Anda di halaman 1dari 36

ETIKA PROFESI IT

Prof. Dr. M. Siahaan


BEBERAPA PENGERTIAN DALAM ETIKA
PROFESI
• 1.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi Kata etik (atau
etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang
berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai
suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep
yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
• Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai
"the discipline which can act as the performance
index or reference for our control system".
BEBERAPA PENGERTIAN DALAM ETIKA
PROFESI
• Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena
segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan
kelompok sosial
• (profesi) itu sendiri.
• Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism" berupa
kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat
serta
• kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk
penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
• Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat,
bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
1.2 Etika dan Estetika
• Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini
ditentukan oleh bermacam-macam norma.
• Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma
moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum
berasal dari hukum dan perundangundangan, norma agama
berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara
batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari
sedangkan norma moral berasal dari etika.
1.3 Etika dan Etiket
• Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette)
berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket
yaitu:
• Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah
tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang
karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
• Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif
artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan
demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka
kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.
Perbedaan antara etika dengan etiket
• 1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara
yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan
tertentu. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi
norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
• 2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada
orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah
lupa.
• 3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti
“jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat
ditawar-tawar.
• 4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika
memandang manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanya lembut,
memegang etiket namun menipu. Orang dapat memegang etiket namun munafik
sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak mungkin munafik karena
seandainya dia munafik maka dia tidak bersikap etis. Orang yang bersikap etis adalah
orang yang sungguh-sungguh baik.
1.4 Etika dan Ajaran Moral
• Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat
pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat
pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan
bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan
rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang
bernilai serta kewajiban manusia.
• Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran
moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran
moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu
bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif
(tidak sekadar melaporkan pandangan moral melainkan
menyelidiki bagaimana pandangan moral yang sebenarnya).
Pluralisme moral diperlukan karena:
1. pandangan moral yang berbeda-beda karena
adanya perbedaan suku, daerah budaya dan agama
yang hidup berdampingan;
2. modernisasi membawa perubahan besar dalam
struktur dan nilai kebutuhan masyarakat yang
akibatnya menantang pandangan moral tradisional;
3. berbagai ideologi menawarkan diri sebagai
penuntun kehidupan, masing-masing dengan
ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia
harus hidup.
Etika sosial dibagi menjadi:
• Sikap terhadap sesama;
• Etika keluarga;
• Etika profesi, misalnya etika untuk
dokumentalis, pialang informasi;
• Etika politik;
• Etika lingkungan hidup; serta
• Kritik ideologi.
Moralitas
• A jaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral
yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral
adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral adalah
tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik
sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan
kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan
manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya
merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya
sebagai suami atau isteri.
• M oral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan
santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan
santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat,
agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.
Etika dan Moralitas
• Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan
merupakan filsafat yang mereflesikan ajaran moral.
Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional,
kritis, mendasar, sistematik dan normatif. Rasional berarti
mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi
yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian.
Kritis berarti filsafat ingin mengerti sebuah masalah
sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian
dangkal. Sistematis artinya membahas langkah demi
langkah. Normatif menyelidiki bagaimana pandangan
moral yang seharusnya.
Etika dan Agama
• Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk
memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan
dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat
memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan
sebagai berikut:
1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar
bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti mengapa Tuhan
memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama.
2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang
saling berbeda dan bahkan bertentangan.
3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama
menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak disinggungsinggung dalam
wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama.
4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada
argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh
karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan
etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama
Istilah berkaitan
• Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad
dan kode etik atau kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari
apa yang baik dan buruk. Etiket adalah ajaran sopan santun yang
berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain.
Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup
di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan. Etis artinya sesuai
dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada
seorang wanita. Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang
tertentu. Maka ada ungkapan
• ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya,
misalnya ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang
tinggi terhadap pekerjaannya. Kode atika atau kode etik artinya daftar
kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah profesi yang disusun oleh
anggota profesi dan mengikat anggota dalam menjalankan tugasnya.
PROFESI, KODE ETIK DAN
PROFESIONALISME
• Definisi Profesi:
• Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus
melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan
keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar
akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai
dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang
• lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan
sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin
etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok
anggota yang menyandang profesi
Tiga (3) Ciri Utama Profesi
1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan
ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi;
2. Pelatihan tersebut meliputi komponen
intelektual yang signifikan;
3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa
yang penting kepada masyarakat.
Tiga (3) Ciri Tambahan Profesi
1. Adanya proses lisensi atau sertifikat;
2. Adanya organisasi;
3. Otonomi dalam pekerjaannya.
Tiga Fungsi dari Kode Etik
Profesi
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi
setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan;
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol
sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan;
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan
pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi
Etika terbagi atas 2 bidang besar
1. Etika umum
1.1 Prinsip;
1.2 Moral.
2. Etika khusus
2.1 Etika Individu;
2.2 Etika Sosial.
• Etika sosial yang hanya berlaku bagi kelompok
profesi tertentu disebut kode etika atau kode etik
Kode Etik
• Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa
yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan
tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan
perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
• Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.
Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional.
Sifat Kode Etik Profesional
• Sifat dan orientasi kode etik hendaknya:
1. Singkat;
2. Sederhana;
3. Jelas dan Konsisten;
4. Masuk Akal;
5. Dapat Diterima;
6. Praktis dan Dapat Dilaksanakan;
7. Komprehensif dan Lengkap, dan
8. Positif dalam Formulasinya.
Orientasi Kode Etik hendaknya
ditujukan kepada:
1. Rekan,
2. Profesi,
3. Badan,
4. Nasabah/Pemakai,
5. Negara, dan
6. Masyarakat.
Kode Etik Ilmuwan Informasi
• Pada tahun 1895 muncullah istilah
dokumentasi sedangkan orang yang bergerak
dalam bidang dokumentasi menyebut diri
mereka sebagai dokumentalis, digunakan di
Eropa Barat.
• Di AS, istilah dokumentasi diganti menjadi ilmu
informasi; American Documentation Institute
(ADI) kemudian diganti menjadi American
Society for Information (ASIS).
ASIS
• ASIS Professionalism Committee yang membuat rancangan
ASIS Code of Ethics for Information Professionals.
• Kode etik yang dihasilkan terdiri dari preambul dan 4 kategori
pertanggungan jawab etika, masing-masing pada pribadi,
asyarakat, sponsor, nasabah atau atasan dan pada profesi.
• Kesulitan menyusun kode etik menyangkut (a) apakah yang
dimaksudkan dengan kode etik dan bagaimana seharunya; (b)
bagaimana kode tersebut akan digunakan; (c) tingkat rincian
kode
• etik dan (d) siapa yang menjadi sasaran kode etik dan kode
etik diperuntukkan bagi kepentingan siapa.
Profesionalisme
• Profesionalisme adalah suatu paham yang
mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja
tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian
yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan
--serta ikrar untuk menerima panggilan
tersebut-- dengan semangat pengabdian selalu
siap memberikan pertolongan kepada sesama
yang tengah dirundung kesulitan di tengah
gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
Tiga Watak Kerja Profesionalisme
1. kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan
kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti,
dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materiil;
2. kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran
teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses
pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan
berat;
3. kerja seorang profesional --diukur dengan kualitas teknis
dan kualitas moral-- harus menundukkan diri pada sebuah
mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan
dan disepakati bersama di dalam sebuah organisasi profesi.
• Menurut Harris [1995] ruang gerak seorang profesional ini akan
diatur melalui etika profesi yang distandarkan dalam bentuk kode
etik profesi.
• Pelanggaran terhadap kode etik profesi bisa dalam berbagai
bentuk, meskipun dalam praktek yang umum dijumpai akan
mencakup dua kasus utama, yaitu:
a. pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak mencerminkan respek
terhadap nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi
itu. Memperdagangkan jasa atau membeda-bedakan pelayanan
jasa atas dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan uang
yang berkelebihan ataupun kekuasaan merupakan perbuatan yang
sering dianggap melanggar kode etik profesi; dan
b. pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang
kurang mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang
dapat dipertanggung-jawabkan menurut standar maupun kriteria
profesional.
ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI
INFORMASI
• Dampak pemanfaatan teknologi informasi yang kurang tepat sebagai
berikut (I Made Wiryana):
– Rasa takut;
– Keterasingan;
– Golongan miskin informasi dan minoritas;
– Pentingnya individu;
– Tingkat kompleksitas serta kecepatan yang sudah tidak
dapat ditangani;
– Makin rentannya organisasi;
– Dilanggarnya privasi;
– Pengangguran dan pemindahan kerja;
– Kurangnya tanggung jawab profesi;
– Kaburnya citra manusia.
Beberapa langkah untuk menghadapi dampak
pemanfaatan TI (I Made Wiryana):
a. Desain yang berpusat pada manusia;
b. Dukungan organisasi;
c. Perencanaan pekerjaan;
d. Pendidikan;
e. Umpan balik dan imbalan;
f. Meningkatkan kesadaran publik;
g. Perangkat hukum;
h. Riset yang maju.
Etika Penggunaan TI
• Etika secara umum didefinisikan sebagai suatu
kepercayaan atau pemikiran yang mengisi suatu individu,
yang keberadaannya bisa dipertanggungjawabkan
terhadap masyarakat atas prilaku yang diperbuat.
• Biasanya pengertian etika akan berkaitan dengan
masalah moral. Moral adalah tradisi kepercayaan
mengenai prilaku benar dan salah yang diakui oleh
manusia secara universal. Perbedaannya bahwa etika
akan menjadi berbeda dari masyarakat satu dengan
masyarakat yang lain.
Dua aktivitas utama E tika Komputer
(James H. Moore)
1. waspada, dan
2. sadar.
Tiga alasan utama minat masyarakat yang
tinggi pada etika komputer
1. kelenturan logika (logical malleability), kemampuan
memrograman komputer untuk melakukan apa pun yang
kita inginkan.
2. faktor transformasi (transformation factors), Contoh
fasilitas e-mail yang bisa sampai tujuan dan dapat dibuka
atau dibaca dimanapun kita berada,
3. faktor tak kasat mata (invisibility factors). semua operasi
internal komputer tersembunyi dari penglihatan, yang
membuka peluang pada nilai-nilai pemrograman yang
tidak terlihat, perhitungan yang rumit terlihat dan
penyalahgunaan yang tidak tampak
Hak Sosial dan Komputer
(Deborah Johnson)
1. Hak atas akses komputer, yaitu setiap orang berhak untuk mengoperasikan
komputer dengan tidak harus memilikinya. Sebagai contoh belajar tentang
komputer dengan memanfaatkan software yang ada;
2. Hak atas keahlian komputer, pada awal komputer dibuat, terdapat
kekawatiran yang luas terhadap masyarakat akan terjadinya pengangguran
karena beberapa peran digantikan oleh komputer. Tetapi pada kenyataannya
dengan keahlian di bidang komputer dapat membuka peluang pekerjaan
yang lebih banyak;
3. Hak atas spesialis komputer, pemakai komputer tidak semua menguasai
akan ilmu yang terdapat pada komputer yang begitu banyak dan luas. Untuk
bidang tertentu diperlukan spesialis bidang komputer, seperti kita
membutuhkan dokter atau pengacara;
4. Hak atas pengambilan keputusan komputer, meskipun masyarakat tidak
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai bagaimana komputer
diterapkan, namun masyarakat memiliki hak tersebut.
Hak atas Informasi
(Richard O. Masson)
1. Hak atas privasi, sebuah informasi yang sifatnya pribadi baik secara
individu maupu dalam suatu organisasi mendapatkan perlindungan atas
hukum tentang kerahasiannya;
2. Hak atas Akurasi. Komputer dipercaya dapat mencapai tingkat akurasi
yang tidak bisa dicapai oleh sistem nonkomputer, potensi ini selalu ada
meskipun tidak selalu tercapai;
3. Hak atas kepemilikan. Ini berhubungan dengan hak milik intelektual,
umumnya dalam bentuk program-program komputer yang dengan
mudahnya dilakukan penggandaan atau disalin secara ilegal. Ini bisa
dituntut di pengadilan;
4. Hak atas akses. Informasi memiliki nilai, dimana setiap kali kita akan
mengaksesnya harus melakukan account atau izin pada pihak yang
memiliki informasi tersebut. Sebagai contoh kita dapat membaca data-
data penelitian atau buku-buku online di Internet yang harus bayar untuk
dapat mengaksesnya.
Kontrak Sosial Jasa Informasi
• K omputer tidak akan digunakan dengan
sengaja untuk menggangu privasi orang;
• Setiap ukuran akan dibuat untuk memastikan
akurasi pemroses data;
• Hak milik intelektual akan dilindungi.
Perilaku-perilaku profesional SIIM
• Memanfaatkan kesempatan untuk
berperilaku tidak etis;
• Etika yang membuahkan hasil;
• Perusahaan dan manajer memiliki tanggung
jawab sosial;
• Manajer mendukung keyakinan etika mereka
dengan tindakan.
Sepuluh langkah dalam mengelompokkan perilaku
dan menekankan standar etika berupa:

• Formulasikan suatu kode perilaku;


• Tetapkan aturan prosedur yang berkaitan dengan masalah-masalah seperti penggunaan
jasa komputer untuk pribadi dan hak milik atas program dan data komputer;
• Jelaskan sanksi yang akan diambil terhadap pelanggar, seperti tenguran, penghentian, dan
tuntutan;
• Kenali perilaku etis;
• Fokuskan perhatian pada etika secara terprogram seperti pelatihan dan bacaan yang
disyaratkan;
• Promosikan undang-undang kejahatan komputer pada karyawan. Simpan suatu catatan
formal yang menetapkan pertanggungjawaban tiap spesialis informasi untuk semua
tindakan, dan kurangi godaan untuk melanggar dengan program-program seperti audit
etika.
• Mendorong penggunaan program rehabilitasi yang memperlakukan pelanggar etika
dengan cara yang sama seperti perusahaan mempedulikan pemulihan bagi alkoholik atau
penyalahgunaan obat bius;
• Dorong partisipasi dalam perkumpulan profesional;

Anda mungkin juga menyukai