ETIKA BISNIS
Tentang
“CORPORATE GOVERNANCE
AND COROPORATE
COMPLINANCE”
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunianya sehingga
makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah EtikaBisnis. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang topik makalah yang kami bahas didalamnya.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang apa arti dan tujuan dari tata kelola perusahaan dan bagaimana
perusahaan menerapkannya, strategi dan pengawasan yang perlu dilakukan oleh
perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
Tata Kelola Perusahaan adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan
mekanisme pengelolaan perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas guna mewujudkan nilai perusahaan dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders Perusahaan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai etika usaha. Tata kelola perusahaan digambarkan
sebagai seperangkat hubungan antara manajemen, dewan direksi, pemangku
kepentingan, dan pemegang saham perusahaan. Tata kelola perusahaan menciptakan
struktur yang dapat membantu perusahaan dalam hal:
1. Menetapkan tujuan
2. Menjalankan operasi sehari-hari
3. Mempertimbangkan kepentingan stakeholders mereka
4. Memastikan perusahaan beroperasi dengan cara yang aman dan sehat
5. Mematuhi hukum dan peraturan yang relevan
6. Melindungi kepentingan pelanggannya
Ada beberapa teknik dan strategi yang diperlukan untuk menciptakan suatu
infrastruktur tata kelola perusahaan yang sehat yaitu sebagai berikut:
1. Nilai-nilai perusahaan, kode etik dan standar perilaku yang sesuai lainnya dan
sistem yang digunakan untuk memastikan kepatuhan terhadapnya
2. Strategi perusahaan yang diartikulasikan dengan baik yang dengannya dapat
mengukurkeberhasilan perusahaan secara keseluruhan dan kontribusi individu
3. Penugasan tanggung jawab dan otoritas pengambilan keputusan yang jelas,
menggabungkan hierarki persetujuan yang diperlukan dari individu ke dewan
direksi
4. Pembentukan mekanisme interaksi dan kerjasama antara dewan komisaris, dewan
direksi eksekutif, manajemen senior dan auditor
5. Sistem kontrol yang kuat, termasuk fungsi audit internal dan eksternal, fungsi
manajemen risiko yang independen dari lini bisnis, dan pemeriksaan dan
keseimbangan lainnya
6. Pemantauan khusus atas eksposur risiko di mana konflik kepentingan cenderung
sangat besar, termasuk hubungan bisnis dengan peminjam yang berafiliasi dengan
perusahaan, pemegang saham besar, manajemen senior, atau pengambil keputusan
utama dalam perusahaan
7. Insentif keuangan dan manajerial untuk bertindak dengan cara yang tepat. Ini harus
ditawarkan kepada manajemen senior, manajemen lini bisnis dan karyawan dalam
bentuk kompensasi, promosi atau bentuk pengakuan lainnya.
8. Informasi yang tepat mengalir secara internal dan kepada publik
Setiap perusahaan memiliki struktur yang kompleks dimana perusahaan tidak hanya
bekerja untuk kepentingan ekonomi internalnya melainkan juga untuk kesejahteraan
para pemegang sahamnya. Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan system
manajemen yang mampu bertanggung jawab dan mampu melakukan koordinas antar
departemen di berbagai lokasi bisnis. Proses pengelolaan perusahaan dapat dilakukan
secara efektif dengan dukungan tata kelola, risiko dan kepatuhan (Governance, Risk
and Complinance atau GRC). GRC merupakan 3 aspek manajemen perusahaan yang
sering meninjau aspek dan proses yang sama dari sudut pandang yang berbeda.
Komponen GRC meliputi proses dan tindakan untuk mencapai tujuan dari perusahaan
(tata kelola), mengidentifikasi kemungkinan terjadinya risiko, serta menerapkan dan
mematuhi semua aturan yang berlaku dalam proses bisnis.
Meski tidak ada struktur dari tata kelola perusahan yang dapat ditetapkaan sebagai
yang ideal, ada masalah tata kelola yang penting dan harus ditangani untuk
memastikan checks and balances yang memadai untuk dibangun ke dalam struktur tata
kelola perusahaan. Untuk meneyelesaikan masalah tersebut maka terdapat beberapa
hal yang perlu dilakukan seperti :
Penting bagi perusahaan untuk menetapkan tujuan strategis yang jelas dan 'etos'
perusahaan. Yang tak kalah penting adalah komunikasi kebijakan tersebut ke semua
bidang perusahaan. Sebuah perusahaan yang tidak memiliki tujuan strategis akan
kesulitan untuk mengelola kegiatannya karena akan ada kurangnya fokus dalam
penggunaan sumber dayanya. Dengan menetapkan etos perusahaan, perusahaan akan
dapat menjalankan bisnisnya sesuai dengan nilai-nilai yang jelas.
Agar efektif dalam memantau dan mengendalikan kegiatan perusahaan, direksi harus
menetapkan garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Proses ini harus mencakup
direktur itu sendiri. Semua bidang kegiatan bisnis harus memiliki garis akuntabilitas
yang jelas dan tegas untuk memastikan bahwa setiap masalah akan tunduk pada
tanggapan terfokus dari manajemen. Personil juga harus jelas tentang tingkat otoritas
yang mereka pegang dan tingkat otoritas mereka yang berinteraksi dengan mereka. Garis
akuntabilitas yang jelas menyediakan lingkungan yang stabil untuk manajemen harian
operasi perusahaan dan memungkinkan proses pengambilan keputusan yang efisien
2.6 Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat
Direksi harus memastikan mereka menerima informasi yang cukup untuk menilai kinerja
manajemen perusahaan secara independen dari pandangan manajemen, pemegang saham
atau pemerintah.
Selain itu, komite khusus dapat dibentuk untuk memungkinkan anggota dewan yang tepat
melakukan pengawasan terhadap bidang-bidang tertentu. Komite dapat mencakup bidang-
bidang seperti:
1. manajemen risiko
memberikan pengawasan terhadap aktivitas manajemen senior dalam mengelola risiko
kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum, dan lainnya dari perusahaan
2. audit
memberikan pengawasan terhadap auditor internal dan eksternal perusahaan dan
memastikan bahwa manajemen mengambil tindakan korektif yang tepat pada waktu yang
tepat untuk mengatasi kelemahan pengendalian, dan ketidakpatuhan terhadap kebijakan,
undang-undang dan peraturan
3. remunerasi
memberikan pengawasan atas kompensasi manajemen senior dan personel kunci lainnya
dan memastikan bahwa kompensasi konsisten dengan budaya, tujuan, strategi, dan
lingkungan pengendalian perusahaan .
Elemen kunci dalam tata kelola perusahaan yang baik adalah sekelompok pejabat yang
bertanggung jawab untuk menjalankan perusahaan: manajemen senior. Manajemen senior
harus memiliki pengawasan komprehensif terhadap manajer lini mereka serupa dengan
fungsi pengawasan dewan direksi.
Keputusan manajemen kunci/strategis harus dibuat oleh lebih dari satu manajer. Selain itu,
situasi manajemen berikut harus dihindari:
Auditor Internal
Merupakan bagian dari perusahaan dan bertugas melakukan pengawasan pada aktivitas
keluar masuk uang perusahaan beserta kinerja perusahaan secara keseluruhan. Menurut
KPMG (2008) auditor internal mempunyai beberapa peranan untuk membantu direksi dan
komisaris maupun komite audit:
1. Evaluasi objektif dari risiko dan kerangka pengendalian internal yang ada di perusahaan
2. Analisis sistematis dari proses bisnis dan pengendalian terkait
3. Review dari keberadaan dan nilai aset
4. Sumber informasi terkait major fraud and irregularities
5. Ad hoc reviews dari area yang menjadi perhatian, termasuk tangkat risiko yang tidak
dapat diterima, dll.
Auditor Eksternal
1. Memastikan bahwa pekerjaan pemeriksaan internal dilaksanakan oleh orang yang telah
menjalani pelatihan yang cukup dan mempunyai keahlian sebagai auditor.
2. Memastikan apakah pekerjaan pemeriksa internal telah secara baik direncanakan,
disupervisi, ditelaah, dan didokumentasikan.
3. Menguji pekerjaan pemeriksa internal, termasuk pengujian kembali item yang telah diuji
sendiri oleh pemeriksa internal, pengujian item yang sama serta observasi dari prosedur
yang diikuti oleh pemeriksa internal.
4. Membentuk dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Prinsip dasar yang digunakan dalam kompensasi adalah pertukaran antara tenaga
kerja dengan perusahaan. Tenaga kerja menggunakan keterampilan, pengetahuan dan
kompetensinya untuk membantu perusahaan menyelesaikan pekerjaan guna mencapai
keunggulan bersaing dalam mewujudkan visinya. Dilain pihak perusahaan menyediakan
untuk pegawainya gaji dan tunjangan, lingkungan kerja yang nyaman, peluang untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan, untuk membantu tenaga kerja dalam
menyeimbangkan aktivitas pekerjaan dan aktivitas lainnya.
Hal ini penting untuk dewan direksi mengembangkan kebijakan kompensasi yang
mencerminkan budaya, tujuan, strategi, dan lingkungan pengendalian perusahaan. Dewan
direksi harus menetapkan kompensasi untuk manajemen senior dan personel kunci lainnya.
Secara garis besar kompensasi terdiri dari tiga kelompok. Pertama, adalah Cash
Compensation yaitu kompensasi yang diterima langsung oleh tenaga kerja dalam bentuk
uang (cash), seperti gaji (pokok), merit (cost of living) adjustment yaitu kenaikan gaji
(pokok) yang besarnya ditentukan berdasarkan tingkat prestasi tenaga kerja, dan
incentivesyaitu tunjangan yang besarannya ditetapkan berdasarkan tingkat pencapaian
kinerja individu. Kedua, adalah Benefits yang dapat berupa income protection (premi
asuransi), work/life focus yaitu program yang dilaksanakan perusahaan untuk membantu
agar tenaga kerja dapat menyeimbangkan atau mengintegrasikan antara tanggung jawab
pekerjaan dan kehidupan pribadi/keluarga (seperti: program konseling), allowances
ataufasilitas (seperti: fasilitas perumahan, kendaraan). Ketiga, adalah Rational Return yang
berupa recognition & status, employment security, learning opportunity dan challenging
work..
Sistem kompensasi yang baik harus dapat menciptakan keadilan baik dilihat dari
sisi tenaga kerja maupun sisi manajemen. Tenaga kerja menilai bahwa kompensasi yang
diterima sebanding dengan tanggung jawab atas pekerjaannya, dan perusahaan menilai
bahwa kontribusi tenaga kerja terhadap pencapaian sasaran perusahaan cukup memadai,
sebanding dengan kompensasi yang dibayar perusahaan. Disamping itu, kompensasi juga
harus dapat menarik (attract) calon tenaga kerja untuk bergabung menjadi tenaga kerja
perusahaan dan mendorong tenaga kerja termotivasi untuk bekerja dengan baik, sehingga
dapa tmemberikan kontribusi yang optimal. Oleh karena itu agar diperoleh sistem yang
baik, system kompensasi perlu dirancang dengan cermat dan mempertimbangkan banyak
hal.
2.11 Transparansi
3.1 Kesimpulan
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) salah satunya dapat didorong dari
sisi regulasi. Dorongan tersebut adalah dengan dituangkannya prinsip-prinsip dasar GCG
ke dalam regulasi. GCG menitikberatkan perlindungan terhadap pemegang saham
terutama pemegang saham minoritas, kepentingan tersebut pada dasarnya telah
diakomodasi oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
namun untuk tidak dapat dikatakan sempurna, dimana kehadiran Komite Audit, Komite
Nominasi atau Remunerasi telah menjadi bukti ketertinggalan dengan perkembangan
bisnis saat ini.Untuk prinsip transparency (transparansi) telah diatur dalam Pasal 66 ayat
(1) dan (2) mengenai laporan tahunan dan Pasal 75 ayat (2) mengenai keterangan
berkaitan perseroan dalam forum RUPS. Prinsip accountability (akuntabilitas) telah
diatur dalam Pasal 92 ayat (1)untuk akuntabilitas dari Direksi dan Pasal 114 ayat (1)
untuk akuntabilitas Dewan Komisaris. Prinsip responsibility (pertanggungjawaban) telah
diatur dalam Pasal 74. Prinsip independency (kemandirian) telah diatur dalam Pasal 36
ayat (1). Dan prinsip terakhir yang merupakan jiwa dari GCG yaitu prinsip Fairness
(kewajaran dan kesetaraan) merupakan perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham
Pasal 53 ayat (3) dan kesetaraan diantara para pemegang saham, hal ini untuk melindungi
pemegang saham minoritas yang secara struktural lemah kedudukannya. Perlindungan
terhadap pemegang saham minoritas diberikan oleh UUPT melalui Personal Right (Hak
Perorangan) Pasal 61 ayat (1) dan (2), Appraisal Right (Hak untuk dinilai saham secara
wajar) Pasal 62 ayat (1) dan (2), Pre-emptive Right Pasal 43 ayat (1), Derivative Right
Pasal 97 ayat (6) dan Enqueterecht (Hak Angket) 138 ayat (1).