Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.2

Latar Belakang
Pembahasan etika meliputi nilai etika dan norma etika, membicarakan perilaku
manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan
pendekatan kritis dalam melihat nilai etika dan mengenai norma etika. Etika
merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai etika dan pola perilaku
hidup manusia. Etika membicarakan soal nilai yang merupakan salah satu dari cabang
filsafat. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat
dipertanggung jawabkan karena setiap tindakannya selalu dipertanggung jawabkan.
Etika sebagai cabang filsafat merupakan sebuah peranan seperti halnya agama,
politik, bahasa, dan ilmu-ilmu pendukung yang telah ada sejak dahulu kala dan
diwariskan secara turun temurun. Etika sebagai cabang filsafat menjadi refleksi krisis
terhadap tingkah laku manusia, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang
bertindak sesuatu dengan tingkah laku bagus saja. Ia harus bertindak berdasarkan
pertimbangan akal sehat, apakah bertentangan atau membangun tingkah laku baik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah
yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa
yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada
pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat
ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan
mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau
salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah.
Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema sulit
dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip
etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang yang lain
menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi
jika tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria. Berhadapan dengan dilema etis
1

bertambah pelik dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan
takut saat proses pengambilan keputusan rasional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Apa Pengertian dari Etika dan Kode Etik ?


Apa hubungan dari Etika dan Bisnis ?
Bagaimana Hubungan Kepentingan Pribadi dan Ekonomi ?
Bagaimana Hubungan Etika, Bisnis dan Hukum ?
Apa saja Teori-teori Etika Utama yang berguna dalam menyelesaikan Dilema
Etika ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami Apa Pengertian dari Etika dan Kode Etik
2. Untuk mengetahui Apa hubungan dari Etika dan Bisnis
3. Untuk mengetahui Bagaimana Hubungan Kepentingan Pribadi dan Ekonomi
4. Untuk mengetahui Bagaimana Hubungan Etika, Bisnis dan Hukum
5. Untuk memahami Apa saja Teori-teori Etika Utama yang berguna dalam
menyelesaikan Dilema Etika ?
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini juga dapat di jadikan sebagai modul pembelajaran yang
mungkin akan berguna bagi kegiatan belajar mengajar atau KBM di masa mendatang.
Makalah ini juga dapat dijadikan referensi yang mungkin berguna dalam mempelajari
materi Etika Perilaku para Filsuf

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Etika dan Kode Etik

Encyclopedia of Philosophy mendefinisikan etika dalam tiga cara:


1. pola umum atau cara hidup, yang berbicara mengenai etika Buddha atau Kristen
2. seperangkat aturan perilaku atau kode etik, yang berbicara mengenai etika
professional dan perilaku yang tidak beretika
3. penyelidikan tentang cara hidup dan aturan perilaku, yang berbicara mengenai
bahwa etika adalah cabang filsafat yang sering diberi nama khusus mateathics.
Dalam hal ini filsafat teoritispun juga mempunyai maksud-maksud dan
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis, karena pemahaman yang dicari
menggerakkan kehidupannya. Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi
menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
menikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi
menjadi etika individual yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap diri
sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia
lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika
khusus. Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat
juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan
dengan tingkah laku.
Etika dapat terbagi menjadi beberapa aspek, tetapi secara garis besar terbagi
menjadi 3 aspek yang dominan dalam mepelajari etika yaitu.
1. Aspek Normatif
Aspek normatif adalah suatu aspek yang mengacu pada norma-norma atau
standar moral yang diharapkan untuk mempengaruhi perilaku, kebijakan, keputusan,
karakter individual, dan struktur professional. Kemudian diharapkan dalam
penggunaan aspek ini dapat merubah perilaku dengan segala unsur-unsurnya tetap

berpijak pada norma, baik norma-norma kehidupan bersama, baik norma-norma


agama, dan norma-norma moral yang diatur dalam standar profesi bagi kaum profesi.
2. Aspek Konseptual
Aspek konseptual adalah suatu aspek yang diarahkan pada penjernihan
konsep-konsep atau ide-ide dasar, prinsip-prinsip, masalah-masalah dan tipe-tipe
pendapat yang dipergunakan dalam membahas isu-isu moral dalam wadah kode etik.
Kajian konseptual ini juga untuk memperjelas dalam pemahaman-pemahaman kode
etik dengan tetap menekankan pada kepentingan masyarakat dan organisasi profesi itu
sendiri.
3. Aspek Deskriptif
Aspek deskriptif adalah suatu aspek yang berkaitan dengan pengumpulan
fakta-fakta yang relevan dan spesifikasi yang dibuat untuk memberikan gambaran
tentang fakta-fakta yang terkait dengan unsur-unsur normatif dan konseptual. Aspek
ini memberikan informasi tentang fakta-fakta yang berkembang, baik di masyarakat
maupun dalam organisasi profesi, sehingga penanganan aspek normatif dan
konseptual dapat segera direalisasikan.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji segala sesuatu yang
ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Bagian-bagiannya meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.

Metafisika yaitu kajian dibalik alam yang nyata


Kosmologia yaitu kajian tentang alam
Logika yaitu pembahasa tentang cara berpikir cepat dan tepat
Etika yaitu pembahasan tentang tingkah laku manusia
Teologi yaitu pembahasan tentang ketuhanan

2. Antropologi yaitu pembahasan tentang manusia


Dengan demikian, jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam
filsafat. Banyak ilmu yang pada mulanya merupakan bagian dari filsafat, tetapi karena
ilmu tersebut kian meluas dan berkambang, akhirnya membentuk disiplin ilmu
tersendiri

dan

terlepas

dari

filsafat.

Demikian

juga

etika, dalam

proses

perkembangannya sekalipun masih diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat,


ia merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri.
Kebutuhan

akan

etika

muncul

dari

keinginan

untuk

menghindari

permasalahan-permasalahan-permasalahan dunia nyata. Etika tidak mengacu pada


permasalahan tentang apa yang harus atau tidak anda percayai. Hal semacam itu
tercantum dalam kode-kode keagamaan. Sebagai gantinya, etika berkaitan dengan
prinsip-prinsip yang memadndu perilaku manusia. Etika merupakan pembelajaran
tentang norma-norma dan nilai-nilai yang berkaitan dengan salah dan benar, baik dan
buruk, seperti yang harus kita lakukan dan tindakan apa yang harus kita hindari.
Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang
praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan
oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum,
norma agama, norma moral dan norma sopan santun. .
Dalam beberapa situasi kode etik adalah nilai yang menyediakan tuntunan
sebagai jalan terbaik untuk melakukan kegiatan. Keberhasilan menggunakan kode
daripada menjadi sebuah dokumen dapat diturunkan ketika etika berkurang. Agar
kode etik digunakan secara baik dibutuhkan pendalaman dan persetujuan nilai dengan
kode etik itui sendiri. Pekerjaan tidak hanya menjadi kesadaran nilai, tetapi juga
penguat kedudukan untuk membuat keputusan dengan etika yang dapat dibenarkan.
Akhirnya dapat mengkontribusikan perbaikan kode etik itu sendiri, melalui
perdebatan denagn teman seputar pekerjaan. Perlu digaris bawahi bahwa persetujuan
tidak dapat mengesampingkan peraturan.
Sejak dahulu, kode etik telah menjadi alat kunci untuk menjabarkan nilai
profesi. Dalam tat tertibnya biasanya menjelaskan tentang tujuan dan fungsi profesi,
nilai dan prinsip etika, dan beberapa standar praktek profesional.Saat ini tata tertib
kode etik telah menjadi hal yang kontroversial. Perlunya kode etik sebagai teguran
dalam tempat kerja dan dalam tingkah laku. Berbagai faktor tantangan globalisasi dan
kesempatan pekerjaan sosial, membawa tata tertib kode etik untuk semua profesi.
Sekarang kita menyadari bahwa kode etik pekerjaan sosial dapat digunakan dalam
lingkungan modern, meski menyimpang dan berbahaya.

Figur 1 menampilkan panduan dalam membuat keputusan etis. Meskipun ada


banyak teori etika lainnya, teori-teori ini termasuk salah satu yang sangat bermanfaat
dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis. Namun demikian, kadangkadang kita tidak melakukan apa yang kita putuskan harus dilakukan. Dalam bisnis,
ada banyak kendala yang mempengaruhi apakah seorang pembuat keputusan benarbenar melakukan hal yang benar. Faktor-faktor yang meringankan ini dapat
dikelompokkan menjadi kendala organisasi dan karakteristik pribadi. Kendala
organisasi termasuk sistem imbalan, budaya organisasi, dan sifat kepemimpinan
perusahaan.

Teori-Teori Filosofi
Utilitarianisme / Konsekuenalisme (Consequentialism)
Deontologi
Keadilan dan Kewajaran (Justice & Fairness)
Etika Kebajikan

Dilema Etika

Praktik
Pengambilan
Keputusan Etis

Perilaku

Kendala Praktis
Karakteristik Pribadi
Fitur Organisasi
Kekuatan Lingkungan

2.2

Etika dan Bisnis


Istilah etika bisnis (Business Ethics), jauh lebih muda dari etika itu sendiri.
Etika bisnis sudah mulai muncul sejak tahun 1960an. Pada saat itu ditandai dengan
perubahan-perubahan sudut pandang dalam perilaku komunitas di Amerika Serikat
dan juga menghadapi dunia bisnis. Setelah perang dunia kedua berakhir, perang
dingin dengan Uni Sovyet masih tetap berlanjut, Amerika saat itu melibatkan diri
6

dalam perang Vietnam, yang mendorong para oposisi untuk mengeluarkan isu-isu
kebijakan publik dan pergerakan-pergerakan hak-hak rakyat sipil mencuat di tengahtengah masyarakat.
Ekonomi Amerika kala itu bertumbuh cepat dan niendorninasi pertumbuhan
ekonomi dunia, Amerika merajai bisnis dunia, perusahaan-perusahaannya beroperasi
di banyak negara. Pelaku-pelaku bisnis yang memiliki harta yang cukup banyak
memasuki panggung politik dan berhasil, dan sebagian pengusaha lainnya menjadi
penguasa pemerintahan kala itu. Bisnis-bisnis besar telah menggeser posisi bisnisbisnis kecil dan menengah. Di sektor industri tercatat perkembangan yang cukup
tajam dengan meng- hasilkan banyak inovasi baru yang spektakuler. Tidak semua
inovasi dan teknologi yang ditemukan itu berdampak positif bagi kehidupan manusia
dan malah sebagian menjadi penyebab kerusakan lingkungan yang parah.
Sustainability nyaris terabaikan dalam pemikiran pebisnis saat itu, hingga mereka
menuai protes-protes dari berbagai lapisan masyarakat, terutama pencinta lingkungan
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kritikan-kritikan dari politisi pun
bermunculan, demikian juga gerakan-gerakan swadaya masyarakat yang mengusung
kepentingan publik. Desakan-desakan tersebut akhirnya mendorong perusahaanperusahaan untuk merumuskan berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility).Tidak jelas apakah program tersebut lahir dari nurani
atau karena suatu keterpaksaan.Mulai saat itu etika bisnis mulai diteliti dan dibahas
oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat dengan etika dalih penyelamatan
komunitas dalam jangka panjang dalam suatu tatanan nilai moralitas.
Etika bisnis yang lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1970-an dan menjadi
isu utama yang mengglobal sejak tahun 1990-an, selanjutnya menjadi isu yang ramai
di bicarakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Pada awalnya hanya kalangan ahli
agama dan filsafat saja yang fokus dengan etika ini, Itu pun masih pada hal-hal yang
bersifat makro dan universal.Dewasa ini isu dan topik etika bisnis menjadi hangat
dibicarakan mulai dari masyarakat awam, pemerintah, praktisi (manajer, konsultan
dan investor), para akademisi dari berbagai disiplin ilmu, lembaga swadaya, sampai
kepada para politisi.Walaupun dibahas oleh banyak kalangan dan diamini oleh para
pelaku bisnis, namun etika juga terlihat masih sangat langka diterapkan secara
sepenuh hati.Bagi pemerintah dan negara Amerika sebagai pelopor etika bisnis,
mengakui bahwa etika bisnis adalah sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral
7

yang meliputi dunia bisnis mereka.Ironisnya justru Amerika yang paling gigih
menolak kesepakatan Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007. Ketika
sebagian besar negara-negara peserta mempermasalahkan etika industri negara-negara
maju yang menjadi sumber penyebab global warning, Amerika menolaknya. (Eldine,
Achyar: 2008)
Sebagai cabang dari filsafat etika, maka etika bisnis tidak lain merupakan
penerapan prinsip-prinsip etika dengan pendekatan filsafat dalam kegiatan dan
program bisnis. Karenanya semua teori tentang etika dapat dimanfaatkan untuk
membahas tentang etika bisnis. Aspek yang dominan dari semua kata etika bisnis
bermuara pada perilaku bermoral dalam kegiatan bisnis.
Etika dalam arti sebenarnya dianggap sebagai acuan yang menyatakan apakah
tindakan, aktivitas atau perilaku individu bisa dianggap baik atau tidak. Karenanya
etika bisnis sudah tentu mengacu dan akan berbicara mengenai masalah baik atau
tidak baiknya suatu aktivitas bisnis. Dalam etika bisnis akan diuji peran-peran dan
prinsip etika dalam konteks komersial/bisnis (Rudito dan Famiola, 2007: 4). Moral
selalu berkaitan dengan tindakan manusia yang baik dan yang buruk sesuai dengan
ukuran-ukuran yang diterima umum dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Dalam
hal ini ukuran baik dan buruk manusia adalah manusia bukan sebagai pelaku peran
tertentu, dengan menggunakan norma moral, bukan sopan santun atau norma hukum
(Sumodiningrat dan Agustian, 2008: 58)
Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat
dipakai untuk menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan
etika bisnis dalam kegiatan usahanya antara lain adalah: Indikator ekonomi; indikator
peraturan khusus yang berlaku; indikator hukum; indikator ajaran agama; indikator
budaya dan indikator etik dari masing-masing pelaku bisnis.
1.

Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis
telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara
efisien tanpa merugikan masyarakat lain. Indikator etika bisnis menurut peraturan
khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan
beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturanaturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.

2.

Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hokum seseorang


atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila
seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma
hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

3.

Indikator etika berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika


bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai
ajaran agama yang dianutnya.

4.

Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi
suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.

5.

Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masingmasing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas
pribadinya.
Terdapat tiga faktor yang dapat menjelaskan mengapa seseorang harus berlaku

etis, yaitu agama, hubungan dengan orang lain, dan persepsi tentang diri sendiri.
1. Faktor agama menyebutkan bagaimana seseorang seharusnya hidup berdasarkan
prinsip agama.
2. Faktor hubungan dengan orang lain menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang hidup bermasyarakat dengan orang lain. Secara alamiah, seseorang
mengembangkan emosional yang kuat dengan orang lain, seseorang sering
menunjukkan melului tindakan yang penuh kasih sayang dan pengorbanan.
Melalui interaksi, seseorang menjadi simpatik terhadap emosi dan perasaan
mereka.
3. Faktor persepsi tentang diri sendiri menyebutkan bahwa seseorang berperilaku etis
karena self-interest. Aspek fundamental sifat manusia adalah bahwa mereka
adalah self-interest. Walaupun seseorang hidup dalam masyarakat, setiap orang
hidup memiliki kehiduan sendiri yang unik. Contohnya, faktor yang
mempengaruhi saya adalah penting bagi saya. Oleh karena it, ada perbedaan
antara self-interest dan selfishness. Selfishness hanya fokus pada diri sendiri dan
9

mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan orang lain. Sedangkan,


self-interest adalah ketertarikan yang fokus pada diri sendiri bukan ketertarikan
dalam diri sendiri. Self-interest tidak didefinisikan hanya ketertarikan yang fokus
pada individu tetapi juga tentang semua hal yang berhubungan dengan individu
tersebut, yaitu keluarga, temanm dan masyarakat di mana ia hidup. Self-interest
mempunyai hubungan dekat dengan perilaku ekonomi.
2.3

Kepentingan Pribadi dan Ekonomi


Konsep Kepentingan pribadi memiliki tradisi panjang dalam filosofi empiris
inggris untuk menjelaskan keharmonisan sosial dan kerja sama ekonomi. Thomas
Hobbes (1588-1679) berpendapat bahwa kepentingan pribadi memotivasi orang untuk
membentuk masyarakat sipil yang damai. Ketika orang-orang didorong oleh
keinginan dasar mereka, oleh kepentingan pribadi yang tak terkendali, akan terjadi
tindakan anarki. Orang tidak akan dapat lagi mengejar tujuan pribadi mereka ketika
tujuan tersebut akan memberi pengaruh negatif terhadap orang lain. Keinginan untuk
keamanan pribadi berarti bahwa individu individu secara sukarela membatasi
kebebasan perseorangan mereka untuk menjamin keharmonisan sosial. Dari
perspektif ini, masyarakat dapat dianggap sebagai kontrak voluntary antarindividu
dimana kebebasan individu ditukar dengan kedamaian dan self-preservation.
Keinginan terhadap perlindungan personal menunjukkan bahwa setiap individu
membatasi kebebasannya dengan sukarela untuk melindungi social harmony.
Etika membatasi Oportunisme ekonomi, Etika menjaga batas keegoisan dan
keserakahan tak terkendali tetap berada dalam jalurnya. Menurut Smith, individu
mengikuti pedoman etika demi kebaikan perekonomian, Wawasan dari Smith adalah
bahwa kepentingan pribadi mengarah pada kerja sama ekonomi. Kepentingan pribadi
adalah motivasi untuk pembagian tugas dan kerja sama, dalam pembagian tugas
berarti bahwa semakin baik dan semakin banyak produk yang dapat diberikan kepada
masyarakat dengan cara yang efisien dan efektif. Pasar akan menentukan harga
produk-produk berdasarkan kebutuhan konsumen, ketersediaan, kualitas, dan aspek
kualitatif lainnya. Keuntungan yang diberikan kepada vendor adalah hasil dari
penyediaan barang dan jasa. Jadi tujuan pasar bukanlah membuat keuntungan untuk
perusahaan melainkan tujuannya adalah agar perusahaan menyediakan barang dan
jasa akhir.. Dalam lingkungan yang kompetitif, keinginan pembeli dan penjual

10

dipenuhi melalui kontrak kepentingan pribad. Kontrak kerja sama menyebabkan


pembelian dan penjualan barang dan jasa berada pada harga pareto optimal.
2.4

Etika, Bisnis dan Hukum


Etika, bisnis dan hukum saling berhubungan tetapi ada bagian-bagian yang
saling tumpang tindih misalnya masalah aturan dan peraturan yang harus dipatuhi
oleh perusahaan dimana hukum dibuat oleh pemerintah, badan-badan regulator,
asosiasi profesional dan lainya. Ada juga tumpang tindih antara hukum dengan etika
terkait dengan larangan membunuh, dan juga terdapat area lain yang saling
bersinggungan antara aktivitas bisnis dengan norma-norma etika. Intinya adalah etika
seharusnya menjadi panduan tingkah laku diatas hukum. Hukum biasanya adalah
standar minimum tentang tingkah laku yang bisa diterima, akan tetapi terkadang
seringkali terjadi konflik hukum diberbagai negara yang berlarut-larut, atau mungkin
tidak berlaku disuatu tempat. Sehingga dalam kasus seperti itu, etika ditempatkan
diatas hukum standar minimal.
BISNIS

HUKU
M

ETIKA

Bisnis, Etika dan Hukum dapat dilihat sebagai tiga lingkaran yang saling
memotong dalam diagram venn . Area 1 merupakam aspek kegiatan usaha yang tidak
tercakup oleh hukum dan etika. Area 2 mencakup hukum yang tidak berhubungan
dengan etika dan bisnis. Area 3 merupakan etika pelanggaran yang tidak berhubungan
dengan bisnis dan tidak legal. Ada banyak tumpang tindih antara hukum, etika dan
11

bisnis. Area 4 mewakili berbagai hukum dan peraturan yang harus diikuti perusahaan,
Undang-undang yang disahkan oleh pemerintah, lembaga-lembaga regulator, asosiasi
profesional dan sejenisnya. Area 5 yang utama adalah larangan terhadap pembunuhan.
Area 6 merupakan tumpang tindih antara aktivitas bisnis dan norma-norma etika. Hal
ini juga merupakan area dimana beberapa orang menyangkal bahwa terjadi tumpang
tindih . Dan area 7 perpotongan hukum, etika dan bisnis, biasanya hanya menjadi
masalah jika hukum mengatakan suatu hal, sedangkan etika mengatakan sebaliknya.
2.5 Teori-teori Utama yang Berguna dalam Menyelesaikan Dilema Etika
A. Teori-teori Menyelesaikan Dilema Etika
1. Teleology: Utilarism dan Consequentialism Analisis Dampak
Mengevaluasi keputusan sebagai hal baik atau buruk, diterima dan tidak bisa
diterima terkait dengan konsekuensi suatu keputusan. Teori utilitarisme
mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan. Dipercaya
bahwa semua manusia mempunyai perasaan menyenangkan dan perasaan
sakit. Ketika keputusan dibuat seharusnya memaksimalkan kesenangan dan
meminimalkan ketidaksenangan. Prinsip umum dari utilitarisme adalah
didasarkan bahwa tindakan moral menghasilkan kebahagiaan yang besar bila
menghasilkan jumlah atau angka yang besar . Ada 2 bentuk teori utilitarisme :
a. Utilitarisme berdasarkan tindakan
Setiap tindakan ditujukan untuk keuntungan yang akan menghasilkan hasil
atau tindakan yang lebih besar.
b. Ultilitarisme berdasarkan aturan
Modifikasi antara utilitarisme tindakan dan aturan moral, aturan yang baik
akan menghasilkan keuntungan yang maksimal.

Undang-Undang dan Peraturan Utilitarianisme


Seiring waktu, utilitarianisme telah berkembang di sepanjang dua jalur utama:
- Undang-undang utilitarianisme
- Peraturan utilitarianisme
Jalur Undang-undang Utilitarianisme, kadang-kadang disebut sebagai
konsekuensialisme. Jalur ini menganggap bahwa sebuah tindakan baik atau
benar secara etika jika tindakan tersebut mungkin menghasilkan keseimbangan
kebaikan yang lebih besar atas kejahatan. Peraturan utilitarianisme, di sisi lain,

12

mengatakan bahwa kita harus mengikuti aturan yang mungkin akan


menghasilkan keseimbangan kebaikan yang lebih besar atas kejahatan dan
menghindari aturan yang mungkin akan menghasilkan sebaliknya. Peraturan
utilitarianisme bagaimanapun lebih sederhana. Peraturan tersebut mengakui
bahwa pengabilan keputusan oleh manusia sering dipandu oleh aturan-aturan.
Jadi, prinsip penuntun untuk aturan utilitarian adalah mengikuti aturan yang
cenderung menghasilkan sejumlah besar kesenangan terhadap rasa sakit untuk
sejumlah besar orang yang mungkin akan terpengaruh oleh tindakan.
Sarana dan Tujuan Akhir
Prinsip utilitarianisme mempromosikan jumlah terbesar kebahagiaan
untuk sejumlah besar orang, tidak berarti bahwa akhirnya membenarkan
sarana. Namun, hal yang bergaris bawah adalam teori politik, bukan prinsip
etika. Salah satu pendukung utama prinsip ini adalah Niccolo Machiavelli
(1469-1527), yang menulis Prince untuk Lorenzo Medici sebagai pedoman
untuk mempertahankan kekuasaan politik dengan menghalalkan segala cara.
Dalam dunia bisnis, menghalalkan segala cara kerap dilakukan, contohnya
dengan keputusan CEO yang memiliki dampak mendalam bagi kehidupan
orang lain, seperti limbah beracun, produk berbahaya dan kondisi kerja, polusi
serta

masalah

lingkungan

lainnya

sering

dipertahankan

atas

dasar

menghalalkan segala cara.


Prinsip politik-tujuan akhir menghalalkan cara-bukan teori etika.
Pertama, prinsip tersebut salah mengasumsikan bahwa cara dan tujuan setara
secara etika, dan kedua, prinsip tersebut salah mengasumsikan bahwa hanya
ada satu cara untuk mencapai tujuan akhir. Hal yang lebih penting, tujuan
menghalalkan cara sering menyiratkan bahwa hanya ada satu cara untuk
mencapai tujuan akhir atau bahwa jika ada berbagai cara untuk mencapai
akhir, maka semua sarana yang ada setara secara etika.
Beberapa orang menyalahgunakan utilitarianisme dengan mengatakan
tujuan menghalalkan segala cara. Namun, ini adalah sebuah aplikasi yang
tidak tepat dari teori etika. Daya tarik keseluruhan utilitarinisme adalah bahwa
hal ini tampak cukup sederhana sedangkan perimbangan penuh dari semua

13

konsekuensi merupakan hal yang menantang jika menginginkan hasil yang


komprehensif. Alternatif etika yang terbaik adalah yang memberikan
kesenangan terbesar bagi semua pihak. Manajer dibiasakan untuk membuat
keputusan dalam kondisi yang tidak pasti, menilai kemungkinan konsekuensi
untuk pemangku kepentingan yang diidentifikasi dan kemudian memilih
alternatif yang mungkin akan memiliki hasil bersih terbaik bagi semua pihak.
Kelemahan dalam Utilitarianisme
1

Utilitarinisme mengandaikan bahwa hal-hal seperti kebahagiaan, utilitas,


kesenangan, sakit dan penderitaan bisa diukur dengan uang. Akuntan
sangat pandai mengukur transaksi ekonomi, karena mereka mempunyai
uang sebagai standar pengukuran yang seragam. Namun, tidak ada

pengukuran umum untuk kebahgiaan.


Masalah distribusi dan integritas terhadap kebahagiaan. Prinsip utilitarian
adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin kebahagiaan itu kepada
sebanyak mungkin orang. Haruskah CEO menaikkan sedikit upah tapi
merata kepada semua karyawan, yang akan membuat mereka sedikit lebih

bahagia atau dengan menggandakan gaji dari tim manajemen puncak ?


Masalah ruang lingkup. Seberapa banyak orang yang harus disertakan?
Contohnya pemanasan global dan polusi. Kebahagiaan jangka pendek
generasi sekarang bisa berimbas pada penderitaan generasi mendatang.
Hal ini telah digambarkan Al Gore dalam buku dan videonya Inconvenient
Truth, dimana ia menunjukkan bagaimana polusi menyebabkan pemanasan
global dan bahwa kita mencapai titik dimana peremajaan lingkungan kita
mungkin tidak dapat dilakukan.
Utilirianisme dengan sendirinya tidak cukup untuk menghasilkan
keputusan etis yang komprehensif. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah
teori etika alternatif, deontology, menilai etikalitas pada motivasi pembuat
keputusan bukan pada konsekuensi dari keputusan tersebut.

2. Teori Deontology-Motivasi untuk perilaku


Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon, yang berarti kewajiban. Teori
Deontology Mengevaluasi keetisan perilaku berdasarkan motibvasi pembuat
keputusan dan berdasarkan tindakan deontologi yang dapat dianggap benar
secara etis meskipun keputusan tersebut berdampak buruk terhadap si pembuat
14

keputusan maupun masyarakat pada umumnyaEtika deontologi memberikan


pedoman moral agar manusia melakukan apa yang menjadi kewajiban sesuai
dengan nilainilai atau norma-norma yang ada. Suatu perilaku akan dinilai baik
atau buruk berdasarkan kewajiban yang mengacu pada nilai-nilai atau normanorma moral. Tindakan sedekah kepada orang miskin adalah tindakan yang
baik karena perbuatan tersebut merupakan kewajiban manusia untuk
melakukannya. Sebaliknya, tindakan mencuri, penggelapan dan korupsi adalah
perbuatan buruk dan kewajiban manusia untuk menghindarinya. Etika
deontologi tidak membahas apa akibat atau konsekuensi dari suatu perilaku.
Suatu perilaku dibenarkan bukan karena perilaku itu berakibat baik, tetapi
perilaku itu memang baik dan perilaku itu didasarkan kewajiban yang memang
harus dilaksanakan.
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya
adalah kehendak yang baik, kesehatan, kekayaan, kepandaian adalah baik. Jika
digunakan dengan baik oleh kehendak manusia, tetapi jika digunakan dengan
kehendak yang jahat akan menjadi jelek sekali. Kehendak menjadi baik jika
bertindak karena kewajiban . Kalau seseorang bertindak karena motif tertentu
atau keinginan tertentu berarti disebut tindakan yang tidak baik. Bertindak
sesuai kewajiban disebut legalitas. Menurut W.D Ross (1877-1971) setiap
manusia mempunyai intuisi akan kewajiban. Semua kewajiban berlaku
langsung pada diri kita. Kewajiban untuk mengatakan kebenaran merupakan
kewajiban utama termasuk kewajiban kesetiaan, ganti rugi, terima kasih,
keadilan dan berbuat baik.
Contoh : bila berjanji harus ditepati, bila meminjam harus dikembalikan.
Contoh lain Seperti tindakan sedekah kepada orang miskin adalah tindakan
yang baik karena perbuatan ini merupakan kewajiban manusia untuk
melakukannya. Sebaliknya, tindakan mencuri, penggelapan dan korupsi adalah
perbuatan buruk dan sudah kewajiban manusia untuk menghindarinyaDengan
memahami kewajiban akan terhindar dari keputusan yang menimbulkan
konflik atau dilema.
Kelemahan dalam Deontologi
Sama seperti teori etika lainnya, deontologi memiliki masalah dan
kelemahan. Masalah mendasar adalah bahwa imperatif kategoris tidak
memberikan panduan yang jelas untuk menentukan mana yang benar dan

15

mana yang salah jika dua atau lebih hukum moral mengalami konflik dan
hanya satu
3. Teori Hedonisme
Menurut Aristippos (433-355 SM) sesuai kodratnya setiap manusia mencari
kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Akan tetapi, ada batas untuk
mencari kesenangan. Hal yang penting adalah menggunakan kesenangan
dengan baik dan tidak terbawa oleh kesenangan. Menurut epikuros(341-270
SM) dalam menilai kesenangan (hedone) tidak hanya kesenangan indrawi
tetapi kebebasan dan rasa nyeri, kebebasan dari keresahan jiwa juga. Apa
tujuan terakhir dari kehidupan manusia adalah kesenangan. Menurut john
locke (1632-1704), kita sebut baik bila meningkatkan kesenangan dan
sebaliknya dinamakan jahat kalau mengurangi kesenangan atau menimbulkan
ketidaksenangan.
4. Teori Eudemonisme
Menurut Filosof Yunani Aristoteles (384-322 SM) , bahwa dalam setiap
kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik
bagi kita. Seringkali kita mencari tujuan untuk mencapai suatu tujuan yang
lain lagi. Semua orang akan menyetujui bahwa tujuan terakhir hidup manusia
adalah kebahagiaan (eudaimonia). Seseorang mampu mencapai tujuannya jika
mampu menjalankan fungsinya dengan baik, keunggulan manusia adalah akal
dan budi. Manusia mencapai kebahagiaan dengan menjalankan kegiatan yang
rasional. Ada dua macam keutamaan, yaitu :
Keutamaan intelektual
Keutamaan moral
B. Dilema Etika
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan
dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau
salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Contoh sederhananya adalah jika
seseorang menemukan cincin berlian, ia harus memutuskan untuk mencari
pemilik cincin atau mengambil cincin tersebut. Para auditor, akuntan, dan
pebisnis lainnya, menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis mereka.
16

Terlibat dengan klien yang mengancam akan mencari auditor baru jika tidak
diberikan opini unqualified akan menimbulkan dilema etika jika opini unqualified
tersebut ternyata tidak tepat untuk diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, L.J. and Paul Dunn. 2010. Business and Professional Ethics: for Directors,
Executives and Accountants. South-Western Cengeage LEarning. USA
http://mutiahersanti.blogspot.com/2015/03/pengertian-etika-dan-kode-etik.html
http://iraparamita.blogspot.com/2013/10/tugas-1-etika-profesi-akuntansi.html
https://suparman11.wordpress.com/2014/11/05/pengertian-etika-sebagai-salah-satu-cabangfilsafat-praktis-dan-dikembangkan-pengertian-pancasila-sebagai-sistem-etika/
http://munabarakati.blogspot.com/2014/11/teori-etika-dan-dilema-etika.html

17

Anda mungkin juga menyukai