PENDAHULUAN
Menteri Keuangan Sri Mulyani membekukan izin kantor akuntan publik (KAP) Drs
Tahrir Hidayat dan Akuntan Publik (AP) Drs Dody Hapsoro. Pembekuan izin KAP Tahrir
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 397/KM 1/2008, terhitung mulai tanggal 11
Juni 2008. Sementara AP Drs Dody Hapsoro, melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor
409/KM.1/2008, terhitung mulai 20 Juni 2008. Menurut Kepala Biro Humas Depkeu Samsuar
Said, pembekuan atas izin usaha KAP Tahrir, merupakan tindak lanjut setelah izin AP Tahrir
Hidayat dibekukan oleh Menkeu. KAP Tahrir dibekukan selama 24 bulan. Sedangkan AP
Dody Hapsoro, dikenakan sanksi pembekuan selama enam bulan.
Pembekuan ini karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap
Standar Auditing (SA) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit
atas laporan keuangan konsolidasi PT Pupuk Sriwidjaya (Persero) dan anak perusahaan tahun
buku 2005. ”Selama masa pembekuan izin, KAP Drs Tahrir Hidayat dan AP Drs Dody
Hapsoro, dilarang memberikan jasa akuntan publik, meliputi jasa atestasi yang termasuk audit
umum atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, jasa
pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan, serta
jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP,” papar Samsuar dalam keterangan
tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (19/7/2008).
Keduanya juga dilarang memberikan jasa audit lainnya serta jasa yang berkaitan dengan
akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan
kompetensi AP dan peraturan perundang-undangan yang berlaku . Sementara, Menkeu
mewajibkan KAP Drs Tahrir Hidayat untuk memelihara Laporan Auditor Independen, atas
kerja pemeriksaan dan dokumen lainnya. AP Dody Hapsoro juga dilarang menjadi pemimpin
dim atau pemimpin rekan dan atau pemimpin cabang KAP,
serta wajib mengikuti Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL). “Apabila dalam jangka waktu
paling lama enam bulan sejak berakhirnya masa pembekuan izin tidak melakukan pengajuan
kembali permohonan persetujuan untuk memberikan jasa, AP dan KAP maka izin tidak
melakukan pengajuan kembali permohonan persetujuan untuk memberikan jasa, sanksi
dikenakan pencabutan izin,” pungkasnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa Drs Tahrir Hidayat dan Drs Dody
Hapsoro selaku auditor, telah melanggar kode etik. Mereka tidak mematuhi Standar audit (SA)
dalam menjalankan tugas, yaitu ) pelaksanaan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT
Pupuk Sriwidjaya (Persero) dan anak perusahaan tahun buku 2005.
Drs. Tahrir Hidayat dan Drs Dody Hapsoro telah melanggar beberapa kode etik,
diantaranya, yaitu :
Untuk mengatasi masalah seperti ini, solusi yang paling efektif adalah dengan
memberlakukan sanksi atas pelanggaran terhadap kode etik. Jadi, menurut kami, cara yang
ditempuh oleh Kemenkeu sudah tepat. Penerapan sanksi dalam pelanggaran kode etik
diharapkan akan memberikan efek jera, sehingga akan mengurangi terjadinya kasus-kasus
semacam ini. Dalam kasus ini kembali lagi kepada tanggung jawab moral seorang auditor di
seluruh Indonesia, termasuk dari akuntan publik harus sadar dan mempunyai kemampuan
teknis bahwa betapa berat memegang amanah dari rakyat untuk meyakinkan bahwa dana atau
uang dari rakyat yang dikelola berbagai pihak telah digunakan sebagaimana mestinya secara
benar, akuntabel, dan transparan, maka semakin lengkap usaha untuk memberantas korupsi di
negeri ini.