Anda di halaman 1dari 49

PANCASILA SEBAGAI

ETIKA
Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2001 menyebutkan
bahwa Etika Kehidupan Berbangsa merupakan
rumusan yang bersumber dari ajaran agama
khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai
luhur budaya yang tercermin dalam Pancasila
sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan
bertingkah laku dalam kehidupan bernegara.
PENGERTIAN ETIKA
berasal dari kata Yunani “ethos” yang
berarti adat istiadat kebiasaan, watak, atau
kelukan manusia.
dalam KBBI etika diartikan sebagai ilmu
tentang baik buruk dan tentang hak
kewajiban moral (akhlak).
Pengertian Etika menurut Sudarminta

ETIKA

Ilmu yang
melakukan refleksi
Sebagai sistem nilai Kode etik
kritis dan sistematis
tentang moralitas
ETIKA MENURUT BERTENS (2000)
Nilai dan norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok yang
mengatur tingkah lakunya

ETIKA Kumpulan asas atau moral


yaitu kode etik

Etika artinya dengan filsafat


moral
Selain etika, juga terdapat etiket yang berasal dari bahasa
Perancis yaitu ettiquette. Secara normatif, antara etiket dengan
etika keduanya menyangkut dan mengatur perilaku manusia.
Etika yang berarti moral, sedangkan etiket yang berarti sopan
santun (Bertens, 2000).

• Etiket menyangkut cara suatu perbuatan yang dilakukan manusia,


1 sedangkan etika tidak terbatas pada cara yang dilakukan menusia

• Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tidak


tergantung pada hadir tidaknya orang lain.

• Etiket bersifat relatif, sedangkan etika bersifat absolut

• Etiket berarti memandang manusia hanya dari segi lahiriahnya,


sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam
MACAM-MACAM ETIKA
ATAU FILSAFAT MORAL
salah satu cabang ilmu filsafat yang secara
khusus mengkaji perilaku manusia dari segi
baik-buruknya atau benar salahnya.

ETIKA

UMUM KHUSUS
Etika yang menyajikan beberapa Etika yang membahas beberapa
pengertian dasar dan permasalahan permasalahan moral dalam bidang
pokok dalam filsafat moral bidang khusus
Etika atau filsafat moral dibedakan
menjadi 3, yakni

ETIKA

Deskriptif Normatif Metaetika


Mempelajari moralitas yang Etika yang tidak hanya Bergerak pada tataran bahasa
terdapat pada kebudayaan melukiskan, tetapi juga atau mempelajari logika
tertentu dalam periode tertentu melakukan penilaian khusus dari ucapan etis
ALIRAN-ALIRAN DALAM
FILSAFAT MORAL
ETIKA KEUTAMAAN
adalah teori yang mempelajari keutamaan,
apakah perbuatan itu baik atau buruk.
etika keutamaan meletakkan tekanan pada
pribadi pelaku tindakan dan kualitas watak
pribadi tersebut.
keutamaan moral bagi Aristoteles adalah ciri-
ciri manusia secara umum yang dimiliki
seseorang berkat pembiasaan diri.
Etika keutamaan menakankan pada karakter
moral dan pembangunan moral seseorang
(Kalidjernih, 2010)
ETIKA DEONTOLOGI
adalah etika yang membicarakan
kewajiban moral sebagai hal yang benar dan
bukan membicarakan tujuan atau akibat dari
etika deontologi dalam memberi tekanan dan
fokus perhatiannya pada prinsip-prinsip yang
mendasari tindakan.
teori ini menekankan pada pelaksanaan
kewajiban moral. Deontologi tidak berpusat
pada konsekuensi perbuatan.
ETIKA TELEOLOGI
adalah etikyang menyatakan bahwa hasil
dari tindakan moral menentukan nilai
tindakan. Etika ini menganggap bahwa
kebenaran dan kesalahan suatu tindakan
dinilai berdasarkan tujuan akhir yang
diinginkan (Ali Mudhofir, 2009). Aliran ini
meliputi eudaemonisme, hedonisme, dan
utilitarianisme.
Norma Etik
Bersumberkan Pancasila
Gagasan tentang etika Pancasila pada
hakikatnya berkaitan dengan kedudukan
Pancasila sebagai filsafat negara.
1. Nilai Pancasila sebagai Sumber Norma Etik

Nilai-nilai yang tertuang Nilai harus dijabarkan lebih


Etika Pancasila mendasarkan dalam Pancasila menjadi lanjut ke dalam norma etik
dirinya pada keberadaan inspirasi sekaligus pegangan atau moral. Nilai menjadi
nilai-nilai Pancasila hidup dalam mewujudkan sumber dari pembentukan
harapan dan cita-cita bangsa norma.

Sehingga, norma dijadikan


Nilai-nilai Pancasila
pedoman atau pegangan
termasuk kategori nilai dasar
masyarakat dalam
dan merupakan nilai etis.
berperilaku.
2. Etika Pancasila dalam Ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978

Dalam pengalaman sejarah bernegara di


Indonesia, Ketetapan MPR No. II/MPR/1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman
Pancasila atau Ekaprasetya Pancakarsa dapat
dipandang sebagai contoh norma etik
bernegara.
Contoh norma etik dalam P4 dari
setiap butir-butir sila Pancasila:
Sila ke 1 Sila ke 2 Sila ke 3
• Bangsa Indonesia • Mengakui dan • Mampu menempatkan
menyatakan memperlakukan manusia persatuan, kesatuan, serta
kepercayaannya dan sesuai dengan harkat dan kepentingan dan
ketaqwaannya terhadap martabatnya sebagai keselamatan bangsa dan
Tuhan Yang Maha Esa. makhluk Tuhan Yang Maha negara sebagai
• Manusia Indonesia percaya Esa. kepentingan bersama di
dan taqwa kepada Tuhan, • Mengakui persamaan atas kepentingan pribadi
sesuai dengan agama dan derajat, persamaan hak dan atau golongan.
kepercayaan masing- kewajiban asasi setiap • Sanggup dan rela
masing. manusia, tanpa membeda- berkorban untuk
• Mengembangkan sikap bedakan. kepentingan negara dan
saling menghormati antara • Mengembangkan sikap bangsa.
pemeluk agama yang saling mencintai sesama • Mengembangkan rasa cinta
berbeda-beda. manusia. terhadao tanah air.
Sila ke 4 Sila ke 5
• Sebagai warga negara, setiap • Mengembangkan perbuatan
manusia Indonesia yang luhur, yang
mempunyai kedudukan, hak mencerminkan sikap dan
dan kewajiban yang sama. suasana kekeluargaan dan
• Tidak boleh memaksakan gotong-royong.
kehendak orang lain. • Mengembangkan sikap adil
• Mengutamakan musyawarah terhadap sesama.
dalam mengambil keputusan. • Menjaga keseimbangan
• Musyawarah untuk mencapai antara hak dan kewajiban.
mufakat diliputi oleh • Menghormati hak orang lain.
semangat kekeluargaan.
Namun, Ketetapan MPR RI No. II/MPR 1978 telah
dicabut dan tidak berlaku lagi. Sehingga ada
beberapa implikasi yang timbul setelah
ditiadaknnya ketetapan tersebut, yaitu:

Dalam pelajaran PPKn Dalam Pelajaran PPKn


1994, butir-butir 2006, butir-butir P4
Pancasila P4 tidak lagi secara eksplisit juga
menjadi materi pokok. tidak tampak.

Dihapuskannya BP7
(Badan Pembinaan
Pendidikan Pedoman
Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila.
Meskipun P4 telah dicabut, sebagian publik
masih menyatakan persetujuan dengan apa
yang termuat di dalam P4 tersebut. P4 ini
dianggap sebagai sesuatu yang baik dan justru
penting digunakan untuk membangun jati diri
manusia Indonesia.
Lalu, seperti apakah norma etik
bernegara menurut rumusan
dalam etika kehidupan
berbangsa?
1. Etika Sosial dan Budaya

Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan


dan mengembangkan kembali kehidupan
berbangsa yang berbudaya tinggi dengan
menggugah, menghargai dan mengembangkan
budaya nasional yang bersumber dari budaya
daerah agar mampu melakukan adaptasi, dan
interaksi dengan bangsa lain tindakan proaksi
sejalan dengan tuntutan globalisasi.
2. Etika politik dan pemerintahan

Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan


pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif
serta menumbuhkan suasana politik yang
demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa
tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat,
menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan,
kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih
benar, serta menjunjung tinggi HAM dan
keseimbangan hak serta kewajiban.
3. Etika Ekonomi dan Bisnis

Etika ini dimaksudkan agar prinsip dan perilaku


ekonomi, baik oleh pribadi, instansi maupun
pengambil keputusan di bidang ekonomi dapat
melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang
bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan,
mendorong berkembangnya etos kerja
ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan
saing serta terciptanya suasana kondusif untuk
pemberdayaan ekonomi.
4. Etika Penegakan Hukum yang
Berkeadilan
Etika ini dimaksudkan untuk meumbuhkan
kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan
keteraturan hidup bersama hanya dapat
diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum
dan seluruh peraturan yang ada.
5. Etika Keilmuan

Etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung


tinggu nilai-nilai kemanusiaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi agar warga negara
mampu menjaga harkat dan martabatnya,
berpihak pada kebenaran untuk mencapai
kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan
nilai-nilai agama dan budaya.
6. Etika Lingkungan

Etika lingkungan menegaskan pentingnya


kesadaran menghargai dan melestarikan
lingkungan hidup serta penataan tata ruang
secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
KODE ETIK PROFESI

Etika meupakan norma-norma yang dianut oleh kelompok,


golongan atau masyarakat tertentu mengenai perilaku yang baik
dan buruk. Setiap profesi menggunakan sistem etika terutama untuk
menyediakan struktur yang mampu menciptakan disiplin tata kerja
dan menyediakan garis batas tata nilai yang dapat dijadikan
pedoman para profesional untuk menyelesaikan dilema etika yang
dihadapi saat menjalankan profesinya sehari-hari.
Contoh Kode Etik Profesi
Profesi Hukum

BAB III

PEDOMAN TINGKAH LAKU

Pasal 3

Sifat-Sifat Hakim
Sifat Hakim tercermin dalam lambang Hakim yang dikenal dengan “Panca Dharma
Hakim”
1. Kartika, yaitu memiliki sifat percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Cakra, yaitu sifat mampu memusnahkan segala kebathilan, kezaliman, dan
ketidakadilan.
3. Candra, yaitu memiliki sifat bejaksana dan berwibawa.
4. Sari, yaitu berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela.
5. Tirta, yaitu sifat jujur.
Pasal 4
Sikap Hakim
Setiap Hakim Indonesia mempunyai pegangan tingkah laku yang harus
dipedomaninya:

A. Dalam Persidangan

1. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam Hukum


Acara yang Berlaku, dengan memerhatikan azas-azas peradilan yang baik,
yaitu:

a. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat putusan (right to a


decision) dimana setiap orang berhak untuk mengajukan perkara dan dilarang
menolak untuk mengadilinya kecuali ditentukan lain oleh undang-undang serta
putusan harus dijatuhkan dalam waktu yang pantas dan tidak terlalu lama.
b. Semua pihak yang berperkara berhak atas kesempatan dan perlakuan
yang sama untuk didengar, diberikan kesempatan untuk membela diri,
mengajukan bukti-bukti serta memperoleh informasi dalam proses
pemeriksaan (a fair hearing)

c. Putusan dijatuhkan secara objektif tanpa dicemari oleh kepentingan


pribadi atau pihak lain (no blas) dengan menjunjung tinggi prinsip (nemo
judex in resud).

d. Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.


e. Putusan harus memuat alasan-alasan hukum yang jelas dan dapat
dimengerti serta bersifat konsisten dengan penalaran hukum yang
sistematis (reasones and argumentation of desicion), dimana argumentasi
tersebut harus diawasi (controleerbaarheid) dan diikuti serta dapat
dipertanggungjawabkan (account ability) guna menjamin sifat keterbukaan
(transparancy) dan kepastian hukum (legal certainly) dalam proses
peradilan.
2. Tidak dibenarkan menunjukkan sikap memihak atau bersimpati ataupun
antipati kepada pihak-pihak yang berperkara, baik dalam ucapan maupun
tingkah laku.

3. Harus bersifat sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik
dalam ucapan maupun dalam perbutatan.

4. Harus menjaga kewibawaan dan kekhidmatan persidangan antara lain


serius dalam memeriksa, tidak melecehkan pihak-pihak baik dengan kata-
kata maupun perbuatan.
5. Bersungguh-sungguh mencar kebenaran dan keadilan.
B. Terhadap Sesama Rekan

1. Memelihara dan memupuk hubungan kerja sama yang baik antara sesama
rekan.

2. Memelihara rasa setia kawan, tenggang rasa, dan saling menghargai


antara sesama rekan.

3. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap Korps Hakim


secara wajar.

4. Menjaga nama baik dan martabat rekan, baik didalam maupun diluar
kedinasan.
C. Terhadap Bawahan/ Pegawai

1. Harus mempunyai sifat kepemimpinana.


2. Membimbing bawahan/ pegawai untuk mempertinggi pengetahuan.

3. Harus mempunyai sikap sebagai seorang Bapak/Ibu yang baik.


4. Memeliharan sikap kekeluargaan terhadap bawahan/ pegawai.

5. Memberi contoh kedisiplinan.


D. Terhadap Masyarakat

1. Menghormati dan menghargai orang lain.

2. Tidak sombong dan tidak mau menang sendiri.


3. Hidup sederhana.
E. Terhadap Keluarga/ Rumah Tangga

1. Menjaga keluarga dari perbuatan-perbuatan tercela, menurut norma-


norma hukum kesusilaan.

2. Menjaga ketentraman dan keutuhan keluarga.


3. Menyesuaikan kehidupan rumah tangga dengan keadaan dan pandangan
masyarakat.
Pasal 5
Kewajiban dan Larangan

Kewajiban:

a. Mendengar dan memerlakukan kedua belah pihak berperkara secara


berimbang dengan tidak memihak (impartial).

b. Sopan dalam bertutur dan bertindak.


c. Memeriksa perkara dengan arif, cermat, dan sabar.

d. Memutus perkara, berdasarkan atas hukum dan rasa keadilan.


e. Menjaga martabat, kedudukan, dan kehormatan hakim.
Larangan:

1. Melakukan kolusi dengan siapapun yang berkaitan dengan perkara yang akan dan
sedang ditangani.

2. Menerima suatu pemberian atau janji dari pihak-pihak yang berperkara.

3. Membicarakan suatu perkara yang ditanganinya di luar acara persidangan.

4. Mengeluarkan pendapat atas suatu kasus yang ditanganinya baik dalam persidangan
maupun diluar persidangan mendahului putusan.
5. Melecehkan sesama hakim, jaksa, penasihat hukum, para pihak berperkara, ataupun
pihak lain.

6. Memberikan komentar terbuka atas putusan hakim lain, kecuali dilakukan dalam
rangka pengkajian ilmiah.

7. Menjadi anggota atau salah satu Partai politik dan pekerjaan/ jabatan yang dilarang
undang-undang.

8. Mempergunakan nama jabatan korps untuk kepentingan pribadi ataupun kelompoknya.


Pengamalan Subjektif
terhadap Norma Etik
Menjalankan
nilai – nilai
Pancasila secara
Pengamalan pribadi dalam
Subjektif bersikap dan
bertingkah laku
pada kehidupan
berbangsa dan
bernegara
 Norma etik mengikat norma moral, tidak memaksa
dari luar, tetapi berdasar kesadaran diri ntuk
melaksanakan.
 Apabila seseorang melanggar norma maka ia akan

mendapat sanksi etik.


 Dalam organisasi sanksi etik bentuknya bertingkat

Teguran lisan  Teguran tertulis  Peringatan 


Dikeluarkan dari oerganisasi
Notonegoro (1982)
 Pancasila dasar negara berisikan nilai – nilai umum yang
abastrak universal yang bermakna kesesuaian sifat – sifat
dan keadaan daripada dan di dalam negara dengan hakikat
dari setiap sila Pancasila. Nilai yang umum, abstrak, dan
universal membutuhkan pelaksanaannya dalam sifat
objektif dan subjektif, yang keduanya merupakan
subjektifikasi. Subjektifikasi yang objektif menjadi
pedoman moral bagi negara, sedang subjektifikasi subjektif
menjadi pedoman moral kenegaraan bagi manusia
Indonesia. Kedua norma moral ini dibutuhkan bagi
pelaksanaan Pancasila karena ada dua macam pelaksanaan,
yakni pelaksanaan objektif dan pelaksanaan subjektif.
Pelaksanaan yang subjektif dikatakan primer sebab jika ini
terlaksana, maka pelaksanaan objektif dapat terselenggara
dengan baik dan lancar
Subjektifikasi Pemuatan
yang Objektif pedoman moral
Subjektifikasi
Pemuatan
Subjektifikasi
pedoman
yang subjektif
hukum
Bukti sifat subjektifikasi yang bersifat
dinamis
 Pada awalnya terdapat ketetapan tentang P4 
Sekarang dicabut
 Pedoman moral tetap diadakan melalui Ketetapan MPR

No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.


Pengamalan subjektif atas Pancasila
 Pengamalan terhadap norma – norma etik berbegara
termasuk kode etik profesi yang mencerminkan nilai
– nilai pancasila. Pengamalan Pancasila dilakukan
oelh setiap individu atau setiap warga negara
Indonesia.
 Pengamalan subjektif berasal dari dalam kesadaran

pribadi. Pengamalan subjektif atau disebut


aktualisasi Pancasila secara subjektif penting dan
dapat menentukan pengamalan Pancasila secara
objektif

Anda mungkin juga menyukai