DOSEN PEMBIMBING
Anggi Pasca Arnu, SE, MM
DISUSUN OLEH
1. Ika Nur Rahmawati (1610631030132)
2. Imeh Siti Fatimah (1610631030134)
3. Irma Suryani (1610631030143)
4. Ismi Hartanti (1610631030145)
5. Ismiani Aulia (1610631030146)
6. Laili Wahyuni Nur Azizah (1610631030161)
S1 AKUNTANSI
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Implementasi
Organisation and Leadership pada PT TOYOTA ASTRA MOTOR”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
2.1 KEPEMIMPINAN
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Budaya organisasi yang ingin diciptakan tentu budaya yang bernilai tinggi,
baik secara intelektual, seni, maupun teknologi. Budaya organisasi sangat
menentukan kesuksesan dan kegemilangan organisasi dalam menjalankan
program-programnya.
3.1.1 Sejarah
Dalam mendukung penjualan dan layanan purna jual, TAM dibantu oleh
5 Dealer Utama yang membawahi dealer-dealer yang tersebar di seluruh
Indonesia. Hingga bulan Desember 2005 telah terdapat 181 outlet dan 101
bengkel resmi. Berikut ini kelima Dealer Utama yang dibagi berdasarkan
wilayah geografisnya :
Auto 2000 merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan serta sebagian
Sumatera
Nasmoco merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah Jawa Tengah dan
Yogyakarta
PT Hadji Kalla Trd Co merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
PT Hasjrat Abadi merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Ternate dan Papua
PT Agung Automall merupakan Dealer Utama Toyota di wilayah Bali,
Riau, Jambi, Bengkulu dan Batam.
3.1.5 Milestone
3.1.6 Penghargaan
Dari seorang Johnny Darmawan Danusasmita ada hal yang perlu kita contoh
dari beliau yaitu, sifat kepemimpinannya. Dikutip dari Majalah IAI, dalam konsep
kepemimpinan yang beliau terapkan, senantiasa mengaplikasikan tiga winning.
Pertama, winning concept, seorang pemimpin harus mempunyai konsep ke depan,
mau melakukan apa ke depannya sudah jelas jalannya. Kedua, winning
system untuk menjalankan konsep tersebut. Dan ketiga winning team, karena untuk
menyukseskan itu semua dibutuhkan tim yang kuat dan solid.
Budaya perusahaan Toyota atau lebih dikenal sebagai Toyota Way diciptakan
berdasar pada basis SDM dimana perusahaan mempercayai bahwa Toyota terdiri
dari orang (Hito dalam bahasa Jepang), dan membangun kemampuan manusia atau
SDM (Hito-tsukuri) melalui pelatihan, coaching dan mentoring sebagai tanggung
jawab utama di dalam perusahaan.
Toyota Way dibentuk oleh dua pilar utama dan pilar tersebut menciptakan
lima nilai yang dapat menumbuhkan budaya perusahaan (corporate culture), yaitu:
Seorang pemimpin harus mempunyai elemen kritis dan budaya dari Genchi
Genbutsu yang artinya memahami secara mendalam situasi sebenarnya secara
detail dan para pemimpin harus menunjukkan kemampuan dan mengerti bagaimana
pekerjaan diselesaikan di tingkat lantai pabrik Toyota. Jadi, tidak hanya sekedar
membaca situasi. Melainkan memahami setiap permasalahan yang anda dan segera
menanganinya dengan solusi-solusi yang tidak merugikan.
Selain itu, ajaran tentang kepemimpinan penting lainnya dari Toyota Way
adalah upaya yang dilakukan untuk mendukung budaya yang menciptakan
lingkungan organisasi pembelajar. Dengan istilah Deming, Toyota menggunakan
”kepatuhan pada tujuan” diseluruh elemen organisasi yang memberi dasar bagi
kepemimpinan yang konsisten dan positif serta lingkungan untuk belajar. Dapat
dikatakan kekurangan-kekurangan yang ada dalam perusahaan adalah suatu metode
pembelajaran untuk melakukan perbaikan yang lebih baik.
Penerapan Genchi Genbutsu dapat dengan mudah diikuti pada lantai
produksi, hal ini juga berlaku pada eksekutif dan manajer yang harus melihat
langsung, dan memahami benar situasi sebenarnya di tingkat pengerjaan. Inti utama
dari filosofi Toyota adalah bahwa budaya harus mendukung orang dalam
pekerjaannya.
Manajemen harus memperlihatkan komitmennya pada kualitas tiap hari.
Budaya yang ingin diciptakan adalah mendahulukan kualitas dan mendahulukan
keselamatan kerja. Pada intinya, budaya yang ingin dibangun adalah kembangkan
pemimpin yang benar-benar memahami pekerjaannya, menjiwai filosofi, dan
mengajarkannya kepada orang lain.
Toyota Way melibatkan pembelajaran organisasi dari kesalahannya,
menentukan akar penyebab dari permasalahan, menyediakan tindakan
penanggulangan yang efektif, memberdayakan karyawan untuk
mengimplementasikan tindakan tersebut, dan mempunyai proses untuk mentransfer
pengetahuan baru kepada orang yang tepat. Prinsip yang utama adalah bagaimana
mengidentifikasi akar penyebab masalah dan mengembangkan tindakan
penanggulangan.
Toyota Way menjadi suatu organisasi pembelajar melalui refleksi diri tanpa
kompromi (hansei) dan peningkatan berkesinambungan (kaizen). Kaizen, pada
intinya merupakan sebuah pembelajaran sikap dan pola pikir dari semua pemimpin
dan karyawan, sebuah sikap dari refleksi diri sendiri bahkan kritik pada diri sendiri,
sebuah keinginan yang membara untuk berkembang.
Sedangkan Hansei, yang berarti refleksi diri, tanggung jawab, dan
pembelajaran organisasi. Dengan toyota mempunyai budaya terus berefleksi diri,
maka Toyota akan mempunyai kesempatan untuk melihatnya tumbuh dan
berkembang dalam cara baru. Jika seseorang mengakui telah melakukan kesalahan,
mereka akan belajar dari kesalahan itu.
Perbedaan yang lain dapat dilihat dari budaya hansei (refleksi diri), yaitu
untuk jujur mengakui kesalahan/kelemahan dan memperbaiki kelemahan. Para
pekerja di Indonesia alangkah baiknya apabila lebih banyak membahas kelemahan
dari pada keberhasilan, sehingga dapat dijadikan sebagai proses belajar untuk
perbaiki diri dengan tujuan peningkatan yang lebih baik dan berkesinambungan.
Para pekerja di Jepang juga merupakan seseorang yang Hard-working dan
pantang menyerah. Disitu pula terdapat perbedaan dengan para pekerja di Indonesia
yang bekerja untuk uang, sehingga kurang memperhatikan kualitas.
Setelah melihat profil buadaya organisasi perusahaan Toyota, sudah tentu
terlintas dalam pikiran kita perbandingan antara perusahaan jepang dan perusahaan
Indonesia dalam hal budaya organisasinya.
Untuk Jepang, pada dasarnya tiap pemimpin seharusnya dipilih berdasarkan
kemampuan dan memahami pekerjaan yang akan dipimpinnya, tetapi di Indonesia
kurang sifat mengajarkan kepada para bawahannya. Seperti salah satu budaya
genchi genbutsu, tidak semua pegawai akan melihat masalah secara detail dan
menyeluruh.
Masih banyak karyawan yang mempunyai komitmen yang kurang terhadap
perusahaan dan cenderung ”cuek” dan tidak terlalu peduli terhadap profit
perusahaan, karena kebanyakan pekerja di Indonesia bekerja hanya untuk uang.
Dimana ada uang lebih, disitulah para pekerja akan bekerja lebih giat. Dimana ada
iming-imingan uang, disitulah para pekerja akan berebut untuk menjadi posisi yang
paling tinggi demi mendapatkan uang yang lebih banyak.
Selain itu, di jepang sangatlah menjunjung tinggi dua prioritas, yaitu
mendahulukan kualitas dan mendahulukan keselamatan kerja. Budaya prioritas
kualitas dan keselamatan kerja inilah yang dijunjung tinggi oleh perusahaan di
Jepang.
Sedikit berbeda dengan di Indonesia, hanya faktor kualitas saja yang jauh
lebih diutamakan, sedangkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja kurang
diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dengan belum optimalnya pemakaian Alat
Pelindung Diri pada para operator dan pekerja, yang dapat disebabkan pemberian
pengetahuan oleh perusahaan pada pekerja juga sangat kurang, sehingga banyak
pekerja yang ”menyepelekan” penggunaan alat-alat keselamatan kerja.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Presiden Direktur PT Astra Toyota Motor tahun 2002-2014, yaitu Johnny Da
rmawan Danusasmita. Beliau dikenal sebagai sosok yang santun, ramah, dan renda
h hati dalam bersosialisasi, tetapi juga sosok yang berani, tegas, dan visioner. Tida
k jarang beliau untuk langsung terjun kelapangan menyapa bawahannya sekaligus
mengontrol laporan yang ia terima dari manajernya.
Budaya perusahaan Toyota atau lebih dikenal sebagai Toyota Way diciptaka
n berdasar pada basis SDM dimana perusahaan mempercayai bahwa Toyota terdiri
dari orang (Hito dalam bahasa Jepang), dan membangun kemampuan manusia ata
u SDM (Hito-tsukuri) melalui pelatihan, coaching dan mentoring sebagai tanggun
g jawab utama di dalam perusahaan. Filosofi Toyota adalah bahwa budaya harus m
endukung orang dalam pekerjaannya.