Oleh :
Nadiya Az Zahra
180810301239
Kode etik berperan sangat penting pada suatu profesi. Agar profesi dapat berjalan
dengan benar maka perlu diikat dengan suatu norma tertulis yang disebut dengan kode
etik profesi. Kode etik profesi dapat diubah seiring dengan perkembangan zaman yang
mengatur diri profesi yang bersangkutan dan perwujudan nilai moral yang hakiki dan tidak
dipaksakan dari luar. Jadi kode etik diadakan sebagai sarana kontrol sosial dan untuk
menjaga martabat dan kehormatan profesi serta melindungi masyarakat dari segala
bentuk penyimpangan atau penyalahgunaan keahlian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah mempelajari masing-masing kode etik profesi ini, dapat diketahui bahwa:
(1) tidak ada sistematika baku dalam penulisan kode etik; (2) terdapat banyak istilah dan
konsep yang sama, tetapi pemaknaan atas istilah-istilah atau konsep tersebut bias jadi
berbeda; dan (3) banyak konsep dan istilah yang maknanya tumpang-tindih. Mengingat
adanya perbedaan dalam sistematika, substansi, konsep, dan istilah yang dipergunakan,
maka untuk lebih memudahkan pemahaman atas masing-masing kode etik akan
digunakan model penalaran kode etik berdasarkan acuan pada unsur-unsur pokok suatu
profesi sebagaimana terlihat pada gambar berikut
2
Gambar 2.1
Model Penalaran Kode Etik Profesi
Kepentingan Tanggung
Umum Jawab
Kompetensi
Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk Anggota dan
Pemeriksa BPK. Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang berbeda
menurut pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2007, yaitu :
a. Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh DPR dan diresmikan
berdasarkan Keputusan Presiden.
b. Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengeloaan dan
tanggung jawab keuangan Negara untuk dan atas nama BPK.
Proses penalaran atas kode etik BPK-RI ini dengan mengacu pada cirri-ciri utama
suatu profesi. Pasal 2 kode etik BPK mengatur tentang nilai-nilai dasar yang wajib dimiliki
oleh anggota dan pemeriksa BPK. Nilai-nilai dasar ini terdiri atas:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.
3
b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas.
d. Menjunnjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.
Tabel 2.1
Proses Penalaran Kode Etik BPK
4
pelaksanaan tigas dan wewenangnya (Pasal 4 ayat
2 dan Pasal 7 ayat 2a)
Dilarang membocorkan informasi yang diperolehnya
dariauditee (Pasal 6 ayat 2d)
Tabel 2.2
Independensi, integritas, dan profesionalitas BPK
5
Indepedensi • Memegang sumpah Netral dan tidak berpihak
jabatan Menghindari benturan kepentingan
• Netral dan tidak Menghindari hal-hal yang dapat
berpihak memengaruhi
• Menghindari banturan objektivitas
kepentingan Mempertimbangkan informasi,
• Menghindari hal-hal pandangan, dan
yang tanggapan pihak lain diperiksa
dapat memengaruhi Bersikap tenang dan mampu
objektivitas mengendalikan diri
Dilarang : Dilarang:
• Merangkap jabatan • Merangkap jabatan
• Menjadi anggota • Menunjukkan sikap dan
partai politik perilaku yang
• Menunjukkan sikap menyebabkan orang lain
dan meragukan
perilaku yang menyebabkan indepedensinya
orang lain meragukan • Tunduk pada
indepedensinya intimidasi/tekanan orang
lain
• Membocorkan
informasi auditee
• Dipengaruhi oleh
prasangka, interpretasi
atau kepentingan tertentu
baik untuk kepentingan
pribadi pemeriksa maupun pihak
lain
6
Profesionalitas • Prinsip kehati-hatian, • Prinsip kehati-hatian,
ketelitian, kecermatan ketelitian, kecermatan
• Menyimpan rahasia • Menyimpan rahasia
Negara Negara dan jabatan
dan jabatan • Tidak menyalahgunakan
• Tidak rahasia Negara untuk
menyalahgunakan kepentingan pribadi dan
rahasia Negara untuk golongan/pihak lain
kepentingan pribadi • Menghindari perbuatan di
dan golongan/ luar tugas dan
pihak lain wewenangnya
• Menghindari • Komitmen tinggi
perbuatan di • Meningkatkan
luar tugas dan kemampuan
wewenangnya • Profesionalisme secara
berkelanjutkan
• Kerja sama saling
menghormati dan
memercayai antar rekan
sejawat
• Berkomunikasi dan
berdiskusi antar rekan
sejawat
• Menggunakan sumber
daya publik secara
efisien, efektif, dan
ekonomis.
7
kode etik PAII, kecuali dalam kode etik QIA tidak memasukkan Pasal 1 dan 9 dari kode
etik PAII.
3. Kompetensi
8
3.2 Keterampilan Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah
(skill) mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1)
dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni)
Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau sistem Kredit
Semester (SKS) PTN; atau pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi) dan program
pendidikan profesi
(Psikologi); atau kurikulum lama Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) yang sudah
mengikuti ujian negara sarjana psikologi; atau
pendidikan tinggi psikologi di
luar negeri yang sudah mendapat akreditasi dan
disetarakan dengan psikologi Indonesia oleh
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen
Pendidikan
Nasional (Depdiknas RI). Sarjana Psikologi dengan
kriteria tersebut dinyatakan berhak dan berwenang
untuk melakukan praktik psikologi di wilayah hukum
Negara Republik Indonesi. Sarjana Psikolog menurut
kriteria ini juga dikenal
dan disebut sebagai psikolog. Untuk melakukan
praktik psikologi , Sarjana
Psikolog yang tergolong kriteria ini diwajibkan
memiliki izin praktik psikolog
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.3 Sikap perilaku
(attitude)
• Menyangkut diri • Kesadaran diri tentang Pancasila dan
(Pribadi) UUD 1945
• Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral
yang berlaku di masyarakat
(Pasal 4a)
• Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
• Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati (Pasal 2)
• Hubungan rekan • Saling menghormati dan menjaga hak-hak
sejawat serta nama baik rekan sejawat (Pasal 5a)
• Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
• Saling mengingatkan untuk mencegah
pelanggaran kode etik (Pasal 5c)
• Menghargai karya cipta rekan
sejawat/pihak lain (Pasal 15)
9
• Hubungan klien • Melindungi klien dari akibat yang
merugikan sebagai dampak pemberian
jasa/praktik yang dilakukan (Pasal 8c)
• Melindungli kerahasiaan data klien,
kecuali ada persetujuan dari klien, atau
ada hubungannya dengan pihak
berwenang (Pasal 12)
• Mengutamakan ketidakberpihakan dalam
kepentingan pemakai jasa, atau klien dan
pihak-pihak terkait (Pasal 8d)
• Hubungan lain • Menghargai kompetensi profesi lain (Pasal
6a)
• Mencegah pemberian jasa dari pihak yang
tidak berkompeten (Pasal 6b)
10
Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode Etik Profesi
Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002 dan disepakati
berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yang tergabung dalam Komite Kerja
Sama Advokat Indonesia (KKAI), yang terdiri atas tujuh orang ganisasi, yaitu: Ikatan
Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat
Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan
Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), dan
Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI).
Tabel 2.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia
c. Sikap perilaku
(attitude) :
11
• Menyangkut diri • Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(kepribadian) bersikap satria, jujur, serta menjunjung
tinggi hukum dan Undang Undang Dasar
(Pasal 2)
• Bersedia memberi nasehat dan bantuan
hukum tanpa membedakan agama, suku,
keturunan, kedudukan sosial, keyakinan
politik (Pasal 3a)
• Bekerja dengan bebas dan mandiri serta
tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib
menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam
negara hukum Indonesia (Pasal 3c)
• Tidak dibenarkan melakukan pekeraan lain
yang dapat merugikan kebebasan, derajat,
dan martabat advokat (Pasal 3f)
• Bersikap sopan terhadap semua pihak
(Pasal 3h)
• Hubungan rekan • Memegang teguh rasa solidaritas sesama
sejawat advokat dan wajib membela
secara cuma -cuma teman sejawat yang
diajukan sebagai tersangka dalam perkara
pidana (Pasal 3d dan 3e)
• Hubungan antara teman sejawat advokat
berdasarkan sikap saling
menghormati, menghargai, dan memercayai
(Pasal 5a)
• Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan
atau yang menyakitkan hati
(Pasal 5b)
• Keberatan terhadap tindakan teman
sejawat harus diadukan kepada Dewan
Kehormatan (Pasal 5c)
• Tidak diperkenankan menarik klien teman
sejawat (Pasal 5d)
• Advokat baru hanya dapat menerima
perkara setelah menerima bukti
pencabutan pemberian kuasa kepada
advokat terdahulu (Pasal 5e)
• Advokat lama wajib memberikan kepada
avokat yang baru semua surat dan
keterangan penting untuk mengurus
perkara itu (Pasal 5f)
• Hubungan klien • Mengutamakan penyelesaian damai dalam
perkara perdata (Pasal 4a)
• Tidak memberikan keterangan yang dapat
menyesatkan klien (Pasal 4b)
• Tidak dibenarkan menjamin kepada klien
12
bahwa perkaranya akan menang (Pasal 4c)
• Penetapan honor berdasarkan kemampuan
klien (Pasal 4d)
• Tidak dibenarkan membebani klien dengan
biaya-biaya yang tidak perlu (Pasal 4e)
• Perhatian yang sama diberikan terhadap
perkara yang diurus secara cuma-cuma
(Pasal 4f)
• Harus menolak mengurus perkara yang
tidak ada dasar hukumnya (Pasal 4g)
• Wajib memegang rahasia jabatan tentang
hal-hal yang menyangkut klien(Pasal 4h)
• Dilarang melepaskan tugas yang
dibebankan kepadanya pada saat yangtidak
menguntungkan klien atau akan merugikan
klien yang tidak dapat diperbaiki lagi (Pasal
4i)
• Mengundurkan diri sepenuhnya dari
pengurusan kepentingan bersama dua
pihak atau lebih apabila kemudian timbul
pertentangan kepentingan diantara pihak-
pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
• Mempunyai hak retensi terhadap klien
tetapi tidak dapat digunakan apabila
dengan retensi itu kepentingan klien akan
dirugikan yang tidak dapat diperbaiki lagi
(Pasal 4k)
• Hubungan • Sebagai profesi mulia, advokat dalam
lain menjalankan profesinya di bawah
perlindungan hukum,
undang-undang, dan kode etik (Pasal 8a)
• Tidak diperkenankan memasang iklan,
termasuk pemasangan papan nama
dengan ukuran yang berlebihan (Pasal 8b)
• Tidak mengadakan kantor cabang di tempat
yang merugikan kedudukan advokat,
misalnya
di rumah atau di kantor seorang yang bukan
advokat (Pasal 8c)
• Tidak mengizinkan pencantuman namanya
di papan nama, iklan, atau cara lain oleh
orang bukan
advokat, tetapi memperkenalkan diri sebagai
wakil advokat (Pasal 8d)
• Tidak mengizinkan karyawan yang tidak
berkualitas untuk mengurus sendiri perkara,
memberi
13
nasihat kepada klien secara lisan atau
tertulis (Pasal 8e)
• Tidak memublikasikan diri melalui media
massa untuk menarik perhatian masyarakat
mengenai
perkara yang sedang ditanganinya, kecuali
untuk menegakkan prinsip hukum yang
wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
• Advokat dapat mengundurkan diri dari per
yang diurusnya bila dicapai kesepakatan
dengan kliennya (Pasal 8g)
• Tidak mengizinkan advokat mantan
hakim/panitera menangani perkara di
pengadilan yang bersangkutan selama tiga
tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut (Pasal h)
• Pengawasan • Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini
dilakukan oleh
Dewan Kehormatan (Pasal 9)
14
karena sudah diatur dalam peraturan/perundangan (misalnya, kode etik advokat
dan BPK), atau tidak diatur dalam kode etik tetapi diserahkan pada
kebijakan/peraturan perusahaan (misalnya, kode etik auditor internal).
4. Aturan mengenai sikap perilaku umumnya menyangkut tanggung jawab dan
kesadaran diri sebagai pribadi, hubungan dengan rekan sejawat, hubungan
dengan klien, dan hubungan lainnya.
5. Tanggung jawab dan kesadaran diri berkaitan dengan karakter utama, prinsip-
prinsip, atau nilai-nilai dasar yang harus dimiliki seorang profesional untuk
menunjang citra dan martabat rofesinya yang luhur. Semua kode etik menjelaskan
karakter utama, prinsip-prinsip, atau nilai dasar ini, walaupun tidak ada
keseragaman mengenai jumlah, konsep, atau istilah yang digunakan. Berikut
adalah contoh karakter, prinsip, atau nilai-nilai dasar dari beberapa profesi.
Tabel 2.5
Perbandingan Kode Etik
15
kompetensi ilmu pengtahuan dan keterampilan teknis mencerminkan upaya untuk
meningkatkan IQ. Kesadaran untuk menumbuhkan sikap perilaku yang baik dalam
menjalankan profesi sebenarnya sekaligus untuk memupuk EQ, dan SQ. Membangun
karakter, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai dasar seperti bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menanamkan integritas, kejujuran, independensi, objektivitas, dan sejenisnya
merupakan fondasi untuk membangun SQ. Melayani klien dengan kompentesi tinggi,
menjaga hubungan harmonis dengan rekan sejawat atas dasar saling menghormati,
mengahargai, dan mempercayai, berbicara sopan dengan siapa pun, merupakan dasar
bagi pembangunan EQ. Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di
dalam setiap kode etik, seorang profesional yang benar-benar telah mematuhi dan
mengikuti kode etik profesi dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak,
ia telah mejalani kehidupan sebagai manusia seutuhnya.
BAB III
KESIMPULAN
16
mereka, baik dari sektor swasta atau sektor publik. Kode Etik Profesi dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. BPK : Independensi, integritas, dan profesionalitas
2. PAII : Bersikap jujur,objektif, hati-hati, dan menghindari konflik kepentingan
3. Psikologi : Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap bijak,
dan hati-hati
4. Advokat : Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur, tidak
membeda-bedakan agama, suku, keturunan, kedudukan sosial, keyakinan politik,
mandiri, serta tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta Salemba Empat.
17