Anda di halaman 1dari 10

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN INDONESIA

Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi

Oleh :
Nadiya Az Zahra
180810301239

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika Profesi Akuntansi merupakan suatu peraturan yang membahas perilaku


perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan sebagai Akuntan.
Kode etik profesi akuntansi dapat diartikan sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi
akuntansi. Kode etik profesi akuntansi sangat penting karena untuk mencegah terjadinya
kecurangan (fraud). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesi
akuntan Indonesia yang diakui pemerintah. Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah organisasi para akuntan Indonesia yang
menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor akuntan publik. Agar
dapat menjadi akuntan yang baik, para akuntan harus mematuhi aturan-aturan dan
persyaratan yang dapat mengkualifikasikannya sebagai seorang akuntan yang
profesional. Dengan adanya kode etik tersebut, para akuntan tidak hanya diwajibkan
memiliki kemampuan hardskill terkait akuntansi. Namun, para akuntan juga dituntut untuk
memiliki perilaku yang baik dan bermoral terkait dengan pekerjaan.

Profesi akuntan sekarang ini dituntut untuk mampu bertindak secara profesional dan
sesuai dengan etika. Hal ini karena profesi akuntan mempunyai tanggung jawab terhadap
apa yang diperbuat baik terhadap pekerjaannya, organisasinya, masyarakat dan dirinya
sendiri. Dengan bertindak sesuai dengan etika maka kepercayaan masyarakat terhadap
profesi akuntan akan meningkat, oleh karena tujuan profesi akuntansi adalah untuk
memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi dan mencapai
tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada kepentingan publik. Dari Uraian latar
belakang tersebut, penulis akan membahas topik “Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia”
yang merupakan salah satu materi dari etika bisnis dan profesi.

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. Profesi Akuntan

Saat ini yang dapat di sebut akuntan adalah mereka yang telah lulus dari pendidikan
strata (S1) program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar profesi akuntan melalui
pendidikan profesi akuntansi yang diselenggarakan oleh beberapa perguruan tinggi yang
telah mendapat ijin dari Departemen Pendidikan Nasional atas rekomendasi dari
organisasi profesi Institute Akuntan Indonesia (IAI).
Akuntan yang bekerja pada departemen 1 bagian akuntansi sering disebut juga
sebagai akuntan manajemen. Ada 2 jenis laporan akuntansi,yaitu:
1. Laporan Akuntansi Manajemen
2. Laporan Keuangan,terdiri atas :
a) Neraca
b) Laporan Laba/Rugi
c) Catatan Atas Laporan Keuangan
d) Laporan Perubahan Ekuitas
e) Laporan Arus Kas

Fungsi dari laporan keuangan tersebut adalah sebagai alat pertanggungjawaban


manajemen tentang kinerja organisasi yang di kelola pada para pemangku kepentingan.
Sebelum laporan keuangan diterbitkan oleh manajemen sebagai alat pertanggungjawaban
kepada para pemangku kepentingan, perlu ada jaminan bahwa laporan keuangan tersebut
telah disajikan secara wajar. Yang paling tepat untuk memberikan jaminan ini adalah pihak
di luar manajemen yang kompeten dan independen, pihak ini sering disebut sebagai
akuntan publik, yang fungsi pokoknya melakukan pemeriksaan umum atas laporan
keuangan perusahaan dan memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan setelah
melakukan prosedur audit. Profesi akuntan publik diawasi oleh organisasi profesi itu
sendiri, juga diawasi oleh beberapa insitusi pemegang otoritas, seperti: pemerintah (di
Indonesia melalui Departemen Keuangan Republik Indonesia dan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), dan institusi lain yang terkait.

Pekerjaan para akuntan baik yang bekerja di sektor swasta maupun sektor pemerintah,
baik selaku akuntan manajemen, akuntan publik, atau auditor internal dapat disebut suatu
profesi karena:
1. Memerlukan pengetahuan akuntansi dan disiplin ilmu lain yang relevan melalui
pendidikan formal.

2
2. Memerlukan keterampilan dalam mengolah data dan menyajikan laporan khususnya
dengan memanfaatkan tekhnologi computer dan sistem informasi.
3. Harus mempunyai sikap dan perilaku etis.

B. Organisasi Institut Akuntan Indonesia (IAI)

Organisasi Institut Akuntan Indonesia (dulu bernama Ikatan Akuntan Indonesia)


disingkat IAI lahir 12 tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 23
Desember 1957, selama beberapa periode kepengurusan IAI cukup dipimpin oleh seorang
Ketua. Namun dengan semakin besarnya organisasi dan makin kompleksnya
permasalahan yang dihadapi, maka pada dua periode ini, IAI telah dipimpin oleh satu
badan pengurus yang disebut Dewan Pengurus Nasional (DPN). DPN merupakan suatu
badan yang mirip dengan Dewan Direksi pada suatu organisasi perusahaan berbentuk
Perseroan Terbatas. Persyaratan untuk menjadi anggota IAI juga mengalami perubahan,
seiring dengan masuknya IAPI sebagai anggota IAI atas nama kelembagaan. Bila dulu
yang dapat menjadi anggota IAI hanya perorangan yang telah memperoleh gelar akuntan,
maka kini persyaratan lebih di perlonggar dengan diperbolehkannya anggota lembaga dan
lembaga perorangan yang bukan akuntan, asal memenuhi syarat tertentu yang ditentukan
oleh IAI.

C. Profesi Akuntan Dalam Sorotan

Walaupun organisasi profesi IAI telah ada sejak tahun 1957, namun profesi ini baru
berkembang pesat pada era pemerintahan orde baru, sejalan dengan kebijakan
pemerintahan orde baru untuk memprioritaskan pembangunan dibidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi mempunyai korelasi positif yang kuat dengan pertumbuhan profesi
akuntan. Kemajuan dan pertumbuhan ekonomi pada era orde baru juga berdampak positif
bagi pertumbuhan dan kemajuan profesi akuntan Indonesia.
Profesi akuntan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik bisnis dan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan, mau tidak mau berada dalam tekanan berat
konflik kepentingan sehingga profesi akuntan juga terseret kedalam praktik-praktik yang
tidak etis. Praktik tidak etis profesi akuntan ini bahkan juga dilakukan oleh sepuluh KAP
papan atas.
D. Struktur Etika Institut Akuntan Indonesia

Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada

3
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, Ada empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi (Prosiding Kongres VIII IAI tahun 1998), yaitu:
1. Kredibilitas : Masyarakat perlu kredibilitas dan system informasi.
2. Profesionalisme : Diperlukan individu yang jelas dapat diindentifikasikan oleh
pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
3. Kualitas jasa : Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan : Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat kerangka
etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Faktor kunci citra profesi akuntan yaitu keberadaan dan perkembangan profesi akuntan
itu sendiri yang ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa akuntan,
sedangkan tingkat kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat kualitas jasa akuntan
(pengetahuan dan keterampilan teknis di bidang akuntansi serta disiplin ilmu terkait) dan
tingkat ketaatan serta kesadaran para akuntan dalam memenuhi kode etik profesi
akuntansi. Struktur Kode Etik IAI terdiri atas empat bagian yang disusun berdasarkan
struktur/ jenjang, yaitu:
a. Prinsip etika (Disahkan kongres IAI untuk seluruh anggota IAI)
b. Aturan etika (Disahkan oleh rapat anggota kompartemen atau institut profesi sejenis)
c. Interpretasi aturan etika (Disahkan oleh pengurus kompartemen/institut profesi sejenis)
d. Tanya jawab etika (Disahkan dewan standar profesi kompartemen/institut profesi
sejenis)

E. Prinsip Etika IAI

Saat ini, kode etik IAI yang disahkan pada kongres IAI VIII tahun 1988 terdiri atas delapan
prinsip, yaitu:
1. TanggungJawabProfesi
2. KepentinganPublik
3. Integritas
4. Objektivitas
5. KompetensidanKehati-hatianProfesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional

4
8. StandarTeknis

Gambar 1.2
Proses Penalaran Prinsip Etika

Hasil kerja profesi akuntan untuk Oleh karena itu setiap


kepentingan publik anggota dituntut untuk
mengembangkan rasa
(Prinsip 2) tanggung jawab (Prinsip 1)

Kompetensi mencakup tiga ranah: Tanggung jawab diwujudkan


dalam bentuk upaya
 Pengetahuan(knowledge) – Prinsip 5 peningkatan kompetensi
 Keterampilan teknis(skill) – Prinsip 8 secara berkelanjutan
 Sikap-Perilaku Etis(attitude):
 Prinsip 3 – Integritas (Prinsip 5)
 Prinsip 4 – Objektivitas
 Prinsip 6 – Kerahasiaan
 Prinsip 7 – PerilakuProfesional

Penjelasan masing-masing prinsip pada Gambar 1.2. dapat diberikan sebagai berikut:

1. Kepentingan Publik (Prinsip ke-2)


Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan pulik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
Prinsip ke-2: Kepentingan Publik menyiratkan hal-hal sebagai berikut:
a. Masyarakat/public membutuhkan dan mengandalkan informasi (laporan keuangan,
laporan audit) yang dihasilkan oleh profesi akuntan untuk mengambil berbagai jenis
keputusan bisnis, ekonomis, dan politis.
b. Efektivitas kepuasan publik ini bergantung pada kualitas informasi yang disampaikan
oleh profesi akuntan.
c. Profesi akuntan akan tetap berada pada posisi penting bila setiap akuntan selalu dapat
memelihara kepercayaan publik.

5
d. Penghormatan kepada kepercayaan publik ini hanya dapat dilakukan bila setiap
akuntan dapat menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi.

2. Tangung Jawab Profesi (Prinsip ke-1)


Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya. Tanggung jawab Profesi diperlukan sebagai konsekuensi logis dari
keharusan akuntan untuk menjaga kepercayaan publik, prinsip ini menyiratkan arti bahwa:
a. Publik menuntut tanggung jawab profesi akuntan untuk selalu menjaga kualitas
informasi yang disampaikan.
b. Dalam menjalankan profesinya, setiap akuntan akan sering dihadapkan pada berbagai
bentuk benturan kepentingan (conflict of interest), misalnya:
 Kepentingan pribadi versus kepentingan publik.
 Kepentingan atasan (untuk akuntan manajemen/akuntan pemerintah) versus
kepentingan publik.
 Kepentingan klien pemberi tugas (untuk akuntan pemeriksa/auditor independen)
dengan kepentingan publik. Untuk itu, akuntan harus selalu lebih mengedepankan
kepentingan yang lebih besar (kepentingan publik).
c. Mengedepankan kepentingan publik hanya dapat dilakukan bila akuntan selalu
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukan.

3. Kompetensi (Prinsip ke-3 sampai dengan prinsip ke -8)


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,
kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional
yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling
mutakhir.
Istilah kompetensi mengandung arti kecakapan, kemampuan, kewenangan, dan
penguasaan. Dengan demikian, kompetensi dapat diartikan sebagai penguasaan dan
kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan profesinya sehingga menumbuhkan
kepercayaan publik. Dengan kepercayaan tersebut, publik member mandat dan
wewenang kepada yang bersangkutan dalam menjalankan profesinya. Bila publik mulai
meragukan kompetensi seorang professional dalam menjalankan profesinya, maka bisa
berakibat public tidak lagi memercayai kinerja seorang professional tersebut sehingga

6
dengan sendirinya publik tidak lagi memberi mandate atau kewenangan kepada yang
bersangkutan dalam menjalankan profesinya. Itulah sebabnya, para akuntan harus selalu
memelihara kepercayaan publik dan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk menjaga kepercayaan publik. Rasa tanggung jawab yang tinggi hanya dapat
diwujudkan melalui pengembangan dan pemeliharaan kompetensi pada tingkat yang
tinggi.
Pengertian kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu:
kognitif (pengetahuan/knowledge), afeksi (sikap dan perilaku-attitude-meliputi: etika,
kecerdasan emosional, dan spiritual), dan psikomotorik (keterampilan teknis / fisik). Untuk
profesi akuntan, ketiga ranah kompetensi ini mencakup:
a. Aspek kognitif, yaitu pengetahuan akuntansi dan disiplin ilmu terkait (knowledge)
b. Aspek afeksi, yaitu sikap dan perilaku etis, kemampuan berkomunikasi
c. Aspek psikomotorik, yaitu keterampilant eknis / fisik, misalnya: penguasaan teknologi
informasi (komputer), teknis audit, dan sebagainya.

IAI telah menetapkan enam prinsip etika yang berhubungan dengan keharusan
memiliki kompetensi tinggi ini, yaitu:
1. Kompetensi pada ranah kognitif: Prinsip kelima, yaitu kompetensi dan kehati-hatian
profesional.
2. Kompetensi pada ranah afeksi:
a. Prinsip Ketiga-Integritas
b. Prinsip Keempat-Objektivitas
c. Prinsip Keenam-Kerahasiaan
d. Prinsip Ketujuh-Perilaku Profesional
3. Kompetensi pada ranah psikomotorik: Prinsip kedelapan, yaitu standar teknis.

F. Pengawasan Dan Perizinan Kap

Fungsi utama organisasi profesi IAI adalah sebagai wadah untuk mengatur,
membina, mengawasi kualitas kinerja dan perilaku anggotanya agar selalu dapat menjaga
citra profesinya dimata publik. IAI-KAP atau IAPI sebagai sub-organisasi dibawah IAI
memegang peranan penting bagi kehidupan bisnis dan perekonomian.

Sementara itu, badan atau lembaga yang berkepentingan langsung untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan atas kinerja profesi akuntan, antara lain :
a. Menteri Keuangan RI
b. Quality review oleh Direktur Jendral Lembaga Kerja dan Departemen Keuangan RI
c. Institut Akuntan Indonesia (IAI) dan kompartemen IAI yang terkait
d. Dewan kehormatan IAPI
e. Dewan review Mutu IAPI
f. Bapepam LK

7
BAB III
KESIMPULAN

 Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar


profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan publik. Kode etik profesi akuntansi dapat diartikan sebagai
pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Kode etik profesi akuntansi
sangat penting karena untuk mencegah terjadinya kecurangan (fraud).
 Untuk mencapai tujuan dari profesi tersebut, Ada empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi (Prosiding Kongres VIII IAI tahun 1998), yaitu: kredibilitas
profesionalisme, Kualitas jasa dan kepercayaan.
 Saat ini, kode etik IAI yang disahkan pada kongres IAI VIII tahun 1988 terdiri atas
delapan prinsip, yaitu: tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas
objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian, profesional, kerahasiaan, perilaku
profesional dan standar teknis

8
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai