Anda di halaman 1dari 21

TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS DAN DEWAN

DIREKSI KOMISARIS INDEPENDEN


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu :
Juwenah, SE., M.Sc., Ak., CA

Disusun Oleh:

Nanang Abdul Faqih (117040114)


Silvia Rosmawati (117040117)
Emillia Reanti Aprillianto (117040121)

3E AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami curahkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga aktivitas hidup yang kita jalani
ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini lebih-
lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak sehingga semua cita-cita serta harapan
yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Tidak lupa kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Juwenah yang telah memberikan
tugas sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan dan
kami memperoleh banyak pengetahuan tentang Tanggung Jawab Dewan
Komisaris dan Dewan Direksi Komisaris Independen.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Tidak semua
materi dapat dimuat dengan sempurna dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki makalah ini dimasa mendatang. Harapan yang
paling besar dari penyusunan makalah ini ialah mudah-mudahan apa yang kami
susun ini bermanfaat untuk pribadi, teman-teman serta orang lain yang ingin
memperoleh dan menyempurnakan lagi atas mengambil hikmah dari makalah ini
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Cirebon, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Tanggung Jawab Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Dewan Komisaris
Independen .......................................................................................................... 3
2.1.1 Dewan komisaris..................................................................................... 3
2.1.2 Dewan Direksi ........................................................................................ 4
2.1.3 Dewan Komisaris Independen ................................................................ 4
2.1.4 Tanggung jawab menurut OECD ........................................................... 5
2.2 Tugas Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Dewan Komisaris
Independen. ......................................................................................................... 7
2.2.1 Dewan komisaris..................................................................................... 7
2.2.2 Dewan Direksi ........................................................................................ 7
2.2.3 Dewan Komisaris Independen ................................................................ 8
2.3 Pengawasan di Dalam Suatu Perusahaan ..................................................... 8
2.3.1 Keanggotaan Dewan Pengawas .............................................................. 9
2.3.2 Kinerja Dewan Pengawas ....................................................................... 9
BAB III ................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui di dalam suatu Perseroan Terbatas terdapat

organ-organ di dalamnya yang memegang wewenang dan tanggung jawab

masing-masing. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Pasal 1 angka 4, angka 5 dan angka 6

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)

mengatur definisi yang dimaksud dengan ketiga organ tersebut.

RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi

dan Dewan Komisaris. Sedangkan Direksi adalah organ Perseroan yang

bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan

tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar

pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Kemudian, yang dimaksud

dengan Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasehat kepada Direksi. Selain itupula di dalam suatu perusahaan

keberadaan komisaris independen sangatlah penting dalam suatu perusahaan agar

nantinya perusahaan tersebut tidak mengalami konflik kepentingan dalam suatu

perusahaan itu. Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan dewan

komisaris keberadaan komisaris independen di pandang sangatlah penting, agar

stakeholder dapat mempercayai perusahaan tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Tanggung jawab dewan komisaris, dewan direksi dan
dewan komisaris independen.
2. Bagaimana tugas dewan komisaris, dewan direksi dan dewan komisaris
independen.
3. Bagaimana struktur pengawasan di dalam suatu perusahaan.

1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui:
1. Untuk Mengetahui Tanggung jawab dewan komisaris, dewan direksi
dan dewan komisaris independen.
2. Untuk Mengetahui tugas dewan komisaris, dewan direksi dan dewan
komisaris independen.
3. Untuk Mengetahui struktur pengawasan di dalam suatu perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanggung Jawab Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Dewan


Komisaris Independen
2.1.1 Dewan komisaris
Komisaris merupakan organ perusahaan yang memegang fungsi
pengawasan. Dalam praktek ini terdiri dari beberapa orang, sehingga lebih dikenal
dengan Dewan Komisaris. Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan
Anggaran Dasar serta memberi nasehat kepada Dewan Direksi.
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perusahaan maupun usaha
perusahaan dan memberi nasehat kepada Direksi. Maksud dan tujuan perusahaan
ini menjadi dasar kewenangan dan batasan bagi Dewan Komisaris dalam
menjalankan tugasnya dibidang pengawasan.
Dewan Komisaris perusahaan dalam fungsinya sebagai pengawas,
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan
perusahaan oleh Direksi. Laporan pengawasan Dewan Komisaris disampaikan
pada RUPS untuk memperoleh persetujuan dari para pemegang saham.
Pertanggungjawaban Dewan Komisaris pada RUPS merupakan perwujudan
akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan
prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Dewan Komisaris Perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara
majelis atau kolektif dalam mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Dewan Direksi dan memberikan nasihat kepada Dewan Direksi serta memastikan
perusahaan melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris, termasuk Presiden
Komisaris adalah setara. Tugas Presiden Komisaris adalah mengkoordinasikan
kegiatan Dewan Komisaris.

3
2.1.2 Dewan Direksi
Dewan Direksi adalah organ perusahaan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengelolaan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan
perusahaan, serta mewakili perusahaan, baik di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.
a. Menyusun pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dalam bentuk
laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan
kegiatan perusahaan dan laporan pelaksanaan Good Corporate
Governance (GCG).
b. Persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan
serta laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris dilakukan oleh
RUPS.
c. Memberikan pertanggungjawaban Dewan Direksi kepada RUPS
merupakan perwujudan akuntabilitas pengelolaan Perusahaan dalam
rangka pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG).

2.1.3 Dewan Komisaris Independen


Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan Dewan Komisaris,
keberadaan Komisaris Independen adalah sangat diperlukan. Secara langsung
keberadaan Komisaris Independen menjadi penting, karena didalam praktek
sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang
mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas)
serta stakeholders lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang
menggunakan dana masyarakat didalam membiayai usahanya. Dalam upaya untuk
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka Komisaris Independen harus
secara proaktif mengupayakan agar Dewan Komisaris melakukan pengawasan
dan memberikan nasehat kepada Dewan Direksi, disamping itu, Komisaris
Independen memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif,
termasuk didalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas
strategi tersebut.

4
b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-
manajer profesional.
c. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem
pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.
d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan
yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam
menjalankan operasinya.
e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan
dikelola dengan baik.
f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance
(GCG) dipatuhi dan diterapkan dengan baik.

2.1.4 Tanggung jawab menurut OECD


Sedangkan menurut OECD, Indonesia menganut sistem two tier boards, di
mana dewan dibedakan menjadi dua, yaitu dewan komisaris “supervisory board”
dan dewan direksi “management board”.
OECD Principle menyatakan bahwa tanggung jawab dewan komisaris dan direksi
adalah sebagai berikut:
1. Anggota dewan komisaris dan direksi harus bertindak secara transparan
untuk kepentingan perusahaan dan pemegang saham.
2. Keputusan dari dewan komisaris dan direksi bisa saja mempengaruhi suatu
kelompok pemegang saham berbeda dengan kelompok pemegang saham
lain, oleh karena itu dewan komisaris dan direksi harus memperlakukan
seluruh pemegang saham secara adil.
3. Dewan komisaris dan direksi harus menerapkan standar etika yang tinggi
yang memperhatikan kepentingan stakeholders.
4. Fungsi-fungsi utama dari dewan komisaris:
a. Meninjau dan mengarahkan strategi perusahaan, rencana utama,
kebijakan mengenai resiko, anggaran tahunan dan rencana usaha;
mempersiapkan sasaran kinerja, memonitor penerapan dan kinerja

5
perusahaan, serta memantau belanja modal yang besar, akuisisi dan
divestasi.
b. Memonitor efektifitas dari praktik tata kelola perusahaan dan membuat
perubahan yang diperlukan.
c. Menyeleksi, memberikan kompensasi, memonitor, dan mengganti
manajemen serta mengawasi perencanaan penggantian manajemen.
d. Menyelaraskan remunerasi manajemen dan dewan komisaris dengan
kepentingan jangka panjang dari perusahaan dan pemegang saham.
e. Memastikan proses nominasi dan pemilihan anggota secara formal dan
transparan.
f. Memonitor dan mengelola potensi konflik kepentingan dari
manajemen, anggota dewan komisaris, serta pemegang saham,
termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan penyelewengan dalam
transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
g. Memastikan integritas sistem pelaporan akuntansi dan keuangan
perusahaan, termasuk audit independen, dan memastikan bahwa sistem
pengendalian yang tepat telah diterapkan, khususnya sistem
manajemen risiko, pengendalian keuangan dan operasional, serta
kepatuhan terhadap peraturan perundangan dan standar yang berlaku.
h. Mengawasi proses pengungkapan dan komunikasi.
5. Dewan komisaris harus dapat melakukan penilaian yang obyektif dan
independen mengenai pengurusan perusahaan.
6. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya, anggota dewan komisaris
harus memiliki akses terhadap infomasi yang akurat, relevan dan tepat
waktu.

6
2.2 Tugas Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Dewan Komisaris
Independen.
2.2.1 Dewan Komisaris
Tugas Dewan Komisaris Perusahaan adalah sebagai pengawas dan
penasihat Direksi dan dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
untuk kepentingan perusahaan, yang meliputi antara lain:
a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam
melaksanakan kepengurusan perusahaan, fungsinya antara lain
mencakup tindakan pencegahan, perbaikan hingga pemberhentian
sementara anggota Direksi.
b. Melakukan pengawasan atas risiko usaha perusahaan dan upaya
manajemen melakukan pengendalian internal.
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Good Corporate
Governance (GCG) dalam kegiatan usaha perusahaan.
d. Memberikan nasihat kepada Direksi berkaitan dengan tugas dan
kewajiban Direksi.
e. Memberikan tanggapan dan rekomendasi atas usulan dan rencana
pengembangan strategis perusahaan yang diajukan Direksi.
f. Memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan
stakeholders.
g. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris perusahaan tidak
boleh turut serta dalam pengambilan keputusan operasional.
Keputusan Dewan Komisaris mengenai hal yang diatur dalam
Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan dilakukan dalam
fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional
tetap menjadi tanggung jawab Direksi.

2.2.2 Dewan Direksi


Tugas Dewan Direksi adalah dengan itikad baik dan bertanggung jawab
penuh memimpin dan mengelola perusahaan untuk mencapai maksud dan tujuan
perusahaan, yang meliputi antara lain:

7
a. Mengelola perusahaan sesuai dengan kewenangan dan
tanggungjawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar,
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG).
b. Menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta rencana strategis perusahaan
dalam bentuk rencana korporasi (corporate plan) dan rencana bisnis
(business plan).
c. Menyelenggarakan Rapat Direksi perusahaan secara berkala dan
dengan waktu yang memadai.
d. Menetapkan struktur organisasi perusahaan lengkap dengan rincian
tugas setiap divisi dan unit usaha.
e. Mengendalikan sumber daya yang dimiliki perseroran secara efektif
dan efisien.

2.2.3 Dewan Komisaris Independen


Tugas Dewan Komisaris Independen meliputi antara lain :
1. Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan.
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan
stakeholders yang lain.
3. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan
secara wajar dan adil.
4. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.
5. Menjamin akuntabilitas organ perusahaan.

2.3 Pengawasan di Dalam Suatu Perusahaan


Dewan Pengawas (Komisaris) bertanggung jawab mengawasi Dewan
Direksi dalam menjalankan tugasnya dengan secara teratur memantau efektivitas
pelaksanaan kebijakan dan pengambilan keputusan yang di lakukan oleh Dewan
Direksi termasuk pelaksanaan strategi untuk mencapai target yang diharapakan
pemilik modal.

8
2.3.1 Keanggotaan Dewan Pengawas
1. Pengangkatan dan pemberhentian Dewan Pengawas dilakukan oleh
RUPS.
2. Dalam hal bertindak selaku RUPS penganggakatan dan pemberhentian
Dewan Pengawas ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan mekanisme dan
peraturan perundang-undangan.
3. Agar Dewan Pengawas dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka
perlu ditetapkan kebijakan tentang kriteria Dewan Pengawas yang sesuai
kebutuhan.
4. Pemilik modal mengangkat Dewan Pengawas melalui melanisme fitand
proper test berdasarkan pertimbangan.
5. Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan 5 tahun dan dapat
diangkat kembali selama satu kali masa jabatan.
6. Pengangkatan anggota Komisaris tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan anggota Direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama
kalinya pada waktu pendirian.
7. Anggota Dewan Pengawas sewaktu-waktu dapat dihentikan.
Berdasarakan keputusan Menteri dengan menyebutkan alasannya.

2.3.2 Kinerja Dewan Pengawas


Kinerja Dewan Pengawas akan dievaluasi setiap tahun oleh pemilik modal
dalam RUPS. Secara Umum, kinerja Dewan Pengawas ditentukan berdasarkan
tugas kewajiban yang termaktub dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku bagi Perum Perumnas, amanat Pemilik Modal, dan proses pemenuhan
tanggung jawab tersebut. Kriteria evaluasi disampaikan kepada Dewan Pengawas
sejak pengangakatannya.

9
2.4 Permasalahan Kasus Bank Century
2.4.1 Profil Bank Century
PT Bank Century Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 136 tanggal 30 Mei
1989 yang dibuat Lina Laksmiwardhani, SH, notaris pengganti Lukman Kirana,
SH, notaris di Jakarta. Disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam Surat Keputusannya No. C.2-6169.HT.01.01.TH 89 tertanggal 12 Juli
1989. Didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2 Mei 1991 dengan
No. 284/Not/1991. Anggaran Dasar Bank telah disesuaikan dengan Undang-
Undang PerseroanTerbatas No. 1 Tahun 1995 dalam Akta No. 167 tanggal 29 Juni
1998 dari Rachmat Santoso, S.H, notaris di Jakarta. Pada tanggal 16 April 1990,
Bank Century memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum dari Menteri
Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. 462/KMK.013/1990
tanggal 16 April 1990 tentang Pemberian Izin Usaha, nama PT Bank CIC
Internasional, Tbk. dinyatakan tetap berlaku bagi PT Bank Century, Tbk. Bank
Century berdomisili di Indonesia dengan 27 Kantor Cabang Utama, 30 Kantor
Cabang Pembantu dan 8 Kantor Kas. Kantor Pusat Bank beralamat di Gedung
Sentral Senayan II, Jl. Asia Afrika No. 8 Jakarta. Dari jumlah kantor tersebut
diatas yang beroperasi sebanyak 63 kantor.

2.4.2 Kronologi Permasalahan


Bank Century merupakan bank publik yang tercatat di BEI yang mulai
beroperasi tanggal 15 Desember 2004, merupakan hasil marger antara Bank CIC
(Surviving Entity), Bank Danpac dan Bank Pikko.Kasus Bank Century merupakan
kasus yang terhangat di Indonesia yang banyak menyeret para pejabat. Awal
mulai terjadinya kasus Bank Century adalah Bank Century mengalami kalah
kliring pada tanggal18 November 2008.
Masalah yang terjadi di Bank Century merupakan masalah internal yang
dilakukan oleh pihak manajemen bank yang berhubungan dengan klien mereka:
a. Penyimpangan dana untuk peminjam $2,8 milyar (Rp 1,4 triliun Bank
Century pelanggan dan pelanggan Delta Antaboga Securities
Indonesia adalahRp 1,4 triliun).

10
b. Penjualan produk-produk investasifiktif Antaboga Delta Securities
Indonesia. Jika produk tidak perlu mendaftar BI dan Bapepam-LK.
c. Kedua point tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi
Nasabah Bank Century dan uang para nasabah pun yang ada di Bank
Century tidak bisa dicairkan dan tidak ada uang tidak dibayar oleh
pelanggan.
Setelah tanggal 13 November 2008, pelanggan Bank Century tidak dapat
melakukan transaksi dalam bentuk devisa, kliring dan tidak dapat mentransfer
juga tidak bisa karena Bank Century tidak mampu untuk melakukannya. Bank
hanya dapat mentransfer uang ketabungan.Jadi uang itu tidak bisa keluar dari
bank. Hal ini terjadi pada semua pelanggan Bank Century.
Nasabah bank yang merasa dikhianati dan dirugikan karena banyak
menyimpan uang di Bank Century, tapi sekarang bank tersebut tidak bisa
dilikuidasi. Pelanggan mengasumsikan bahwa Bank Century Memperjual belikan
produk investasi ilegal. Alasannya adalah investasi dipasarkan Antaboga Century
Bank tidak terdaftar di Bapepam-LK. Dan benar manajemen Bank Century tahu
bahwa produk adalah ilegal. Kasus ini dapat mempengaruhi bank lain, di mana
orang tidak percaya bahwa mereka lebih terhadap sistem perbankan nasional.
Berdasarkan kasus Bank Century tersebut menimbulkan dampak yang
cukup besar terhadap perekonomian Indonesia sendiri. Sebab, menyeret
banyakpejabat-pejabat penting dan masalah pergerakan harga saham yang terus
mengalami penurunan akibat dari dampak sistemik kasus Bank Century
ini.Pemilik Bank Century adalah Robert Tantular juga yang melakukan tindak
kriminal karena melakukan perampokan terhadap banknya sendiri. Oknum-oknum
yang terlibat diantaranya: ada yang menduga oknum POLRI terlibat “menjaga”
oknum-oknum yang terkait Bank Century karena dianggap “proyek kelas kakap”.
Beberapa pihak juga mengaitkan ini dengan ditangkapnya dua petinggi KPK,
Bibit dan Chandra beberapa waktu lalu tanpa ada bukti yang jelas, demi
menghambat pengusutan kasus Century. Banyak yang sekarang sudah
menempatkan Sri Mulyani dan Boediono sebagai tersangka tetapi sebenarnya
masih ada kemungkinan bahwa Sri Mulyani dan Boediono adalah bagian dari

11
konspirasi besar semata-mata demi menyelamatkan dana pihak Century dan
orang-orang yang terkait Century.
Sri Mulyani dan Boediono-lah yang telah menyelamatkan ekonomi
Indonesia sehingga saat ini Indonesia tidak terjerumus krisis yang lebih hebat.
Yang melakukan tindak penyelewengan hanyalah segelintir orang, Robert
Tantular, pemilik Bank Century yang menggondol dana Bank Century, dan
beberapa oknum di BI.Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kemelut Bank
tersebut diantaranya adalah delapan orang yakni Komisaris Utama Sulaiman AB,
Komisaris Poerwanto Kamajadi, Komisaris Rusli Prakasa, Direktur Utama
Hermanus Hasan Muslim. Kemudian Wakil Direktur Utama Hamidy, Direktur
Pemasaran Lila K. Gondokusumo, Direktur Kepatuhan Edward M. Situmorang,
dan Pemegang Saham Robert Tantular.
Hancurnya Bank Century sehingga harus diselamatkan oleh pemerintah
melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui suntikan dana Rp 6,7 triliun
terjadi karena perpaduan pengurusan bank yang mengarah pada tindak kriminal
serta krisis ekonomi global yang terjadi. Surat-surat berharga bodong yang ada di
Century menjadi salah satu pemicu bobroknya kondisi bank tersebut. Belakangan
dilihat ada pengaruh Antaboga, masalah surat bodong itu pasti ada pengaruhnya
dari Bank Century. Tetapi diperburuk karena kondisi krisis global, kalau keadaan
seperti itu tidak dalam krisis global, maka tidak akan meletus seperti itu. PT Bank
Century Tbk (BCIC) pada awalnya ternyata agen penjual produk investasi yang
diterbitkan PT Antaboga Delta Sekuritas. Hal itu diketahui berdasarkan
pemeriksaan awal Bank Indonesia (BI) pada 2005. Menurut Deputi Gubernur BI,
Siti Ch Fadjrijah dalam pertemuan dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan
Rakyat menyatakan bahwa dari penelusuran BI diketahui produk yang dijual tidak
mempunyai izin dari Bapepam.

2.4.3 Analisis Kasus: Penyebab Bangkrutnya Bank Century


Kebangkrutan PT Bank Century, Tbk. tidak mungkin terjadi begitu saja,
ada beberapa hal yang menyebabkan kebangkrutan Bank Century antara lain

12
penyimpangan manajemen dan pengawasan BI yang tidak efektif yang diduga
menjadi penyebab utama bank itu akhirnya mengalami kebangkrutan.
a. Penyimpangan Manajemen
Modus kejahatan perbankan yang diduga dilakukan manajemen Bank
Century adalah penempatan dana yang sembrono di pasar uang (money
market). Hal ini terlihat dari penyimpangan yang dilakukan manajemen Bank
Century yang memiliki kewajiban surat berharga valas sebesar US$ 210 juta.
Kasus itu menunjukkan manajemen Bank Century tidak mengindahkan
prinsip kehati-hatian perbankan.
b. Pengawasan BI yang Lemah
BI ternyata pernah memberikan kelonggaran aturan kepada Bank
Century, yakni dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang macet
ke kategori lancar. Hal itu dilakukan agar Bank Century tidak perlu
menyisihkan provisi (pencadangan) atas SSB yang macet itu, sehingga tidak
menggerus modalnya. Yang harus dipertanyakan sejauhmana keefektifan
Direktorat Pengawasan Perbankan BI karena selama ini manajemen Bank
Century memberikan laporan harian dan mingguan sehingga kesehatan
perbankan pasti terpantau. Di samping itu, Bapepam selaku otoritas pasar
modal harusnya juga bertanggungjawab karena Bank Century merupakan
perusahaan publik.
Kasus Bank Century ini menunjukkan ada praktik-praktik yang
menyimpang di bank sentral menyangkut tes kelayakan dan kepatutan (fit and
proper test) yang tidak akurat.BI juga dinilai gagal dalam menciptakan tata
kelola yang baik (Good Corporate Governance). Kesehatan merupakan hal
yang paling penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia
maupun perusahaan.
c. Kesehatan Bank
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai

13
dengan peraturan perbankan yang berlaku, untuk melaksanakan seluruh
kegiatan usaha perbankannya kegiatan tersebut meliputi:
1. Kemampuan menghimpun dana masyarakat dari lembaga lain dan
dari modal sendiri
2. Kemampuan mengolah dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal dan pihak lain
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku
d. Aturan Kesehatan Perbankan
Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan
bank dilakukan oleh Bank Indonesia. UU tersebut lebih lanjut menetapkan
bahwa:
1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen,
likuiditas, solvabilitas & aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syari’ah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib
menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank
3. Bank wajib menyampaikan kepada BI segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh BI
4. Bank atas permintaan BI, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya serta
wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan

14
5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan, BI dapat
menugaskan akuntan publikuntuk dan atas nama bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
6. Bank wajib menyampaikan kkca, perhitungan laba rugi tahunan dan
penjelasannya, serta laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh BI. Neraca dan perhitungan laba rugi dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan BI.
e. Aspek-Aspek Penilaian
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya
menggunakan berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama yang
digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama
analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari aspek capital, assets, management,
earning dan liquidity.
f. Hal-hal yang Perlu Diketahui Mengenai Pengendalian Resiko
Operasional yang Efektif di Perbankan
Prinsip-prinsip yang harus dijalankan agar suatu organisasi dapat
berjalan sesuai dengan prosedur operasional yang berlaku dan meminimasi
resiko operasional dan resiko-resiko yang lain adalah seperti yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Board of Director, sebagai pimpinan tertinggi organisasi harus
menyadari aspek utama risiko operasional bank yang harus dikelola,
dan harus menyetujui dan me-review secara periodik kerangka
manajemen risiko operasional bank.
2. Board of Director, sebagai pimpinan tertinggi organisasi harus
memastikan bahwa ada audit reguler terhadap kerangka manajemen
risiko operasional yang dilakukan oleh tim internal yang independen
dan kompeten, yaitu independen dari tim risiko operasional biasanya
fungsi internal audit.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dewan Komisaris perusahaan bertanggung jawab mengawasi dan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan
perusahaan oleh Direksi. Laporan pengawasan Dewan Komisaris disampaikan
pada RUPS untuk memperoleh persetujuan dari para pemegang saham.
Pertanggungjawaban Dewan Komisaris pada RUPS merupakan perwujudan
akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan
prinsip Good Corporate Governance (GCG). Sedangkan Dewan Direksi
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengelolaan perusahaan untuk
kepentingan dan tujuan perusahaan, serta mewakili perusahaan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Dan Dewan
Komisaris Independen bertanggung jawabmengatur dan mengupayakan secara
proaktif agar Dewan Komisaris melakukan pengawasan dan memberikan nasehat
kepada Dewan Direksi.
Tugas Dewan Komisaris Perusahaan adalah sebagai pengawas dan
penasihat Direksi dan dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
untuk kepentingan perusahaan, yang meliputi Melakukan pengawasan terhadap
kebijakan Direksi, Melakukan pengawasan atas risiko usaha perusahaan,
Memberikan nasihat kepada Direksi berkaitan dengan tugas dan kewajiban
Direksi. Sedangkan Tugas Dewan Direksi adalah memimpin dan mengelola
perusahaan untuk mencapai maksud dan tujuan perusahaan, yang meliputi antara
lain Mengelola perusahaan sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya,
Menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta rencana strategis perusahaan dalam
bentuk rencana korporasi (corporate plan) dan rencana bisnis (business plan),
Menetapkan struktur organisasi perusahaan lengkap dengan rincian tugas setiap
divisi dan unit usaha. Dan Tugas Dewan Komisaris Independen adalah Menjamin
transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan, memperlakukan
pemegang saham minoritas secara adil, dan Menjamin akuntabilitas organ
perusahaan.

16
Dewan Pengawas (Komisaris) bertanggung jawab mengawasi Dewan
Direksi dalam menjalankan tugasnya dengan secara teratur memantau efektivitas
pelaksanaan kebijakan dan pengambilan keputusan yang di lakukan oleh Dewan
Direksi termasuk pelaksanaan strategi untuk mencapai target yang diharapakan
pemilik modal.Kinerja Dewan Pengawas akan dievaluasi setiap tahun oleh
pemilik modal dalam RUPS.

17
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyantoko. 2008. Corporate Governance. Jakarta: Gramedia

Sutojo, Siswanto., Alridge, E. John., 2008. Good Corporate Governance. Jakarta:


Damar Mulia Pustaka
Organisation for Economic Co-operation and Develompent (OECD) Principles of
Corporate Governance 2004.

18

Anda mungkin juga menyukai