.2 Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam


kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan
bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.

Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti:


a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas
pokok kelompok atau organisasi.

Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok


kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di
mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara
efektif.
2. Fungsi konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan
pertimbangan, yang mengharuskanya berkonsultasi dengan orang-orang
yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang
diperlukan dalam menetapkan keputusan.
3. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-
orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan
maupun dalam melaksanakannya.
4. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun
tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti
kepercayaan.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalain bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau
efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

2.2 BUDAYA ORGANISASI


2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Sussanto (2011) dalam Emron Edison (2016) budaya organisasi


merupakan pola dari keyakinan, perilaku, asumsi, dan nilai-nilai yang dimiliki
bersama. Budaya organisasi membentuk cara berperilaku dan berinteraksi antar
anggota organisasi dan mempengaruhi cara kerja mereka.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa budaya


organisasi adalah suatu susunan karakteristik berupa cara nilai-nilai, dan
perilaku dalam suatu organisasi yang dimiliki bersama secara turun temurun
yang memberi ciri khusus bagaimana suatu organisasi melaksanakan kinerjanya.

Budaya organisasi yang ingin diciptakan tentu budaya yang bernilai tinggi,
baik secara intelektual, seni, maupun teknologi. Budaya organisasi sangat
menentukan kesuksesan dan kegemilangan organisasi dalam menjalankan
program-programnya.

Menurut Edward Burnett dalam bukunya Budaya Organisasi yang dikutip


oleh Moh. Pabundu Tika dalam bukunya Budaya Organisasi dan Peningkatan
Kinerja Perusahaan mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan berbagai
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Robert G. Owens dalam bukunya Organizational Behavior
in Education, yang dikutip oleh Moh. Pabundu Tika dalam bukunya Budaya
Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, budaya adalah suatu sistem
pembagian nilai dan kepercayaan yang berinteraksi dengan orang dalam suatu
organisasi, struktur organisasi, dan sistem control yang menghasilkan norma
perilaku.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Menentukan Kekuatan Budaya Organisasi


 Kebersamaan
 Intensitas

2.2.3 Ciri-ciri Budaya Kuat


 Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi.
 Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan
digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-
orang di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi
sangat kohesif.
 Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi
dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten
oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.
 Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan
organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat
pahlawan.
 Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PROFIL PERUSAHAAN TOYOTA-ASTRA MOTOR


PT Toyota Astra Motor atau biasa disingkat dengan TAM merupakan Agen
Tunggal Pemegang Merk (ATPM) mobil Toyota dan Lexus di Indonesia. TAM
merupakan perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk dengan
persentase saham 51% dan Toyota Motor Corporation, Jepang dengan persentase
saham 49%.

Jenis entitas bisnis Non Publik


Sektor Distributor otomotif
1971 (pada 2003, dilakukan restrukturisasi
Didirikan
perusahaan)
Markas Kantor pusat di Sunter, Jakarta
Tokoh Yoshihiro Nakata, Presiden Direktur
Vios, Corolla, Camry, Yaris, fortuner, Kijang
Produk
Innova, Avanza, Dyna, Agya, Calya, Sienta
Karyawan ± 5000
Situs web www.toyota.astra.co.id

3.1.1 Sejarah

PT Toyota Astra Motor diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Peranan


TAM semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota, namun setahun
kemudian sudah berfungsi sebagai distributor. Pada tanggal 31 Desember 1989,
TAM melakukan merger bersama tiga perusahaan antara lain :
 PT Multi Astra (pabrik perakitan, didirikan tahun 1973)
 PT Toyota Mobilindo (pabrik komponen bodi, didirikan tahun 1976)
 PT Toyota Engine Indonesia (pabrik mesin, didirikan tahun 1982)
Ketiga perusahaan tersebut membentuk perusahaan baru dengan nama PT.
Toyota Astra Motor. Merger ini dilakukan guna menyatukan langkah dan
efisiensi dalam menjawab tuntutan akan kualitas serta menghadapi ketatnya
persaingan di dunia otomotif.

Selama lebih dari 30 tahun, PT. Toyota-Astra Motor telah memainkan


peranan penting dalam pengembangan industri otomotif di Indonesia serta
membuka lapangan pekerjaan termasuk dalam industri pendukungnya. PT.
Toyota-Astra Motor telah memiliki pabrik produksi seperti stamping, casting,
engine dan assembly di area industri Sunter, Jakarta. Untuk meningkatkan
kualitas produk dan kemampuan produksi, pada tahun 1998 diresmikan pabrik
di Karawang yang menggunakan teknologi terbaru di Indonesia.

Sejak tanggal 15 Juli 2003, TAM direstrukturisasi menjadi 2 perusahaan,


yaitu :
 PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia disingkat TMMIN yang
merupakan perakit produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku
cadang Toyota. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan ini adalah
Astra International 5 % dan TMC menjadi 95%
 PT. Toyota Astra Motor sebagai agen penjualan, importir dan distributor
produk Toyota di Indonesia. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan
ini adalah Astra International 51% sedangkan TMC 49%.

3.1.2 Jaringan Distribusi

Dalam mendukung penjualan dan layanan purna jual, TAM dibantu oleh
5 Dealer Utama yang membawahi dealer-dealer yang tersebar di seluruh
Indonesia. Hingga bulan Desember 2005 telah terdapat 181 outlet dan 101
bengkel resmi. Berikut ini kelima Dealer Utama yang dibagi berdasarkan
wilayah geografisnya :
 Auto 2000 merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan serta sebagian
Sumatera
 Nasmoco merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah Jawa Tengah dan
Yogyakarta
 PT Hadji Kalla Trd Co merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
 PT Hasjrat Abadi merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Ternate dan Papua
 PT Agung Automall merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah Bali,
Riau, Jambi, Bengkulu dan Batam.

3.1.3 Produk Yang Dijual Di Indonesia

 Sedan = Starlet, Yaris, Soluna, Cressida, Corona, Vios, Corolla, Camry,


Crown, Etios Valco, Agya
 Kendaraan penumpang jenis SUV dan MPV = Fortuner, Rush, Kijang
Innova, Kijang, Avanza, Hiace, Land Cruiser, Previa, RAV4, Toyota NAV1
(Noah), Alphard, Vellfire, Sienta, Calya, Voxy, C-HR
 Truk dan kendaraan niaga = Dyna, Hilux & Kijang Pick up.

3.1.4 Struktur Organisasi

 Presiden Direktur : Yoshihiro Nakata


 Wakil Presiden Direktur : Henry Tanoto
 Direktur Marketing : Henry Tanoto dan Yuji Takarada
 Direktur Financial : Dharmawan Widjaja dan Keijiro Inada

3.1.5 Milestone

 1971 : PT Toyota-Astra Motor (TAM) resmi didirikan sebagai importir


dan distributor kendaraan Toyota di Indonesia
 1973 : Didirikan pabrik perakitan PT Multi Astra
 1976 : Mendirikan PT Toyota Mobilindo, pabrik komponen kendaraan
niaga
 1977 : Peluncuran Kijang generasi pertama
 982 : Peresmian Parts Center
 1982 : Pabrik mesin PT Toyota Engine Indonesia mulai beroperasi
 1987 : Ekspor perdana Kijang ke beberapa negara Asia-Pasifik
 1989 : Peluncuran Kijang ke 200.000 & produksi Toyota ke-500.000
 1995 : Kijang Lintas Nusa, Banda Aceh-Larantuka sekitar 6000 Km,
memperingati "Indonesia Emas" (50 tahun merdeka)
 1996 : Peluncuran unit produksi Toyota ke 1.000.000
 2000 : Peresmian pabrik mobil modern di Karawang
 2003 : Produksi Kijang ke-1.000.000 unit dan Restrukturisasi TAM
menjadi PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan TAM
sebagai distributor
 2004 : Peluncuran Toyota Avanza sebagai kendaraan hasil kolaborasi
TAM-TMMIN dan PT. Astra Daihatsu Motor
 2007 : Menjadi ATPM Lexus di Indonesia

3.1.6 Penghargaan

 Superbrands Award dari Superbrands Organization pada tahun 2004 &


2005
 Indonesia Best Brand Award dari majalah Swa dan Mars pada tahun 2001-
2004
 Golden Brand Award
 Indonesia’s Most Admired Company (IMAC) pada tahun 2003 & 2005
dari majalah BusinessWeek dan Frontier
 Indonesian Customer Satisfaction Award untuk produk Kijang (tahun
2001-2005) dari Majalah SWA dan Frontier
 IMI Award dari IMI pada tahun 2004

3.2 KEPEMIMPINAN PT TOYOTA-ASTRA MOTOR


STRUKTUR KEPEMIMPINAN MASA JABATAN TAHUN 2002 – 2014.

Presiden Direktur : Johnny Darmawan Danusasmita


Wakil Presiden Direktur : Shinji Fujii
Direktur : Joko Trisanyoto, Shinji Yamasaki, Benny
Radjo Setyono, Hirohiko Fukatsu
Dibalik kesuksesan PT Toyota Astra Motor pun tidak akan luput dari peran
seorang pemimpin yang mampu membawa perusahaan yang dipimpinnya menjadi
perusahaan yang sukses. Pemimpin tersebut yaitu Johnny Darmawan Danusasmita.
Beliau adalah CEO terbaik Indonesia tahun 2009 dan 2011.

Johnny Darmawan Danusasmita adalah salah satu tokoh di Indonesia yang


mempunyai kepemimpinan yang baik dan patut untuk kita contoh. Beliau dikenal
sebagai sosok yang santun, ramah, dan rendah hati dalam bersosialisasi, tetapi juga
sosok yang berani, tegas, dan visioner. Dikalangan karyawannya, beliau dikenal
sebagai sosok yang ramah. Karena tak jarang beliau untuk langsung terjun
kelapangan menyapa bawahannya sekaligus mengontrol laporan yang ia terima dari
manajernya.

Dari seorang Johnny Darmawan Danusasmita ada hal yang perlu kita contoh
dari beliau yaitu, sifat kepemimpinannya. Dikutip dari Majalah IAI, dalam konsep
kepemimpinan yang beliau terapkan, senantiasa mengaplikasikan tiga winning.
Pertama, winning concept, seorang pemimpin harus mempunyai konsep ke depan,
mau melakukan apa ke depannya sudah jelas jalannya. Kedua, winning
system untuk menjalankan konsep tersebut. Dan ketiga winning team, karena untuk
menyukseskan itu semua dibutuhkan tim yang kuat dan solid.

3.3 BUDAYA ORGANISASI PT TOYOTA-ASTRA MOTOR


Dalam Bahasa Jepang tsukuri (berarti membuat atau bertumbuh) juga
mendeskripsikan bagaimana Toyota mendukung karyawan untuk menjadikan ide
dan mentransformasikannya di dalam perusahaan guna menghadapi perubahan di
dalam lingkungan bisnis. Penekanan dalam mengubah pengetahuan tacit
perorangan menjadi milik perusahaan senantiasa menekankan kepada hubungan
antar manusia.

Budaya perusahaan Toyota atau lebih dikenal sebagai Toyota Way diciptakan
berdasar pada basis SDM dimana perusahaan mempercayai bahwa Toyota terdiri
dari orang (Hito dalam bahasa Jepang), dan membangun kemampuan manusia atau
SDM (Hito-tsukuri) melalui pelatihan, coaching dan mentoring sebagai tanggung
jawab utama di dalam perusahaan.

Toyota Way dibentuk oleh dua pilar utama dan pilar tersebut menciptakan
lima nilai yang dapat menumbuhkan budaya perusahaan (corporate culture), yaitu:

1. Pilar Pertama yaitu peningkatan berkelanjutan (Continuous Improvement)


Memiliki keinginan untuk terus meningkatkan bisnis melalui penciptaan
ide-ide dan upaya yang terbaik untuk menghasilkan good products and
services quality yang direpresentasikan dalam tiga nilai yaitu (1) challenge
(tantangan) artinya membuat suatu keputusan manajemen dalam berbisnis
berdasarkan filosofi jangka panjang, (2) kaizen yaitu pembelajaran
organisasi secara terus menerus dengan melihat masa depan, dan (3) genchi
genbutsu yaitu melihat realita yang ada di depan mata agar lebih memahami
situasi dengan benar.
2. Pilar kedua, adalah respect for people (rasa hormat terhadap orang lain)
Memiliki respect kepada sesama merupakan hal penting dalam bisnis
karena kesuksesan dari sebuah bisnis diciptakan dari usaha individu dan
team work yang baik. Respect for people menumbuhkan dua nilai yaitu
respect dan team work. Dalam pemaparan tentang Toyota Way beliau pun
menjelaskan 4P model Toyota Way yang menjadi dasar dari Toyota
Production System (TPS) yang dipraktikkan di pabrik-pabrik Toyota di
seluruh dunia, yaitu Philosopy, Process, People or Partners dan Problem
Solving.

Seorang pemimpin harus mempunyai elemen kritis dan budaya dari Genchi
Genbutsu yang artinya memahami secara mendalam situasi sebenarnya secara
detail dan para pemimpin harus menunjukkan kemampuan dan mengerti bagaimana
pekerjaan diselesaikan di tingkat lantai pabrik Toyota. Jadi, tidak hanya sekedar
membaca situasi. Melainkan memahami setiap permasalahan yang anda dan segera
menanganinya dengan solusi-solusi yang tidak merugikan.
Selain itu, ajaran tentang kepemimpinan penting lainnya dari Toyota Way
adalah upaya yang dilakukan untuk mendukung budaya yang menciptakan
lingkungan organisasi pembelajar. Dengan istilah Deming, Toyota menggunakan
”kepatuhan pada tujuan” diseluruh elemen organisasi yang memberi dasar bagi
kepemimpinan yang konsisten dan positif serta lingkungan untuk belajar. Dapat
dikatakan kekurangan-kekurangan yang ada dalam perusahaan adalah suatu metode
pembelajaran untuk melakukan perbaikan yang lebih baik.
Penerapan Genchi Genbutsu dapat dengan mudah diikuti pada lantai
produksi, hal ini juga berlaku pada eksekutif dan manajer yang harus melihat
langsung, dan memahami benar situasi sebenarnya di tingkat pengerjaan. Inti utama
dari filosofi Toyota adalah bahwa budaya harus mendukung orang dalam
pekerjaannya.
Manajemen harus memperlihatkan komitmennya pada kualitas tiap hari.
Budaya yang ingin diciptakan adalah mendahulukan kualitas dan mendahulukan
keselamatan kerja. Pada intinya, budaya yang ingin dibangun adalah kembangkan
pemimpin yang benar-benar memahami pekerjaannya, menjiwai filosofi, dan
mengajarkannya kepada orang lain.
Toyota Way melibatkan pembelajaran organisasi dari kesalahannya,
menentukan akar penyebab dari permasalahan, menyediakan tindakan
penanggulangan yang efektif, memberdayakan karyawan untuk
mengimplementasikan tindakan tersebut, dan mempunyai proses untuk mentransfer
pengetahuan baru kepada orang yang tepat. Prinsip yang utama adalah bagaimana
mengidentifikasi akar penyebab masalah dan mengembangkan tindakan
penanggulangan.
Toyota Way menjadi suatu organisasi pembelajar melalui refleksi diri tanpa
kompromi (hansei) dan peningkatan berkesinambungan (kaizen). Kaizen, pada
intinya merupakan sebuah pembelajaran sikap dan pola pikir dari semua pemimpin
dan karyawan, sebuah sikap dari refleksi diri sendiri bahkan kritik pada diri sendiri,
sebuah keinginan yang membara untuk berkembang.
Sedangkan Hansei, yang berarti refleksi diri, tanggung jawab, dan
pembelajaran organisasi. Dengan toyota mempunyai budaya terus berefleksi diri,
maka Toyota akan mempunyai kesempatan untuk melihatnya tumbuh dan
berkembang dalam cara baru. Jika seseorang mengakui telah melakukan kesalahan,
mereka akan belajar dari kesalahan itu.
Perbedaan yang lain dapat dilihat dari budaya hansei (refleksi diri), yaitu
untuk jujur mengakui kesalahan/kelemahan dan memperbaiki kelemahan. Para
pekerja di Indonesia alangkah baiknya apabila lebih banyak membahas kelemahan
dari pada keberhasilan, sehingga dapat dijadikan sebagai proses belajar untuk
perbaiki diri dengan tujuan peningkatan yang lebih baik dan berkesinambungan.
Para pekerja di Jepang juga merupakan seseorang yang Hard-working dan
pantang menyerah. Disitu pula terdapat perbedaan dengan para pekerja di Indonesia
yang bekerja untuk uang, sehingga kurang memperhatikan kualitas.
Setelah melihat profil buadaya organisasi perusahaan Toyota, sudah tentu
terlintas dalam pikiran kita perbandingan antara perusahaan jepang dan perusahaan
Indonesia dalam hal budaya organisasinya.
Untuk Jepang, pada dasarnya tiap pemimpin seharusnya dipilih berdasarkan
kemampuan dan memahami pekerjaan yang akan dipimpinnya, tetapi di Indonesia
kurang sifat mengajarkan kepada para bawahannya. Seperti salah satu budaya
genchi genbutsu, tidak semua pegawai akan melihat masalah secara detail dan
menyeluruh.
Masih banyak karyawan yang mempunyai komitmen yang kurang terhadap
perusahaan dan cenderung ”cuek” dan tidak terlalu peduli terhadap profit
perusahaan, karena kebanyakan pekerja di Indonesia bekerja hanya untuk uang.
Dimana ada uang lebih, disitulah para pekerja akan bekerja lebih giat. Dimana ada
iming-imingan uang, disitulah para pekerja akan berebut untuk menjadi posisi yang
paling tinggi demi mendapatkan uang yang lebih banyak.
Selain itu, di jepang sangatlah menjunjung tinggi dua prioritas, yaitu
mendahulukan kualitas dan mendahulukan keselamatan kerja. Budaya prioritas
kualitas dan keselamatan kerja inilah yang dijunjung tinggi oleh perusahaan di
Jepang.
Sedikit berbeda dengan di Indonesia, hanya faktor kualitas saja yang jauh
lebih diutamakan, sedangkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja kurang
diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dengan belum optimalnya pemakaian Alat
Pelindung Diri pada para operator dan pekerja, yang dapat disebabkan pemberian
pengetahuan oleh perusahaan pada pekerja juga sangat kurang, sehingga banyak
pekerja yang ”menyepelekan” penggunaan alat-alat keselamatan kerja.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Presiden Direktur PT Astra Toyota Motor tahun 2002-2014, yaitu Johnny Da
rmawan Danusasmita. Beliau dikenal sebagai sosok yang santun, ramah, dan renda
h hati dalam bersosialisasi, tetapi juga sosok yang berani, tegas, dan visioner. Tida
k jarang beliau untuk langsung terjun kelapangan menyapa bawahannya sekaligus
mengontrol laporan yang ia terima dari manajernya.

Konsep kepemimpinan yang beliau terapkan, senantiasa mengaplikasikan tig


a winning. Pertama, winning concept, seorang pemimpin harus mempunyai konsep
ke depan, mau melakukan apa ke depannya sudah jelas jalannya. Kedua, winning s
ystem untuk menjalankan konsep tersebut. Dan ketiga winning team, karena untuk
menyukseskan itu semua dibutuhkan tim yang kuat dan solid.

Budaya perusahaan Toyota atau lebih dikenal sebagai Toyota Way diciptaka
n berdasar pada basis SDM dimana perusahaan mempercayai bahwa Toyota terdiri
dari orang (Hito dalam bahasa Jepang), dan membangun kemampuan manusia ata
u SDM (Hito-tsukuri) melalui pelatihan, coaching dan mentoring sebagai tanggun
g jawab utama di dalam perusahaan. Filosofi Toyota adalah bahwa budaya harus m
endukung orang dalam pekerjaannya.

Toyota Way melibatkan pembelajaran organisasi dari kesalahannya, menent


ukan akar penyebab dari permasalahan, menyediakan tindakan penanggulangan ya
ng efektif, memberdayakan karyawan untuk mengimplementasikan tindakan terse
but, dan mempunyai proses untuk mentransfer pengetahuan baru kepada orang yan
g tepat.

Budaya yang ingin diciptakan adalah mendahulukan kualitas dan


mendahulukan keselamatan kerja. Pada intinya, budaya yang ingin dibangun adalah
kembangkan pemimpin yang benar-benar memahami pekerjaannya, menjiwai
filosofi, dan mengajarkannya kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan peningkatan Kinerja perusahaan,


PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 2-3
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Sakti Membangun Organisasi Sekolah, DIVA Press,
Jogjakarta, 2013, hlm. 33
Edison, Emron, Sumber Daya Manusia, Alfabeta, 2016.

“TOYOTA IN INDONESIA”. 04 Oktober 2018.


https://www.toyota.astra.co.id/corporate-information/profile

Anda mungkin juga menyukai