Anda di halaman 1dari 18

KODE ETIK PROFESI LAINNYA

Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi

Oleh :
Nadiya Az Zahra
180810301239

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kode etik berperan sangat penting pada suatu profesi. Agar profesi dapat berjalan
dengan benar maka perlu diikat dengan suatu norma tertulis yang disebut dengan kode
etik profesi. Kode etik profesi dapat diubah seiring dengan perkembangan zaman yang
mengatur diri profesi yang bersangkutan dan perwujudan nilai moral yang hakiki dan tidak
dipaksakan dari luar. Jadi kode etik diadakan sebagai sarana kontrol sosial dan untuk
menjaga martabat dan kehormatan profesi serta melindungi masyarakat dari segala
bentuk penyimpangan atau penyalahgunaan keahlian.

Setiap organisasi profesi bertujuan untuk mengembangkan kompetensi para anggota


secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan pengendalian perilaku para anggotanya
dengan berpedoman pada kode etik yang telah disepakati bersama. Kelompok-kelompok
organisasi profesi seperti ini tidak membeda-bedakan latar belakang status para anggota
mereka, baik dari sektor swasta atau sektor publik. Setiap organisasi profesi mempunyai
pedoman kode etik untuk menjadi standar/acuan perilaku bagi para anggotanya. Karena
banyaknya organisasi profesi yang ada, maka pada kesempatan ini hanya akan dibahas
beberapa contoh kode etik dari beberapa organisasi profesi, yaitu profesi Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI), Perhimpunan Auditor Internal
Indonesia (PAII), Himpunan Psikologi Indonesia, dan Advokat Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keberadaan Berbagai Profesi

Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan


kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan pengendalian
perilaku para anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang telah disepakati
bersama. Kelompok-kelompok organisasi profesi seperti ini tidak membeda-bedakan latar
belakang status para anggota mereka, baik dari sektor swasta atau sektor publik. Setiap
organisasi profesi mempunyai pedoman kode etik untuk menjadi standar/acuan perilaku
bagi para anggotanya. Karena banyaknya organisasi profesi yang ada, maka pada
kesempatan ini hanya akan dibahas beberapa contoh kode etik dari beberapa organisasi
profesi, yaitu profesi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI),
Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), Himpunan Psikologi Indonesia, dan
Advokat Indonesia.

Setelah mempelajari masing-masing kode etik profesi ini, dapat diketahui bahwa:
(1) tidak ada sistematika baku dalam penulisan kode etik; (2) terdapat banyak istilah dan
konsep yang sama, tetapi pemaknaan atas istilah-istilah atau konsep tersebut bias jadi
berbeda; dan (3) banyak konsep dan istilah yang maknanya tumpang-tindih. Mengingat
adanya perbedaan dalam sistematika, substansi, konsep, dan istilah yang dipergunakan,
maka untuk lebih memudahkan pemahaman atas masing-masing kode etik akan
digunakan model penalaran kode etik berdasarkan acuan pada unsur-unsur pokok suatu
profesi sebagaimana terlihat pada gambar berikut

2
Gambar 2.1
Model Penalaran Kode Etik Profesi

Kepentingan Tanggung
Umum Jawab

Kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap-Perilaku

(Knowledge) (Skill) (Attitude)

2.2 Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia(BPK-RI)

Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk Anggota dan
Pemeriksa BPK. Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang berbeda
menurut pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2007, yaitu :
a. Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh DPR dan diresmikan
berdasarkan Keputusan Presiden.
b. Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengeloaan dan
tanggung jawab keuangan Negara untuk dan atas nama BPK.

Proses penalaran atas kode etik BPK-RI ini dengan mengacu pada cirri-ciri utama
suatu profesi. Pasal 2 kode etik BPK mengatur tentang nilai-nilai dasar yang wajib dimiliki
oleh anggota dan pemeriksa BPK. Nilai-nilai dasar ini terdiri atas:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.

3
b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas.
d. Menjunnjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.

Tabel 2.1
Proses Penalaran Kode Etik BPK

CIRI PROFESI KODE ETIK BPK

1. Kepentingan Publik Mengutamakan kepentingan Negara di atas


kepentingan pribadi dan golongan (Pasal 2b)

2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang


menyangkut knowledge, skill, dan attitude

3. Kompetensi Dilihat dari tiga unsure kompetensi (knowledge,


skill, attitude):

a. Pengetahuan Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi


(knowledge) pendidikan keahlian tertentu (Pasal 1 ayat 8)

b. Keterampilan (skill) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)


merupakan patokan pemeriksaan yang
menyangkut standar umum, standar pelaksanaan
pekerjaan, dan standar pelatoran (Pasal 1 ayat 5)

c. Sikap perilaku (attitude) Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan


lembaga/pihak lain.

 Menyangkut diri Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib mematuhi,


(pribadi) memiliki, dan menjunjung nilai-nilai dasar (Pasal 2):
 Taat pada peraturan (ayat 2)
 Mengutamakan kepentingan Negara (ayat b)
 Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan
profesionalitas (ayat c)
 Menjujung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan
kredibilitas BPK

 Hubungan rekan Menghormati dan memercayai serta saling


sejawat membantu di antara pemeriksa sehingga dapat
bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan
tugas (Pasal 8 ayat 1g)

 Hubungan klien  Menghindari terjadinya benturan kepentingan


(Pasal 6 ayat 1b)
 Dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa
pun baik langsung maupun tidak langsung yang
diduga atau patut diduga dapat memengaruhi

4
pelaksanaan tigas dan wewenangnya (Pasal 4 ayat
2 dan Pasal 7 ayat 2a)
 Dilarang membocorkan informasi yang diperolehnya
dariauditee (Pasal 6 ayat 2d)

 Hubungan Lain  Dilarang merangkap jabatan pada badan, lembaga,


atau perusahaan lain untuk anggota dan pemeriksa
(Pasal 3 ayat 2a dan Pasal 6 ayat 2a)
 Dilarang menjadi anggota partai politik bagi
anggota BPK (Pasal 3 ayat 2b)

 Pengawasan Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III


Pasal 9-32)

Tabel 2.2
Independensi, integritas, dan profesionalitas BPK

NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA

5
Indepedensi • Memegang sumpah Netral dan tidak berpihak
jabatan Menghindari benturan kepentingan
• Netral dan tidak Menghindari hal-hal yang dapat
berpihak memengaruhi
• Menghindari banturan objektivitas
kepentingan Mempertimbangkan informasi,
• Menghindari hal-hal pandangan, dan
yang tanggapan pihak lain diperiksa
dapat memengaruhi Bersikap tenang dan mampu
objektivitas mengendalikan diri

Dilarang : Dilarang:
• Merangkap jabatan • Merangkap jabatan
• Menjadi anggota • Menunjukkan sikap dan
partai politik perilaku yang
• Menunjukkan sikap menyebabkan orang lain
dan meragukan
perilaku yang menyebabkan indepedensinya
orang lain meragukan • Tunduk pada
indepedensinya intimidasi/tekanan orang
lain
• Membocorkan
informasi auditee
• Dipengaruhi oleh
prasangka, interpretasi
atau kepentingan tertentu
baik untuk kepentingan
pribadi pemeriksa maupun pihak
lain

Integritas • Bersikap tegas • Bersikap tegas


• Jujur • Jujur
• Memegang rahasia • Memegang rahasia pihak
pihak yang diperiksa yang diperiksa

Dilarang: menerima Dilarang:


pemberian dalam • Menerima pemberian
bentuk apa pun, baik dalam bentuk apa pun,
langsung maupun tidak baik langsung maupun
langsung tidak langsung
• Menyalahgunakan
wewenang

6
Profesionalitas • Prinsip kehati-hatian, • Prinsip kehati-hatian,
ketelitian, kecermatan ketelitian, kecermatan
• Menyimpan rahasia • Menyimpan rahasia
Negara Negara dan jabatan
dan jabatan • Tidak menyalahgunakan
• Tidak rahasia Negara untuk
menyalahgunakan kepentingan pribadi dan
rahasia Negara untuk golongan/pihak lain
kepentingan pribadi • Menghindari perbuatan di
dan golongan/ luar tugas dan
pihak lain wewenangnya
• Menghindari • Komitmen tinggi
perbuatan di • Meningkatkan
luar tugas dan kemampuan
wewenangnya • Profesionalisme secara
berkelanjutkan
• Kerja sama saling
menghormati dan
memercayai antar rekan
sejawat
• Berkomunikasi dan
berdiskusi antar rekan
sejawat
• Menggunakan sumber
daya publik secara
efisien, efektif, dan
ekonomis.

2.3 Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)


Ada dua kategori kode etik yang diterapkan oleh PAII, yaitu kode etik PAII
dan kode etik Qualified Internal Auditor (QIA).
1. Kode etik PAII berlaku bagi organisasi profesi dan semua anggota PAII yang
bekerja pada departemen/bagian audit internal suatu organisasi/perusahaan.
2. Kode etik QIA adalah kode etik bagi anggota yang telah memperoleh
Sertifikasi QIA melalui suatu pendidikan formal yang diterapkan oleh PAII. Perlu
dipahami bahwa saat ini yang berprofesi pada departemen/bagian audit internal tidak
seluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau sertifikat QIA. Kode etik QIA ditetapkan
oleh Dewan Sertifikasi QIA. Pasal-pasal dalam kode etik QIA adalah sama dengan

7
kode etik PAII, kecuali dalam kode etik QIA tidak memasukkan Pasal 1 dan 9 dari kode
etik PAII.

2.4 Kode Etik Psikologi Indonesia


Kode etik yang berlaku bagi Ilmuwan psikologi dan psikolog dibedakan
berdasarkan latar belakang pendidikan mereka, di mana latar belakang pendidikan ini
menetukan boleh atau tidaknya seseorang melakukan prakyik psikologi. Para Ilmuwan
psikologi dalam batas-batas tertentu dapat memberika jasa psikologi, tetapi tidak boleh
menjalankan praktik psikologi. Prakti psikologi hanya boleh dilakukan oleh para
psikolog.
Tabel 2.3
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikologi

Ciri profesi Kode Etik Psikologi

1. Kepentingan publik • Mengabdikan pengetahuan tentang


perilaku manusia bagi kesejahteraan
manusia (pembukaan)
• Mengutamakan kepentingan umum
daripada pribadi atau golongan ( Pasal
14a)
2. Tanggung Jawab Pentingnya setiap Ilmuwan psikologi mempunyai
rasa tanggung jawab menyangkut
kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati.

3. Kompetensi

a. Pengetahuan Ilmuwan Psikologi adalah para lulusan perguruan


(Knowladge) tinggi dan universitas di dalam maupun luar negeri,
yaitu mereka yang telah mengikuti pendidikan
dengan kurikulum nasional (SK Mendikbud Nomor
18/D/0/1993 untuk pendidikan program akademik
(Sarjana Psikologi); lulusan pendidikan tinggi strata 2
(S2) dan strata 3 (S3) dalam bidang psikologi, yang
pendidikan strata (S1) diperoleh bukan dari fakultas
psikologi. Ilmuwan Psikologi yang
tergolong kriteria tersebut dinyatakan dapat
memberika jasa psikologi, tetapi tidak berhak dan
tidak berwenang untuk melakukan praktik psikologi
di Indonesia.

8
3.2 Keterampilan Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah
(skill) mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1)
dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni)
Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau sistem Kredit
Semester (SKS) PTN; atau pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi) dan program
pendidikan profesi
(Psikologi); atau kurikulum lama Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) yang sudah
mengikuti ujian negara sarjana psikologi; atau
pendidikan tinggi psikologi di
luar negeri yang sudah mendapat akreditasi dan
disetarakan dengan psikologi Indonesia oleh
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen
Pendidikan
Nasional (Depdiknas RI). Sarjana Psikologi dengan
kriteria tersebut dinyatakan berhak dan berwenang
untuk melakukan praktik psikologi di wilayah hukum
Negara Republik Indonesi. Sarjana Psikolog menurut
kriteria ini juga dikenal
dan disebut sebagai psikolog. Untuk melakukan
praktik psikologi , Sarjana
Psikolog yang tergolong kriteria ini diwajibkan
memiliki izin praktik psikolog
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.3 Sikap perilaku
(attitude)
• Menyangkut diri • Kesadaran diri tentang Pancasila dan
(Pribadi) UUD 1945
• Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral
yang berlaku di masyarakat
(Pasal 4a)
• Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
• Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati (Pasal 2)
• Hubungan rekan • Saling menghormati dan menjaga hak-hak
sejawat serta nama baik rekan sejawat (Pasal 5a)
• Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
• Saling mengingatkan untuk mencegah
pelanggaran kode etik (Pasal 5c)
• Menghargai karya cipta rekan
sejawat/pihak lain (Pasal 15)

9
• Hubungan klien • Melindungi klien dari akibat yang
merugikan sebagai dampak pemberian
jasa/praktik yang dilakukan (Pasal 8c)
• Melindungli kerahasiaan data klien,
kecuali ada persetujuan dari klien, atau
ada hubungannya dengan pihak
berwenang (Pasal 12)
• Mengutamakan ketidakberpihakan dalam
kepentingan pemakai jasa, atau klien dan
pihak-pihak terkait (Pasal 8d)
• Hubungan lain • Menghargai kompetensi profesi lain (Pasal
6a)
• Mencegah pemberian jasa dari pihak yang
tidak berkompeten (Pasal 6b)

• Pengawasan • Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)

2.5 Kode Etik Profesi Advokat


Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum. Sebagaimana
dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006), peraturan hukum mengatur dan
menjelaskan bagaimana seharusnya:
a) Legislator menciptakan hukum
b) Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c) Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d) Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hukum
e) Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan hukum
f) Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g) Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h) Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i) Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum

Menurut Notohamidjojo (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006), seorang profesional di


bidang hukum perlu memiliki :
a) Sikap manusiawi, artinya tidak hanya menghadapi hukum secara formal,
melainkan kebenaran
yang sesuai dengan hati nurani.
b) Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan perasaan masyarakat.
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan dalam
suatu perkara konkret.
d) Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa adanya, serta
menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.

10
Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode Etik Profesi
Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002 dan disepakati
berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yang tergabung dalam Komite Kerja
Sama Advokat Indonesia (KKAI), yang terdiri atas tujuh orang ganisasi, yaitu: Ikatan
Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat
Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan
Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), dan
Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI).

Tabel 2.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia

Ciri Profesi Kode Etik Advokat

1. Kepentingan publik • Tidak bertujuan semata-mata untuk


memperoleh imbalan materi, tetapi lebih
mengutamakan tegaknya hukum,
kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
• Wajib memberikan bantuan hukum cuma-
cuma bagi orang yang tidak mampu (Pasal
7h)

2. Tanggung jawab Menjaga citra dan martabat kehormatan profesi,


menjunjung tinggi kode etik dan sumpah jabatan
(pembukaan), dan memelihara kompetensi
3. Kompetensi : Mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

a. Pengetahuan Berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam


(knowledge) maupun di luar pengadilan yang memenuhi
persyaratan berdasarkan undang-undang yang
berlaku (Pasal 1a)
b. Keterampilan (skill) Sama dengan Pasal 1a.

c. Sikap perilaku
(attitude) :

11
• Menyangkut diri • Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(kepribadian) bersikap satria, jujur, serta menjunjung
tinggi hukum dan Undang Undang Dasar
(Pasal 2)
• Bersedia memberi nasehat dan bantuan
hukum tanpa membedakan agama, suku,
keturunan, kedudukan sosial, keyakinan
politik (Pasal 3a)
• Bekerja dengan bebas dan mandiri serta
tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib
menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam
negara hukum Indonesia (Pasal 3c)
• Tidak dibenarkan melakukan pekeraan lain
yang dapat merugikan kebebasan, derajat,
dan martabat advokat (Pasal 3f)
• Bersikap sopan terhadap semua pihak
(Pasal 3h)
• Hubungan rekan • Memegang teguh rasa solidaritas sesama
sejawat advokat dan wajib membela
secara cuma -cuma teman sejawat yang
diajukan sebagai tersangka dalam perkara
pidana (Pasal 3d dan 3e)
• Hubungan antara teman sejawat advokat
berdasarkan sikap saling
menghormati, menghargai, dan memercayai
(Pasal 5a)
• Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan
atau yang menyakitkan hati
(Pasal 5b)
• Keberatan terhadap tindakan teman
sejawat harus diadukan kepada Dewan
Kehormatan (Pasal 5c)
• Tidak diperkenankan menarik klien teman
sejawat (Pasal 5d)
• Advokat baru hanya dapat menerima
perkara setelah menerima bukti
pencabutan pemberian kuasa kepada
advokat terdahulu (Pasal 5e)
• Advokat lama wajib memberikan kepada
avokat yang baru semua surat dan
keterangan penting untuk mengurus
perkara itu (Pasal 5f)
• Hubungan klien • Mengutamakan penyelesaian damai dalam
perkara perdata (Pasal 4a)
• Tidak memberikan keterangan yang dapat
menyesatkan klien (Pasal 4b)
• Tidak dibenarkan menjamin kepada klien

12
bahwa perkaranya akan menang (Pasal 4c)
• Penetapan honor berdasarkan kemampuan
klien (Pasal 4d)
• Tidak dibenarkan membebani klien dengan
biaya-biaya yang tidak perlu (Pasal 4e)
• Perhatian yang sama diberikan terhadap
perkara yang diurus secara cuma-cuma
(Pasal 4f)
• Harus menolak mengurus perkara yang
tidak ada dasar hukumnya (Pasal 4g)
• Wajib memegang rahasia jabatan tentang
hal-hal yang menyangkut klien(Pasal 4h)
• Dilarang melepaskan tugas yang
dibebankan kepadanya pada saat yangtidak
menguntungkan klien atau akan merugikan
klien yang tidak dapat diperbaiki lagi (Pasal
4i)
• Mengundurkan diri sepenuhnya dari
pengurusan kepentingan bersama dua
pihak atau lebih apabila kemudian timbul
pertentangan kepentingan diantara pihak-
pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
• Mempunyai hak retensi terhadap klien
tetapi tidak dapat digunakan apabila
dengan retensi itu kepentingan klien akan
dirugikan yang tidak dapat diperbaiki lagi
(Pasal 4k)
• Hubungan • Sebagai profesi mulia, advokat dalam
lain menjalankan profesinya di bawah
perlindungan hukum,
undang-undang, dan kode etik (Pasal 8a)
• Tidak diperkenankan memasang iklan,
termasuk pemasangan papan nama
dengan ukuran yang berlebihan (Pasal 8b)
• Tidak mengadakan kantor cabang di tempat
yang merugikan kedudukan advokat,
misalnya
di rumah atau di kantor seorang yang bukan
advokat (Pasal 8c)
• Tidak mengizinkan pencantuman namanya
di papan nama, iklan, atau cara lain oleh
orang bukan
advokat, tetapi memperkenalkan diri sebagai
wakil advokat (Pasal 8d)
• Tidak mengizinkan karyawan yang tidak
berkualitas untuk mengurus sendiri perkara,
memberi

13
nasihat kepada klien secara lisan atau
tertulis (Pasal 8e)
• Tidak memublikasikan diri melalui media
massa untuk menarik perhatian masyarakat
mengenai
perkara yang sedang ditanganinya, kecuali
untuk menegakkan prinsip hukum yang
wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
• Advokat dapat mengundurkan diri dari per
yang diurusnya bila dicapai kesepakatan
dengan kliennya (Pasal 8g)
• Tidak mengizinkan advokat mantan
hakim/panitera menangani perkara di
pengadilan yang bersangkutan selama tiga
tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut (Pasal h)
• Pengawasan • Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini
dilakukan oleh
Dewan Kehormatan (Pasal 9)

2.6 Perbandingan Kode Etik


Dengan membandingkan keempat contoh kode etik profesi ( profesi BPK, auditor
internal, psikologi, dan advokat), tidaklah mudah untuk mencoba memahami apakah
ada nilai-nilai, prinsip, atau norma-norma dasar yang berlaku universal untuk semua
profesi. Hal ini mengingat adanya keragaman menggunakan penulisan, isi, dan
konsep-konsep yang digunakan. Kode Etik Profesi dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Semua profesi berdampak atau bermanfaat bagi kepentingan umum, meskipun
arti umum mempunyai tingkat keluasan yang berbeda. Contoh pengertian umum
untuk :
 BPK adalah kepentingan negara.
 Auditor Internal adalah manajemen suatu entitas (suatu bisnis).
 Psikologi adalah klien (individu, kelompok, institusi).
 Advokat adalah klien dan demi penegakan hukum dan keadilan.
2. Untuk menjaga kepercayaan publik dalam setiap kode etik profesi pada umumnya
ditekankan pentingnya memelihara kompetensi tinggi secara berkelanjutan.
3. Kompetensi mencakup pengetahuan melalui pendidikan formal sesuai dengan latar
belakang profesinya, keterampilan teknis, dan sikap perilaku. Meskipun
kompetensi yang menyangkut pengetahuan ada yang secara eksplisit diatur dalam
kode etik (misalnya, kode etik psikologi, ada juga yang tidak diatur dalam kode etik

14
karena sudah diatur dalam peraturan/perundangan (misalnya, kode etik advokat
dan BPK), atau tidak diatur dalam kode etik tetapi diserahkan pada
kebijakan/peraturan perusahaan (misalnya, kode etik auditor internal).
4. Aturan mengenai sikap perilaku umumnya menyangkut tanggung jawab dan
kesadaran diri sebagai pribadi, hubungan dengan rekan sejawat, hubungan
dengan klien, dan hubungan lainnya.
5. Tanggung jawab dan kesadaran diri berkaitan dengan karakter utama, prinsip-
prinsip, atau nilai-nilai dasar yang harus dimiliki seorang profesional untuk
menunjang citra dan martabat rofesinya yang luhur. Semua kode etik menjelaskan
karakter utama, prinsip-prinsip, atau nilai dasar ini, walaupun tidak ada
keseragaman mengenai jumlah, konsep, atau istilah yang digunakan. Berikut
adalah contoh karakter, prinsip, atau nilai-nilai dasar dari beberapa profesi.

Tabel 2.5
Perbandingan Kode Etik

Institusi/Profesi Penekanan Kode Etik

BPK Independensi, integritas, dan profesionalitas

PAII Bersikap jujur,objektif, hati-hati, dan menghindari konflik


kepentingan

Psikologi Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas,


bersikap bijak, dan hati-hati

Advokat Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria,


jujur, tidak membeda-bedakan agama, suku, keturunan,
kedudukan sosial, keyakinan politik, mandiri, serta tidak
dipengaruhi oleh siapa pun dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia

2.7 Profesi dan Hakikat Manusia Utuh


Bila seorang profesional benar-benar menghayati profesinya dan betul-betul mau
mematuhi kode etik yang ditetapkan atas dasar kesadaran diri dalam melaksanakan
profesinya, maka sebenarnya ia telah menjalani kehidupan sesuai dengan hakikat
manusia seutuhnya. Hakikat manusia utuh adalah hidup dengan menyeimbangkan
pemenuhan EQ, IQ, SQ, dan PQ. Kesadaran untuk terus-menerus memelihara unsur

15
kompetensi ilmu pengtahuan dan keterampilan teknis mencerminkan upaya untuk
meningkatkan IQ. Kesadaran untuk menumbuhkan sikap perilaku yang baik dalam
menjalankan profesi sebenarnya sekaligus untuk memupuk EQ, dan SQ. Membangun
karakter, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai dasar seperti bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menanamkan integritas, kejujuran, independensi, objektivitas, dan sejenisnya
merupakan fondasi untuk membangun SQ. Melayani klien dengan kompentesi tinggi,
menjaga hubungan harmonis dengan rekan sejawat atas dasar saling menghormati,
mengahargai, dan mempercayai, berbicara sopan dengan siapa pun, merupakan dasar
bagi pembangunan EQ. Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di
dalam setiap kode etik, seorang profesional yang benar-benar telah mematuhi dan
mengikuti kode etik profesi dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak,
ia telah mejalani kehidupan sebagai manusia seutuhnya.

BAB III
KESIMPULAN

Setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan kompetensi para anggota


secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan pengendalian perilaku para anggotanya
dengan berpedoman pada kode etik yang telah disepakati bersama. Kelompok-kelompok
organisasi profesi seperti ini tidak membeda-bedakan latar belakang status para anggota

16
mereka, baik dari sektor swasta atau sektor publik. Kode Etik Profesi dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. BPK : Independensi, integritas, dan profesionalitas
2. PAII : Bersikap jujur,objektif, hati-hati, dan menghindari konflik kepentingan
3. Psikologi : Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap bijak,
dan hati-hati
4. Advokat : Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur, tidak
membeda-bedakan agama, suku, keturunan, kedudukan sosial, keyakinan politik,
mandiri, serta tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta Salemba Empat.

17

Anda mungkin juga menyukai