Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Kulturalisme China Terhadap Mekanisme Bisnis Internasional

Bisnis internasional telah mencakup pada semua Negara di dunia. Adanya bisnis internasional tidak
lepas dari sifat dasar manusia yang tidak bisa hidup sendiri, selain itu juga adanya perbedaan
potensi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing Negara berbeda-beda.

Perbedaan kulturalisme antar Negara tentu menjadi permasalahan yang cukup serius. Sebagai
contoh perbedaan kulturalisme antara China dengan Indonesia yang notabene sesame budaya timur,
ada perbedaan yang cukup signifikan. Sehingga, dorongan untuk menyesuaikan kultur antar Negara
dalam proses transaksi bisnis internasional.

Di China sendiri, budaya kolektivisme serta menghargai sejarah menjadi suatu hal yang amat
penting, bahkan hal itu menjadi tonggak utama pembangunan yang ada di sana. Perbedaan budaya
tentu berpengaruh dari segi komunikasi, selera, tradisi, dan budaya kerja.

Budaya bisnis China menganut dua filosofis yaitu with harmony, comes prosperity dan juga A
word is worth a thousand gold bars yang memiliki makna bahwa dengan adanya harmonisasi maka
prosperity akan datang dengan sendirinya selain itu perlunya untuk berterus terang dalam hal
komunikasi. Di era China kuno, masyarakat sangat sulit untuk mengatakan “yes” atau “no”, tetapi
sekarang mereka cenderung berterusterang. Hal ini juga diungkapkan oleh Asistant Country
Manager Bank Of China Du Qiqi dan Bussiness Manager Of Kawan Lama Group William Widjaja
dalam sebuah literature dari Marketer.com dimana mereka mengatakan bahwa harmonisasi antara
etika dan komunikasi menjadi hal yang sangat penting, sikap membangun respect dan bentuk
komunikasi intim menjadi kunci dalam berbisnis dengan China. Kedua filosofi ini juga
mengedepankan pemikiran jangka panjang.

Pengaruh dalam hal komunikasi karena dalam budaya komunikasi China perlu adanya harmonisasi
antara komunikasi dengan etika. Perlu memahami pentingnya membangun respect dan mutuals
relationship. Sehingga pemahaman kekuatan antar individu harus dikenali lebih dalam antara satu
dengan yang lain. Jika ditilik lebih dalam lagi maka filosofi ini juga terkait dengan tiga kunci sukses
bisnis China yaitu Guanxi (jaringan bisnis); Ganqing, menghormati dan menjaga ikatan
perasaan/hubungan batin yang dalam; serta Xinyong, jaringan antar-pribadi, berkaitan dengan
reputasi. Guanxi memainkan peran sentral dalam hubungan bisnis. Guanxi juga dapat berfungsi
sebaai cara bagi bisnis untuk memupuk ikatan interpersonal mereka. Bahkan cara China dalam
memasarkan produknya keluar negeri juga menggunakan prinsip Guanxi dengan memanfaatkan
dana dan jaringan yang mereka miliki
Dari segi selera adanya harmonisasi juga menentukan kesuksesan bisnis internasional di China atau
bahkan yang dilakukan oleh China di luar negeri. Di dalam Negeri Tirai Bambu tersebut, Mc
Donalds telah membuktikan dengan produk Propersity Burgernya yaitu bahwa adanya harmonisasi
yakni dalam mengetahui selera produk bagi masyarakat China mampu mendongkrak penjualan
produk mereka. Sementara yang dilakukan oleh China dalam hal bisnis internasional di Negara
sasarannya bukan untuk menjadi pesaing produk yang sudah ada akan tetapi dominan sebagai
penyedia bahan supplier dan komplementernya. Sehingga tercipta suatu hubungan mutualisme. Dari
segi teknologi, China terkenal dengan sebutan “Negara Peniru”. Mereka menciptakan produk yang
hampir sama kualitasnya akan tetapi dengan harga yang relative murah, yaitu menyesuaikan dengan
keinginan dan kemampuan untuk membeli bagi Negara sasaran yang dominan pada Negara
berkembang. Dalam hal ini budaya bisnis China dimana mereka tidak suka dengan hal yang instant
dalam memenangkan pasar. Salah satu kultur pemasaran yang dianut oleh masyarakat China adalah
untuk memenangkan hati dan kepercayaan konsumen. Karena dengan adanya kepercayaan maka
loyalitas serta market share akan tumbuh dengan sendirinya.

Masyarakat China juga sangat menjunjung tinggi budaya kolektivisme, serta membawa spirit
kolektivisme tersebut dalam upaya bisnis mereka termasuk bisnis internasional. Budaya
kolektivisme dimana pentingnya membangun jaringan dengan menggunakan jamuan-jamuan akan
digunakan dalam proses negosiasi. Selain itu budaya China juga sangat menjunjung tinggi rasa
hormat, hierarki, kesabaran, hormat pada tradisi serta prinsip egalitarisme. Kesabaran menjadi hal
yang sangat penting apabila berhubungan bisnis dengan China, karena sifat dari orang-orang China
yang melakukan tawar menawar terkadang menjadi bertele-tele. Selain itu penghormatan terhadap
nilai tradisi yang cukup tinggi juga menentukan bagaimana kesuksesan bisnis dengan China. CEO
dan Chariman Group Haier Zhang Ruimin menjadi salah satu contoh sukses di mana ia berhasil
mengkombinasikan budaya tradisional China dengan manajemen bisnis. Penggunaan warna merah
pada citra bisnis yang dikembangkan Haier Grup mengambil dari kepercayaan masyarakat China
yang menganggap warna merah memiliki keberuntungan.

Oleh karena itu apabila memulai suatu kegiatan bisnis internasional di China, perlu adanya
membangun jaringan, hormat pada kulturalisme mereka. Ada enam jurus kunci yang bisa digunakan
agar sukses berbisnis di China yakni Kesabaran sebagai landasan usaha yang kuat; kekuasaan yang
berkaitan dengan kemampuan modal, termasuk mengembangkan jaringan pertemenanan dalam
bisnis; predisposisi untuk membina hubungan baik dengan mitra bisnis; personalia, berkaitan
dengan strategi pemilihan orang yang menjalankan bisnis; proteksi, penting untuk melindungi
kegiatan bisnis; dan terakhir perspektif, yang berguna untuk meningkatkan kepekaan pelaku bisnis
terhadap realitas kultural China.

Anda mungkin juga menyukai