INTERVENSI TEKNOSTRUKTURAL
DISUSUN OLEH :
PRODI MANAJEMEN
DENPASAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi sebuah perusahaan adanya struktur organisasi sangat diperlukan. Terutama
bagi mereka yang percaya bahwa bagan organisasi diperlukan guna menjamin manajemen
yang efektif, akan menjadi bingung bila hal tersebut tidak ada. Individu tidak akan memahami
pekerjaan mereka, apa yang harus dilakukan, bagaimana pekerjaan
BAB II
PEMBAHASAN
2. Konsultasi Proses
Konsultasi Proses adalah kerangka umum untuk melaksanakan hubungan
saling membantu. Schein mendefinisikan Konsultasi proses sebagai “ Penciptaan
hubungan yang memungkinkan klien untuk memahami, mengerti, dan bertindak atas
peristiwa proses yang terjadi dalam lingkungan internal dan eksternal dalam rangka
untuk memperbaiki situasi seperti yang didefinisikan oleh klien. Konsultasi Proses
adalah sebuah pendekatan untuk membantu orang-orang dan kelompok membantu
diri mereka sendiri.
Sebagai filosodi dalam membantu hubungan. Schein mengusulkan sepuluh
prinsip untuk memandu tindakan proses konsultan, selalu mencoba untuk membantu,
selalu tetap berhubungan dengan realitas saat ini, akses ketidaktahuan anda, semua
yang anda lakukan adalah intervensi, klien memiliki masalah dan solusinya,
mengikuti arus, waktu sangat penting, harus konstruktif oportunistik dan intervensi
confrontive, kesalahan akan selalu terjadi dan merupakan sumber utama untuk
belajar. Konsultan dan client ini bukan hanya berarti pihak ketiga, tetapi juga bisa
menjadi antara karyawan dengan atasan langsung. proses konsultasi ini hamper mirip
dengan latihan kepekaan , namun pada latihan kepekaan lebih menekankan kepada
tugas, sedangkan proses konsultasi lebih kepada member pemahaman. Dengan lebih
paham, tengkat penolakan akan lebih dapat berkurang.
a. Proses Kelompok Meliputi :
a) Komunikasi
Komunikasi bisa terbuka, berbicara kepada siapa, tentang apa. Hal ini
dapat mencakup bahasa tubuh, termasuk ekspresi wajah dan gerakan
tangan.
b) Peran Fungsional Anggota Kelompok
Individu harus mengatasi dan memahami identitas diri mereka.
c) Kelompok Pemecah Masalah dan Pengambil Keputusan
Agar efektif kelompok harus mampu mengidentifikasi masalah,
memeriksa alternatif, dan membuat keputusan.
d) Kelompok Norma
Mengacu kepada kelompok orang yang bekerja sama selama periode
waktu tertentu, mengembangkan norma – norma atau standar perilaku
tentang apa yang baik atau buruk kelompok diperbolehkan atau dilarang.
e) Penggunaan Kepemimpinan danOtoritas
f) Seorang konsultan proses perlu memahami proses yang terlihat dalam
kepemimpinan dan bagaimana gaya kepemimpinan yang berbeda dapat
membantu atau menghalangi fungsi suatu kelompok.
b. Proses Dasar Intervensi
a) Proses Intervensi Termasuk :
Periode proses analis
Pertanyaan yang mengarahkan perhatian pada masalah
interpersonal
Agenda review dan pengujian prosedur
Pertemuan ditunjukan untuk proses antar pribadi
Masukan konseptual tentang topic interpersonal proses
b) Diagnostik dan umpan Balik Intervensi
Pertanyaan dan probe diagnostic
Memaksa rekonstruksi sejarah, konkretisasi dan penekanan proses
Masukan ke kelompok selama proses analis atau waktu kerja regule
Tanggapan untuk individu setelah pertemuan atau sesi
pengumpulan data
c) Pelatihan atau Konseling Individu atau Kelompok
Untuk membantu mereka belajar untuk mengamati dan mengolah data
mereka sendiri, menerima dan belajar dari proses feedback, dan aktif
dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah mereka sendiri.
3. Intervensi Pihak Ketiga
Intervensi pihak ketiga pada konflik yang timbul antara dua orang atau
lebih dalam organisasi yang sama. Konflik melekat dalam kelompok dan organisasi
dan dapat timbul dari berbagai sumber, termasuk perbedaan dalam kepribadian,
orientasi tugas, sling ketergantungan tujuan, dan persepsi di antara anggota
kelompok, serta persaingan untuk sumber daya yang langka.
Interfensi pihak ketiga bervariasi tergantung pada jenis masalah yang
mendasari konflik. Konflik dapat muncul dari isu—isu subtantif, seperti metode
kerja, besaran upah. Intervensi pihak ketiga tidak dapat menyelesaikan semua konflik
interpersonal dalam organisasi, maupun mereka sendiri.
4. Pembinaan Tim
Pembinaan tim merupakan salah satu metode pengembangan organisasi
dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang
disebut pembinaan tim. Tujuan dari pada pengembangan perilaku kelompok ialah
untuk melakukan pekerjaan secara efektif dengan membentuk tim. Latihan kepekaan
ini merupakan metode awal dari perubahan perilaku, melalui interaksi kelompok yang
tak terstruktur, dimana setiap anggota dalam kelompok diajak berkumpul bersama
dalam suasana yang bebas dan terbuka dimana setiap partisipasi mendiskusikan diri
mereka sendiri dan proses interaksi mereka. Dengan pelatihan kepekaan ini
mendorong setiap anggota memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap diri sendiri dan
orang lain, mengingat empati kepada orang lain, mengingatkan listening skill atau
keahlian dalam mendengarkan pendapat orang lain, mengingat keterbukaan dan
toleransi kepada orang lain.
B. Intervensi Teknostruktural
Intervensi teknostruktural adalah sebuah model intervensi dalam
pengembangan organisasi yang menggunakan pendekatan teknologi dan structural dalam
prosesnya. Intervensi teknostruktural menekankan pada peningkatan efektivitas
organisasi dan pengembangan sumber daya manusia dengan berfokus pada teknologi dan
struktur organisasi. Intervensi ini berakar dari bidang teknik, sosiologi, dan psikologi
yang dikombinasikan dengan sistem sosio-teknis, analisis pekerjaan, dan desainnya. Jenis
intervensi ini sangat bergantung pada pendekatan berbasis defisit yaitu gagasan utamanya
adalah untuk memecahkan masalah. Pendekatan teknostruktural memfokuskan pada
peningkatan teknologi organisasi (misalnya metode penugasan dan desain pekerjaan) dan
struktur (misalnya pembagian kerja dan hirarki). Intervensi teknostruktural bertujuan
untuk :
1. Meningkatkan konten kerja, metode kerja, dan hubungan antara pekerja
2. Mengurangi biaya produksi dengan mengganti bahan, metode, peralatan, dan desain
alur kerja yang tidak efisien, serta tenaga kerja yang tidak perlu dengan teknologi yang
lebih efisien.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam intervensi teknostruktural :
1. Desain struktur organisasi
2. Downzising
3. Reenginering
4. Work Design
C. Downzising
Adakalanya agar tetap dapat bersaing, perusahaan harus melakukan downzising,
yaitu mengurangi jumlah dan ukuran dari yang dimiliki oleh perusahaan saat ini dengan
tujuan untuk pengurangan biaya. Downsizing dilakukan dengan pengurangan jumlah
karyawan, kadang jumlah unit operasi, namun dengan atau tanpa mengubah komposisi
bisnis dalam portofolio perusahaan. Pendekatan ini mensyaratkan pemutusan hubungan
kerja dan juga mengurangi jumlah jenjang hirarki organisasi. Ada beberapa penyebab yang
menjadikan sebuah perusahaan melakukan downsizing :
1. Krisis ekonomi yang dialami oleh perusahaan
2. Pendapatan perusahaan lebih kecil ketimbang pengeluaran
3. Jumlah tenaga kerja yang terlampau banyak
4. Butuh tenaga kerja yang lebih professional dan personalia yang baru
5. Perusahaan ingin membuka cabang baru
D.Reenginering
Intervensi ini mendesain ulang secara radikal proses pekerjaan inti organisasi untuk
menciptakan unjuk kerja yang lebih responsive. Reenginering adalah sebagai pemikiran ulang
serta fundamental dan perancangan ulang secara radikal atas proses-proses bisnis untuk
mendapatkan perbaikan dramatis dalam hal-hal ukuran-ukuran kinerja yang penting dan
kontemporer, seperti biaya, kualitas, pelayanan, dan kecepatan.
1. Fundamental : dalam melaksanakan reenginering pelaku bisnis harus menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang paling mendasar tentang perusahaan mereka dan
bagaimana operasinya. Pertanyaan-pertanyaan fundamental ini memaksa pelaku bisnis
untuk melihat aturan-aturan tak tertulis dan asumsi-asumsi mendasar cara mereka
menjalankan bisnis.
2. Radikal : berasal dari bahasa latin Radix yang berarti akar. Merancang ulang secara
radikal, berarti mulai dari akar permasalahan. Bukannya membuat perubahan-
perubahan yang superspesial atau berkutat dengan apa yang sudah ada, akan tetapi
melempar jauh-jauh yang lama. Reenginering ditunjukkan dengan aktivitas tentang
mencipta ulang bisnis, bukan meningkatkan bisnis, memperkuat bisnis atau
memodifikasi bisnis.
3. Dramatis : Reenginering bukanlah upaya mencapai peningkatan secara marjinal atau
incremental tetapi mencapai suatu lompatan besar dalam hal kinerja perusahaan.
4. Proses : Sebagai pelaku bisnis tidak berorientasi terhadap proses, mereka memusatkan
perhatian pada tugas-tugas, pekerjaan, orang-orang, struktur dan sebagainya.
Reenginering merupakan penemuan pendekatan-pendekatan baru untuk
memproses struktur kerja yang berbeda dari pendekatan pada era-era sebelumnya. Jadi
reengineering adalah lompatan besar dalam hal kinerja yang merupakan penyempurnaan
seratus persen bahkan sepuluh kali lipatnya yang dapat terjadi dari proses-proses dan
struktur-struktur kerja yang benar-benar baru, sehingga merupakan pedoman yang pasti
untuk menciptakan suatu bentuk baru perusahaan bagi dunia bisnis baru.
Setiap organisasi terbentuk dari 3 pilar utama yaitu proses, sumber daya manusia
dan teknologi. Dalam mendesain serangkaian proses, ketiga elemen tersebut harus
dipadukan sesuai dengan kebutuhan pasar atau pelanggan. Perlu diperhatikan sumber daya
manusia yang akan mengoperasikan proses tersebut, teknologi juga digunakan untuk
mendukung proses dan terutama teknologi informasi. Teknologi memainkan peran utama
bersama dengan proses dan sumber daya manusia. Demi kesuksesan reenginering ketiga
elemen tersebut harus secara efektif dipadukan untuk melakukan strategi bisnis.
Berdasarkan penelitian Yeung dan Brocbank (1994) terhadap 160 eksekutif
perusahaan besar di California menunjukkan terdapat tiga faktor utama yang mendorong
dilakukan reengineering yaitu : pengurangan biaya, meningkatkan mutu pelayanan yang
lebih baik, dan perubahan budaya perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
pengurangan biaya merupakan yang terpenting yakni 79 persen dari jawaban responden,
urutan kedua untuk meningkatkan pelayanan (76 persen) sedangkan urutan ketiga merubah
budaya perusahaan yang bertujuan mengurangi birokrasi dan pemberdayaan karyawan (70
persen).
Dengan reengineering SDM diharapkan setelah layanan SDM yang penting dan
rutin terarah serta terstandarisasi dengan menggunakan teknologi informasi, maka fungsi-
fungsi SDM dapat dibebaskan dari standard an arah tersebut guna lebih memfokuskan pada
aktivitas-aktivitas SDM yang bernilai tambah tinggi.
1. Bennis dan Mische menyebutkan tentang tujuan rekayasa ulang (reengineering),
sebagai berikut :Meningkatkan produktivitas dengan menciptakan proses-proses
inovatif dan tanpa hierarki, yang memiliki aliran tanpa henti dan terdapat pada
suatu urutan yang alami serta dengan kecepatan yang alami
2. Meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dengan melakukan segala
sesuatunya secara berbeda.
3. Mencapai hasil yang luar biasa dimaksudkan untuk mencapai setidaknya
peningkatan sebesar 50 persen.
4. Mengonsolidasikan fungsi-fungsi dengan berusaha menciptakan suatu organisasi
yang lebih ramping, lebih datar, dan lebih cepat.
5. Menghilangkan tingkatan dan pekerjaan yang tidak perlu serta tingkat dan
aktivitas organisasi yang mewakili sedikit nilai untuk para pemegang saham atau
kecil kontribusinya bagi daya saing juga disusun ulang dan dihilangkan.
E. Work Design
Dalam pendekatan work design ini ada tiga teori yang dapat digunakan yaitu :
a. The engineering approach
Pendekatan ini berfokus terhadap efisiensi dan simplikasi gaya kerja yang lama
menjadi modern dan lebih efeisien. Gaya kerja yang lebih simpel dan efisien akan
lebih mudah dalam memaksimalkan tenaga kerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah perusahaan tetapkan.
b. Motivational theories
Melakukan pendekatan yang berguna untuk membantu dan meningkatkan motivasi
pegawai. Sehingga pegawai mampu terus menjaga motivasinya dalam bekerja untuk
mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan. Motivasi sangat penting bagi
terciptanya hasil kerja dan produktivitas yang maksimal. Motivasi dipengaruhi oleh
banyak hal, salah satu aspek penting motivasi adalah keadaan psikologis dari orang
tersebut.
Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan kepuasan pegawai adalah
dengan memperkaya pekerjaannya. Menurut model Hackman dan Oldman, ada beberapa
hal yang perlu diperkaya bagi seorang pegawai yaitu :
1. Skill variety (variasi keteramplian), yaitu dengan meningkatkan jumlah
keterampilan yang dimiliki terkait dengan pekerjaannya. Misalkan seorang penjaga
toko, maka ia dilatih agar mampu menjadi kasir, pelayan, dan juga petugas.
2. Task identity (identitas tugas), sejauh mana individu melakukan tugasnya. Misalkan
seorang pekerja yang memeriksa keseluruhan mesin pesawat, sasis, pengereman, dan
juga elektrik pesawat akan lebih merasa puas dibandingkan dengan pegawai yang
hanya bertugas memeriksa bagian pengereman saja.
3. Task significance (signifikasi tugas), pekerjaan yang dilakukan berdampak pada
pekerjaan orang lain. Misalkan pekerjaan seorang perawat akan juga berdampak pada
penanganan dokter yang menjadikan pasien menjadi cepat pulih.
Dalam proses pengayaan pekerjaan tentunya juga akan menghadapi hambatan-hambatan.
Beberapa hambatan yang akan dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Masalah teknis : Teknologi sebuah organisasi dapat menjadi suatu
penghambat pengayaan sebuah organisasi.
2. Sistem personil : Sistem personil dapat membatasi pengayaan pekerjaan.
Deskripsi pekerjaan formal yang didefinisikan secara kaku dan membatasi
fleksibilitas dalam mengubah tugas-tugas pekerjaan pegawai. Sebagai contoh,
banyak serikat perjanjian sempit seperti deskripsi pekerjaan antara manajemen
dan serikat buruh.
3. Sitem kontrol : Sistem kontrol seperti anggaran, laporan produksi, dan praktik
akuntansi, dapat membatasi kompleksitas dan tantangan pekerjaan dalam sistem.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang bekerja pada sebuah kontrak pemerintah
mungkin memiliki prosedur kontrol kualitas yang terlalu ketat.
4. Sistem pengawasan : Supervisor menentukan untuk sebagian besar jumlah
otonomi dan umpan balik yang bawahan dapat pengalaman. Sejauh pengawas
menggunakan kontrol yang terkait dengan pekerjaan, maka pekerjaan yang
dilakukan akan sulit.Ketika kendala-kendala pelaksanaan ini telah diatasi, maka
efek pengayaan pekerjaan akan menjadi kuat dan tahan lama apabila didukung
oleh praktek-praktek organisasi lain, seperti yang berkaitan dengan pelatihan,
kompensasi, dan supervise.
c. Sociotechnical systems methods
Merupakan teknik pengembangan kemampuan bersosial pegawai dalam bekerja sehingga
dapat membentuk grup kerja yang efisien. Apabila pegawai memiliki kemampuan
bekerjasama yang baik, perusahaan akan mendapatkan keuntungan dalam hal efisiensi
pegawai. Pendekatan ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian social, termasuk di dalamnya
adalah performa pekerja dan hubungan diantara mereka dalam melakukan performansi.
Sosioteknikal sistem memiliki dua komponen sehingga memiliki dua hasil juga. Teknis
menghasilkan barang dan jasa, sedangakan social menghasilkan kepuasan kerja dan
komitmen. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pada pendekatan ini, diantaranya
adalah :
1. Self Managed Work Team : adalah aplikasi yang paling umum dari pendekatan
STS. Cara yang dilakukan adalah dengan mengatur diri sendiri dalam kinerja tim
kerja, desain kerja ini terdiri dari anggota pelaksana tugas-tugas yang saling
terkait. Mereka mengendalikan anggota perilaku tugas dan membuat keputusan
tentang tugas-tugas yang dilakukan. Model ini didasarkan terutama pada
pengalaman dengan tim yang melakukan pekerjaan sehari-hari organisasi (tim
kerja) yang juga memiliki relevansi dengan desain tim lain, seperti tim pemecahan
masalah, manajemen tim, lintas fungsional mengintegrasikan tim, dan karyawan
keterlibatan tim.
2. Team Task Design : adalah tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu,
konsekuensi dari tim atas apa yang telah mereka kerjakan. Ketika satu tim
berhasil mengerjakan tugasnya maka mereka akan melihat bahwa kontribus
mereka nyata dalam mengembangkan dan memajukan organisasi.Keberhasilan
dari metode sosioteknikal ini juga dipengaruhi oleh faktor intervensi dari
kelompok dan dukungan dari organisasi atau perusahaan tempat mereka berada.
Tanpa adanya dorongan dari dua faktor tersebut maka metode ini akan sulit untuk
berhasil.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengembangan Organisasi adalah suatu pendekatan yang sistematik, terpadu dan
terencana untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Ia dirancang untuk memecahkan masalah-
masalah yang merintangi efisien pengoperasian organisasi pada semua tingkatan.
Pengembangan organisasi berkaitan dengan aspek-aspek terapan perilaku organisasi, dan
terutama bersangkutan dengan perubahan yang direncanakan dalam organisasi-organisasi yang
kompleks.
Intervensi Tekno-Struktural adalah sebuah model intervensi dalam pengembangan
oragnisasi yang menggunakan pendekatan teknologi dan structural dalam prosesnya. Intervensi
Tekno-Struktural menekankan pada peningkatan efektivitas organisasi dan pengembangan
sumber daya manusia dengan berfokus pada teknologi dan struktur organisasi.
Desain struktur organisasi merupakan sebagai proses penentuan keputusan untuk memilih
alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan departemen. Adakalanya agar tetap
dapat bersaing, perusahaan harus melakukan downsizing, yaitu mengurangi jumlah dan ukuran
dari yang dimiliki oleh perusahaan saat ini dengan tujuan untuk pengurangan biaya (cost
cutting). Downsizing dilakukan dengan pengurangan jumlah karyawan, kadang jumlah unit
operasi, namun dengan atau tanpa mengubah komposisi bisnis dalam portofolio perusahaan.
Reenginering merupakan pemikiran ulang serta fundamental dan perancangan ulang
secara radikal atau proses-proses bisnis untuk mendapatkan perbaikan dramatis dalam hal-hal
ukuran-ukuran kinerja yang penting dari kontemporer, seperti biaya, kualitas, pelayanan, dan
kecepatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hrcentro.com/artikel/reenginering_sumber_daya_manusia_121121.html
http://klosetide.wordpress.com/2012/05/15/rekayasa-ulang-organisasi-organizational-
reenginering/
http://restoe-ibu.blogspot.com/2012/01/pengertian-downsizing.html
http://teorionline.wordpress.com/2010/02/07/teori-struktur-organisasi/#more-182
http://adbisku.blogspot.com/2013/08/contoh-makalah-struktur-organisasi_5126.html