Anda di halaman 1dari 6

Paradigma Manusia Utuh

Pada intinya, ada satu alasan sederhana yang umum sekali, kenapa ada begitu banyak
orang yang merasa tidak puas dalam pekerjaan mereka, dan kenapa banyak sekali organisasi
tidak berhasil menarik dan memanfaatkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas orang-orangnya
dan tidak pernah menjadi organisasi yang sungguh-sungguh hebat dan bertahan lama. Situasi
itu bermula dari paradigma yang tidak komplet mengenai siapa sesungguhnya kita ini.
Dengan kata lain, paham dasar kita mengenai kodrat manusia.
Adalah kenyataan yang mendasar bahwa manusia bukanlah benda atau barang yang
perlu dimotivasi dan dikendalikan. Manusia memiliki empat dimensi—tubuh, pikiran, hati
dan jiwa.
Bila Anda mempelajari semua filsafat dan agama, baik Barat maupun Timur, sejak awal
sejarah yang tercatat, pada dasarnya Anda akan menemukan keempat dimensi tersebut:
fisik/ekonomis, mental, sosial/emosional, dan spiritual. Seringkali digunakan istilah yang
berbeda, tetapi semuanya mencerminkan empat dimensi kehidupan yang universal. Ini juga
mencerminkan empat kebutuhan motivasi dasar dari semua orang, yaitu: untuk hidup
(bertahan hidup), menyayangi (hubungan pertalian), belajar (tumbuh dan berkembang) dan
meninggalkan nama baik (makna dan sumbangan)

1 . Apa yang menjadi perbedaan antara etika dan ajaran moral?


2 . Untuk apa kita perlu beretika?
3 . Mengapa adanya ajaran agama tentang sikap moral tidak berarti bahwa etika tidak perlu?
4 . Apa kekhususan perspektif moral?
5 . Jelaskan kata “etika” dan “moral” menurut etimologinya
6 . Apa yang dimaksud dengan “amoral”?
7 . Jika kita membandingkan “etika” dan “etiket”, apakah persamaan dan apakah
perbedaannya?
8 . Apa yang dimaksud dengan moralitas? Jelaskan bahwa moralitas merupakan suatu ciri
khas manusia.
9 . Bagaimana etika sebagai ilmu dapat dibagi? Jelaskan setiap tipe etika itu.
10. Bagaimana perbedaan antara etika sebagai ilmu dan ilmu-ilmu lain yang membicarakan
juga tingkah laku manusia
11. Apa yang menjadi kekhususan etika sebagai cabang filsafat, jika kita membandingkan
dengan cabang-cabang
filsafat yang lain?
12. Apa yang mencolok mata jika kita memandang situasi etis di dunia modern?
13. Bagaimana hubungan antara moral dan agama?
14. Bagaimana hubungan antara moral dan hukum?

Jawaban:
1. Perbedaan antara Etika dan Ajaran moral adalah
Etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Sedangkan ajaran moral
adalah ajaran yang memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara
sekelompok manusia. Istilah “etika” dipakai untuk menyebut ilmu dan prinsip-prinsip dasar
penilaian baik-buruknya perilaku manusia. Sedangkan “moral” digunakan untuk menyebut
aturan dan norma yang lebih pasti bagi penilaian baik-buruknya perilaku manusia.
2. Kita perlu beretika agar bisa menjadi manusia yang lebih baik dan agar orang lain bisa
melihat kita sebagai sosok yang patut dan layak dihormati dan tidak bisa dianggap remeh.
3. Karena ajaran moral merupakan salah satu bagian dari etika yang tidak bisa dipisahkan
begitu saja,
4. Kekhususan perspektif moral dalam mengkaji perilaku manusia terletak dalam acuannya
pada penilaian baik-buruk atau benar-salahnya perilaku tersebut sebagai manusia. Moralitas
itu menyangkut kualitas watak pribadi manusia dan bukan kualitas kemampuan-
kemampuannya.
5. Etika berasal dari kata Yunani “ethos”, harafiah berarti “adat kebiasaan,” “watak” atau
“kelakuan manusia”.
Moral berasal dari akar kata Latin “mos” atau “moris” yang sama dengan kata “etika” dalam
bahasa Yunani, berarti “adat kebiasaan” .
6. Amoral adalah tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh seseorang yang masih belum
mengerti akan tindakan bermoral, memiliki kelainan, atau belum cukup umur.
7. Persamaan Etika dengan Etiket
- Keduanya sama-sama menyangkut soal perilaku manusia
- Keduanya mengatur perilaku manusia secara normatif dengan memberi norma bagi perilaku
manusia. Dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan(baik) dan apa yang tidak
boleh dilakukan(buruk).
Perbedaan Etika dengan Etiket
Etika Etiket
Etika menyangkut cara melakukan suatu Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan
perbuatan, dan memberi norma tentang perbuatan manusia, artinya cara yang ditentukan dan
itu sendiri, serta membahas tentang masalah diharapkan dalam sebuah kalangan tertentu.
apakah perbuatan tersebut boleh dilakukan atau
tidak boleh dilakukan.
Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang Etiket hanya berlaku untuk pergaulan, maksudnya
lain. adalah etiket hanya berlaku apabila ada orang lain
atau saksi mata.
Etika bersifat tetap dan tidak dapat ditawar. Etiket bersifat relatif, artinya adalah seseorang
yang dianggap melanggar etiket pada salah satu
kebudayaan belum tentu dianggap melanggar
etika pada kebudayaan yang lain.

Etika memandang manusia dari segi dalam. Etiket hanya memandang manusia dari segi
maksudnya adalah, orang yang memegang teguh lahiriah saja atau dari segi luar saja.
etiket masih bisa bersikap munafik, sebaliknya
orang yang berpegang teguh pada etika tidak akan
bersikap munafik.

8. Moralitas adalah norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat yang memiliki nilai baik
dan buruk. Moralitas merupakan suatu ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada
mahkluk dibawah manusia. ini dapat diilustrasikan dengan kata “harus” dengan kata “harus
dilakukan” harus secara alamiah misalnya pena yang dilepaskan dari gengaman harus jatuh,
bandingkan dengan setelah meminjam buku diperpustakaan harus dikembalikan, makna harus
disini dimaknai sebagai harus dilakukan, yang berarti pula kewajiban untuk mengembalikan.
Beberapa bahasa modern yang dapat menyatakan perbedaan antara keharusan alamiah
dengan keharusan moral. Dalam bahasa Inggris misalnya kata “must”, “ought to” dan
“should” ketiganya memiliki makna harus tapi secara khusus “must” dipakai dalam
keharusan alamiah sedangkan “should” dan “ought” to dipakai dalam keharusan moral.
Dalam bahasa Jerman kata “mussen” dipakai untuk keharusan alamiah, sedangkan “sollen”
dipakai untuk keharusan moral.
9. Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang sejauh berkaitan dengan
moralitas. Suatu cara lain untuk merumuskan hal yang sama bahwa etika ilmu yang
memplajari tingkah laku moral. Ada tiga pedekatan yang sering diguakan yaitu etika
deskriptif, etika normative, etika metaetika

- Etika deskriptif
Etika deskriptif adalah mempelajari moralitas yang terdapat dalam individu-indivudu
tertentutentu, adalam ebudayaan-kebudayaan tertentu serta dalam subkultur-subkultur
tertentu dalam priode sejarah dan sebagainya. disini seorang ahli hanya sebagai pengamat
yang melukiskan apa yang diamatinya namun tidak memberikan penilaia. Biasanya ini
dipakai oleh ilmu-ilmu sosial seperti antropologi budaya, sosiologi, sejarah dan psikologi.

- Etika normative
Etika normative disini ahli bersangkutan tidak bertindak sebagai penonton netral seperti
halnya dalam etika deskriptif tetapi dia melibatkan diri dengan mengemukakan nilai tentang
perilaku manusia. Menolak perilkau yang bertentangan dengan martabat manusia sebagai
contoh dai tidak memandang fungsi prostitusi namun menolak lembaga prostitusi sebaga
suatu lembaga yang merendahkan martabat perempuan. Etika normative dapat dibagi menjadi
dua yaitu etika umum dan etika khusus.

 Etika umum
Memandang tema-tema umum, seperti mengenai ilmu etis , hubungan antar norma tersebut,
kekhususan serta hbungan tanggung jawab manusia dengan kebebasan. Intiya tentang apa
seluk beluk yang dinamakan dengan etis itu sendiri.

 Etika khusus
Berusaha menerapkan prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia yang khusus.
Dengan menggunakan istilah yang lazim dalam kontek logika dapat dikatakan juga bahwa
dalam etika khusus itu premis nrmatif dikaitakan dengan premis factual untuk sampai pada
suatau kesimpulan etis yang bersifat normative juga . etika khusus ini juga sering disebut
sebagai etika terapan
- Metaetika
Metaetika berasala dari awalan meta (dalam bahasa Yunani) mempunyai arti melebihi ,
melampui. Istilah yang digunakan untuk membahas etika secara langsung melainkan ucapan-
ucapan di bidang moralitas metaetika seolah bergerak pada taraf yang lebih tinggi dari pada
etis atau taraf bahasa yang yang kita gunakan dalam bidang moral. Metaetika ini dapat
ditempatkan dalam rangka filsafat analitis, suatu alirang yang penting pada abad 20. Oleh
karena itu sering pula disebut etika analitis
10. Perbedaan Etika dengan ilmu-ilmu lain yang juga membahas tingkah perilaku manusia
adalah, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
maupun buruk terhadap perbuatan dan perilaku manusia.
11. Kekhususan Etika sebagai cabang filsafat apabila dibandingkan dengan cabang filsafat yang
lainnya. Etika menghendaki ukuran yang umum, tidak berlaku untuk sebagian dari manusia,
tetapi untuk semua manusia. Apa yang ditemukan oleh etika mungkin memang menjadi
pedoman bagi seseorang, namun tujuan pertama dan utama dari etika bukanlah untuk
memberi pedoman, melainkan untuk tahu. Dari cabang filsafat lain etika dibedakan karena
tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana ia harus bertindak. Etika
adalah filsafat tentang praksis manusia. Etika adalah praksiologik. Semua cabang filsafat
berbicara tentang "yang ada", sedangkan etika membahas "yang harus dilakukan".
12. Yang mencolok jika kita memandang situasi etis di dunia modern adalah
- Timbulnya masalah-masalah baru yang tertama dsebabkan perkembangan pesat dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi
- Pluralisme moral yang sekarang terjadi diakibatkan oleh kemudahan komunikasi
- Keperdulian etis yang tampak diseluruh dunia dengan melewati perbatasan Negara
13. Moral memiliki hubungan yang erat dengan agama, dalam praktek kehidupan sehari hari
yang sering menjadi motivasi kita adalah agama contoh konkret adalah soal seksualitas
sebelum menikah, orang sering mengatakan ini tidak boleh karena dilarang oleh agama,
ajaran moral dalam suatu agama dianggap begitu penting karena berasal dari tuhan dan
merupakan kehendak Tuhan. Namun agama juga mengandung ajaran moral yang menjadi
pegangan moral bagi perilaku para penganutnya.
14. Hubungan moral dengan hukum sangatlah erat, namun ada kalanya moral bisa saja
bertentangan dengan hukum. Hukum membutuhkan moral karena hukum akan kosong tanpa
dijiwai oleh moral, kualitas hukum ditentukan oleh mutu moralnya karena itu hukum harus
diukur dengan norma-norma. Disisi lain, moral juga membutuhkan hukum , moral akan
mengawang-ngawang saja kalau tidak diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat.

Salah satunya adalah teori-teori yang dilontarkan oleh kebanyakan pemeluk agama Hindu
dan mayoritas pengikut tasawuf, mereka beranggapan bahwa dunia tidaklah memiliki nilai
dan arti apapun serta bukan merupakan suatu hal yang penting dan fundamental untuk
diperhatian, dengan keyakinan dan kepercayaan yang dimilikinya ini mereka mengajarkan
kepada murid-murid dan para pengikutnya untuk menyepi, bertapa, mengasingkan diri, dan
menghindarkan diri dari keramaian masyarakat. Menurut kelompok ini, dunia secara esensial
merupakan sebuah fenomena dan realitas yang buruk dan tercela dimana apabila manusia
memberikan nilai dan perhatian kepadanya, maka hal ini akan menjerumuskan mereka ke
arah kerusakan, penderitaan, kesengsaraan, dan penyesalan.

Solusi serta jalan yang bisa dilakukan untuk mencapai keselamatan, puncak kesempurnaan,
serta kebahagiaan hanyalah dengan cara mengesampingkan diri dan alienasi dari dunia dan
kepentingan-kepentingannya serta tidak memberikan perhatian sedikitpun terhadap
persoalan-persoalan keduniaan. Andai saja para pengikut teori-teori ini hanya mencukupkan
diri hingga batasan ini, mungkin kita masih bisa merasionalisasikan pandangan-pandangan
mereka, akan tetapi, sayangnya kelompok ini telah melangkahkan kakinya dan mengambil
sikap praktis yang terlalu jauh hingga sampai pada batasan dimana untuk melepaskan diri
mereka dari keterikatan dan ketergantungan dunia ini, mereka rela melakukan riyadah-
riyadah dan olah batin yang susah dan berat, sebuah riyadah yang tidak bisa dan sulit diterima
oleh akal sehat dan logika yang manapun, akan tetapi, mereka kokoh dan bersungguh-
sungguh untuk mempertahankan pandangan dan sikapnya tersebut. Perbuatan-perbuatan yang
dilakukan oleh para pertapa India serta riyadah-riyadah yang kebanyakan dilakukan oleh para
ahli sufi dan tarekat yang memunculkan dan menampakkan diri mereka sebagai darwis-
darwis serta pengemis-pengemis di negara-negara Islam, merupakan manifestasi dan
penampakan yang nyata dari metode dan tafakkur yang mereka hasilkan tersebut.

Tentu saja, al-Quranul Karim dengan keras menentang pendapat-pendapat seperti ini, dalam
begitu banyak ayatnya al-Quran mengisyaratkan bahwa dunia dan segala isinya ini diciptakan
dan diwujudkan oleh Tuhan Sang Pencipta untuk dimanfaatkan oleh manusia pada dimensi-
dimensi yang mengantarkannya pada tujuan penciptaan dan puncak kesempurnaannya, yakni
perjumpaan dan kedekatan dengan Tuhan. Dengan demikian, manusia pun harus mampu
memanfaatkan dunia ini secara benar sesuai dengan petunjuk-petunjuk suci agama.
Di antara ayat-ayat-Nya, Allah Swt berfirman, “Dia-lah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia menumbuhkan dengan hujan itu segala jenis buah-buahan sebagai rezeki
untukmu. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui.”[1] “Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu. Maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah dari sebagian rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan”[2] “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”[3]

Makalah bagian kedua

HUBUNGAN AGAMA, ETIKA, DAN NILAI.


Semua agama melalui kitab sucinya msing-masing mengajarkan tentang tiga hal
pokok, yaitu:
1. Hakikat Tuhan ( God Allah, Gusti Allah, Budha, Brahma, kekuatan tak terbatas, dan lain-
lain ).
2. Etika, tata susila dan
3. Rritual, tata cara beribadat.
Jelas sekali bahwa antara agama dan etika tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama
yang tidak mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spritualitas) seseorang
ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan tuhan),
tetapi juga oleh kulaitas moral/etika (kualitas hubungan manusia dangan manusia lain dalam
masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa
dilandasi oleh nilai-nilai moral.
Akhirnya, tingkat kenyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
tingkat kualitas peribadatan, dan tingkat kualitas/ moral seseorang akan menentukan
gugus/herarki nilai kehidupan yang telah dicapai. Tujuan agama untuk merealisasikan nilai
tertinggi, yaitu hidup kekal diakhirat (agama hindu menyebut moksa, agama budha menyebut
nirwana). Dari sudut pandang semua agama, pencapain nilai-nilai kehidupan duniawi (nilai-
nilai yang lebih rendah) bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya merupakan tujuan
sementara atau tujuan antara, dan hanya dianggap sebagai media atau alat (means) untuk
mendukung pencapain tujuan akhir (nilai tertinggi kehidupan).

II.6 Hukum, Etika, Dan Etiket

Bisa kita lihat tabel persamaan dan perbedaan etika dan etiket,
Persamaan nya yaitu mengatur prilaku manusia.
Perbedaan terdapat pada : sumber hukum, sifat pengaturan, dan objek yang diatur

PARADIGMA MANUSIA UTUH


Karakter dan kepribadian
stilah kepribadian (personality) dan karakter banyak dijumpai dalam ilmu psikologi.
Soedarasono (2002) misalnya mendefenisikan kepribadian sebagai totalitas kejiwaan
seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua) leluhur dan sisi
yang di dapat dari pendidikan, pengalaman hidup, serta lingkungan. Karakter adalah sisi
kepribadian yang di dapat dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa di
katakan bahwa karakter adalah bagian dari kepribadian. Oleh karena itu Lilik Agung (2007)
mendefinisikan karakter sebagai kompetensi yang harus di miliki oleh seseorang yang
berkaitan dengan kinerja terbaik agar ia mampu menghadapi tantangan realita / kenyataan
yang selalu berubah dan mampu meraih kesuksesan yang bersifat langgeng.
Dapat di tarik kesimpulan pengertian dari karakter sebagai berikut :
a. Karakter adalah kompetensi yang harus di miliki oleh seseorang.
b. Karakter menentukan keberhasialan seseorang.
c. Karakter dapat di ubah, dibentuk, di pelajari melalui pendidikan dan pelatihan tiada henti
serta melalui pengalaman hidup.
d. Tingkat keberhasilan seseorang di tentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang dimilikinya
dengan di tuntun kenyataan/realita.

Anda mungkin juga menyukai