Anda di halaman 1dari 7

2.1.

Definisi Akuntan,
Ronald Duska dkk. (2011:69) dengan menyitir the Commission on Standard
of Education and Experience for Certified Publik Accountants, menyebutkan 7
Karakteristik Profesi. Komisi tersebut menyatakan bahwa untuk dapat dinyatakan
sebagai suatu profesi, bidang pekerjaan yang bersangkutan harus memiliki
karakteristik sebagai berikut.
a. Adanya cabang ilmu pengetahuan khusus (specialized body of knowledge) yang
menaungi bidang pekerjaan yang bersangkutan.
b. Adanya proses pendidikan formal yang diakui (recognized formal education
process) untuk memperoleh ilmu pengetahuan khusus tersebut.
c. Keanggotaan mensyaratkan dipenuhinya standar kualifikasi profesional
(professional qualification standard).
d. Adanya standar perilaku (standard of conduct) atau kode etik yang mengatur
hubungan antara praktis dan klien, teman sejawat dan masyarakat.
e. Adanya pengakuan status (status recognition).
f. Adanya penerimaan terhadap tanggungjawab sosial (social responsibility) yang
melekat dalam bidang pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan publik.
g. Adanya organisasi yang khusus menangani pengembangan kewajiban sosial
kelompok (organization).
Di Indonesia, Akuntan sebagai profesi ditegaskan melalui undang-undang
nomor 34 tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (UUGA) dan undang-undang
nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik (UUAP), UUGA mensyaratkan bahwa
gelar akuntan hanya boleh dipakai oleh mereka yang mempunyai ijazah akuntan yang
diberikan oleh universitas negeri atau badan perguruan tinggi lain.
Standar perilaku seperti tercermin dalam syarat nomor (4) terpenuhi dengan
diadopsinya kode etik Akuntan yang dikeluarkan oleh Committee on Code of Conduct
dari International Federation of Accountant (IFAC). Sebelum adopsi tersebut, IAI
mempunyai kode etik sendiri. Kewajiban bagi akuntan untuk mematuhi kode etik
(Etika Profesi) ditegaskan dalam peraturan menteri keuangan Nomor
25/PMK.01/2014 tentang akuntan beregister negara dan peraturan Kementerian
negara dan peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa
akuntan publik, kode etik (Etika Profesi) ditetapkan oleh asosiasi profesi yang
bersangkutan.

3
Syarat nomor (5) tentang pengakuan status terlihat, misalnya dengan undang-
undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas (UUPT). Pasal 66 ayat (3)
UUPT menyatakan bahwa laporan keuangan yang diserahkan oleh direksi perseroan
terbatas kepada rapat umum pemegang saham (RUPS) disusun berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan indonesia yang
diakui pemerintahan Republik Indonesia. Pasal 68 undang-undang tersebut juga
menyatakan bahwa laporan keuangan perseroan tertentu wajib diaudit oleh Akuntan
Publik.
Adanya organisasi yang menaungi kelompok Akuntan, seperti tercantum
dalam syarat nomor (7) terpenuhi oleh terbentuknya Ikatan Akuntan Indonesia dan
Institut Akuntan Publik Indonesia. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 263/KMK.01/2004 menyatakan bahwa pemerintah telah menetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia sebagai asosiasi profesi Akuntan. Sementara itu, dengan
keputusan menteri yang sama dengan nomor 443/KMK.02/2011 Institut Akuntan
Publik Indonesia telah ditetapkan sebagai asosiasi profesi Akuntan Publik.
Dalam keputusan tersebut, Pemerintah memberi kewenangan tertentu kepada
mereka, terutama yang berkaitan dengan hal-hal berikut.
a. Penetapan kode etik dan standar profesi.
b. Pelaksanaan ujian profesi.
c. Penyelenggaraan pendidikan profesional berkelanjutan.
d. Penegakan disiplin untuk Anggota.
e. Pengendalian mutu.
Akuntan adalah suatu profesi yang diregulasi. Hal ini tidak terlepas dari peran
penting mereka dipasar keuangan, terutama pasar modal. Mekanisme di pasar ini
sangat mengandalkan informasi keuangan yang dihasilkan oleh profesi tersebut.
Informasi keuangan mempengaruhi pembentukan harga atau nilai di pasar.
2.2. Pengertian Akuntansi.
Menurut Duksa dkk, akuntansi adalah teknik (technique) yang dikembangkan
untuk membantu orang atau organisasi dalam memonitor transaksi ekonominya.
Akuntansi menyediakan informasi mengenai transaksi atau kejadian ekonomi, bersifat
keuangan, yang mereka lakukan. Dalam peaktiknya, akuntansi merupakan seni (art)
atau keahlian (craft).
Konsep tentang pengertian (definisi), pengukuran, penilaian, penyajian, dan
pengungkapan yang digunakan dalm akuntansi dituangkan ke dalam kerangka

4
konseptual pelaporan keuangan yang kemudian dijabarkan dalam standar akuntansi.
Umumnya, kerangka palaporan keuangan dan standar akuntansi dikeluarkan oleh
organisasi profesi akuntan di negara yang bersangkutan.
Atas dasar alasan tersebut, akuntansi juga dipandang sebagai seni atau
keahlian. Kata keahlian barangkali lebih tepat daripada seni. Alasannya, Walaupun
dalam akuntansi masih memerlukan pertimbangan yang bersifat subjektif, tetapi
pertimbangan tersebut tetap harus didasarkan pada kaidah-kaidah profesionalisme.
2.3. Fungsi Asersi dan Asurans.
Dalam kaitannya dengan sistem tata kelola perusahaan, produk akuntansi
utama yang berkontribusi adalah laporan keuangan. Produk ini dapat dilihat dari dua
sudut pandang. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban
penting atas kepengurusan yang dilakukan direksi dan pengawasan dewan komisaris.
Direksi, yang diwakili oleh direktur utama dan direktur keuangan, adalah penyedia
laporan keuangan. Laporan keuangan memuat asersi atas apa yang dilaporkan titik
penyedia laporan keuangan Sekaligus merupakan penanggung jawab laporan
keuangan tersebut.
Akuntan dapat berperan penting membantu direksi dalam penyusunan laporan
keuangan. Dalam hal ini, akuntan bertindak sebagai penyusun laporan keuangan.
Tanggung jawab kepada pihak luar atas laporan keuangan tetap berada ditangan
direksi titik jika seorang akuntan menjabat sebagai Direktur Utama atau direktur
keuangan, ia tidak lagi menyusun laporan keuangan. Ia adalah penyedia laporan
tersebut. Akuntan sebagai penyusun laporan keuangan merupakan karyawan. Mereka
bertugas membantu direksi untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah sesuai
dengan asersi-asersi yang dibuat direksi. Untuk selanjutnya, akuntan yang bertugas
membantu direksi dalam penyusunan laporan keuangan disebut dengan akuntan
manajemen.
Partner yang menandatangani laporan audit dan tim yang melakukan
penugasan bertanggung jawab kepada pihak luar atas pendapat yang ia berikan.
Untuk selanjutnya, akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik dalam tugasnya
sebagai pemberi asurans terhadap laporan keuangan disebut akuntan publik.
2.4. Etika Profesi.
Kode etik yang diterapkan untuk profesi akuntan (juga untuk profesi lain dan
bisnis ) sebaiknya mengacu pada paham-paham filosofi tentang etika yang lazim

5
diakui secara universal. Paham-paham seperti utilarinisme, deontologisme, dan
virtuisme perlu digunakan sebagai acuan daslam pengembangan kode etik.
a. Utilarianisme
Pencapaian kebahagian merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh paham
utilarianisme dalam melakukan suatu tindakan. Kemudian, kebahagian tersebut
direduksi menjadi manfaat bagi banyak orang. Perbuatan yang diaggap baik dalam
perbuatan yang mendatangkakan manfaat bagi banyak orang yang terlibat,
termasuk manfaat bagi diri sendiri. Selalu terdapat perbedaan pendapat tentang
apa yang disebut baik dan buruk. Namun, dalam paham utilarinisme, kebaikan
bagi banyak orang harus lebih diutamakan daripada kebaikan bagi diri sendiri.

Dari sudut akuntan public, konflik anatara berbuat untuk kepentingan sendiri
dan kepentingan public juga terjadi. Manfaat bagi public yangh ingin dicapai
dalam penugasan dalam audit adalah peningkatan kreadibilitas laporan keuangan
histori untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan
pertanggungjawaban.
b. Deontologisme
Paham deontologisme menekankan perbuatan yang memang harus dilakukan
karena kelaziman universal. Perbuatan ini tidak perlu dipertanyakan
kebenarannya karena kelaziman universal telah membuktikannya. Deontologisme
menganggap bahwa perbuatan tersebut merupakan suatu tugas atau kewajiban.
Memperlakukan seseorang dengan adil, seperti kita menginginkan
diperlakukan yang sama dari orang tersebut merupakan perbuatan yang dianggap
baik bagi paham deotoligisme. Bertindak adil atau tidak memihak merupakan
kelaziman universal yang mengandung motif moral didalamnya. Bertindak adil
berarti melaksanakan hak, tetapi pada saat yang sama juga menyadari tentang
adanya konsekuensi kewajiban bagi orang lain yang berarti pengorbanan bagi
orang lain tersebut. Paham deontologisme juga tidak membenarkan bahwa orang
lainhanya dianggap sebagai alat untuk menacapai tujuan. Kaidah emas menurut
paham ini adalah “ Perlakuan orang lain seperti anda menginginkan orang lain
memperlakukan anda.” Berbuatlah sesuatu sesuai dengan kelaziman,, yaitu
perbuatan yang akan dilakukan oleh sebagian sebasar orang jika berada dalam
kondisi yang sama.

6
c. Vurtuisme
Jika utilarianisme dan deontologisme banyak bicara tentang apa yang harus
dilakukan, vurtuisme lebih menekankan pada karakter (sifat) atau waktu apa yang
harus dimiliki seseorang. Aristoteles, seperti dikutip Duska dkk, menyatakan
bahwa kehidupan yang baik, adalah kehidupan ketika seseorang melakukan
sesuatu sesuai dngan kapasitas terbaiknya. Untuk potensi akuntan, integritas
mugkin dapat digolongkan sebagai etika yang memenuhi paham vurtuisme ini.
Dalam integritas, terkandung unsure-unsur kelugasan dan kejujuran. Keduanya
mengacu pada karakter tentang keutamaan. Indepensen yang merupakan cirri
utama dari pekerjaan akuntan public merupakan jabaran dari vurtuisme dan
deontologisme.

2.5. Standar Performa.


Selain etika profesi, hubungan findusia  muncul sehubungan dengan pekerjaan
menyusun atau mengedit laporan keuangan, juga didasarkan atas kepercayaan dari
pemberi tugas bahwa penerima tugas akan melaksanakan pekerjaannya Sesuai
dengan standar format yang menurut kelaziman dapat diterima. Untuk dapat diterima
oleh pemberi tugas, standar performa tersebut harus dikeluarkan oleh pihak ketiga
yang mempunyai otoritas untuk melakukannya. Salah satu pihak yang dipercaya
adalah organisasi profesi yang memperoleh mandat dari pemerintah, misalnya Ikatan
Akuntansi Indonesia atau  Institut Akuntan Publik Indonesia. Dalam kaitannya
dengan laporan keuangan, terdapat dua macam standar performa yang perlu
diperhatikan yaitu, standar untuk penyusunannya dan standar untuk pengauditannya.
a. Standar Akuntansi
Jika dikaitkan dengan kewajibannya terhadap publik,    direksi harus membuat
dua macam pernyataan. Dua macam pernyataan tersebut berisi pernyataan bahwa
mereka bertanggung jawab terhadap dua hal berikut.
 Laporan keuangan menyajikan secara wajar semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha perusahaan, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas setelah disajikan Sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
 Sistem Pengendalian internal yang diterapkan dalam perusahaan telah
memadai dan efektif.

7
Ikatan akuntan indonesia mengadopsi kerangka pelaporan keuangan beserta
standar standar akuntansi atau pelaporan keuangan yang dikeluarkan oleh
International Federation of Accountant (IFAC).

b. Kerangka Pengendalian Internal


Dalam sistem pelaporan keuangan, direksi harus menggunakan kerangka
ini saat menilai kecukupan dan efektivitas perancangan dan implementasi
pengendalian internal yang diterapkan di perusahaan. Untuk perusahaan-
perusahaan tertentu di Amerika Serikat, asersi manajemen tentang
pengendalian internal tersebut harus memperoleh asurans (diatestasi)  dari
akuntan publik.
Di Indonesia, OJK tidak menentukan kerangka yang harus digunakan
dalam merancang dan mengimplementasikan Pengendalian internal dalam
perusahaan. Asersi direksi tentang Pengendalian internal juga tidak
memerlukan atestasi dari akuntan publik. Namun, dalam melakukan audit atas
laporan keuangan historis, akuntan publik wajib melakukan pemahaman dan
penilaian terhadap Pengendalian internal perusahaan dan, jika diperlukan,
melakukan pengujian terhadapnya.
c. Standar Audit
Standar ini berlaku bagi akuntan publik yang melakukan pekerjaan audit
atas laporan keuangan historis.  Laporan ini merupakan salah satu dari laporan,
yang secara berkala, harus disampaikan kepada OJK dan diumumkan kepada
publik. Standar audit yang berlaku di Indonesia adalah International standard
on auditing (ISA) internasional auditing and assurance standards board
(IAASB). ISA Diadopsi sebagai standar profesi akuntan publik (SPAP)di
Indonesia.
Standar audit dimaksudkan agar akuntan publik dalam melaksanakan
pekerjaannya telah memenuhi mutu (kualitas ) yang diharapkan oleh pasar.
Hayes dkk (2005:1) menyebutkan bahwa evaluasi pekerjaan akuntan publik
didasarkan atas dua hal yaitu kualitas teknis (tehnical quality) dan kualitas
fungsional (functional quality). Hasil evaluasi terhadap dua jenis kualitas itu
akan menentukan kepercayaan pemberi tugas fidusia kepada akuntan publik
sebagai penerima tugas yang bersangkutan. 

8
Dalam penugasan audit atas laporan keuangan historis, kualitas teknis
berkaitan dengan kemampuan akuntan publik untuk mendeteksi dan
melaporkan salah saji material dan ketidak patuhan terhadap standar akuntansi
dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kesalahan (error)  atau
kecurangan (irregulaties). Kualitas teknis diukur dari hasil (outcome), yaitu
laporan audit sehingga dapat disebut juga sebagai kualitas hasil. Kualitas
fungsional didefinisikan sebagai kemampuan proses audit yang dilakukan oleh
akuntan publik untuk memenuhi harapan pasar.
d. Standar Pengendalian Mutu 
Pengendalian mutu yang diterapkan pada suatu kap mengikuti International
Standard on Quality Controls I (ISQC I) yang berjudul “ International Standard
on Quality Control for Firms that Perform Audit and Review of Financial
Statement and Other Assurance and Related Services Engagements. Standar ini
dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance Standard Board
(IAASB).
Standar pengendalian mutu menghendaki agar KAP   menerapkan
kebijakan dan prosedur untuk dapat memastikan bahwa kualitas jasa asurans
(termasuk audit atas laporan keuangan historis) yang  diberikan oleh KAP telah
memenuhi mutu yang diharapkan oleh pengguna laporan. Mutu atas jasa yang
dihasilkan akan menentukan kepercayaan dalam konsep hubungan fidusia.
KAP Yang telah melaksanakan standar pengendalian mutu dengan baik akan
memberikan keyakinan kepada pemberi tugas fidusia bahwa pekerjaan akan
dilakukan dengan segenap keahlian dan perilaku profesional yang dimiliki oleh
KAP tersebut.

Anda mungkin juga menyukai