Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TATA KELOLA PERUSAHAAN

“TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS DAN DEWAN DIREKSI

STRUKTUR PENGAWASAN”

Dosen Pengampu: Sinta Ramaiyanti, S.E., M.Ak

Disusun oleh:

Kelompok 6

Caroline Losawene (2102113046) Rahmah Dani (2102110655)

David Seand Rafael Lubis (2102113045) Rio Siti Khazijah (2102110621)

Devinda Putri Muliani (2102125033) Risma Diana (2102110029)

M. Irfan Fadhilah (1702121877) Sandrina Oktavia (2102113225)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah
tata kelola perusahaan dengan judul “Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi
Struktur Pengawasan”.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari uluran tangan berbagai
pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sinta Ramaiyanti, SE.,
M.Ak selaku dosen pengampu mata kuliah tata kelola perusahaan yang telah membimbing kami
dan memberi tugas ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka penulis
mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah ini. Untuk tercapainya
kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis maupun para pembaca.

Pekanbaru, 08 Oktober 2022

Penyusun

1
DAFTAR PUSTAKA

Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................ 1
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................. 2
BAB I...................................................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................................................................... 2
2.1 Fungsi Dewan Direksi dan Dewan Komisaris.......................................................................... 2
2.2 Dewan Komisaris.............................................................................................................................. 2
2.3 Dewan Direksi................................................................................................................................... 2
2.4 Manual Dewan Direksi dan Dewan Komisaris........................................................................ 3
2.5 Struktur Pengawasan...................................................................................................................... 5
2.6 Kasus.................................................................................................................................................... 5
BAB III................................................................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................. 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tugas dan tanggung jawab direksi adalah tugas dan tanggung jawab direksi sebagai suatu
organ, yang merupakan tanggung jawab kolegial antara sesama anggota direksi terhadap
perseroan. Ini berarti setiap tindakan yang diambil atau dilakukan olch salah satu atau lebih
anggota direksi akan mengikat anggota direksi lainnya. Akan tetapi tidak berarti tidak
diperkenankannya terjadi pembagian tugas di antara anggota direksi. Seperti yang kita ketahui di
dalam suatu Perseroan Terbatas ("Perseroan") terdapat organ-organ di dalamnya yang memegang
wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat Umum
Pemegang Saham ("RUPS"), Direksi dan Dewan Komisaris. Pasal 1 angka 4, angka 5 dan angka
6 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ("UUPT") mengatur
definisi yang dimaksud dengan ketiga organ tersebut.

RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan
Komisaris. Sedangkan Direksi adalah organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Kemudian, yang
dimaksud dengan Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat
kepada Direksi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa fungsi dari dewan direksi dan dewan komisaris?


2. Apa tugas, wewenang dan pertanggungjawaban dewan komisaris?
3. Apa tugas, wewenang dan pertanggungjawaban dewan direksi?
4. Apa tujuan penyusunan manual dewan direksi dan komisaris?
5. Bagaimana contoh kasus terkait dewan direksi dan komisaris?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui fungsi dari dewan direksi dan dewan komisaris.


2. Untuk menjelaskan tugas, wewenang serta pertanggungjawaban dewan komisaris.
3. Untuk menjelaskan tugas, wewenang serta pertanggungjawaban dewan direksi.
4. Untuk mengetahui tujuan penyusunan manual dewan direksi dan komisaris.
5. Untuk menjelaskan contoh kasus yang berkaitan dengan dewan direksi dan komisaris.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Dewan Direksi dan Dewan Komisaris

Dewan direksi (board of director) berfungsi untuk mengurus perusahaan, sedangkan dewan
komisaris (board of commissioner) berfungsi untuk melakukan pengawasan. Sementara iu
komisaris independen (independent commisioner) berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang
dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris. Dewan direksi dan dewan komisaris dipilih
oleh pemegang saham dalam RUPS yang mewakili kepentingan para pemegang saham tersebut.
Peraan direksi dan komisaris sangat penting dan cukup menentukan bagi keberhasilan
implementadi GCG.Diperlukan komitmen penuh dari dewan direksi dan komisaris agar
implementasi GCG dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan Dalam hal ini, Indonesia yang
menggunakan system two board maka direksi memiliki kewajiban dalam penyusunan pedoman,
sedangkan dewan komisaris memberikan nasihat dan mengawasi direksi.

Dewan harus memenuhi fungsi utama tertentu, termasuk:

1. Meninjau dan memandu strategi perusahaan, rencana aksi utama, kebijakan dan prosedur
manajemen risiko, anggaran tahunan dan rencana bisnis; menetapkan tujuan kinerja; pemantauan
pelaksanaan dan kinerja perusahaan; dan mengawasi pengeluaran modal utama, akuisisi dan divestasi.

Area yang semakin penting bagi dewan dan yang terkait erat dengan strategi perusahaan adalah
pengawasan manajemen risiko perusahaan. Pengawasan manajemen risiko tersebut akan melibatkan
pengawasan akuntabilitas dan tanggung jawab untuk mengelola risiko, menentukan jenis dan tingkat
risiko yang bersedia diterima perusahaan dalam mengejar tujuannya, dan bagaimana perusahaan akan
mengelola risiko yang ditimbulkannya melalui operasi dan hubungannya.. Dengan demikian merupakan
pedoman penting bagi manajemen yang harus mengelola risiko untuk memenuhi profil risiko yang
diinginkan perusahaan.

2. Memantau efektivitas praktik tata kelola perusahaan dan melakukan perubahan sesuai
kebutuhan.

Pemantauan tata kelola oleh dewan juga mencakup tinjauan berkelanjutan terhadap struktur
internal perusahaan untuk memastikan bahwa ada garis pertanggungjawaban yang jelas untuk

2
manajemen di seluruh organisasi. Sebagai tambahannya memerlukan pemantauan dan pengungkapan
praktik tata kelola perusahaan secara teratur, banyak negara telah pindah untu k merekomendasikan,
atau bahkan mengamanatkan, penilaian mandiri oleh dewan atas kinerja mereka serta tinjauan kinerja
anggota dewan individu dan Ketua dan CEO.

3. Memilih, memberi kompensasi, memantau dan, bila perlu, mengganti eksekutif kunci dan
mengawasi perencanaan suksesi.

Di sebagian besar sistem dewan dua tingkat, dewan pengawas juga bertanggung jawab untuk
menunjuk dewan manajemen yang biasanya terdiri dari sebagian besar eksekutif kunci.

4. Menyelaraskan remunerasi eksekutif dan dewan direksi dengan kepentingan jangka panjang
perusahaan dan pemegang sahamnya.

Ini dianggap sebagai praktik yang baik bagi dewan untuk mengembangkan dan mengungkapkan
pernyataan kebijakan remunerasi yang mencakup anggota dewan dan eksekutif kunci. Pernyataan
kebijakan tersebut menentukan hubungan antara remunerasi dan kinerja, dan mencakup standar
terukur yang menekankan kepentingan jangka panjang perusahaan daripada pertimbangan jangka
pendek. Pernyataan kebijakan umumnya cenderung menetapkan kondisi pembayaran kepada anggota
dewan untuk kegiatan ekstra dewan, seperti konsultasi. Mereka juga sering menentukan persyaratan
yang harus dipatuhi oleh anggota dewan dan eksekutif kunci tentang memegang dan
memperdagangkan saham perusahaan, dan prosedur yang harus diikuti dalam pemberian dan
penetapan harga ulang opsi. Di beberapa negara, kebijakan juga mencakup pembayaran yang harus
dilakukan saat mempekerjakan dan/atau mengakhiri kontrak seorang eksekutif.

Di perusahaan besar, dianggap sebagai praktik yang baik bahwa kebijakan dan kontrak remunerasi
untuk anggota dewan dan eksekutif kunci ditangani oleh komite khusus dewan yang terdiri dari seluruh
atau mayoritas direktur independen dan tidak termasuk eksekutif yang bertugas di komite remunerasi
masing-masing, yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Pengenalan ketentuan malus dan cakar-
kembali dianggap sebagai praktik yang baik. Mereka memberikan hak kepada perusahaan untuk
menahan dan memulihkan kompensasi dari eksekutif dalam kasus penipuan manajerial dan keadaan
lain, misalnya ketika perusahaan diharuskan untuk menyajikan kembali laporan keuangannya karena
ketidakpatuhan material terhadap persyaratan pelaporan keuangan.

5. Memantau dan mengelola potensi benturan kepentingan manajemen, anggota dewan dan
pemegang saham, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan penyalahgunaan dalam transaksi

3
pihak berelasi.

Merupakan fungsi penting dewan untuk mengawasi sistem pengendalian internal yang mencakup
pelaporan keuangan dan penggunaan aset perusahaan dan untuk menjaga dari transaksi pihak berelasi
yang menyalahgunakan. Fungsi-fungsi ini sering ditugaskan ke auditor internal yang harus menjaga
akses langsung ke dewan. Jika pejabat perusahaan lain bertanggung jawab seperti penasihat umum,
penting bagi mereka untuk mempertahankan tanggung jawab pelaporan yang sama seperti auditor
internal.

Dalam memenuhi tanggung jawab pengawasan kontrolnya, penting bagi dewan untuk mendorong
pelaporan perilaku tidak etis/melanggar hukum tanpa takut akan pembalasan. Keberadaan kode etik
perusahaan harus membantu proses ini yang harus didukung oleh perlindungan hukum bagi individu
yang bersangkutan. Sebuah titik kontak untuk karyawan yang ingin melaporkan kekhawatiran tentang
perilaku tidak etis atau ilegal yang mungkin juga membahayakan integritas laporan keuangan harus
ditawarkan oleh komite audit atau oleh komite etika atau badan yang setara.

6. Memastikan integritas sistem akuntansi dan pelaporan keuangan perusahaan, termasuk audit
independen, dan bahwa sistem kontrol yang tepat tersedia, khususnya, sistem untuk manajemen risiko,
kontrol keuangan dan operasional, dan kepatuhan terhadap hukum dan standar yang relevan.

Dewan harus menunjukkan peran kepemimpinan untuk memastikan bahwa sarana pengawasan
risiko yang efektif ada. Memastikan integritas sistem pelaporan dan pemantauan yang penting akan
mengharuskan dewan untuk menetapkan dan menegakkan garis tanggung jawab dan akuntabilitas yang
jelas di seluruh organisasi. Dewan juga perlu memastikan bahwa ada pengawasan yang tepat oleh
manajemen senior. Biasanya, ini termasuk pembentukan sistem audit internal yang langsung melapor ke
dewan. Merupakan praktik yang baik bagi auditor internal untuk melapor kepada komite audit
independen dewan atau badan setara yang juga bertanggung jawab untuk mengelola hubungan dengan
auditor eksternal, sehingga memungkinkan tanggapan terkoordinasi oleh dewan. Itu juga harus
dianggap sebagai praktik yang baik untuk ini komite, atau badan setara, untuk meninjau dan melaporkan
kepada dewan kebijakan akuntansi yang paling penting yang menjadi dasar untuk laporan keuangan.
Namun, dewan harus mempertahankan tanggung jawab akhir untuk mengawasi sistem manajemen
risiko perusahaan dan untuk memastikan integritas sistem pelaporan. Beberapa yurisdiksi telah
menyediakan ketua dewan untuk melaporkan proses pengendalian internal. Perusahaan dengan risiko
besar atau kompleks (keuangan dan non-keuangan), tidak hanya di sektor keuangan, harus
mempertimbangkan untuk memperkenalkan sistem pelaporan serupa, termasuk pelaporan langsung
kepada dewan, terkait dengan manajemen risiko.

4
7. Mengawasi proses pengungkapan dan komunikasi.

Fungsi dan tanggung jawab dewan dan manajemen sehubungan dengan pengungkapan dan
komunikasi perlu ditetapkan dengan jelas oleh dewan. Di beberapa yurisdiksi, penunjukan pejabat
hubungan investasi yang melapor langsung ke dewan dianggap sebagai praktik yang baik untuk
perusahaan besar yang terdaftar.

2.2 Dewan Komisaris

2.2.1 Tugas Dewan Komisaris

Tugas Dewan Komisaris Perseroan adalah sebagai pengawas dan penasihat Direksi dan
dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan :

Tugas dewan komisaris menurut undang-undang PT nomor 40 tahun 2007

 Pasal 108 ayat (1) UUPT

1) Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengu rusan, jalannya pengurusan
pada umumnya, baik mengenai Perse roan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Di
reksi.

 Pasal 114 ayat (2) UUPT

2) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab
dalam menjalankan tugas pen gawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi sebagaimana di maksud
dalam Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

 Passal 114 ayat 3

(3) Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalani tugasnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

 Pasal 115 ayat (1)

Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian dewan komisaris dalam melakukan
pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh direksi dan kekayaan perseroan tidak
cukup untuk membayar seluruh kewajiban perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota
dewan komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota direksi atas

5
kewajiban yang belum dilunasiDalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris Perseroan tidak
boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.Keputusan Dewan Komisaris
mengenai hal yang diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan dilakukan
dalam fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional tetap menjadi
tanggung jawab Direksi

2.2.2 Karakteristik Dewan Komisaris

· Mencerminkan adanya bauran yang seimbang dalam hal pengetahuan keahlian


pengalaman dan kemampuan
· Menerapkan proses dan praktik yang memungkinkan pembuatan keputusan yang patut
(proper and well-informed) dan bertanggung jawab
· Memperlihatkan adanya sense of purpose dan mengarahkan serta menuntun perusahaan
dengan kepemimpinan yang kolektif

2.2.3 Wewenang Dewan Komisaris

Dewan Komisaris Perseroan berwenang untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Memeriksa catatan dan dokumen lain serta kekayaan Perseroan


2. Meminta dan menerima keterangan yang berkenaan dengan Perseroan dari Direksi
3. Memberhentikan untuk sementara anggota Direksi apabila anggota Direksi tersebut
bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar Perseroan dan/atau peraturan
perundangan yang berlaku
4. Membentuk komite-komite Dewan Komisaris seperti komite audit, nominasi, remunerasi
dan/atau komite lainnya.

6
2.2.4 Building Board Effectiveness Framework

Building Board Effectiveness Framework) diharapkan dapat memberikan gambaran prakondisi dan
mekanisine apa yang perlu dikembangkan dalam suatu perusahaan untuk mendukung terciptanya
Dewan Komisaris yang efektif.

Prakondisi

Ada dua stage penting yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan efektivitas Dewan Komisaris,
yakni prakondisi dan mekanisme. Prakondisi merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi
sebagai titik tolak yang benar agar tujuan yang hendak dicapai yakni efektivitas dapat terwujud.
Tanpa prakondisi ini, sulit membayangkan akan terciptanya efektivitas Dewan Komisaris dalam
suatu perusahaan.

Sebagaimana terlihat pada Gambar 9.1, prakondisi pada intinya adalah adanya proses seleksi yang:

independen (di Gambar 9.1 ditunjukkan dengan bulatan angka 1) dalam menjaring dan menyaring
calon-calon Komisaris Independen. Pemberdayaan Dewan Komisaris agar menjadi suatu organ yang
efektif, harus dimulai dengan membangun independensinya secara keseluruhan. Kehadiran
Komisaris Independen melalui proses seleksi yang independen diharapkan dapat menggerakkan dan
memotivasi terciptanya independensi Dewan Komisaris. Untuk itu, secara sistematik, momentum
keberadaan Komisaris Independen harus meletup menjadi suatu gelombang perubahan bagi

7
independensi Dewan Komisaris secara keseluruhan, serta

memberi kepastian bahwa komposisi (di Gambar 9.1 ditunjukkan dengan bulatan angka 2) anggota
Komisaris yang terpilih mencerminkan adanya bauran pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan
kemampuan yang seimbang dan memenuhi kebutuhan jangka panjang perusahaan. Komposisi
Dewan Komisaris merupakan titik tolak penting dan sekaligus fondasi bagi terciptanya dinamika dan
proses yang kondusif. Adanya bauran pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan perusahaan akan
memungkinkan dihasilkannya keputusan-keputusan Dewan Komisaris yang bernilai tambah bagi
perusahaan.

proses ini terlepas dari politisasi, birokratisasi, dan intervensi yang dapat menghalangi terbentuknya
suatu Dewan Komisaris yang independen dan profesional yang dapat memenuhi kebutuhan jangka
panjang perusahaan.

Mekanisme

Mekanisme bagi terciptanya efektivitas Dewan Komisaris mencakup tiga elemen utama yakni:
proses, dinamika, dan peranti. Dua elemen pertama yakni proses dan dinamika, sangat terkait erat
satu sama lainnya, sedangkan piranti merupakan sarana pendukung yang memungkinkan
terciptanya proses dan dinamika yang kondusif.

Pertama-tama hendaknya proses dan dinamika yang ada merupakan upaya konsisten untuk
menerjemahkan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) (Transparency, Accountability,
Rersponsibility, Indepen dency, dan Fairness) yang secara sederhana dapat dirangkum sebagai
"always tell the truth, deliver your promises, and be fair" di dalam proses dan dinamika Dewan
Komisaris serta di dalam berbagai piranti pendukungnya.

Proses (di Gambar 9.1 ditunjukkan dengan bulatan angka 3), terutama proses pengambilan
keputusan, hendaknya merupakan proses yang memfasilitasi setiap anggota Dewan Komisaris untuk
dapat membuat keputusan yang patut dan bertanggung jawab (proper and well-informed
decisions).

Untuk itu, dinamika Dewan Komisaris (di Gambar 9.1 ditunjukkan dengan bulatan angka 4)
hendaknya dikembangkan ke arah terciptanya hubungan yang kolaboratif dan komunikatif, baik di
antara anggota Komisaris maupun antar anggota Dewan Komisaris dengan Direksi dan Pemegang
Saham. Dinamika yang demikian dapat diwujudkan bila Dewan Komisaris mendemonstrasikan
karakteristik board leadership yang:

8
 senantiasa mempertahankan high-level competency yang dibutuhkan untuk dapat mengawasi dan
mengarahkan Direksi dalam mengelola perusahaan menuju sasaran masa depan yang diharapkan
 mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari seluruh stakeholders melalui pengelolaan hubungan
stakeholders yang terarah.
 menangkap dan membagikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
 memahami berbagai peraturan perundangan dan ketentuan yang berlaku bagi perusahaan baik
dalam skala daerah, nasional, regional maupun internasional.
 memiliki pandangan jauh ke depan dan mampu memformulasikan dan mengeksekusi strategi untuk
mencapai tujuan perusahaan.
 menyadari arti penting sumber daya manusia dan pemberdayaannya bagi penciptaan nilai jangka
panjang perusahaan.

Proses dan dinamika di atas pada kenyataannya tidak berjalan dalam kevakuman tetapi dipengaruhi dan
mempengaruhi proses dan dinamika di dalam organ-organ utama perusahaan yang lain yakni Pemegang
Saham dan Dircksi. Ketiga organ ini bersifat interdependence dan oleh karena itu, proses dan dinamika
yang efektif juga perlu berkembang di lingkungan Pemegang Saham dan Direksi.

Untuk itu, ketiga organ (Pemegang Saham, Komisaris, dan Direksi) melalui mekanisme yang ada, yakni
Pemegang Saham melalui RUPS, Komisaris melalui rapat-rapat Dewan Komisaris dan RUPS, dan Direksi
melalui Rapat Direksi, Laporan Tahunan dan RUPS perlu menyepakati atau menyamakan pandangan
mengenai visi, misi, sasaran-sasaran, dan tujuan tujuan serta strategi perusahaan untuk mencapai
sasaran-sasaran dan tujuan tujuan tersebut. Perlu digarisbawahi bahwa tujuan utama (ultimate goal)
perusahaan itu sendiri seharusnya adalah sustainable value creation bagi seluruh stakeholders,
terutama bagi pemegang saham.

Kembali kepada efektivitas Dewan Komisaris, agar proses dan dinamika Dewan Komisaris dapat berjalan
dengan baik, proses dan dinamika tersebut perlu ditunjang oleh piranti (di Gambar 9.1 ditunjukkan
dengan bulatan angka 5) atau sarana yang memadai antara lain:
①  Piranti Pelatihan: terutama Program Induksi dan continuous learning. Program Induksi adalah
program untuk anggota-anggota Komisaris yang baru diangkat guna membantu mereka untuk dapat
memberikan kontribusi secepatnya kepada Dewan Komisaris secara keseluruhan. Program ini
dimaksudkan untuk memperkenalkan berbagai aspek yang terkait dengan bisnis, keuangan, kinerja
perusahaan, kebijakan corporate governance tanggung jawab dan kewajiban, serta hak dan wewenang
Komisaris. Program induksi juga dimaksudkan untuk memperkenalkan berbagai peraturan perundangan
terkait agar dalam melaksanakan tugasnya Komisaris senantiasa memperhatikan dan mengawasi
perusahaan untuk selalu berada dalam koridor peraturan perundangan tersebut. Continuous learning
adalah aspek lain yang juga perlu mendapatkan perhatian perusahaan. Dewan Komisaris hendaknya
memiliki akses untuk mendapatkan pelatihan lanjutan dalam berbagai aspek perusahaan, termasuk

9
senantiasa mendapatkan informasi terkini mengenai regulasi, standar, dan trend yang terkait dengan
bisnis perusahaan.
②  Piranti Pembuatan Keputusan: Rapat Dewan Komisaris merupakan piranti yang sangat penting
bagi Dewan Komisaris dalam proses pembuatan keputusan. Keputusan yang berkualitas tergantung
pada rapat yang dipersiapkan dengan baik mulai dari perencanaan agenda, pendistribusian materi rapat
yang memungkinkan peserta rapat untuk mempelajari (mengkaji dan menganalisis) materi rapat dalam
waktu yang memadai, dan peserta yang harus hadir. Dalam rapat itu sendiri, harus ada proses baku
tentang bagaimana proses pengambilan keputusan harus dilakukan, hingga penyusunan,
pendistribusian, peninjauan, dan finalisasi risalah rapat. Selain hal-hal tadi, perlu adanya kesepakatan
dan rujukan tentang mekanisme dissenting (bila ada) di dalam proses pengambilan keputusan yang
dilakukan dalam rapat tersebut.
③  Piranti Pengendalian: Komite-komite Komisaris (Komite Audit, dan lain-lain), code of conduct,
penilaian kinerja (performance review) yang dilakukan secara teratur, serta komunikasi yang efektif
(komunikasi tatap muka, dialog yang terbuka dan bersahabat, dan lain-lain).

Dalam kerangka framework di atas, berikut beberapa aspek yang perlu senantiasa menjadi points of
concern Dewan Komisaris yakni:
a) penciptaan nilai jangka panjang perusahaan,
b) formulasi dan eksekusi visi dan strategi perusahaan,
c) pengendalian risiko dan pengendalian internal, dan
d) corporate reporting

2.2.5 Pertanggungjawaban Dewan Komisaris

Dewan Komisaris Perseroan dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan


pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan Perseroan oleh Direksi. Laporan pengawasan
Dewan Komisaris disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan.

Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas


pengawasan atas pengelolaan Perseroan dalam rangka pelaksanaan prinsip GCG.

2.3 Dewan Direksi

2.3.1 Tugas Dewan Direksi

Tugas Direksi adalah dengan itikad baik dan bertanggung jawab penuh memimpin dan
mengurus Perseroan untuk mencapai maksud dan tujuan Perseroan, yang meliputi antara lain:

10
1. Mengelola Perseroan sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya sebagaimana
diatur dalam Anggaran Dasar, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG)
2. Menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta rencana strategis Perseroan dalam bentuk
rencana korporasi (corporate plan) dan rencana bisnis (business plan)
3. Menyelenggarakan Rapat Direksi Perseroan secara berkala dan dengan waktu yang
memadai
4. Menetapkan struktur organisasi Perseroan lengkap dengan rincian tugas setiap divisi dan
unit usaha
5. Mengendalikan sumber daya yang dimiliki Perseroran secara efektif dan efisien.

2.3.2 Wewenang Dewan Direksi

Direksi berwenang untuk melakukan antara lain hal-hal sebagai berikut :

1. Mewakili dan mengikat Perseroan dengan pihak lain serta menjalankan segala tindakan
kepengurusan dan kepemilikan;
2. Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan memberikan surat
kuasa untuk tindakan-tindakan tertentu;
3.Mengatur sumber daya manusia Perseroan termasuk pengangkatan dan pemberhentian
karyawan, penetapan gaji, pensiun atau jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi
karyawan Perseroan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau
keputusan RUPS.

2.3.3.Pertanggungjawaban Dewan Direksi


1. Menyusun pertanggungjawaban pengelolaan Perseroan dalam bentuk laporan tahunan
yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan Perseroan dan laporan
pelaksanaan GCG;
2. Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, sedangkan laporan keuangan
harus memperoleh pengesahan RUPS;
3. Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas
pengelolaan Perseroan dalam rangka pelaksanaan prinsip GCG.

Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Perseroan bertugas dan bertanggung jawab secara
majelis atau kolektif dalam mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dan
memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan Perseroan melaksanakan prinsip-prinsip
GCG. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris, termasuk Presiden Komisaris

11
adalah setara.Tugas Presiden Komisaris adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris.

2.4 Manual Dewan Direksi dan Dewan Komisaris

Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan dan kinerja perusahaan yang begitu
kompleks.dan untuk memudahkan penelusuran serta menjamin ketaatan terhadap seluruh
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, maka perlu disusun suatu board manual bagi
direksi dan komisaris. Manual dewan direksi dan komisaris sangat diperlukan dalam
implementasi GCG di suatu perusahaan. Manual tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi direksi
dan komisaris dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan sehari-hari Oleh karena itu
perlu disesuaikan dengan prinsip korporasi yang sehat dan memuat seluruh peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta bedasarkan prinsip pengendalian internal.

Berikut adalah beberapa tujuan penyusunan manual dewan direksi dan komisaris.

· Menjadi referensi utama bagi setiap anggota direksi dan komisaris untuk melaksanakan
tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya dalam mengelola perusahaan.
· Membangun kemandirian dalam membuat keputusan dan dapat menjalankan tugas serta
tanggung jawab masing-masing demi harapan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya.
· Menjadi pedoman dalam melakukan tata kelola perusahaan yang baik.

2.5 Struktur Pengawasan

12
2.6 Kasus

Kasus PT Perusahaan Gas Negara Tbk, dimana di Bursa Efek mempunyai tik nama PGAS.
Harga perusahaan ini mengalami penurunan sebesar 23,3 persen dalam sehari. Penurunan terjadi
dari harga Rp. 9.650 per saham pada pembukaan paginya dan drop menjadi RP. 7.400,- pada
sore harinya Bursa Efek Jakarta melakukan penghentian perdagangannya secara otomatis (auto
reject halting) sesuai peraturan Bursa. Bila tindakan auto reject halting tidak dilakukan maka
harga saham tersebut akan meloro lebih tajam.

Turunnya harga saham PGAS ini tidak terlepas dari informasi yang diperoleh para pihak
asing. Investor asing melakukan penjualan saham PGAS sebanyak mungkin sebelum fakta itu
menjadi kenyataan. Investor asing lebih rugi sedikit dari pada rugi lebih besar sehingga
melakukan penjualan secepatnya. Pihak asing menyatakan PGAS tidak full disclosure atas
informasi yang ada pada perusahaan. Perusahaan PGAS sedang membangun proyek pipa
transmisi gas jalur Sumatera Selatan (Sumsel) ke Jawa Barat (South Sumatera - West
Java/SSWJ) dimana proyek ini kelihatan mengalami keterlambatan Bila proyek SSWJ ini
mengalami keterlambatan maka akan terjadi penurunan atas pendapatan perusahaan sehingga
target yang sudah disampaikan ke publik tidak tercapai. Persoalannya, perusahaan tidak
menginformasikan ke publik bahwa proyek SSWJ ini akan mengalami keterlambatan.
Akibatnya, publik masih tetap merasa bahwa perusahaan akan mencapai target pendapatan yang
telah diumumkan dengan adanya proyek SSWJ tersebut. Penundaan proyek tersebut sedang
didiskusikan dimana sebenarnya perusahaan ingin menginformasikannya ke publik pada tanggal
8 Januari 2007 dan kenyataannya diinformasikan ke publik pada tanggal 11 Januari 2007 oleh
sekretaris perusahaan. Artinya penyebaran ke publik sudah dilaksanakan tetapi mengalami
keterlambatan.

Atas tidak full disclosurenya PGAS, maka PGAS dan direksinya dianggap melakukan
pelanggaran terhadap Pasal 86 Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juncto
Peraturan Nomor XK1 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada
Publik dan juga Pasal 93 tentang pemberian keterangan yang secara material tidak benar. Hasil
pemeriksaan Bapepam-LK yang disampaikan pada Press Release18, bahwa PGAS melakukan
pelanggaran dengan berbagai bukti yang diperoleh Bapepam-L.K sebagai berikut:

a. Terdapat keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi atas penundaan proyek pipanisasi


yang dilakukan oleh PT PGN sebanyak 35 hari,

b. Terdapat pemberian keterangan yang secara material tidak benar, yakni memberikan
keterangan tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ yang tidak
sesuai dengan fakta bahwa telah terjadi perubahan dari rencana awal tersebut. Fakta tersebut

13
sudah diketahui atau sepatutnya diketahui Direksi yang seharusnya disampaikan saat keterangan
itu diberikan kepada publik

Atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan PGAS tersebut maka Bapepam -LK
menetapkan sebagai berikut:

a. Sanksi denda sebesar Rp. 35.000.000.000,- (tiga puluh lima milyar rupiah) kepada PT
Perusahaan Gasa Negara (Persero) Tbk, atas pelanggaran Pasal 86 Undangundang Pasar Modal
jo. Peraturan Nomor X.K.I.

b. Sanksi denda sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) kepada Direksi PT PGN yang
menjabat pada periode bulan Juli 2006 s/d sekarang yaitu Sdr. Sutikno, Sdr. Adil Abas, Sdr.
Djoko Pramono, Sdr. WMP Simanjuntak dan Sdr. Nursubagio Prijono, atas pelanggan
pemberian keterangan yagn secara material tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93
Undang-undang Pasar modal.

Adapun pertimbangan hukum yang diberikan Bapepam - LK dalam menetapkan sanksi tersebut
sebagai berikut:

a. Segera memberikan kepastian hukum kepada industri Pasar Modal dalam rangka memelihara
kepercayaan publik terhadap Pasar Modal Indonesia.

b. Memberikan egek jera kepada pelaku pasar modal khususnya manajemen emiten, agar lebih
cermat dan bertanggungjawab atas kebenaran dari keterangan yang diberikan kepada publik.

Hasil uraian tersebut secara jelas menyatakan emiten harus melakukan full disclosure
atas informasi yang dimiliki. Emitan tidak bisa melakukan informasi asymetris yang berakibat
harga saham tidak pada posisi yang wajar. Oleh karenanya, keterbukaan sangat penting dan yang
diberikan sanksi mereka dan lembaga yang terdaftar pada Bursa. Tetapi, sanksi yang diberikan
Bapepam-LK tidak wajar karena sanski denda kepada perusahaan sangat besar sekali sementara
sanksi denda kepada orang-orang yang menjalankan perusahaan cukup kecil walaupun sanksi
denda tersebut sesuai UndangUndang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Seharusnya
perusahaan tidak dikenakan sanksi denda karena perusahaan merupakan lembaga yang
dioperasikan para pihak sehingga kesalahan harus diletakkan kepada pihak yang mengoperasikan
perusahaan. Pengenaan denda kepada perusahaan akan membuat kerugian perusahaan dan
investor yang melakukan investasi tidak akan memperoleh dividen dan juga kapital gain.

Sebagai kewajiban untuk melakukan transparansi, direksi bertanggung jawab penuh atas
kebenaran dan keakuratan setiap data dan keterangan yang disediakannya kepada publik dan para

14
pemegang saham maupun pihak ketiga berdasarkan perjanjian, yaitu untuk hal-hal yang
berkaitan dengan kinerja keuangan, liability, kepemilikan dan isu corporate governance. Dengan
kata lain, "Prinsip Transparansi menekankan bahwa keterbukaan harus diterapkan dalam setiap
aspek di perusahaan yang berkaitan dengan kepentingan publik atau pemegang saham.
Transparansi dalam GCG adalah wujud pengelolaan perusahaan secara terbuka dan
pengungkapan fakta yang akurat serta tepat waktu kepada stakeholder.

Pasal-pasal yang mengatur prinsip transparansi dalam UU Perseroan Terbatas Nomor 40


Tahun 2007 antara lain: a. Pasal 66 yang memuat tentang kewajiban direksi untuk membuat
laporan tahunan yang berisikan laporan keuangan, kegiatan perseroan, tanggung jawab sosial dan
lingkungan, rincian masalah yang timbul selama tahun buku, tugas pengawasan yang dilakukan
Dewan Komisaris, nama anggota direksi dan Dewan Komisaris, gaji dan tunjangan anggota
direksi dan dewan komisaris, neraca rugi labu dari tahun buku yang bersangkutan. b. Pasal 100
yang memuat tentang kewajiban direksi untuk membuat daftar pemegang saham, daftar khusus,
risalah RUPS, dan risalah rapat direksi. c. Pasal 101 yang memuat kewajiban anggota direksi
untuk melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota direksi yang
bersangkutan dan atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lainnya. d. Pasal 102 yang
memuat kewajiban direksi untuk meminta persetujuan RUPS jika mau mengalihkan harta
kekayaan perseroan atau menjadikan jaminan hutang kekayaan perseroan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dapat ditarik


kesimpulan, Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada
Direksi. Sedangkan Dewan Direksi adalah organ Perusahaan yang bertanggung jawab terhadap
operasi Perusahaan; baik operasi bisnis maupun operasi yang didasarkan pada manajemen
organisasi yang sehat dan berdasarkan pada prinsip-prinsip pemerintahan yang baik. Dewan
direksi bertugas memimpin dan mengelola perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Tjager, I Nyoman, F. Antonius Alijoyo, Humphrey R. Djemat, dan Bambang Soembodo. 2003. Corporate
Governance, Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: PT Prenhallindo.

Nindyo Pramono, 2003, Seminar Indepedensi Direksi dan Komisari Dalam Rangka
Meningkatkan Penerapan Good Corporate Governance oleh Dunia Usaha, Jakarta.

Saptono, A. (2014). 820-2740-1-PB. BOARD CEO RELATIONSHIPS (ONE TIER SYSTEM


ANGLO SAXON) HUBUNGAN DEWAN KOMISARIS - DEWAN DIREKSI.

Trihamas Finance. (2017). Tata Kelola Perusahaan Trihamas Finance.


https://trihamas.co.id/profile-perusahaan/tata-kelola-perusahaan/

Hj. MUSKIBAH, SH. M.Hum. 2010,TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENERAPAN


PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE, Jurnal Direksi, Tanggung Jawab, Good
Corporate Governance

Arief Efendi, Muhammad .2016. The Power of Good Corporate Governance .Salemba Empat

17

Anda mungkin juga menyukai