Oleh :
KELOMPOK 5
Filsafat, Agama, Etika, dan Hukum merupakan kata yang memilki makna saling
berkaitan satu sama lain. Pada karya tulis ini, akan dipaparkan lebih lanjut mengenai
makna dari kata-kata di atas. Filsafat memiliki makna yang sangat dalam, dimana tidak
mudah untuk mendifenisikannya. Dikutip dari pernyataan Suriasumantri (2000)
pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu, dan
filsafat dimulai dari keduanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah
pengetahuan dan juga kepastian, dimana jika pengetahuan dan kepastian tersebut
akan di dapat berawal dari rasa ingin tahu dan juga keraguan akan sesuatu.
Bagaimana dengan agama? Agama merupakan hal yang cukup sensitif dan
sangat private untuk beberapa orang. Mengapa demikian? Karena agama merupakan
sesuatu yang didapatkan dari Illahi (Tuhan) melalui nabi-Nya untuk diajarkan kepada
umat manusia bagaimana menjalani hidupnya agar penuh manfaat di dunia dan
kebaikan kekal di akhirat. Mengajarkan perintah (baik) apa yang harus dikerjakan dan
larangan (buruk) apa yang harus dihindari.
Etika sudah disinggung pada bab sebelumnya. Kita sebagai manusia tidak
lepas dari yang namanya perilaku dan sosial. Dimana untuk mengimplementasikan
dengan baik membutuhkan etika atau moral. Etika atau moral memiliki makna lain yaitu
susila yang akan dibahas pada bagian pembahasan di karya tulis kali ini. Dimana
mengajarkan manusia bahwa harus berperilaku baik dalam setiap tindakannya.
Kemudian ada hukum, tentu sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Hukum menjadi pedoman hidup yang memiliki nilai dan norma untuk
mengatur kehidupan bermasyarakat agar lebih terarah. Mematuhi aturan agar hidup
damai, aman, dan tentram.
Pada tema kali ini sungguh amat menarik untuk kita bahas. Karena seperti kita
ketahui ke empat subtema ini memiliki hakikat masing-masing dan sebagai manusia
harus kita pelajari. Yakni mempelajari keterkaitan atau hubungan antara agama, etika
dan nilai. Mempelajari perbedaan hukum, etika, dan etiket. Dan yang paling menarik
mempelajari manusia secara utuh yaitu mengenai bagaimana karakter dan pikiran
manusia yang memiliki 4 kecerdasan yaitu EQ, IQ, SQ, dan PQ.
PEMBAHASAN
Hakikat Filsafat
Filsafat berasal dari kata Yunanni, yakni philo berarti cinta dan sophia berarti
kebijaksanaan. Dengan demikian philosophia berarti cinta terhadap kebijaksanaan
(Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli, 2003). Dikutip dari pernyataan
Suriasumantri (2000) pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari
rasa ragu-ragu, dan filsafat dimulai dari keduanya.
Hakikat Agama
Hakikat Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yakni ethos (bentuk tunggal) yang berarti
tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, peranan, sikap, dan
cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini
etika sama pengertiannya dengan moral yang berasal dari kata Latin, mos (bentuk
tunggal) atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan,
watak, tabiat, akhlak, cara hidup.
Berikut pengertian etika agar dapat dipahami :
1. Ada 2 pengertian etika, sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai praksis,
berarti nilai dan norma moral baik yang dipraktikkan atau justru tidak
dipraktikkan. Sama artinya dengan moral dan moralitas. Etika sebagai refleksi
adalah pemikiran moral (Bertens 2001).
2. Etika secara etimologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan, atau ilmu tentang adat istiadat dan kebiasaan yang berkenaan
dengan hidup baik maupun buruk (Kanter 2001).
3. Istilah lainnya adalah susila, berarti kebiasaan atau tingkah laku baik, apa yang
harus dikerjakan dan dihindari sehingga tercipta hubungan yag baik antar
manusia (Suhardana 2006).
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam pengertian berikut :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, dan tengang hak dan kewajiban
moral (akhlak).
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
5. Menurut Webster’s Collegiate Dictionary, sebagaimana dikutip oleh Duska dan
Duska (2003) :
a. The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation.
b. A set of moral principles or values.
c. A theory or system of moral values.
d. The principles of conduct governing an individual or group.
6. Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2006), etika adalah suatu konsepsi
tentang perilaku benar dan salah. Etika menjelaskan apakah perilaku kita
bermoral atau tidak.
7. Menurut David P. Baron (2005), etika adalah suatu pendekatan sistematis atas
penilaian moral yang didasarkan atau penalaran, analisis, sintesis, dan reflektif.
Kesimpulannya, etika sebagai praktis yakni sama dengan moral, adat istiadat,
kebiasaan, nilai dan norma yang berlaku pada individu maupun kelompok. Etika
sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral. Bersifat kritis, metodis,
dan sistematis.
Hakikat Nilai
1. Doni Koesoema A. (2007), nilai sebagai kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi
semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga sesuatu yang memberi
makna dalam hidup, yang memberikan titik tolak, isi, dan tujuan hidup.
2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003), nilai sebagai standar atau
ukuran yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu. Ada nilai matrealis,
ideal, dan sosiologis.
3. Serokin dalam Capra (2002), 3 sistem nilai dasar yang melandasi semua
manifestasi kebudayaan, yaitu : nilai indriawi, ideasional, dan idealistis.
Kesimpulannya, nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu seperti benda, orang, dan
hal. Ada bermacam-macam nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah
cukup dikenal. Dan gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari
yang terendah sampai dengan yang tertinggi.
Akhirnya tingkat keyakinan dan kepasrahan ketingkat pada Tuhan Yang Maha
Kuasa, tingkat/kualitas peribadatan dan tingkat/kualitas moral seseorang akan
menentukan gugus/hierarki nilai kehidupan yang telah dicapai. Tujuan semua agama
adalah untuk merealisasikan nilai tertinggi, yaitu hidup kekal di akhirat (agama Hindu
menyebutkan Moksa, agama Budha menyebut Nirwana). Dari sudut pandang semua
agama, pencapaian nilai-nilai kehidupan duniawi (nilai-nilai yang lebih rendah) bukan
merupakan tujuan akhir, tetapi hanya merupakan tujuan sementara atau tujuan antara,
dan dianggap hanya sebagai media atau alat (means) untuk mendukung pencapaian
tujuan akhir (nilai tertinggi kehidupan).
Hukum, etika, dan etiket merupakan istilah yang berdekatan dan mempunyai
arti yang hampir sama walaupun terdapat juga perbedaan, yaitu:
Konsep dan/atau hubungan antar berbagai konsep penting yang terkait dengan
pembangunan manusia seutuhnya, antara lain: karakter, kepribadian, kecerdasan,
etika, gelombang otak, tujuan hidup, agama, dan meditasi/zikir.
a. Karakter adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang. Kompetensi ini
mencakup pengembangan secara seimbang dan utuh ketiga lapisan, yaitu: fisik
(body), pikiran (mind), dan jiwa/roh.
1. Ada maksud yang lebih tinggi. Setiap sel dalam tubuh menyadari bahwa
masing-masing sel bekerja bukan untuk kepentingan sendiri-sendiri, melainkan
demi kesejahteraan tubuh secara keseluruham. Sikap mementingkan diri
sendiri (untuk kehidupan/keejahteraan sel itu sendiri) bukanlah pilihan.
3. Kesadaran. Sel-sel beradaptasi dari saat kesaat. Mereka cerdas dan tetap
fleksibel terhadap situasi yang ada. Terperangkap dalam kebiasaan kaku
bukanlah pilihan.
4. Penerimaan. Sel-sel saling mengenal satu dengan yang lain sebagai bagian
yang sama pentingnya.setiap sel saling memahami adanya saling
ketergantungan antara satu dengan yang lain. Berfungsi sendirian bukanlah
pilihan.
6. Keberadaan. Sel-sel itu patuh kepada siklus universal berupa adanya istirahat
dan saat dalam kegiatannya. Semua makhluk memerlukan istirahat/tidur.
Begitu sel memerlukan istirahat dalam keheningan total. Dengan demikian
terlalu aktif atau agresif bukanlah pilihan.
9. Memberi. Kegiatan sel yang utama adalah memberi dan memelihara integritas
sel-sel laiinnya. Hanya menerima bukanlah pilihan.
Kemandirian 2. Syukur
Jelas sekali bahwa konsep etika Nafis jauh lebih luas pengertianya
dibandingkan dengan konsep etika yang sudah banyak dikenal selama ini. Konsep
etika selama ini hanya dipahami sebatas hubungan antar manusia dengan manusia
lainnya, sedangkan konsep etika Nafis berdasarkan paradigma manusia utuh-yaitu
masalah manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia, manusia dengan
alam, sera manusia dengan Tuhan.
Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu untuk mengkaji ranah
spiritual melalui pendekatan rasional/ ilmiah. Dalam ranah kejiwaan, ilmu psikologi
cebderyung membatasi kajianya hanya pada lapisan pikiran (mental/ emosional) dan
tidak ada upaya untuk mengkaji lebih dalam sampai ranah roh (kesadaran spiritual/
transcendental). Ajaran agama dalam pengajarannya lebih bersifat indoktrinasi,
sekadar menjalankan praktik berbagai ritual, serta kurang mengedepankan
pendekatan melalui nalar, pengamalan, dan pengalaman langsung, akibatnya ajaran
agama tidak mampu memberikan pencerahan kepada umatnya.
Saat ini banyak pakar yang mulai berani untuk mendalami ranah spiritual dari
pendekatan yang lebih rasional. Mereka menulis ulang dengan kemasan baru-dalam
arti ulasannya dengan pendekatan yang lebih rasional-dari berbagai buku/literatur
kunci yang telah ada sejak zaman dahulu yang ditulis oleh para nabi, praktisi
keagamaan, dan praktisi spiritual di negara-negara timur. Dengan demikian banyak
masyarakat barat mulai berminat untuk mendalami dan menjalani praktik-praktik
spiritual.
Olah pikir adalah suatu konsep dan keterampilan untuk mengatur gelombang
otak manusia yang paling sesuai dengan aktivitasnya sehingga bisa mencapai hasil
optimal (Sentanu, 2007). Otak memancarkan gelombang sesuai dengan tingkat
keadaan pikiran kejiwaan seseorang. Gelombang otak dapat diukur dengan
menggunakan Elektronsefalogram (LEG). Gelombang otak dapat digolongkan ke
dalam empat golongan yaitu:
Ketika pikiran dalam keadaan sadar (aktif), berarti pikiran sedang berada dalam
gelobang beta. Dalam gelombang ini pikiran sangat aktif sehingga akan memaksa otak
untuk mengeluarkan hormone kortisol dan norepinephrine yang menyebabkan
timbulnya rasa cemas, khawatir, gelisah, dan sejenisnya.
Sukrisno Agoes dan I.C. Ardana. 2014. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Bab I. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.