Anda di halaman 1dari 27

ENVIRONMENTAL ACCOUNTING

1. Konsep Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan adalah identifikasi, pengukuran dan alokasi biaya-biaya


lingkungan hidup dan pengintegrasian biaya-biaya ke dalam pengambilan keputusan
usaha serta mengkomunikasikan hasilnya kepada stockholders perusahaan, menurut
Junus dalam Sri Astuti dan Ikhsan (2002).

Sedangkan menurut Djogo (2002) Akuntasi lingkungan Environmental


Accounting atau EA adalah istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya
lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek akuntasi perusahaan atau
lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak (impact) baik moneter maupun
non-moneter yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi
kualitas lingkungan.

Sedangkan Lemanthe (2001) memberikan pendekatan akuntansi biaya lingkungan


secara sistematis dan tidak hanya berfokus pada akuntansi untuk biaya proteksi
lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan biaya lingkungan terhadap material dan
energi. Akuntansi biaya lingkungan menunjukkan biaya riil atas input dan proses
bisnis serta memastikan adanya efisiensi biaya dan diaplikasikan untuk mengukur
biaya kualitas dan jasa.

Akuntansi lingkungan mengidentifikasi, menilai dan mengukur aspek penting dari


kegiatan sosial ekonomi perusahaan dalam rangka memelihara kualitas lingkungan
hidup sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Haniffa, 2002). Sehingga
perusahaan tidak bisa seenaknya untuk mengolah sumber daya tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat.

Pemahaman sifat dan relevansi akuntansi lingkungan sangat beragam tergantung


perspektif para profesional dan orientasi fungsional para praktisi.
1) Aspek-aspek yang menjadi bidang garap akuntansi lingkungan adalah sebagai
berikut (Cahyono, 2002) :
2) Pengakuan dan identifikasi pengaruh negatif aktifitas bisnis perusahaan
terhadap lingkungan dalam praktek akuntansi konvensional.
3) Identifikasi, mencari dan memeriksa persoalan bidang garap akuntansi
konvensional yang bertentangan dengan kriteria lingkungan serta memberikan
alternatif solusinya.
4) Melaksanakan langkah-langkah proaktif dalam menyusun inisiatif untuk
memperbaiki lingkungan pada praktik akuntansi konvensional.
5) Pengembangan format baru sistem akuntansi keuangan dan nonkeuangan,
sistem pengendalian pendukung keputusan manajemen ramah lingkungan.
6) Identifikasi biaya-biaya (cost) dan manfaat berupa pendapatan (revenue)
apabila perusahaan lebih peduli terhadap lingkungan dari berbagai program
perbaikan lingkungan.
7) Pengembangan format kerja, penilaian dan pelaporan internal maupun
eksternal perusahaan.
8) Upaya perusahaan yang berkesinambungan, akuntansi kewajiban, resiko,
investasi biaya terhadap energi, limbah dan perlindungan lingkungan.
9) Pengembangan teknik-teknik akuntansi pada aktiva, kewajiban dan biaya
dalam konteks non keuangan khususnya ekologi.

1.1 Tujuan Penerapan Akuntasi Lingkungan

Ada beberapa maksud dikembangkannya akuntansi lingkungan: 1). Akuntasi


lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan, 2). Akuntansi lingkungan
sebagai alat komunikasi dengan masyarakat.

Sebagai alat manajemen lingkungan akuntasi lingkungan digunakan untuk menilai


keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya
konservasi lingkungan. Data akuntasi lingkungan juga digunakan untuk menentukan
biaya fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya konservasi lingkungan keseluruhan dan
juga investasi yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan lingkungan. Selain itu
akuntasi lingkungan juga digunakan untuk menilai tingkat keluaran dan capaian tiap
tahun untuk menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang harus berlangsung terus
menerus.

Sebagai alat komunikasi dengan publik, akuntansi lingkungan digunakan untuk


menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan dan
hasilnya kepada publik. Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan
dari para pihak, pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik untuk
merubah pendekatan perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan lingkungan.

Didalam akuntasi lingkungan ada beberapa komponen pembiayaa yang harus


dihitung misalnya:

1. Biaya operasional bisnis yang terdiri dari biaya depresiasi fasilitasi lingkungan,
biaya memperbaiki fasilitais lingkungan, jasa atau fee kontrak untuk
menjalankan fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya tenaga kerja untuk
menjalankan operais fasilitas pengelolaan lingkungan serta biaya kontrak untuk
pengelolaan limbah (recycling).
2. Biaya daur ulang yang dijual yang disebut sebagai Cost incurred by upstream
and down-stream business operations is the contract fee paid to the Japan
Container and Package Recycling Association.
3. Biaya penelitian dan pengembangan (Litbang) yang terdiri dari biaya total untuk
material dan tenaga ahli, tenaga kerja lain untuk pengembangan material yang
ramah lingkungan, produk dan fasilitasi pabrik.

1.2 Pendorong Munculnya Akuntansi Lingkungan

Akuntansi dalam dunia bisnis terlalu berpihak


pada stockholders daripadastakeholders, sehingga konsep akuntansi sekarang tidak
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan situasi dan kehidupan yang aman
berkeadilan, serta alam yang lestari dan terpelihara. Karena hal itu kemudian
berkembang akuntansi lingkungan (environmental accounting).
Akuntansi lingkungan dipertimbangkan karena menjadi perhatian bagi pemegang
saham dengan cara mengurangi biaya yang berhubungan dengan lingkungan
(contoh: polusi) dan diharapkan dengan pengurangan biaya lingkungan akan tercipta
kualitas lingkungan yang baik.

Yang juga menjadi pendorong munculnya akuntansi lingkungan ialah kecenderungan


terhadap kesadaran lingkungan. Dalam literatur, paradigma ini dikenal dengan The
Human Exeptionalism Paradigm menuju The Environment Paradigm.

Paradigma yang pertama mengungkapkan bahwa manusia merupakan makhluk yang


unik di bumi ini yang memiliki kebudayaan dan sadar tidak dibatasi oleh kepentingan
makhluk lain. Sebaliknya, paradigma yang kedua menganggap bahwa manusia
adalah makhluk diantara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang
saling memiliki keterkaitan sebab akibat dan dibatasi oleh sifat keterbatasan itu
sendiri, baik ekonomi, social maupun politik. Paradigma yang terakhir inilah yang
menjadi pedoman akuntansi lingkungan.

1.3 Eksternalitas

Tuanakotta (2001: 253-254) menyatakan bahwa perusahaan sering mengabaikan


dampak dari kegiatan produksinya terhadap masyarakat di sekitarnya.

Dalam ilmu ekonomi, dampak ini diberi bermacam-macam nama, seperti, 3rdParty
Effect, Spillower Effect, atau lebih jelasnya External Economies (jika
menguntungkan) atau External Diseconomies (jika merugikan) atau secara umum
diistilahkan Externalities.

Usaha dalam melakukan penilaian terhadap eksternalitas ini cukup sulit dikarenakan
oleh :

1. Kebanyakan eksternalitas memang sulit untuk diukur karena adanya mata


rantai sebab akibat yang sangat rumit. Contohnya : Pencemaran udara bukan
saja diakibatkan oleh volume produksi dan pembuangan sampah industri,
tetapi juga oleh adanya interaksi bermacam-macam variabel yang saling
bereaksi.
2. Pengukuran environment costs lebih kepada besarnya persepsi dan kesadaran
masyarakat tentang masalah tersebut, apakah masyarakat memberikan nilai
yang tinggi (tangible atau intangible) kepada masalah tersebut.
3. Ada eksternalitas yang bersifat intangible, sehingga pengukuran dalam bentuk
uang tidak tepat.

Item social costs yang utama bagi perusahaan adalah sebagai berikut :

1) Merosotnya faktor kemanusiaan dalam produksi


2) Pencemaran udara
3) Pencemaran Air
4) Berkurangnya dan rusaknya sumber-sumber hewani
5) Berkurangnya sumber-sumber energi sebelum waktunya
6) Perubahan teknologi
7) Erosi, berkurangnya kesuburan tanah, dan gundulnya hutan
8) Pengangguran dan kelangkaan sumber daya manusia

1.4 Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Lingkungan

Akuntansi konvensional menurut Craig & Ben Gorgon (2001: 187-199) memiliki
beberapa karakteristik, yaitu :

1) Mengidentifikasi entitas akuntansi


2) Mengaitkan aktivitas ekonomi dari entitas akuntansi
3) Mencatat kejadian ekonomi (economic events)
4) Hanya diperuntukkan secara khusus untuk investor dan lainnya yang
berkepentingan dengan entitas akuntansi (stockholder)
Sedangkan karakteristik akuntansi lingkungan adalah :

1) Mengidentifikasi kejadian ekonomi, sosial dan lingkungan


2) Entitas akuntansi
3) Memperhatikan dampak kejadian ekonomi, sosial, dan lingkungan demi
kelangsungan hidup organisasi perusahaan
4) Menghasilkan informasi untuk para stakeholder seperti masyarakat, publik,
karyawan atau buruh, generasi akan datang

Akuntansi konvensional tidak memiliki perhatian terhadap transaksi-transaksi yang


bersifat non reciprocal transactions, tetapi hanya mencatat transaksi secara timbal
balik (reciprocal transactions). Sedangkan akuntansi lingkungan mencatat transaksi
yang bersifat tidak timbal balik, seperti polusi, kerusakan lingkungan atau hal-hal
negatif dari aktivitas perusahaan.

Dalam sistem akuntansi lingkungan berorientasi pada flow yang mendasarkan pada
analisis sebab dan akibat secara sistematis khususnya biaya yang terkait dengan
output, seperti emisi, pembuangan sampah dan limbah yang dijadikan input
perusahaan.

Namun dalam akuntansi konvensional, biaya-biaya tersebut diberlakukan sebagai


biaya overhead (factory overhead cost) dan dialokasikan secara terpisah.

Sistem akuntansi lingkungan mengenal adanya potentially hidden costs,


contingent costs dan image and relationship costs, sedangkan sistem
akuntansi konvensional hanya mengenal biaya-biaya yang melekat langsung
pada produk.

Potentially hidden costs adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk


memproduksi suatu produk sebelum proses produksi (misal : biaya desain produk),
biaya selama proses produksi (seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead) dan backend environment cost(misal : lisensi mutu
produk).
Contingent cost adalah biaya yang mungkin timbul dan mungkin tidak terjadi dalam
suatu perusahaan dan dibebankan pada contingent liabilities cost(contoh : biaya
cadangan untuk kompensasi kecelakaan yang mungkin terjadi).

Image and relationship costs adalah biaya yang dipengaruhi oleh persepsi
manajemen, pelanggan, tenaga kerja, publik dan lembaga pemerintah tentang
kepatuhan terhadap undang-undang lingkungan dan bersifat subyektif, contoh:
pelaporan biaya lingkungan secara sukarela oleh perusahaan.

Dalam akuntansi lingkungan dipertimbangkan private cost dan societal cost dalam
membuat keputusan, sedangkan dalam akuntansi konvensional tidak
mempertimbangkan kedua biaya tersebut dalam pembuatan keputusan perusahaan.

Private cost merupakan biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan yang
berpengaruh langsung terhadap bottom line perusahaan.

Societal cost menggambarkan dampak biaya lingkungan dan sosial dalam suatu
entitas dan merupakan biaya eksternal, contohnya adalah biaya yang dikeluarkan
sebagai dampak pencemaran lingkungan.

Sedangkan system akuntansi konvensional, biaya social lingkungan dialokasikan ke


biaya overhead dengan beberapa cara, antara lain dialokasikan ke produk tertentu
(spesifik) atau dikumpulkan menjadi biaya tertentu dan tidak dialokasikan ke
produksecara spesifik. Pengalokasian biaya lingkungan dalam sistem akuntansi yang
berbasis lingkungan dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu :

1) mengalokasikan biaya lingkungan secara langsung ke dalam sistem akuntansi


biaya;
2) mengalokasikan secara terpisah dari sistem akuntansi biaya.
1.5 Pengukuran dalam Akuntansi Lingkungan

Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Teori Akuntansi (2001: 369) merangkum
matode-metode pengukuran informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic
Reporting, antara lain :

1. Menggunakan penelitian dengan menghitung Opportunity Cost Approached.


Misalnya dalam menghitung environment costs dari pembuangan, maka
dihitung berapa kerugian manusia dalam hidupnya, berapa berkurangnya
kekayaan, berapa kerusakan wilayah disekitar lokasi dan lain sebagainya
akibat pembuangan limbah. Total kerugian itulah yang menjadi environment
cost perusahaan.
2. Menggunakan hubungan antara kerugian, misal dengan permintaan untuk
barang perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
3. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga.

Misalnya, vonis hakim akibat pengaduan masyarakat akan kerusakan lingkungan


dapat juga dijadikan sebagai dasar perhitungan.

Sedangkan menurut Harahap (2001: 363), bentuk keterlibatan perusahaan dalam


kegiatan sosialnya dapat berupa :

A. Lingkungan Hidup :

1. Pengawasan terhadap efek polusi


2. Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam
3. Keindahan lingkungan
4. Pengurangan suara bising
5. Penggunaan tanah
6. Pengelolaan sampah dan air limbah
7. Riset dan pengembangan lingkungan
8. Kerjasama dengan pemerintah
9. Pembangunan lokasi rekreasi
B. Membantu Masyarakat Lingkungan :

1. Membangun klinik kesehatan


2. Bantuan dana kepada masyarakat sekitar

1.6 Pelaporan Kinerja Sosial

Menurut Martin Freedman, ada tiga pendekatan yang digunakan dalam melaporkan
kinerja sosial perusahaan dalam kaitannya dengan penerapan akuntansi sosial:

1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit)

Yaitu dengan cara mengukur dan melaporkan dampak-dampak ekonomi, sosial


dan lingkungan dari operasi perusahaaan yang berorientasi social lingkungan.

Pelaporan ini dilakukan dengan membuat daftar aktivitas-aktivitas perusahaan


yang memiliki konsekuensi sosial, lalu auditor sosial akan mengestimasi dan
mengukur dampak-dampaknya.

2. Laporan Sosial (Sosial Report)

Terdapat beberapa pendekatan dalam laporan sosial seperti yang telah


dirangkum oleh Billey and Weygandt dalam bukunya, Intermediate Accounting,
yaitu :

a) Inventory Approach

Yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan bahwa perusahaan


mengkompilasi dan mengungkapkan sebuah data yang komprehensif dari
aktivitas-aktivitas social perusahaan.

Keterbatasan dari pendekatan ini adalah sulit dalam membuat daftar yang
sesuai dengan batasan yang realistis, serta sulit untuk membandingkan
pertanggung jawaban sosial terhadap lingkungan antar perusahaan karena
tidak ada standar yang tepat untuk mengukur pertanggungjawaban tersebut.
b) Cost Approach

Pendekatan ini menguraikan bahwa perusahaan membuat daftar aktivitas


perusahaannya yang berkenaan dengan penanganan terhadap
lingkungannya dan mengungkapkan jumlah pengeluaran masing-masing
aktivitas tersebut. Biaya dan aktivitas tersebut berhubungan dengan periode
pelaporan yang berjalan dibebankan ke expense pada periode berikutnya.

c) Program Management Approach

Perusahaan tidak hanya mengungkapkan aktivitas terhadap lingkungan,


tetapi juga tujuan dari kegiatan tersebut serta hasil yang sudah dicapai oleh
perusahaan sesuai dengan tujuan ysng telah ditetapkan itu.

Kelebihan dari pendekatan ini adalah memudahkan pemakai laporan


keuangan untuk menilai tingkat keberhasilan aktivitas sosial lingkungan
perusahaan untuk mencapai tujuan.

Sedangkan keterbatasannya ialah tidak terdapatnya indikasi manfaat sosial


yang diperoleh dari pencapaian tujuan tersebut.

d) Cost-Benefit Approach

Pendekatan ini menjelaskan bahwa perusahaan mengungkapkan aktivitas


yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan serta biaya dan manfaat
dari aktivitas tersebut. Kesulitan dari pendekatan ini adalah mengukur biaya
dan manfaat terhadap masyarakat.

3. Pengungkapan Sosial Lingkungan dalam Laporan Tahunan

Adalah pengungkapan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang


berhubungan dengan lingkungan perusahaan, dilakukan melalui berbagai media
antara lain : laporan tahunan, laporan interim, prospectus, pengumuman kepada
bursa efek atau media massa.
2. Pengertian Biaya Lingkungan

Menurut Irawan (Lintasan Ekonomi: 2001), biaya lingkungan dapat diartikan sebagai
biaya yang muncul dalam usaha untuk mencapai tujuan seperti pengurangan biaya
lingkungan yang meningkatkan pendapatan, meningkatkan kinerja lingkungan yang
perlu dipertimbangkan saat ini dan yang akan datang.

Sedangkan menurut Susenohaji (Balance volume 1: 2003), biaya lingkungan adalah


biaya yang dikeluarkan perusahaan berhubungan dengan kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan dan perlindungan yang dilakukan. Biaya lingkungan mencakup baik biaya
internal (berhubungan dengan pengurangan proses produksi untuk mengurngi
dampak lingkungan) mauoun eksternal (berhubungan dengan perbaikan kerusakan
akibat limbah yang ditimbulkan).

Sumber-sumber biaya lingkungan meliputi :

1. Biaya pemeliharaan dan penggantian dampak akibat limbah dan gas


buangan (waste and emission treatment), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara, memperbaiki, mengganti kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh limbah perusahaan.
2. Biaya pencegahan dan pengelolaan lingkungan (prevention and
environmental management) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah
dan mengelola limbah untuk menghindari kerusakan lingkungan.
3. Biaya pembelian bahan untuk bukan hasil produk (material purchase value of
non-product) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang
bukan hasil produksi dalam rangka pencegahan dan pengurangan dampak
limbah dari bahan baku produksi.
4. Biaya pengolahan untuk produk (processing cost of non-product output) ialah
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengolahan bahan yang bukab
hasil produk.
5. Penghematan biaya lingkungan (environmental revenue) merupakan
penghematan biaya atau penambahan penghasilan perusahaan sebagai
akibat dari pengelolaan lingkungan.

Sedangkan media penentuan biaya lingkungan meliputi udara, air, tanah, kebisingan,
kerusakan biota, radiasi.

Biaya lingkungan terkait erat dengan lingkungannya. Biaya ini meliputi antara lain;
biaya degradasi tanah, pencemaran lingkungan, biaya penyusutan air, biaya untuk
daur ulang, biaya untuk membayar denda, bunga, dan biaya ganti rugi karena
kerusakan lingkungan serta kehilangan flora dan fauna. Selain itu, ada juga biaya
lingkungan yang cenderung tidak diketahui dengan jelas oleh pimpinan perusahaan
atau organisasi lain. Biaya ini cenderung tersembunyi seperti biaya untuk persiapan
asuransi, pengendalian polusi, dan biaya untuk pengolahan limbah.

Ada tiga macam biaya lingkungan yang timbul dari dampak pencemaran terhadap
lingkungan yang ditanggung oleh masyarakat :

a. Damage Cost, yaitu biaya akibat dampak langsung dan tak langsung dari limbah,
misalnya meningkatnya berbagai macam penyakit dan terganggunya reproduksi
makhluk hidup.
b. Avoidance Cost, biaya ekonomi dan sosial dalam kaitannya dengan berbagai
upaya untuk menghindari dampak pencemaran yang terjadi. Misalnya biaya untuk
penyaring udara.
c. Abatement Cost, yaitu biaya sumber daya yang digunakan untuk melakukan
penelitian, perencanaan, pengelolaan dan pemantauan pencemaran.
Tingkatan biaya lingkungan dalam melakukan analisa full costing ada empat macam,
yaitu :

a. Usual cost and operating cost

Usual cost adalah cost yang berkaitan langsung dengan produk, termasuk biaya
pembuatan, peralatan, material, pelatihan, tenaga kerja dan energi.

b. Hidden Regulatory Cost

Merupakan biaya yang berkaitan dengan ketaatan terhadap peraturan pemerintah


seperti biaya pengujian, monitoring dan inspeksi.

c. Contingent Liability Cost

Biaya yang berkaitan dengan kemungkinan kewajiban perusahaan di masa yang


akan datang seperti kerusakan dan biaya perbaikan di masa yang akan datang.

d. Less Tangible Cost

Dengan mengurangi atau mengeliminasi pencemaran dan merespon permintaan


konsumen atas produk yang ramah lingkungan, suatu perusahaan dapat
merealisasikan Cost Saving (less tangible cost) berupa naiknya revenue atau
menurunnya expense.

2.1 Alokasi Biaya Lingkungan

Bertolak dari persoalan-persoalan yang berdampak negatif terhadap lingkungan,


maka kita dihadapkan pada kondisi atau keadaan di satu pihak ada kekhawatiran
lingkungan hidup akan tercemar bahkan makin tercemar tanpa dapat diperbaiki
sebagai akibat dari penggunaan tekhnologi, akan tetapi di pihak lain ada yang
beranggapan bahwa teknologi dapat menanggulangi masalah lingkungan.

Adapun alasan-alasan yang mendasari perusahaan harus berpikir tentang pentingnya


pengalokasian biaya lingkungan dalam mengatasi pencemaran lingkungan :
1. Besarnya jumlah yang akan terkena dampak akibat kegiatan perusahaan
2. Luasnya wilayah penyebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak dan sifat
kumulatif dampak.

Dikarenakan pentingnya persoalan kelestarian lingkungan dan perusahaan


merupakan bagian dari lingkungan, maka wajar apabila perusahaan turut ambil
bagian dalam pelestarian lingkungan. Salah satu bentuk kepedulian perusahaan
terhadap kelestarian lingkungan adalah dengan menetapkan biaya lingkungan dalam
penyusunan anggaran perusahaan dengan maksud :

a. Meningkatkan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dimana perusahaan


akan mengumpulkan informasi tentang lingkungan termasuk pencemaran dan
kerusakan lingkungan serta jalan keluar dalam mengatasi persoalan ini.
b. Sebagai alat untuk mengukur kinerja manajer, karena dengan dimasukkannya
biaya lingkungan dalam biaya produksi (anggaran perusahaan) maka dapat
mencerminkan biaya yang akurat atas suatu produk, agar dapat diketahui laba
bersih yang sesungguhnya yang menjadi hak perusahaan tanpa harus dikaitkan
dengan masalah kerusakan lingkungan di kemudian hari.

Sedangkan pengelolaan sisa produksi (limbah) harus menggunakan teknologi maka


sangat tidak mungkin apabila perusahaan tidak memasukkan biaya lingkungan ke
dalam biaya produksi sebagai bagian dari kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan maka perusahaan akan memperoleh manfaat sebagai berikut :

1) Nilai harga pokok produksi ditetapkan pada suatu produk tidak terlalu rendah,
karena sudah dimasukkan biaya lingkungan. Perusahaan mencoba
memperkirakan tingkat pencemaran yang telah dilakukan terhadap lingkungan
dengan melihat berapa unit bahan baku yang masuk dalam produksi, berapa unit
yang hilang pada awal dan akhir produksi, dan berapa unit yang benar-benar
menjadi output.
2) Dengan nilai harga pokok produksi yang tidak terlalu rendah maka penetapan
harga jual atas produk pun tidak terlalu rendah, karena telah memperhitungkan
biaya perlindungan terhadap lingkungan, maka kerusakan yang berdampak pada
lingkungan tersebut telah diatasi oleh perusahaan. Namun apabila perusahaan
tidak memasukkan biaya lingkungan kedalam biaya produksi maka harga pokok
produksi yang ditetapkan menjadi terlalu rendah, yang mengakibatkan harga jual
juga rendah, dengan demikian tidak ada kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan.
3) Dengan menetapkan biaya lingkungan dalam anggaran perusahaan secara dini,
maka perusahaan akan lebih berhati-hati terhadap lingkungan dan kalaupun
pencemaran tersebut masih tetap terjadi volumenya akan relatif kecil, karena
bagaimanapun juga perusahaan berharap agar biaya lingkungan yang telah
dianggarkan tidak dimanfaatkan secara keseluruhan, namun ada penghematan
atas biaya lingkungan.
4) Dengan menetapkan biaya lingkungan dalam anggaran perusahaan, maka
perusahaan sudah memikirkan alat mana yang dapat digunakan dalam
pengolahan limbah, sehingga limbah yang dihasilkan limbah tersebut dapat
didaur ulang. Dalam hai ini perusahaan akan memperkirakan bahwa minimal
limbah tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat dan hasil penjualan limbah
tersebut dapat menutupi biaya lain-lain yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.

Adapun manfaat lain yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dengan adanya
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan adalah :

1. Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan


lingkungan hidup.
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki
sikap dan tindakan untuk melindungi dan membina lingkungan hidup.
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa mendatang.
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
3. Environmental Management Accounting (EMA)

EMA merupakan salah satu bidang disiplin ilmu akuntansi yang aktivitasnya bertujuan
memberikan informasi pada manajemen atas pengelolaan lingkungan dan dampaknya
terhadap biaya produksi. EMA diharapkan akan menjadi salah satu rangkaian sistem
yang bertujuan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Sehingga tercapai model
pengukuran kinerja yang seimbang antara ukuran financial profit dengan kinerja
pengelolaan lingkungan.

EMA dirumuskan berdasarkan dua pendekatan yaitu pertama prosedur aliran fisik
atas konsumsi dan pembuangan material dan energi (material flow balance
procedure), kedua prosedur pengukuran nilai atas biaya, penghematan dan
pendapatan (monetary procedure) yang berhubungan dengan kemungkinan dampak
lingkungan. Kedua pendekatan tersebut sebagai dasar dalam mengidentifikasi,
mengukur dan mengalokasikan biaya lingkungan. Bagi manajer hal ini penting sebab
selain dapat dihasilkan harga pokok produksi yang tepat atas lokasi biaya lingkungan,
juga sebagai dasar pengendalian biaya lingkungan dimasa yang akan datang.
Sehingga dapat dihasilkan produk yang ramah lingkungan.

EMA dapat mendukung system pengelolaan lingkungan dan pengambilan keputusan


dengan tujuan perbaikan target dan pemilihan investasi. Kinerja keuangan dan kinerja
lingkungan merupakan indikator penting untuk mengendalikan dan menjadi pedoman
dalam pencapaian tujuan.

Konsep prosedur aliran fisik material memberikan informasi penting dalam mengukur
kinerja manajemen lingkungan. Sedangkan prosedur pengukuran nilai memberi dasar
dalam mengidentifikasi biaya dan dasar alokasi sehingga dapat diukur biaya,
penghematan dan pendapatan atas pengelolaan pengelolaan lingkungan.

Berbagai biaya telah dikeluarkan oleh perusahaan dalam melindungi dan


memperbaiki kerusakan lingkungan. Biaya tersebut antara lain biaya pengurangan
pencemaran, pengelolaan limbah, pengendalian limbah, biaya mentaati peraturan dan
biaya asuransi.
Sistem akuntansi biaya konvensional memperlakukan biaya lingkungan dan biaya
bukan lingkungan ke dalam rekening yang sama yaitu overhead.

Perlakuan ini menghasilkan biaya tersembunyi atas biaya lingkungan untuk


manajemen. Hal ini membuktikan bahwa manajemen cenderung
underestimate mengembangkan dan meningkatkan kepedulian terhadap biaya
lingkungan. Dengan sistem identifikasi, penilaian, dan alokasi biaya lingkungan, EMA
memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengukur penghematan biaya
yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Sehingga manajemen mempunyai informasi
untuk mengontrol dan mengendalikan biaya lingkungan demi tercapainya produk yang
efisien dan murah.

Terdapat dua pendekatan dalam merumuskan EMA, yaitu :

1) Monetary Accounting (berbasis pada monetary procedure) merupakan upaya


mengidentifikasi, mengukur dan mengalokasikan biaya lingkungan berdasarkan
perilaku aliran keuangan dalam biaya tersebut.
2) Physical Accounting (berbasis pada material flow balance procedure) adalah
suatu pendekatan untuk mengidentifikasi berbagai perilaku sumber biaya
lingkungan. Hal ini akan berguna bagi manajemen untuk dasar alokasi biaya
lingkungan yang terjadi.

Dengan pendekatan gabungan ini dapat dihasilkan alokasi biaya produksi yang tepat
sehingga benar-benar mencerminkan harga pokok yang akurat setiap produk. Selain
itu manajemen dapat melakukan pengendalian terhadap aktivitas produksi yang
mengakibatkan munculnya berbagai biaya lingkungan.

EMA merupakan konsep komprehensif untuk mengidentifikasi sumber biaya dan


mengukur biaya lingkungan. Menurutnya limbah menjadi mahal bukan karena biaya
pembuangannya, tetapi karena terbuangnya nilai beli bahan. Sehingga limbah
merupakan pertanda inefisiensi produksi. Namun EMA mempunyai kelemahan, yaitu
kurang bakunya definisi atas biaya lingkungan dan tarikan kepentingan dari pihak
manajemen dalam melaporkan biaya lingkungan.
4. Analisis Pengungkapan Lingkungan

Salah satu cara untuk mewujudkan akuntansi lingkungan adalah dengan menerapkan
prinsip pengungkapan (disclosure) dalam praktik akuntansi.

Seperti yang dinyatakan dalam PSAK No.1 paragraf 9 :

Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai


lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi
industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting.

Alasan-alasan perusahaan untuk mengungkapkan akuntansi lingkungan, yaitu :

1. Internal Decision Making

Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas dari kegiatan


perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan dalam mencapai tujuan sosial
perusahaan. Data harus tersedia agar biaya dan manfaat tersebut sulit diidentifikasi
dan diukur, namun analisis secara sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali.

2. Product Differentiation

Laporan keuangan merupakan rangkuman dari banyak transaksi sehingga dapat


menyembunyikan informasi penting yang dapat mempengaruhi keputusan pemegang
saham dan pihak lainnya.

Manajer perusahaan yang bertanggungjawab secara sosial memiliki intensif untuk


membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggungjawab secara sosial kepada
masyarakat.
3. Enlightened Self Interest

Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan


stokeholder; kreditor, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat
karena dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.

Pengungkapan memiliki tiga sifat yang menampilkan informasi keuangan dan non
keuangan operasi perusahaan, yaitu :

1) Adequate disclosure, yang berhubungan dengan kuantitas unsure yang


diungkapkan.
2) Fair disclosure, yang berhubungan dengan aspek etis untuk memberikan
informasi yang sama rata kepada semua pengguna.
3) Full disclosure, berarti menampilkan seluruh informasi yang relevan.

Sedangkan Muh. Muslim Utomo (2002: 102-103), menyajikan beberapa teori


kecenderungan pengungkapan sosial lingkungan, diantaranya :

1. Decision Usefullness Studies

Teori ini menemukan bahwa pengungkapan atas lingkungan dilakukan karena


informasi tentang aktivitas sosial perusahaan tersebut memang dibutuhkan oleh
pemakai laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan mereka dan informasi ini ditempatkan pada
posisimoderately important.

2. Economic Theory Studies

Teori ini mengemukakan bahwa sebagai agen dari suatu prinsipal yang mewakili
seluruh interest group perusahaan, pihak manajemen melakukan pengungkapan
sosial terhadap lingkungannya sebagai upaya memenuhi tuntutan publik
lazimnya, prinsipal diartikan sebagai pemegang saham, namun pengertian
prinsipal kini telah meluas menjadi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan.
3. Social and Political Theory Studies

Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, yaitu teori yang


mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh parastakeholder,
sehingga perusahaan akan terus berusaha mencari pembenaran.

3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Akuntansi


Lingkungan

1. Peraturan pemerintah yang bersifat memaksa sehingga perusahaan mau tidak


mau harus mengikutinya.
2. Penerapan standar pelaporan dan pengungkapan khususnya di bidang informasi
mengenai tanggung jawab terhadap lingkungan perusahaan oleh badan
pembuat standar akuntansi di berbagai Negara. Salah satunya adalahvredeling
proposals yang mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan informasi
mengenai struktur organisasi, karyawan, rencana metode kerja baru atau
metode lain yang substansialmampengaruhi kepentingan karyawan. Proposal ini
juga mengharuskan manajemen untuk mengkonsultasikan kebijakan yang akan
dibuat jika kebijakan itu mempengaruhi kepentingan karyawan.
3. Kesadaran perusahaan untuk bersifat proaktif merumuskan pandangannya
mengenai konstituen social dan politik sehingga memperoleh image positif dari
masyarakat.
4. Kebutuhan pengguna laporan keuangan terhadap informasi sosial untuk
membuat keputusan alokasi dana yang ditanamkan di perusahaan.
5. Pihak investor membutuhkan informasi sosial untuk mempertimbangkan dampak
negatif dengan tepat setiap pengeluaran biaya sosial per lembar saham selama
kompensasi, dampak positifnya dapat mengurangi risiko atau menimbulkan
ketertarikan yang lebih besar dari kelompok investor.
3.2 Manfaat Pengungkapan Informasi Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan kecil maupun besar,


manufaktur atau jasa dengan alasan :

1) Akuntansi lingkungan memerlukan cara baru dalam memandang biaya lingkungan


perusahaan, kinerja dan keputusan perusahaan,
2) Akuntansi lingkungan bukan semata-mata permasalahan akuntansi, dan informasi
diperlukan oleh semua kelompok entitas. Akuntansi lingkungan dapat diterapkan
dalam capital budgeting oleh perusahaan. Capital budgetingmerupakan proses
perencanaan investasi modal dan merupakan perbandingan antara biaya yang
diprediksi dengan aliran penerimaan dari operasi serta investasi alternatif yang
dapat dilakukan. Analisis keuangan atas alternatif investasi tersebut tidak
memasukkan biaya lingkungan dan cost saving sehingga tidak
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan dari proses produksi.

Evaluasi terhadap investasi modal sangat berguna jika mempertimbangkan biaya


lingkungan dan cost savings, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi dan mengkuantitatifkan biaya lingkungan,


2) Mengalokasikan biaya lingkungan dan keuntungan yang diperoleh,
3) Menggunakan indikator keuangan seperti time value of money,
4) Memprediksi keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan melihat cash
flow dan profitabilitas perusahaan seperti economic life of the capital investment.

Akuntansi lingkungan dapat digunakan pada desain produk dan proses produksi oleh
perusahaan. Desain produk dan proses produksi memiliki pengaruh signifikan pada
kinerja dan biaya lingkungan. Proses desain memerlukan balancing cost, performance
cultural, legal dan environment criteria. Perusahaan yang mengadopsi desain
lingkungan (life cycle design) akan mempertimbangkan evaluasi alternatif desain ke
dalam biaya lingkungan, kinerja, budaya dan peraturan yang ada.

Pengungkapan informasi biaya lingkungan dan kinerja yang


dibutuhkandesigner mendukung desain dan pemrosesan produk yang lebih baik.

Akuntasi Lingkungan di Indonesia

Tidak banyak informasi atau diskusi yang berkaitan dengan akuntasi lingkungan
sebagai salah satu istilah atau sistem penilaian lingkungan khusus. Ada satu langkah
yang dirintis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dengan Bank Indonesia yang ini
termaktub dalam nota kesepahaman (MoU) antara KLH dan Bank Indonesia (BI) yang
ditandatangani pada tahun 2005 yang lalu. Kesepakatan ini sebenarnya sebagai
tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia nomor 7/2/PBI/2005 tentang penetapan
peringkat kualitas aktiva bagi bank umum. Peraturan tersebut, mengatur aktiva
produktif untuk kredit termasuk pada kualitas kredit. Aspek lingkungan hidup menjadi
salah satu faktor di dalam penilaian kredit itu. BI sepakat menggunakan proper
(perangkat penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam Pengelolaan lingkungan
hidup) KLH dalam menilai kelayakan kredit (Tempo Interaktif, 8 April 2005).

Penilaian tingkat kinerja perusahaan (Proper) terkait dengan lingkungan hidup yang
menjadi program tahunan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk penilaian
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan, dampak pada lingkungan, yang
dapat berpengaruh pada penentuan kualitas kredit perusahaan, kelayakan
perusahaan dan sebagainya. Hasil penelitian ini disampaikan ke Bank atau kreditor
lainnya. Proper ini diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
27/MenLH/2002. Misalnya Bank sebagai debitur dapat menurunkan kredit bagi
perusahaan berperingkat buruk. Jika tidak layak dari sudut lingkungan karena kinerja
buruk maka perusahaan bisa tidak diijinkan mendapatkan kredit. Ada juga pemberian
sistem ISO. Dengan sistem ISO perusahaan yang punya komitmen untuk kemudian
memperbaiki kinerja terhadap lingkungan yang baik dapat diberikan sertifikat ISO
sedangkan yang tidak tidak akan mendapatkannya. Perusahaan masih terus bisa
melakukan operasi bisnisnya. Namun dengan proper perusahaan bisa tidak bisa
diberikan ijin operasi atau tidak mendapatkan kredit.

Sebagai salah satu contoh kasus, mulai tahun ini Freeport akan dinilai dengan
menggunakan Proper. Selama ini Freeport dianggap tidak dapat dikendalikan oleh
Pemerintah sebagaimana yang dikuatirkan oleh pada anggota DPR. Hasil
pemantauan KLLH menunjukkan adanya pencemaran yang hebat di sungai-sungai
sekitarnya akibat pembuangan tailing oleh Freeport (Kompas, 2 Februari 2006).

Perusahaan swasta dapat memperlihatkan tanggung jawab terhadap lingkungan


dengan melakukan investasi, tindakan dan perbaikan teknologi dan sistem operasi
industri menjadi lebih ramah lingkungan atau paling tidak memperlihatkan komitmen
yang baik terhadap lingkungan. Tolok ukurnya dapat dinyatakan dalam AMDAL,
PROPER atau ISO (Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan ISO 17025). ISO-
14001 adalah Sistem Manajemen Lingkungan yang bersifat sukarela. Oleh karena itu,
tanpa komitmen perusahaan, ISO-14001 tidak akan memberikan arti sebenarnya
dalam menurunkan dampak negatif dari operasi perusahaan terhadap lingkungan.
Meskipun bersifat sukarela banyak perusahaan menganggap ISO-14001 sebagai
suatu keharusan. Pasar dunia semakin ketat menerapkan proses seleksi terhadap
produk-produk dengan menggunakan tolok ukur Environmentally Preferrable Product.
Selain itu, semangat menerapkanecolabeling pun semakin tidak terbendung lagi.
Selain menerapkan ISO 14001, dalam rangka lebih menjamin kehandalan mutu
pengukuran lingkungan, perusahaan-perusahaan berjuang mendapatkan sertifikasi
ISO 17025 berdasarkan uji lingkungan dari lembaga yang berkompeten.

Dalam PSAK No. 33, dijelaskan mengenai pengertian lingkungan hidup, yaitu
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk
didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Kegiatan produksi perusahaan cenderung membawa dampak bagi lingkungan hidup.
Dampak dari aktivitas perusahaan tersebut tentunya menjadi tanggung jawab
perusahaan terhadap masyarakat.

Dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar lokasi industri, meliputi tetapi tidak
terbatas pada :

a) Pencemaran lingkungan, yaitu masuknya atau dimasukannya makhluk hidup,


zat, energi dan komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas
lingkungan menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kering atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Jenis-jenis pencemaran lingkungan antara lain pencemaran udara, pencemaran


air, dan pencemaran tanah permukaan.

b) Perusakan lingkungan, yaitu adanya tindakan yang menimbulkan perubahan


langsung atau tidak langsung terhadap perubahan sifat-sifat atau hayati
lingkungan yang mengakibatkan lingkungan itu kurang berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkesinambungan.

Sebagai usaha untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negative


tersebut, maka perlu dilakukan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) yang
meliputi lingkungan terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan,
pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup.

Adapun kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan dalam


masalah lingkungan hidup berdasarkan PSAK ialah sebagai berikut :

1) Penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


2) Upaya pencegahan pencemaran sungai oleh air hasil kegiatan usaha
3) Pengaturan bentuk lahan (Landscaping), misalnya pengaturan
saluran pembuangan air
4) Pencegahan pencemaran akibat debu, antara lain : penyemprotan air di
lokasi jalan produksi dan tempat lain yang dapat menimbulkan debu.
5) Pemantauan kualitas air saluran pemukiman di sekitar lokasi industri
6) Pemantauan kualitas udara di lokasi industri dan pemukiman karyawan, serta
penduduk sekitarnya
7) Pemantauan keberhasilan dari usaha pengendalian dan pengelolaan
lingkungan yang dilakukan
Environmental Accounting

Penyusun:
Rifqah Alsami F.
023141216
Fajri Alifian P.
023141234
Nadya Pradipta
023141137
Lutfiana Dwi A.
023141117
UNIVERSITAS TRISAKTI
2016

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Environmental Accounting (Akuntansi Lingkungan).

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, November 2016

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai