3
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MBKM
REKOQNISI PENGEMBANGAN KURIKULUM
PETUNJUK:
Laporan hasil analisis disusun dengan menggunakan BAHASA SENDIRI. Semua laporan
akan di cek melalui program “TURNITIN”, tujuannya untuk mengetahui tingkat
kesamaan masing-masing laporan dengan laporan teman sejawat lainnya, atau dengan
referensi lain yang ada di internet.
Tingkat toleransi kemiripan adalah 20%. Jika sistem TURNITIN melaporkan kesamaan
lebih dari 20%, maka pekerjaan tidak akan dibaca dan dinilai, tetapi langsung DIBERI
NILAI MINIMAL.
Sumber referensi ketika akan dilaporkan, seperti kurikulum sekolah, kurikulum nasional,
RPP, dan sumber lain yang berpotensi membuat plagiasi dapat disisipkan dalam lampiran .
Lampiran hanya sebagai pendukung data, sehingga tidak akan di TURNITIN.
File pekerjaan disimpan dalam bentuk DOC dan pastikan file tidak rusak ketika dibuka
dengan MS Office dengan versi yang lebih rendah. Format nama file NIM_Nama
Mahasiswa_Kelas. Contoh: 12345_Budi Santoso_B. File dikirim ke google form (akan
diinformasikan kemudian via WA).
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini berarti
kurikulum yang dikelola harus dikembangkn dan disempurnakan agar sesuai dengan
perkembangan IPTEK serta sesuai dengan minat bakat siswa (Razali M. Thaib & Irman
Siswanto, 2015).
Menurut Blaney dalam Subandijah (1993), pengembangan kurikulum adalah proses
yang kompleks karena mencakup penyusunan kurikulum, penilaian yang intensif dan
penyempurnaan terhadap komponen kurikulum. Pengembangan kurikulum juga
didasari oleh berbagai pandangan yang menyebabkan keberagaman organisasi
kurikulum (Sholeh Hidayat, 2003).
Organisasi kurikulum merupakan pola dan susunan komponen kurikulum yang
diorgannisasi menjadi mata pelajaran yang tujuannya untuk mempermudah peserta
didik memahami pembelajaran dan dapat menguasai kompetensi (Sugiyana, 2018).
Menurut Sugiyana, (2018 :260). dalam organisasi kurikulum ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain:
a. Ruang lingkup
Ruang lingkupbahan pelajran harus sesuai dengan visi, misi, tujuan pendidikan
nasional, standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi masing-masing mata
pelajaran. Hal ini dikarenakan setiap organisasi kurikulum memiliki ruang lingkup
pembelajaran yang berbeda.
b. Urutan
Dalam menentukan urutan bahan pembelajran harus sesuai dengan sistematika
proses peebelajaran tersebut dan berkesinambungan dengan pembelajaran
sebelumnya. Hal-hal yang mempengaruhi urutan bahan ajar antara lain :
kematangan peserta didik, latarbelakang pengetahuan, tingkat intelegensi, minat,
kegunaan bahan ajar, dan kesulitan bahan pembelajaran (Nasution, 1993).
c. Kesinambungan
Kesinambungan kurikulum harus diperhatikan agar substansi yang dipelajari oleh
peserta didik benar-benar dikuasai. Sehingga materi yang dipelajari akan lebih
diperdalam oleh peserta didik seiring berjalannya waktu. Hal ini harus dilakukan
dengan tujuan tidak adanya perbedaan ketika memperoleh pembelajaran di tingkat
dasar dan menengah dengan perguruan tinggi. Seringkali terjadi permasalahan
antara perguruan tinggi dengan pendidikan menengah (SMA-SMK) karena lulusan
sukar mempelajari bahan perguruan tinggi.
d. Terpadu
Apabila guru menggunakan subject centered curriculum maka pengetahuan yang
didapat peserta didik menjadi terlepas-lepas dan tidak fungsional. Untuk mencapai
pemahanan yang utuh perlu adanya keterpaduan pada proses pembelajaran.
e. Keseimbangan
Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara isi dan proses. Ada
anggapan bahwa keseimbangan ini terjadi dari semua mata pelaajaran. Namun
probelematika akan muncul pada sekolah yang menggunakan sistem kredit. Karena
selain adanya mata pelajaran wajib, juga ada mata pelajaran pilihan yang diambil
oleh peserta didik. Umumnya, keseimbangan akan difokuskan pada pendidikan
moral, intelektual, fisik, seni, dan keterampilan saja.
f. Waktu
Kurikullum harus dituangkan dalam bentuk mata pelajaran dan alokasi waktu untuk
masing-masing mata pelajaran. Masalah distribusi waktu ini sering menjadi
perdebatan dan terjadi tawar menawar dan dinilai berdasarkan pentingnya nilai dan
tujuan mata pelajaran. Sehingga ada distribusi mata pelajaran tertentu yang
dikorbankan.
Berdasarkan pemaparan di atas menunjukkan pentingnya memperhatikan faktor-faktor
organisasi kurikulum agar tercapai proses pembelajaran yang lebih terarah, lebih efektif
dan efisien.
B. PENGANALISISAN TERHADAP ORGANISASI KURIKULUM DI SEKOLAH
MITRA: 1) KURIKULUM MATA PELAJARAN 2) KURIKULUM INTI; 3)
KURIKULUM TERINTEGRASI
3. Kurikulum terintegrasi
Kurikulum terintegrasi adalah kurikulum yang menyajikan pembelajran secara
keseluruhan tanpa ada batasan antar masing-masing mata pelajaran (Sukiman,
2013). Organisasi kurikulum terintegrasi lebih dikenal dengan tematik karena
tidak menampilkan nama masing-masing bidang studi. Kurikulum terintegrasi
memfokuskan pada analisis fakta dan pemecahan masalah. Sehingga
pembelajaran terjadai pada seluruh aspek seperti sikap, emosi, dan keterampilan
(Rusman, 2009).
Kurikulum ini memberi kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok
maupun individu. Bahan pelajaran yang diberikan akan membentuk kemampuan
peserta didik sesuai dengan permasalahan yang ada di masyarakat dan sesuai
dengan minat-bakat peserta didik (Rusman, 2009).
Menurut Rusman (2009) kelebiiihan dan kekurangan kurikulum ini antara lain,
Kekurangan kurikulum yaitu:
1) Akan menimbulkan sedikit masalah pada ujian,
2) Tidak ada urutan sistematis dan logis,
3) Diperlukan banyak jam pelajran yang bervariasi sesuai kebutuhan
peserta didik (individu maupun kelompok)
4) Guru belum memiliki kemampuan yang memadai untuk menerapkan
kurikullum ini,
5) Masyarakat, orang tua, dan peserta didik juga belum terbiasa dengan
kurikulum ini.
Sementara itu kelebihan kurikulum ini yaitu:
1) Mempelajari pelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara
menggabungkan bebeerapa mata pelajaran menjadi suatu topic/tema
permasalahan.
2) Membrikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan minat dan
bakat.
3) Memberikan kesempatan peserta didik untuk menyelesaikan masalah
secara komprehensif dan mengembangkan budaya kerja sama.
4) Mempraktikan nilai demokrasi
5) Memberikan kesepmatan peserta didik belajar atas dasar pengalaman
langsung
6) Membantu meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat
7) Menghilangkan batas-batas kurikulum
8) Memungkinkan peserta didik untuk mencapai kemampuan yang
berbeda-beda sesuai potensi.
Penerapan kurikulum terintegrasi belum diterapkan di SMA Islam 1 Surakarta,
hal ini dikarenakan kurikulum lebih berfokus pada kurikulum mata pelajaran.
Kurikulum terintegrasi juga belum begitu lazim untuk diterapkan di pendidikan
menengah terutama tingkat SMA. Kurikulum terintegrasi lebih banyak
diterapkan di Pendidikan Dasar yang dikenal dengan sistem tematik.
C. DAFTAR REFERENSI
Idi, A. (2007). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nasution. (1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya.
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Subandijah. (1993). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sugiyana, A. (2018). Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam Meningkatkan
Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Pedagogik 5(2), 257-273
Sukiman. (2013). Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi).
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.