Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MATA KULIAH

ETIKA BISNIS
Tentang
“CORPORATE GOVERNANCE
AND COROPORATE
COMPLINANCE”

Disusun oleh Kelompok 4


Kelas AE
Dafa Ika Sumantri 2019210065
Paula Simo Elanor 2019210210
Muhammad Rochico Rohim 2019210447
Salma Dwi Rachma Prawesti 2019210538
Rendy PutuWijaya 2019210574
Ina Silviana Hali Making 2019210643

UNIVERSITAS HAYAM WURUK PERBANAS


SURABAY
A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunianya sehingga
makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah EtikaBisnis. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang topik makalah yang kami bahas didalamnya.

Kamimengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan


tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
setiap kritik dan saran dari pembaca makalah kami sangat kami terima dengan lapang
tangan. Kritik dan saran dari semua pihak yang membangun untuk penyempurnaan
makalah ini, selalu kami tunggu. Semoga tugas yang kami buat semoga bermanfaat.

Surabaya, 16 Juni 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

MAKALAH MATA KULIAH............................................................................................1


ETIKA BISNIS.....................................................................................................................1
Tentang..................................................................................................................................1
“CORPORATE GOVERNANCE AND COROPORATE COMPLINANCE”....................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
2.1 Pengertian Tata Kelola Perusahaan.........................................................................6
2.2 Tujuan Penerapan Tata Kelola Perusahaan............................................................6
2.3 Teknik dan Strategi....................................................................................................7
2.4 StrukturTata Kelola Perusahaan..............................................................................7
(Corporate governance structures)....................................................................................7
2.5 Menetapkan Tujuan Strategis Dan Seperangkat Nilai-Nilai Perusahaan............9
2.6 Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat...................................................10
2.7 Komite Khusus..........................................................................................................11
2.9 Peran Auditor Internal dan Eksternal....................................................................12
2.10 Kebijakan Kompensasi...........................................................................................13
2.11 Transparansi...........................................................................................................14
BAB III................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki struktur yang


kompleks yang sesuai dengan adat dan kebiasaan dari perusahaan, dasar hukum yang
berlaku. Adapun tujuan diterapkannya struktur tata kelola pada perusahaana dalah
selain untuk tujuan internal perusahaan tetapi juga untuk mensejahterakan para
pemegang saham. Untuk itu, setiap perusahaan memerlukan yang namanya system
manajemen perusahaan yang mampu memfasilitasi tercapainya tujuan tersebut. Salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan Governance, Risk and
Complinance (GRC). GRC merupakan pendekatan suatu organisasi tentang 3 aspek
yakni tata kelola, risiko dan kepatuhan.
Penerapan GRC merupakan pedoman bagi seluruh Perusahaan dalam membuat
keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya
tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap Pemangku Kepentingan (stakeholder)
secara konsisten.
Untuk itu penting bagi perusahaan untuk paham betul mengenai 3 aspek
manajemen perushaan ini untuk mencapai tujuan perusahaan baik internal atau
eksternal. Berdasarkan hal tersebut maka dibuatlah makalah “CORPORATE
GOVERNANCE AND COROPORATE COMPLINANCE”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tata kelola perusahaan?


2. Apa tujuan penerapan tata kelola perusahaan?
3. Bagaimana teknik dan strategi dalam tata kelola perusahaan?
4. Bagaimana cara melakukan struktur tata kelola perusahaan?
5. Bagaimana cara menetapkan tujuan strategi dan seperangkat nilai-nilai perusahaan?
6. Bagaimana penerapan tata kelola perusahaan yang sehat?
7. Apa yang dimaksud dengan komite khusus?
8. Bagaimana pengawasan manajemen senior?
9. Bagaimana peran auditor internal dan eksternal?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang apa arti dan tujuan dari tata kelola perusahaan dan bagaimana
perusahaan menerapkannya, strategi dan pengawasan yang perlu dilakukan oleh
perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tata Kelola Perusahaan

Tata Kelola Perusahaan adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan
mekanisme pengelolaan perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas guna mewujudkan nilai perusahaan dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders Perusahaan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai etika usaha. Tata kelola perusahaan digambarkan
sebagai seperangkat hubungan antara manajemen, dewan direksi, pemangku
kepentingan, dan pemegang saham perusahaan. Tata kelola perusahaan menciptakan
struktur yang dapat membantu perusahaan dalam hal:
1. Menetapkan tujuan
2. Menjalankan operasi sehari-hari
3. Mempertimbangkan kepentingan stakeholders mereka
4. Memastikan perusahaan beroperasi dengan cara yang aman dan sehat
5. Mematuhi hukum dan peraturan yang relevan
6. Melindungi kepentingan pelanggannya

2.2 Tujuan Penerapan Tata Kelola Perusahaan

Tujuan dari penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola pada Perusahaan adalah:


1. Mengoptimalkan nilai perusahaan agar perusahaan memliki daya saing yang kuat,
baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan
keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan
perusahaan.
2. Mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, efisien dan efektif, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ perusahaan.
3. Mendorong agar organ perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar
perusahaan.
4. Meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian Nasional.
5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi Nasional.
2.3 Teknik dan Strategi

Ada beberapa teknik dan strategi yang diperlukan untuk menciptakan suatu
infrastruktur tata kelola perusahaan yang sehat yaitu sebagai berikut:
1. Nilai-nilai perusahaan, kode etik dan standar perilaku yang sesuai lainnya dan
sistem yang digunakan untuk memastikan kepatuhan terhadapnya
2. Strategi perusahaan yang diartikulasikan dengan baik yang dengannya dapat
mengukurkeberhasilan perusahaan secara keseluruhan dan kontribusi individu
3. Penugasan tanggung jawab dan otoritas pengambilan keputusan yang jelas,
menggabungkan hierarki persetujuan yang diperlukan dari individu ke dewan
direksi
4. Pembentukan mekanisme interaksi dan kerjasama antara dewan komisaris, dewan
direksi eksekutif, manajemen senior dan auditor
5. Sistem kontrol yang kuat, termasuk fungsi audit internal dan eksternal, fungsi
manajemen risiko yang independen dari lini bisnis, dan pemeriksaan dan
keseimbangan lainnya
6. Pemantauan khusus atas eksposur risiko di mana konflik kepentingan cenderung
sangat besar, termasuk hubungan bisnis dengan peminjam yang berafiliasi dengan
perusahaan, pemegang saham besar, manajemen senior, atau pengambil keputusan
utama dalam perusahaan
7. Insentif keuangan dan manajerial untuk bertindak dengan cara yang tepat. Ini harus
ditawarkan kepada manajemen senior, manajemen lini bisnis dan karyawan dalam
bentuk kompensasi, promosi atau bentuk pengakuan lainnya.
8. Informasi yang tepat mengalir secara internal dan kepada publik

2.4 StrukturTata Kelola Perusahaan


(Corporate governance structures)

Setiap perusahaan memiliki struktur yang kompleks dimana perusahaan tidak hanya
bekerja untuk kepentingan ekonomi internalnya melainkan juga untuk kesejahteraan
para pemegang sahamnya. Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan system
manajemen yang mampu bertanggung jawab dan mampu melakukan koordinas antar
departemen di berbagai lokasi bisnis. Proses pengelolaan perusahaan dapat dilakukan
secara efektif dengan dukungan tata kelola, risiko dan kepatuhan (Governance, Risk
and Complinance atau GRC). GRC merupakan 3 aspek manajemen perusahaan yang
sering meninjau aspek dan proses yang sama dari sudut pandang yang berbeda.
Komponen GRC meliputi proses dan tindakan untuk mencapai tujuan dari perusahaan
(tata kelola), mengidentifikasi kemungkinan terjadinya risiko, serta menerapkan dan
mematuhi semua aturan yang berlaku dalam proses bisnis.

Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)


merupakan pedoman bagi seluruh Perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
Perusahaan terhadap Pemangku Kepentingan (stakeholder) secara konsisten.

Struktur tata kelola perusahaan di perusahaan memiliki banyak variasi tergantung


pada adat istiadat dan yang menjadi kebiasaan, batasan hukum dan sejarah
perkembangan pada masing masing perusahaan.

Tata kelola suatu perusahaan mengacu pada kepemimpinan yang bertanggung


jawab untuk kepentingan pihak yang terkait dalam bisnis dan kelompok kepentingan
eksternal misalnya para pemegang saham. Pada aspek ini menekankan pada
pertimbangan peraturan internal perusahaan serta kepatuhan terhadap undang-undang
nasional dan internasional. Tata kelola perusahaan memperioritaskan transparansi
efisiensi dan kepercayaan sebagai landasan kepemimpinan yang baik. Tata kelola
perusahaan yang baik dapat memberikan kerangka kerja untuk setiap keputusan
manajemen secara internal dan eksternal.

Meski tidak ada struktur dari tata kelola perusahan yang dapat ditetapkaan sebagai
yang ideal, ada masalah tata kelola yang penting dan harus ditangani untuk
memastikan checks and balances yang memadai untuk dibangun ke dalam struktur tata
kelola perusahaan. Untuk meneyelesaikan masalah tersebut maka terdapat beberapa
hal yang perlu dilakukan seperti :

Corporate governance structures


1. Pengawasan oleh dewan komisaris, direksi eksekutif, atau dewan pengawas.
2. Pengawasan oleh individu yang tidak terlibat dalam menjalankan kegiatan bisnis
setiap hari.
3. Pengawasan langsung dari area bisnis yang berbeda.
4. Manajemen risiko independen dan fungsi audit.
5. Personel kunci “cocok dan tepat” untuk pekerjaan mereka.
6. Pelaporan regular
2.5 Menetapkan Tujuan Strategis Dan Seperangkat Nilai-Nilai Perusahaan

Penting bagi perusahaan untuk menetapkan tujuan strategis yang jelas dan 'etos'
perusahaan. Yang tak kalah penting adalah komunikasi kebijakan tersebut ke semua
bidang perusahaan. Sebuah perusahaan yang tidak memiliki tujuan strategis akan
kesulitan untuk mengelola kegiatannya karena akan ada kurangnya fokus dalam
penggunaan sumber dayanya. Dengan menetapkan etos perusahaan, perusahaan akan
dapat menjalankan bisnisnya sesuai dengan nilai-nilai yang jelas.

Seperangkat nilai perusahaan harus diterapkan ke semua bidang perusahaan termasuk


dewan direksi. Mereka harus mendorong pelaporan masalah secara tepat waktu dan
melarang korupsi dan penyuapan baik secara internal maupun eksternal. Nilai-nilai
tersebut harus didukung oleh kebijakan untuk mencegah situasi yang dapat menantang
berjalannya tata kelola perusahaan yang baik. Kebijakan yang jelas memperkuat nilai-
nilai perusahaan dalam menghadapi situasi seperti itu. Dewan direksi harus memastikan
bahwa sistem dan proses tersedia untuk memantau dan melaporkan kepatuhan terhadap
kebijakannya.

Agar efektif dalam memantau dan mengendalikan kegiatan perusahaan, direksi harus
menetapkan garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Proses ini harus mencakup
direktur itu sendiri. Semua bidang kegiatan bisnis harus memiliki garis akuntabilitas
yang jelas dan tegas untuk memastikan bahwa setiap masalah akan tunduk pada
tanggapan terfokus dari manajemen. Personil juga harus jelas tentang tingkat otoritas
yang mereka pegang dan tingkat otoritas mereka yang berinteraksi dengan mereka. Garis
akuntabilitas yang jelas menyediakan lingkungan yang stabil untuk manajemen harian
operasi perusahaan dan memungkinkan proses pengambilan keputusan yang efisien
2.6 Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat

Penerapan Tanggung Jawab Dewan Direksi


Dewan direksi (atau yang setara) memiliki tanggung jawab utama atas manajemen dan
kinerja perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi direktur:

a. memenuhi syarat untuk jabatan yang mereka pegang


b. memahami peran mereka dalam kerangka tata kelola perusahaan
c. tidak tunduk pada pengaruh yang tidak semestinya dari sumber internal atau eksternal.

Direksi harus memastikan mereka menerima informasi yang cukup untuk menilai kinerja
manajemen perusahaan secara independen dari pandangan manajemen, pemegang saham
atau pemerintah.

Dewan direksi yang kuat akan:

a. memahami peran pengawasan mereka dan “tugas kesetiaan” mereka kepada


perusahaan dan pemegang sahamnya
b. berfungsi sebagai fungsi 'checks and balances' dalam kaitannya dengan manajemen
perusahaan sehari-hari
c. merasa diberdayakan untuk mempertanyakan manajemen perusahaan dan merasa
nyaman menuntut penjelasan langsung dari manajemen perusahaan
d. merekomendasikan praktik suara yang dipelajari dari situasi lain
e. memberikan nasihat yang tidak memihak.
f. jangan berlebihan
g. menghindari konflik kepentingan dalam kegiatan mereka dengan, dan komitmen
kepada, organisasi lain
h. bertemu secara teratur dengan manajemen senior dan auditor internal untuk
menetapkan dan menyetujui kebijakan, menetapkan jalur komunikasi, dan memantau
kemajuan menuju tujuan perusahaan
i. absen dari keputusan ketika mereka tidak mampu memberikan saran yang objektif
j. tidak ikut serta dalam pengelolaan perusahaan sehari-hari.
2.7 Komite Khusus

Selain itu, komite khusus dapat dibentuk untuk memungkinkan anggota dewan yang tepat
melakukan pengawasan terhadap bidang-bidang tertentu. Komite dapat mencakup bidang-
bidang seperti:

1. manajemen risiko
memberikan pengawasan terhadap aktivitas manajemen senior dalam mengelola risiko
kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum, dan lainnya dari perusahaan
2. audit
memberikan pengawasan terhadap auditor internal dan eksternal perusahaan dan
memastikan bahwa manajemen mengambil tindakan korektif yang tepat pada waktu yang
tepat untuk mengatasi kelemahan pengendalian, dan ketidakpatuhan terhadap kebijakan,
undang-undang dan peraturan
3. remunerasi
memberikan pengawasan atas kompensasi manajemen senior dan personel kunci lainnya
dan memastikan bahwa kompensasi konsisten dengan budaya, tujuan, strategi, dan
lingkungan pengendalian perusahaan .

2.8 Pengawasan Manajemen Senior

Elemen kunci dalam tata kelola perusahaan yang baik adalah sekelompok pejabat yang
bertanggung jawab untuk menjalankan perusahaan: manajemen senior. Manajemen senior
harus memiliki pengawasan komprehensif terhadap manajer lini mereka serupa dengan
fungsi pengawasan dewan direksi.

Keputusan manajemen kunci/strategis harus dibuat oleh lebih dari satu manajer. Selain itu,
situasi manajemen berikut harus dihindari:

1. senior yang terlalu terlibat dalam pengambilan keputusan lini bisnis


2. manajer senior yang ditugaskan untuk mengelola area tanpa keterampilan atau
pengetahuan prasyarat yang diperlukan
3. senior yang tidak mau melakukan kontrol atas karyawan kunci yang sukses
(seperti pedagang) karena takut kehilangan mereka.

2.9 Peran Auditor Internal dan Eksternal

Auditor Internal

Merupakan bagian dari perusahaan dan bertugas melakukan pengawasan pada aktivitas
keluar masuk uang perusahaan beserta kinerja perusahaan secara keseluruhan. Menurut
KPMG (2008) auditor internal mempunyai beberapa peranan untuk membantu direksi dan
komisaris maupun komite audit:

1. Evaluasi objektif dari risiko dan kerangka pengendalian internal yang ada di perusahaan
2. Analisis sistematis dari proses bisnis dan pengendalian terkait
3. Review dari keberadaan dan nilai aset
4. Sumber informasi terkait major fraud and irregularities
5. Ad hoc reviews dari area yang menjadi perhatian, termasuk tangkat risiko yang tidak
dapat diterima, dll.

Auditor Eksternal

Merupakan pihak luar yang disewa perusahaan untuk melakukan audit.

1. Memastikan bahwa pekerjaan pemeriksaan internal dilaksanakan oleh orang yang telah
menjalani pelatihan yang cukup dan mempunyai keahlian sebagai auditor.
2. Memastikan apakah pekerjaan pemeriksa internal telah secara baik direncanakan,
disupervisi, ditelaah, dan didokumentasikan.
3. Menguji pekerjaan pemeriksa internal, termasuk pengujian kembali item yang telah diuji
sendiri oleh pemeriksa internal, pengujian item yang sama serta observasi dari prosedur
yang diikuti oleh pemeriksa internal.
4. Membentuk dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

5. Mendokumentasikan semua penilaian dan simpulan yang telah dicapai.


6. Memastikan sifat cakupan tugas yang dilaksanakan oleh pemeriksa Internal untuk
manajemen dan memastikan apakah manajemen mempertimbangkan rekomendasi
pemeriksaan internal dan bagaimana rekomendasi tersebut dibuktikan.

Proses ini dapat ditingkatkan oleh dewan direksi:

a. Mengakui pentingnya proses audit dan mengomunikasikan pentingnya ini keseluruh


perusahaan
b. Mengambil langkah-langkah yang meningkatkan independensi dan status auditor
c. Memanfaatkan, secara tepat waktu dan efektif, temuan auditor
d. Memastikan independensi kepala auditor melalui pelaporan mereka kepada dewan atau
komite audit dewan
e. Melibatkan auditor eksternal untuk menilai efektivitas pengendalian internal
f. Membutuhkan koreksi tepat waktu oleh manajemen masalah yang diidentifikasi oleh
auditor.

2.10 Kebijakan Kompensasi

Prinsip dasar yang digunakan dalam kompensasi adalah pertukaran antara tenaga
kerja dengan perusahaan. Tenaga kerja menggunakan keterampilan, pengetahuan dan
kompetensinya untuk membantu perusahaan menyelesaikan pekerjaan guna mencapai
keunggulan bersaing dalam mewujudkan visinya. Dilain pihak perusahaan menyediakan
untuk pegawainya gaji dan tunjangan, lingkungan kerja yang nyaman, peluang untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan, untuk membantu tenaga kerja dalam
menyeimbangkan aktivitas pekerjaan dan aktivitas lainnya.

Hal ini penting untuk dewan direksi mengembangkan kebijakan kompensasi yang
mencerminkan budaya, tujuan, strategi, dan lingkungan pengendalian perusahaan. Dewan
direksi harus menetapkan kompensasi untuk manajemen senior dan personel kunci lainnya.

Secara garis besar kompensasi terdiri dari tiga kelompok. Pertama, adalah Cash
Compensation yaitu kompensasi yang diterima langsung oleh tenaga kerja dalam bentuk
uang (cash), seperti gaji (pokok), merit (cost of living) adjustment yaitu kenaikan gaji
(pokok) yang besarnya ditentukan berdasarkan tingkat prestasi tenaga kerja, dan
incentivesyaitu tunjangan yang besarannya ditetapkan berdasarkan tingkat pencapaian
kinerja individu. Kedua, adalah Benefits yang dapat berupa income protection (premi
asuransi), work/life focus yaitu program yang dilaksanakan perusahaan untuk membantu
agar tenaga kerja dapat menyeimbangkan atau mengintegrasikan antara tanggung jawab
pekerjaan dan kehidupan pribadi/keluarga (seperti: program konseling), allowances
ataufasilitas (seperti: fasilitas perumahan, kendaraan). Ketiga, adalah Rational Return yang
berupa recognition & status, employment security, learning opportunity dan challenging
work..

Skema kompensasi harus dirancang untuk memotivasi manajemen senior untuk


bertindak demi kepentingan terbaik perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mencegah ukuran
kinerja jangka pendek yang dapat membuat perusahaan terkena risiko jangka
panjang.Skala gaji harus ditetapkan agar personel tidak terlalu bergantung pada kinerja
jangka pendek dalam kaitannya dengan paket remunerasi total mereka.

Sistem kompensasi yang baik harus dapat menciptakan keadilan baik dilihat dari
sisi tenaga kerja maupun sisi manajemen. Tenaga kerja menilai bahwa kompensasi yang
diterima sebanding dengan tanggung jawab atas pekerjaannya, dan perusahaan menilai
bahwa kontribusi tenaga kerja terhadap pencapaian sasaran perusahaan cukup memadai,
sebanding dengan kompensasi yang dibayar perusahaan. Disamping itu, kompensasi juga
harus dapat menarik (attract) calon tenaga kerja untuk bergabung menjadi tenaga kerja
perusahaan dan mendorong tenaga kerja termotivasi untuk bekerja dengan baik, sehingga
dapa tmemberikan kontribusi yang optimal. Oleh karena itu agar diperoleh sistem yang
baik, system kompensasi perlu dirancang dengan cermat dan mempertimbangkan banyak
hal.

2.11 Transparansi

Transparansi atau keterbukaan berarti keputusan yang diambil dan pelaksanaannya


dilakukan dengan cara atau mekanisme yang mengikuti aturan atau regulasi yang
ditetapkan oleh lembaga. Transparansi juga bisa berarti bahwa informasi yang berkaitan
dengan organisasi tersedia secara mudah dan bebas serta bisa diakses oleh mereka yang
terkena dampak kebijakan yang dilakukan oleh organisasi tersebut.
Sulit bagi pemangku kepentingan, pelaku pasar, dan masyarakat umum untuk menilai
efektivitas dewan direksi dan manajemen senior jika tidak ada transparansi terkait struktur
dan tujuan perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik dapat ditegakkan dengan
transparansi tingkat tinggi dan oleh karena itu pengungkapan kepada publik harus
mencakup:

1. Struktur dewan direksi (ukuran, keanggotaan, kualifikasi dan komite)


2. Struktur manajemen senior (tanggung jawab, jalu rpelaporan, kualifikasi dan
pengalaman)
3. Struktur organisasi dasar (struktur lini bisnis, struktur badan hukum)
4. Informasi tentang struktur insentif perusahaan (kebijakan remunerasi, kompensasi
eksekutif, bonus, opsi saham)
5. Sifat dan luasnya transaksi dengan afiliasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) salah satunya dapat didorong dari
sisi regulasi. Dorongan tersebut adalah dengan dituangkannya prinsip-prinsip dasar GCG
ke dalam regulasi. GCG menitikberatkan perlindungan terhadap pemegang saham
terutama pemegang saham minoritas, kepentingan tersebut pada dasarnya telah
diakomodasi oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
namun untuk tidak dapat dikatakan sempurna, dimana kehadiran Komite Audit, Komite
Nominasi atau Remunerasi telah menjadi bukti ketertinggalan dengan perkembangan
bisnis saat ini.Untuk prinsip transparency (transparansi) telah diatur dalam Pasal 66 ayat
(1) dan (2) mengenai laporan tahunan dan Pasal 75 ayat (2) mengenai keterangan
berkaitan perseroan dalam forum RUPS. Prinsip accountability (akuntabilitas) telah
diatur dalam Pasal 92 ayat (1)untuk akuntabilitas dari Direksi dan Pasal 114 ayat (1)
untuk akuntabilitas Dewan Komisaris. Prinsip responsibility (pertanggungjawaban) telah
diatur dalam Pasal 74. Prinsip independency (kemandirian) telah diatur dalam Pasal 36
ayat (1). Dan prinsip terakhir yang merupakan jiwa dari GCG yaitu prinsip Fairness
(kewajaran dan kesetaraan) merupakan perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham
Pasal 53 ayat (3) dan kesetaraan diantara para pemegang saham, hal ini untuk melindungi
pemegang saham minoritas yang secara struktural lemah kedudukannya. Perlindungan
terhadap pemegang saham minoritas diberikan oleh UUPT melalui Personal Right (Hak
Perorangan) Pasal 61 ayat (1) dan (2), Appraisal Right (Hak untuk dinilai saham secara
wajar) Pasal 62 ayat (1) dan (2), Pre-emptive Right Pasal 43 ayat (1), Derivative Right
Pasal 97 ayat (6) dan Enqueterecht (Hak Angket) 138 ayat (1).

Anda mungkin juga menyukai