PENDAHULUAN
1.2
Latar Belakang
Pembahasan etika meliputi nilai etika dan norma etika, membicarakan perilaku
manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan
pendekatan kritis dalam melihat nilai etika dan mengenai norma etika. Etika
merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai etika dan pola perilaku
hidup manusia. Etika membicarakan soal nilai yang merupakan salah satu dari cabang
filsafat. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat
dipertanggung jawabkan karena setiap tindakannya selalu dipertanggung jawabkan.
Etika sebagai cabang filsafat merupakan sebuah peranan seperti halnya agama,
politik, bahasa, dan ilmu-ilmu pendukung yang telah ada sejak dahulu kala dan
diwariskan secara turun temurun. Etika sebagai cabang filsafat menjadi refleksi krisis
terhadap tingkah laku manusia, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang
bertindak sesuatu dengan tingkah laku bagus saja. Ia harus bertindak berdasarkan
pertimbangan akal sehat, apakah bertentangan atau membangun tingkah laku baik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah
yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa
yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada
pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat
ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan
mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau
salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah.
Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema sulit
dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip
etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang yang lain
menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi
jika tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria. Berhadapan dengan dilema etis
1
bertambah pelik dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan
takut saat proses pengambilan keputusan rasional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
dan
terlepas
dari
filsafat.
Demikian
juga
etika, dalam
proses
akan
etika
muncul
dari
keinginan
untuk
menghindari
Teori-Teori Filosofi
Utilitarianisme / Konsekuenalisme (Consequentialism)
Deontologi
Keadilan dan Kewajaran (Justice & Fairness)
Etika Kebajikan
Dilema Etika
Praktik
Pengambilan
Keputusan Etis
Perilaku
Kendala Praktis
Karakteristik Pribadi
Fitur Organisasi
Kekuatan Lingkungan
2.2
dalam perang Vietnam, yang mendorong para oposisi untuk mengeluarkan isu-isu
kebijakan publik dan pergerakan-pergerakan hak-hak rakyat sipil mencuat di tengahtengah masyarakat.
Ekonomi Amerika kala itu bertumbuh cepat dan niendorninasi pertumbuhan
ekonomi dunia, Amerika merajai bisnis dunia, perusahaan-perusahaannya beroperasi
di banyak negara. Pelaku-pelaku bisnis yang memiliki harta yang cukup banyak
memasuki panggung politik dan berhasil, dan sebagian pengusaha lainnya menjadi
penguasa pemerintahan kala itu. Bisnis-bisnis besar telah menggeser posisi bisnisbisnis kecil dan menengah. Di sektor industri tercatat perkembangan yang cukup
tajam dengan meng- hasilkan banyak inovasi baru yang spektakuler. Tidak semua
inovasi dan teknologi yang ditemukan itu berdampak positif bagi kehidupan manusia
dan malah sebagian menjadi penyebab kerusakan lingkungan yang parah.
Sustainability nyaris terabaikan dalam pemikiran pebisnis saat itu, hingga mereka
menuai protes-protes dari berbagai lapisan masyarakat, terutama pencinta lingkungan
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kritikan-kritikan dari politisi pun
bermunculan, demikian juga gerakan-gerakan swadaya masyarakat yang mengusung
kepentingan publik. Desakan-desakan tersebut akhirnya mendorong perusahaanperusahaan untuk merumuskan berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility).Tidak jelas apakah program tersebut lahir dari nurani
atau karena suatu keterpaksaan.Mulai saat itu etika bisnis mulai diteliti dan dibahas
oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat dengan etika dalih penyelamatan
komunitas dalam jangka panjang dalam suatu tatanan nilai moralitas.
Etika bisnis yang lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1970-an dan menjadi
isu utama yang mengglobal sejak tahun 1990-an, selanjutnya menjadi isu yang ramai
di bicarakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Pada awalnya hanya kalangan ahli
agama dan filsafat saja yang fokus dengan etika ini, Itu pun masih pada hal-hal yang
bersifat makro dan universal.Dewasa ini isu dan topik etika bisnis menjadi hangat
dibicarakan mulai dari masyarakat awam, pemerintah, praktisi (manajer, konsultan
dan investor), para akademisi dari berbagai disiplin ilmu, lembaga swadaya, sampai
kepada para politisi.Walaupun dibahas oleh banyak kalangan dan diamini oleh para
pelaku bisnis, namun etika juga terlihat masih sangat langka diterapkan secara
sepenuh hati.Bagi pemerintah dan negara Amerika sebagai pelopor etika bisnis,
mengakui bahwa etika bisnis adalah sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral
7
yang meliputi dunia bisnis mereka.Ironisnya justru Amerika yang paling gigih
menolak kesepakatan Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007. Ketika
sebagian besar negara-negara peserta mempermasalahkan etika industri negara-negara
maju yang menjadi sumber penyebab global warning, Amerika menolaknya. (Eldine,
Achyar: 2008)
Sebagai cabang dari filsafat etika, maka etika bisnis tidak lain merupakan
penerapan prinsip-prinsip etika dengan pendekatan filsafat dalam kegiatan dan
program bisnis. Karenanya semua teori tentang etika dapat dimanfaatkan untuk
membahas tentang etika bisnis. Aspek yang dominan dari semua kata etika bisnis
bermuara pada perilaku bermoral dalam kegiatan bisnis.
Etika dalam arti sebenarnya dianggap sebagai acuan yang menyatakan apakah
tindakan, aktivitas atau perilaku individu bisa dianggap baik atau tidak. Karenanya
etika bisnis sudah tentu mengacu dan akan berbicara mengenai masalah baik atau
tidak baiknya suatu aktivitas bisnis. Dalam etika bisnis akan diuji peran-peran dan
prinsip etika dalam konteks komersial/bisnis (Rudito dan Famiola, 2007: 4). Moral
selalu berkaitan dengan tindakan manusia yang baik dan yang buruk sesuai dengan
ukuran-ukuran yang diterima umum dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Dalam
hal ini ukuran baik dan buruk manusia adalah manusia bukan sebagai pelaku peran
tertentu, dengan menggunakan norma moral, bukan sopan santun atau norma hukum
(Sumodiningrat dan Agustian, 2008: 58)
Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat
dipakai untuk menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan
etika bisnis dalam kegiatan usahanya antara lain adalah: Indikator ekonomi; indikator
peraturan khusus yang berlaku; indikator hukum; indikator ajaran agama; indikator
budaya dan indikator etik dari masing-masing pelaku bisnis.
1.
Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis
telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara
efisien tanpa merugikan masyarakat lain. Indikator etika bisnis menurut peraturan
khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan
beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturanaturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
2.
3.
4.
Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi
suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
5.
Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masingmasing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas
pribadinya.
Terdapat tiga faktor yang dapat menjelaskan mengapa seseorang harus berlaku
etis, yaitu agama, hubungan dengan orang lain, dan persepsi tentang diri sendiri.
1. Faktor agama menyebutkan bagaimana seseorang seharusnya hidup berdasarkan
prinsip agama.
2. Faktor hubungan dengan orang lain menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang hidup bermasyarakat dengan orang lain. Secara alamiah, seseorang
mengembangkan emosional yang kuat dengan orang lain, seseorang sering
menunjukkan melului tindakan yang penuh kasih sayang dan pengorbanan.
Melalui interaksi, seseorang menjadi simpatik terhadap emosi dan perasaan
mereka.
3. Faktor persepsi tentang diri sendiri menyebutkan bahwa seseorang berperilaku etis
karena self-interest. Aspek fundamental sifat manusia adalah bahwa mereka
adalah self-interest. Walaupun seseorang hidup dalam masyarakat, setiap orang
hidup memiliki kehiduan sendiri yang unik. Contohnya, faktor yang
mempengaruhi saya adalah penting bagi saya. Oleh karena it, ada perbedaan
antara self-interest dan selfishness. Selfishness hanya fokus pada diri sendiri dan
9
10
HUKU
M
ETIKA
Bisnis, Etika dan Hukum dapat dilihat sebagai tiga lingkaran yang saling
memotong dalam diagram venn . Area 1 merupakam aspek kegiatan usaha yang tidak
tercakup oleh hukum dan etika. Area 2 mencakup hukum yang tidak berhubungan
dengan etika dan bisnis. Area 3 merupakan etika pelanggaran yang tidak berhubungan
dengan bisnis dan tidak legal. Ada banyak tumpang tindih antara hukum, etika dan
11
bisnis. Area 4 mewakili berbagai hukum dan peraturan yang harus diikuti perusahaan,
Undang-undang yang disahkan oleh pemerintah, lembaga-lembaga regulator, asosiasi
profesional dan sejenisnya. Area 5 yang utama adalah larangan terhadap pembunuhan.
Area 6 merupakan tumpang tindih antara aktivitas bisnis dan norma-norma etika. Hal
ini juga merupakan area dimana beberapa orang menyangkal bahwa terjadi tumpang
tindih . Dan area 7 perpotongan hukum, etika dan bisnis, biasanya hanya menjadi
masalah jika hukum mengatakan suatu hal, sedangkan etika mengatakan sebaliknya.
2.5 Teori-teori Utama yang Berguna dalam Menyelesaikan Dilema Etika
A. Teori-teori Menyelesaikan Dilema Etika
1. Teleology: Utilarism dan Consequentialism Analisis Dampak
Mengevaluasi keputusan sebagai hal baik atau buruk, diterima dan tidak bisa
diterima terkait dengan konsekuensi suatu keputusan. Teori utilitarisme
mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan. Dipercaya
bahwa semua manusia mempunyai perasaan menyenangkan dan perasaan
sakit. Ketika keputusan dibuat seharusnya memaksimalkan kesenangan dan
meminimalkan ketidaksenangan. Prinsip umum dari utilitarisme adalah
didasarkan bahwa tindakan moral menghasilkan kebahagiaan yang besar bila
menghasilkan jumlah atau angka yang besar . Ada 2 bentuk teori utilitarisme :
a. Utilitarisme berdasarkan tindakan
Setiap tindakan ditujukan untuk keuntungan yang akan menghasilkan hasil
atau tindakan yang lebih besar.
b. Ultilitarisme berdasarkan aturan
Modifikasi antara utilitarisme tindakan dan aturan moral, aturan yang baik
akan menghasilkan keuntungan yang maksimal.
12
masalah
lingkungan
lainnya
sering
dipertahankan
atas
dasar
13
15
mana yang salah jika dua atau lebih hukum moral mengalami konflik dan
hanya satu
3. Teori Hedonisme
Menurut Aristippos (433-355 SM) sesuai kodratnya setiap manusia mencari
kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Akan tetapi, ada batas untuk
mencari kesenangan. Hal yang penting adalah menggunakan kesenangan
dengan baik dan tidak terbawa oleh kesenangan. Menurut epikuros(341-270
SM) dalam menilai kesenangan (hedone) tidak hanya kesenangan indrawi
tetapi kebebasan dan rasa nyeri, kebebasan dari keresahan jiwa juga. Apa
tujuan terakhir dari kehidupan manusia adalah kesenangan. Menurut john
locke (1632-1704), kita sebut baik bila meningkatkan kesenangan dan
sebaliknya dinamakan jahat kalau mengurangi kesenangan atau menimbulkan
ketidaksenangan.
4. Teori Eudemonisme
Menurut Filosof Yunani Aristoteles (384-322 SM) , bahwa dalam setiap
kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik
bagi kita. Seringkali kita mencari tujuan untuk mencapai suatu tujuan yang
lain lagi. Semua orang akan menyetujui bahwa tujuan terakhir hidup manusia
adalah kebahagiaan (eudaimonia). Seseorang mampu mencapai tujuannya jika
mampu menjalankan fungsinya dengan baik, keunggulan manusia adalah akal
dan budi. Manusia mencapai kebahagiaan dengan menjalankan kegiatan yang
rasional. Ada dua macam keutamaan, yaitu :
Keutamaan intelektual
Keutamaan moral
B. Dilema Etika
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan
dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau
salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Contoh sederhananya adalah jika
seseorang menemukan cincin berlian, ia harus memutuskan untuk mencari
pemilik cincin atau mengambil cincin tersebut. Para auditor, akuntan, dan
pebisnis lainnya, menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis mereka.
16
Terlibat dengan klien yang mengancam akan mencari auditor baru jika tidak
diberikan opini unqualified akan menimbulkan dilema etika jika opini unqualified
tersebut ternyata tidak tepat untuk diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, L.J. and Paul Dunn. 2010. Business and Professional Ethics: for Directors,
Executives and Accountants. South-Western Cengeage LEarning. USA
http://mutiahersanti.blogspot.com/2015/03/pengertian-etika-dan-kode-etik.html
http://iraparamita.blogspot.com/2013/10/tugas-1-etika-profesi-akuntansi.html
https://suparman11.wordpress.com/2014/11/05/pengertian-etika-sebagai-salah-satu-cabangfilsafat-praktis-dan-dikembangkan-pengertian-pancasila-sebagai-sistem-etika/
http://munabarakati.blogspot.com/2014/11/teori-etika-dan-dilema-etika.html
17