Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

DOKUMEN INTERNAL PERUSAHAAN

Di Susun Oleh Kelompok 3 :

1. Bekti Setiya Budi (2018105021)


2. Widi Prasetya Dwi Saputra (2018105014)
3. Gilang Saputra (2018105018)

Dosen Pengampu :

Helman A. Rahman, SE, M.Ak, HRMP, ACPA, CPSAK, CPMA, CPA, CMA, CA, Ak.

Tanggal Presentasi : 12 April 2022

PROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI

STIE AMA KOTA SALATIGA

Jl. Diponegoro No. 39, Salatiga, JawaTengah,Indonesia, 50711 Telp. (0298) 321013

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah saya dapat menyalesaikan makalah
Teori Akuntansi dengan judul “Pendekatan Regulatoris untuk Perumusan Teori Akuntansi”.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teori Akuntansi. Untuk itu saya selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah
Teori Akuntansi yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini dapat saya
selesaikan tepat pada waktunya.

Selaku penyusun saya sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, terutama bagi saya selaku penyusun

Salatiga,09 April 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah............................................................................................................2
Bab 2 Pembahasan
A. ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN.....................................................................2
1. Ketentuan Anggaran Dasar.....................................................................................3
2. Bentuk Anggaran Dasar..........................................................................................3
3. Kapan Perubahan Anggaran Dasar?.......................................................................3
4. Siapa Yang Dapat Mengubah Anggaran Dasar?....................................................3
5. Bagaimana Perubahan Anggaran Dasar?................................................................4
6. Keberatan Terhadap Perubahan Anggaran Dasar...................................................4
7. Pengakuan dan Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas
Perubahan Anggaran Dasar....................................................................................5
8. Kapan Perubahan Anggaran Asosiasi menjadi Efektif?.........................................5
9. Keterbukaan Anggaran Dasar.................................................................................6
B. PERATURAN INTERNAL PERUSHAAN................................................................7
1. Jenis PEraturan Internal..........................................................................................7
2. Bagaimana Mengadopsi dan Mengubah Peraturan Internal...................................8
C. TATA KELOLA PERUSAHAAN...............................................................................9
1. Apa yang dimaksud dengan Pedoman Tata Kelola Perusahaan?...........................9
2. Kode Tata Kelola Perusahaan Perusahaan Indonesia...........................................10
D. KODE ETIK PERUSAHAAN...................................................................................14
1. Apa Itu Kode Etik?...............................................................................................14
2. Mengapa Menerapkan Kode Etik?.......................................................................14
3. Bagaimana Menerapkan Kode Etik?....................................................................15
4. Kode Etik Bisnis Indonesia..................................................................................16
Bab 3 Penutup

Kesimpulan.............................................................................................................................19

Daftar Pustaka.........................................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik
merupakan paradigma yang berkembang di Indonesia saat ini. Karena jika kita ingin
meningkatkan kualitas perusahaan maka kita juga perlu mengimplementasikan Good
Corporate Governance. Dengan begitu maka perusahaan akan sukses dan bisa tetap
bertahan dalam jangka yang lama. Sekaligus bisa memenangkan bisnis secara
international. Namun, di tengah era revolusi industri 4.0 yang sedang berkembang
seperti sekarang ini tata kelola pada industri perbankan di`pandang mulai menurun.
Oleh karena itu analisis tentang Good Corporate Governance berkembang secara
pesat seiring dengan tereksposnya skandal keuangan berskala besar seperti scandal
Enron, Tyco, Worldcom, Maxwell, Polypec dan lain-lain. Kemunduran perusahaan-
perusahaan go public banyak disebabkan oleh strategi, prosedur, maupun praktik
curang (fraud) lantaran lemahnya pengendalian dan pengawasan dari manajemen
puncak
yang independen oleh corporate boards.
Good Corporate Governance yaitu suatu sistem untuk merencanakan dan
mengendalikan suatu perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi pemegang
sahamnya. Dengan bertambahnya berbagai jenis kegiatan usaha yang secara tidak
langsung mengupayakan praktik tata kelola perusahaan yang sehat, kondisi ekstrnal
dan internal perusahaan semakin rumit, selain meningkatkan daya saing, penerapan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik juga memberikan perlindungan bagi
masyarakat.
Akta pendirian perusahaan, sebagai dokumen pendirian perusahaan, terdiri dari
Anggaran Dasar (AoA) dan informasi lain yang berkaitan dengan pendirian
perusahaan. Tidak ada perusahaan yang dapat didirikan tanpa AoA. Akta pendirian
mendirikan perusahaan, menentukan struktur dan tujuannya serta struktur modalnya.
Ini sangat penting bagi sistem tata kelola perusahaan perusahaan, memastikan
perlindungan dan perlakuan yang adil terhadap pemegang saham, distribusi
wewenang antara badan pengatur, dan pengungkapan dan transparansi kegiatan
perusahaan. Ini juga memainkan peran publik yang penting dalam kaitannya dengan
pihak ketiga karena memberikan informasi tentang perusahaan. Amandemen AoA

1
harus mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (MOLHR) atau
hanya untuk diakui oleh Kemenkumham.
Selain AoA, perusahaan dapat mengadopsi peraturan internal untuk tujuan
yang berbeda, seperti peraturan internal yang berisi ketentuan kerja pekerja dan kode
etik perusahaan. Peraturan internal tertentu diwajibkan untuk beberapa jenis
perusahaan tertentu. Misalnya, lembaga perkreditan dan perusahaan asuransi
diharuskan untuk mengadopsi peraturan keuangan yang memberikan kerangka bagi
administrasi keuangan perusahaan dan bertujuan untuk menjaga integritas sistem
keuangan perusahaan. Perusahaan yang terdaftar (termasuk bank yang terdaftar dan
perusahaan asuransi yang terdaftar) diharuskan untuk mengadopsi kode tata kelola
perusahaan yang memastikan bahwa perusahaan dioperasikan dan dikendalikan secara
efektif untuk kepentingan pemegang saham dan orang terkait.5 Kode tata kelola
perusahaan berguna dalam mengatur prosedur terperinci untuk badan pengatur
perusahaan dan dapat membantu menghindari AoA berat yang sulit dipahami.
Namun, regulasi internal ini harus konsisten dengan AoA.

B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa anggaran dasar perusahaan?
2. Apa peraturan internal perusahaan?
3. Apa kode tata kelola perusahaan?
4. Apa kode etik perusahaan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu anggaran dasar perusahaan
2. Untuk mengetahui apa saja peraturan internal perusahaan
3. Untuk mengetahui apa itu kode tata kelola perusahaan
4. Untuk mengetahui apa itu kode etik perusahaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN

1. Ketentuan Anggaran Dasar

Anggaran Dasar Perseroan harus mencangkup ketentuan minimum berikut :

a. Nama dan domisili perusahaan;

b. Kegiatan dan tujuan perusahaan;

c. Syarat pendirian Perusahaan;

d. Struktur permodalan: jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan

modal disetor;

e. jumlah saham dan klasifikasi saham termasuk jumlah saham untuk

setiap klasifikasi

f. Nama, jabatan dan nomor anggota Direksi dan Dewan Komisaris

g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

h. Tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota

Direksi dan Dewan Komisaris;

i. tata cara penggunaan keuntungan dan pembagian dividen.

Selain ketentuan-ketentuan wajib tersebut di atas, Anggaran Dasar

perusahaan dapat memuat hal- hal lain yang disepakati oleh para

pemegang saham, tetapi tidak boleh bertentangan dengan ketentuan

undang-undang.

2. Bentuk Anggaran Dasar

Akta pendirian perseroan dan akta perseroan di Indonesia harus dibuat dalam

bentuk akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

2
3. Kapan Perubahan Anggaran Dasar?

Anggaran Dasar harus diubah ketika terjadi perubahan yang mempengaruhi

ketentuan apa pun.

Misalnya, keputusan perusahaan untuk memperluas ruang lingkup usahanya,

perubahan besaran modal dasar, perubahan nama perusahaan atau kantor

terdaftar, dan perubahan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ICL.

Perubahan Anggaran Dasar yang termasuk dalam kualifikasi Pasal 21 ayat (2)

ICL, perubahannya harus mendapat persetujuan Menkum HAM.

4. Siapa yang Dapat Mengubah Anggaran Dasar?

Berdasarkan Pasal 19 ICL, hanya RUPS yang berwenang menetapkan

amandemen Anggaran Daasar Persyaratan minimum dan ambang batas yang

ditetapkan dalam ICL untuk RUPS tentang perubahan Anggaran Dasar adalah

sebagai berikut :

Amandemen Pemberitahuan Sekurang-kurangnya 2/3 Sekurang-kurangnya 2/3

dari AoA 14 hari dari jumlah seluruh dari jumlah seluruh suara

(pertemuan sebelumnya saham dengan hak suara yang dikeluarkan dengan

pertama) yang sah. sah dalam rapat.

Amandemen pemberitahuan 7 Sekurang-kurangnya 3/5 Sekurang-kurangnya 2/3

dari AoA hari sebelumnya dari jumlah seluruh dari jumlah seluruh suara

RUPS dapat saham dengan hak suara yang dikeluarkan dengan


(pertemuan
diselenggarakan yang sah. sah dalam rapat.
kedua)
dalam waktu 10-

3
21 hari setelah

RUPS

sebelumnya

Amandemen pemberitahuan 7 Berdasarkan keputusan Tidak secara tegas

dari AoA hari sebelumnya. Ketua Pengadilan ditentukan di bawah ICL,

GMO mungkin Negeri. bagaimanapun, interpretasi


(pertemuan ke-
diadakan dalam bawah saat ini diatur oleh
3)
waktu 10-21 hari Pasal 87(2) dari ICL,

setelah RUPS yaitu, lebih dari dari total

sebelumnya jumlah suara yang

dikeluarkan secara sah

pada pertemuan tersebut.

Bagi perusahaan terbuka, Pasal 83 ICL mengatur bahwa perusahaan wajib

membuat pengumuman sehubungan dengan rencana RUPS, selambat-

lambatnya 14 hari sebelum pelaksanaan RUPS.

5. Bagaimana Perubahan Anggaran Dasar?

Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui RUPS dengan

menyebutkan secara jelas mata acara tentang perubahan Anggaran Dasar

dalam pemanggilan RUPS.10 Perlakuan khusus berlaku bagi perseroan yang

dinyatakan pailit, perubahan perseroan tersebut harus mendapat persetujuan

kuratornya

6. Keberatan Terhadap Perubahan Anggaran Dasar

Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh RUPS. Jika ada keberatan dengan

hal-hal yang perlu diubah, harus diputuskan dalam RUPS. Selain itu, menurut

4
Pasal 27 ICL, perubahan AoA harus ditolak jika bertentangan dengan

ketentuan mengenai tata cara perubahan AoA, isi perubahannya bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau

kesusilaan, atau ada keberatan dari kreditur atas keputusan RUPS mengenai

berkurangnya modal.

7. Pengakuan dan Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

(Menkum HAM) Atas Perubahan Anggaran Dasar

Perubahan AoA harus diakui atau mendapat persetujuan dari Menkumham.

Pasal 21 ayat (2) ICL menetapkan bahwa beberapa amandemen harus disetujui

oleh Menkumham untuk hal-hal sebagai berikut:

a. nama perusahaan dan/atau tempat kedudukan perusahaan;

b. kegiatan dan tujuan perusahaan;

c. persyaratan perusahaan;

d. jumlah modal dasar;

e. penurunan modal disetor dan ditempatkan; dan

f. perubahan status perseroan dari perseroan tertutup menjadi perseroan

terbuka atau sebaliknya.

Untuk setiap perubahan selain yang disebutkan di atas, hanya diperlukan

persetujuan dari Menteri.

8. Kapan Perubahan Anggaran Asosiasi Menjadi Efektif?

Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan dari Menkumham

mulai berlaku sejak tanggal dikeluarkannya persetujuan, sedangkan untuk

perubahan yang hanya perlu diakui, berlaku efektif sejak tanggal

dikeluarkannya surat pengakuan dari Depkumham. Namun dalam hal

5
perubahan status Perseroan dan dalam rangka merger dan akuisisi, berlaku

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan 26 ICL.

Sesuai dengan Pasal 25 ICL, perubahan Anggaran Dasar tentang perubahan

status Perusahaan dari Perusahaan Swasta menjadi Perusahaan Publik berlaku

berlaku pada:

a. Sebuah tanggal penyampaian pernyataan pendaftaran ke pasar modal

lembaga pengawas mulai berlaku bagi Perusahaan Terbuka; atau

b. penawaran umum dilakukan oleh Perseroan yang mengajukan

pernyataan pendaftaran kepada lembaga pengawas pasar modal untuk

melakukan penawaran umum saham sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan pasar modal.

9. Keterbukaan Anggaran Dasar

AoA merupakan sumber informasi penting bagi pemegang saham dan calon

investor. Dokumen AoA asli, serta semua perubahannya, harus disimpan di

kantor terdaftar perusahaan. Para pemegang saham perseroan berhak untuk

memeriksa dan menyalin AoA dan perubahannya.

Daftar Perusahaan terbuka untuk umum. Menurut Pasal 30 ICL, Dephut

menerbitkan akta pendirian. Menkumham mengumumkan dalam Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia:

a. akta pendirian Perseroan beserta SK Menkumham

b. akta perubahan AoA Perusahaan beserta SK Menkumham

c. akta perubahan pemberitahuan AoA yang telah diterima oleh

Kemenkumham

Pengumuman tersebut di atas wajib dilakukan oleh Menkumham selambat-

lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya

6
Keputusan Menkumham atau terhitung sejak diterimanya dari

pemberitahuan.

B. PERATURAN INTERNAL PERUSAHAAN


1. Jenis Peraturan Internal
Peraturan internal adalah dokumen internal perusahaan yang menetapkan

ketentuan AoA dan dapat berisi ketentuan untuk mengelola bisnis dan

mengatur urusan perusahaan.

Peraturan internal dapat bersifat opsional atau wajib tunduk pada setiap

jenis peraturan internal dan setiap jenis perusahaan. Bagaimanapun, peraturan

internal perusahaan harus konsisten dengan AoA dan tidak boleh bertentangan

dengan undang-undang. Adapun antara AoA dan peraturan internal, AoA

adalah instrumen dominan sejauh ketentuannya saling bertentangan, AoA

yang berlaku.

Perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk mendaftarkan peraturan

internalnya kepada otoritas pendaftaran bisnis untuk tujuan pendirian. Dengan

kata lain, perusahaan dapat terbentuk dan dapat eksis tanpa adanya peraturan

internal. Permohonan pembentukan perseroan tidak harus disertai dengan

peraturan internal.

Ada berbagai jenis peraturan internal perusahaan:

a. Peraturan internal tata kelola perusahaan yang diwajibkan bagi

perusahaan tercatat

b. Aturan tenaga kerja internal yang wajib untuk semua perusahaan

dengan 10 atau lebih para karyawan. Menurut Pasal 1 angka 20 UU

Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan peraturan perusahaan adalah

peraturan tertulis yang dibuat oleh perusahaan dan memuat ketentuan-

ketentuan kerja pekerja dan pedoman perilaku perusahaan. Merupakan

7
kewajiban bagi perusahaan yang mempekerjakan paling sedikit 10

orang pekerja.15 Kewajiban membuat peraturan perusahaan tidak

berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki perjanjian kerja bersama.

Dalam UU Ketenagakerjaan disebutkan dalam Pasal 111 bahwa suatu

peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat beberapa hal

sebagai berikut:

 hak dan kewajiban pengusaha/perusahaan

 hak dan kewajiban pekerja

 persyaratan kerja

 kode etik perusahaan dan

 masa berlaku peraturan perusahaan.

Peraturan internal lainnya seperti peraturan keuangan, peraturan

tentang alokasi tanggung jawab,16 peraturan tentang penjaminan, penilaian

dan kompensasi, peraturan investasi, atau peraturan tentang pengendalian dan

audit internal yang wajib bagi perusahaan asuransi.

2. Bagaimana Mengadopsi dan Mengubah Peraturan Internal?

Berdasarkan undang-undang, Presiden Direktur berhak mengusulkan dan

Direksi memiliki hak untuk memutuskan peraturan internal perusahaan.18

Merupakan anggapan hukum bahwa Direksi memiliki wewenang untuk

mengadopsi atau mengubah peraturan internal perusahaan peraturan.

Namun untuk peraturan perusahaan yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan,

dalam mengadopsi peraturan perusahaan, perusahaan harus

mempertimbangkan masukan dan pertimbangan dari perwakilan pekerja di

perusahaan. Hal ini juga berlaku untuk perubahan peraturan perusahaan,

8
dimana dalam UU Ketenagakerjaan disebutkan dalam Pasal 113 bahwa

perubahan peraturan perusahaan hanya dapat dilakukan berdasarkan

kesepakatan bersama antara perusahaan dan pekerja dan harus terdaftar dan

disahkan.oleh MMT. Suatu peraturan perusahaan harus diperbaharui setiap 2

(dua) tahun sekali.

C. KTATA KELOLA PERUSAHAAN


1. Apa yang dimaksud dengan Pedoman Tata Kelola Perusahaan?

Kode tata kelola perusahaan tingkat perusahaan adalah pernyataan

berbasis prinsip tentang praktik tata kelola perusahaan perusahaan. Hal ini

dimaksudkan untuk membuat struktur tata kelola perusahaan lebih transparan

dan menunjukkan komitmen perusahaan terhadap tata kelola perusahaan yang

baik dengan mengembangkan dan memajukan:

a. Manajemen yang bertanggung jawab, akuntabel, dan berbasis nilai

b. Dewan Komisaris dan Direksi yang efektif bertindak dengan sebaik-

baiknya

c. kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya, termasuk pemegang

saham minoritas dan berupaya meningkatkan nilai pemegang saham

secara berkelanjutan

d. Pengungkapan dan transparansi informasi yang tepat, serta sistem yang

efektif manajemen risiko dan pengendalian internal

Dengan mengadopsi, mengikuti, dan memperbarui kode tata kelola

perusahaan tingkat perusahaan secara teratur, perusahaan menegaskan

keinginannya untuk memimpin dan mempromosikan tata kelola

perusahaan yang baik. Untuk menumbuhkan kepercayaan para pemegang

9
saham, karyawan, investor, dan publik, kode tata kelola perusahaan tingkat

perusahaan harus melampaui kerangka hukum dan peraturan yang telah

ditetapkan dan merangkul praktik tata kelola perusahaan terbaik yang

diakui secara nasional dan internasional.

2. Kode Tata Kelola Perusahaan Perusahaan Indonesia

Kode tata kelola perusahaan merupakan sumber penting bagi tata kelola

perusahaan di banyak negara mulai dari ekonomi maju hingga transisi.

Kerangka tata kelola perusahaan di Indonesia sudah dalam tahap

perkembangan yang cukup maju, baik bagi perusahaan pada umumnya

maupun bagi perusahaan terbuka.

Code of Good Corporate Governance Indonesia yang pertama dikembangkan

pada tahun 1999 oleh National Committee on Corporate Governance (NCCG)

yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, Keuangan dan Industri Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999.

Panitia tersebut kemudian diganti menjadi The National Committee for

Governance (NCG) berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Bidang Perekonomian Nomor : KEP/49/M.EKON/11/2004 yang terdiri dari

Sub Komite Umum dan Sub Komite Korporasi seiring dengan kesadaran

Pemerintah bahwa agar CG Code dapat berhasil diimplementasikan, perlu

adanya dukungan publik dan adanya tata kelola publik yang baik.

Kode ini telah direvisi beberapa kali dan yang terakhir adalah Kode 2006.

Kode CG diterbitkan atas dasar pendekatan berbasis etika. Sebagai Kode tidak

mengikat secara hukum tetapi memberikan referensi bagi dunia usaha dalam

menerapkan Kode CG.

10
Kode CG menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil dalam

menciptakan proses checks and balances, menegakkan transparansi dan

akuntabilitas, serta mempromosikan tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

CG Code yang selanjutnya disebut CG Code adalah instrumen hidup yang

menawarkan standar sekaligus pedoman bagi perusahaan untuk menerapkan

CG dengan tujuan:

 mencapai pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan melalui sistem

manajemen berbasis pada prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung

jawab, kemandirian dan kewajaran.

 Memberdayakan fungsi dan kemandirian masing-masing organ

perusahaan, yaitu: Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum

Pemegang saham

 mendorong para pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan

anggota Direksi untuk mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan

nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.

 menstimulasi kesadaran perusahaan akan tanggung jawab sosial

khususnya dalam kepentingan lingkungan dan sosial dari komunitas di

mana perusahaan beroperasi.

 mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang sahamnya dengan

juga memperhatikan mempertimbangkan kepentingan pemangku

kepentingan lainnya.

 meningkatkan daya saing perusahaan, baik secara nasional maupun

internasional, dalam rangka meningkatkan kepercayaan pasar yang

11
dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional

yang berkelanjutan.

CG Code menjadi acuan bagi seluruh perusahaan di Indonesia termasuk

perusahaan yang beroperasi berdasarkan syariah. CG Code yang meliputi

prinsip-prinsip dasar dan ketentuan pelaksanaan CG Code merupakan

standar minimal yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam kode sektoral

dari masing-masing sektor industri yang akan diterbitkan oleh NCG. Kode

tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan khusus masing- masing

perusahaan menjadi manual yang lebih rinci untuk operasinya.

Perusahaan Terbuka, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik

Daerah, dan Badan Usaha Milik Daerah, perusahaan yang menghimpun

dan mengelola dana publik, perusahaan yang produk atau jasanya

digunakan secara luas oleh publik, dan perusahaan yang memiliki

pengaruh luas terhadap lingkungan, diharapkan menjadi pionir dalam

penerapan CG Code. Regulator/pengambil kebijakan juga diharapkan

menggunakan CG Code sebagai acuan untuk mengembangkan regulasi

terkait dan sanksi yang berlaku.

Dengan menggunakan kode nasional sebagai acuannya, setiap perusahaan

didorong untuk mengembangkan kode tata kelola perusahaan mereka

sendiri dan harus mencakup setidaknya hal-hal berikut:

 Tata cara dan tata cara mengadakan dan memberikan suara dalam

rapat pemegang saham

 Tata cara dan tata cara pencalonan, pencalonan, pemilihan, dan

pemberhentian Direksi

12
 Tata tertib dan tata cara penyelenggaraan rapat Direksi

 Tata tertib dan tata cara koordinasi antara Dewan Komisaris

dengan jajaran direksi

 Aturan dalam menilai kegiatan, memberi penghargaan dan

mendisiplinkan anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

Perusahaan yang terdaftar harus mengumumkan informasi tentang

status tata kelola perusahaannya

pada rapat pemegang saham tahunan dan dalam laporan tahunan

perusahaan. Informasi tersebut setidaknya harus terdiri dari:

 Anggota dan susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direktur

 Kegiatan Dewan Komisaris dan Direksi

 Aktivitas Komisaris Independen

 Aktivitas Dewan Komite

 Rencana peningkatan efisiensi kegiatan perusahaan

 Remunerasi dan beban Komisaris dan Direksi

 Informasi tentang transaksi saham perusahaan oleh Komisaris,

 Direksi dan pemegang saham utama; dan tentang transaksi

lainnya oleh Komisaris dan Direksi serta orang-orang

terafiliasinya

 Jumlah Komisaris dan Direksi yang mengikuti kursus pelatihan

tata kelola perusahaan

 Tindakan yang belum dilakukan, tetapi diwajibkan oleh kode

tata kelola perusahaan, alasan dan solusi yang diusulkan.

13
D. KODE ETIK PERUSAHAAN

1. Apa itu Kode Etik?

Kode Etik (juga disebut sebagai Kode Etik, atau Etika atau Pernyataan

Tanggung Jawab) adalah panduan dasar perilaku yang membebankan tugas

dan tanggung jawab pada pejabat dan karyawan perusahaan terhadap

pemangku kepentingannya, termasuk kolega, pelanggan dan klien, mitra bisnis

(misalnya pemasok), pemerintah, dan masyarakat.

2. Mengapa Menerapkan Kode Etik?

Sebuah Kode Etik :

a. Meningkatkan reputasi/citra perusahaan: Reputasi dan citra perusahaan

merupakan bagian integral, jika tidak berwujud, dari asetnya.

Menetapkan Kode Etik adalah cara yang efektif untuk

mengomunikasikan nilai yang ditempatkan perusahaan pada praktik

bisnis yang baik.

b. Meningkatkan manajemen risiko dan krisis: Kode Etik dapat

membawa masalah potensial untuk perhatian manajemen dan Direksi

sebelum menjadi perhatian besar krisis terjadi, karena peka dan

mendorong karyawan untuk bereaksi terhadap dilema etika.

c. Mengembangkan budaya perusahaan dan membawa nilai-nilai

perusahaan ke terdepan: Kode Etik yang dikembangkan oleh dan

didistribusikan secara luas kepada pejabat dan karyawan perusahaan

dapat membantu membangun budaya perusahaan yang kohesif,

berdasarkan seperangkat nilai bersama, yang membantu memandu

karyawan dalam pekerjaan sehari-hari mereka.

14
d. Memajukan komunikasi pemangku kepentingan: Kode Etik juga

memiliki efek demonstrasi yang kuat terhadap pemangku kepentingan

perusahaan selama masa krisis, mengomunikasikan komitmen

perusahaan terhadap perilaku etis dan menggarisbawahi bahwa

kemungkinan pelanggaran adalah pengecualian daripada aturan.

e. Menghindari litigasi: Kode Etik, dikombinasikan dengan program etika

yang efektif, dapat membantu meminimalkan risiko litigasi akibat

penipuan, konflik, bunga, korupsi dan penyuapan, dan perdagangan

orang dalam.

3. Bagaimana Menerapkan Kode Etik?

Setiap perusahaan berbeda dalam hal ukuran dan industri, dan masing-

masing memiliki perbedaan budaya bisnis, seperangkat nilai, dan area

operasional yang sensitif secara etis. Kode Etik harus mencerminkan

perbedaan ini.

Kode Etik perusahaan harus melampaui aturan sederhana dan,

sebaliknya, fokus pada nilai-nilai inti.

Sebelum menyusun Kode Etik, penting bagi perusahaan untuk

mengidentifikasi dan merumuskan nilai- nilainya.

Penyusunan Kode Etik melampaui kertas. Mengembangkan Kode Etik

adalah proses sebanyak hasil. Dalam menilai perlunya Kode Etik, perusahaan

harus memulai dengan mempelajari iklim etika internal, jumlah dan jenis

pedoman etika yang diterima karyawan dan pejabatnya, serta risiko yang

dihadapi perusahaan tanpa Kode Etik tersebut.22 Sebagai langkah kedua,

perusahaan harus mencari dukungan dari setiap bagian organisasi, mulai dari

manajemen senior hingga pekerja, jika Kode Etik berlaku untuk benar-benar

15
memandu praktik etis perusahaan. Yang terpenting, perusahaan harus

memastikan bahwa proses konsultatif yang luas terjadi di dalam perusahaan.23

Pada saat Kode Etik diserahkan untuk persetujuan Direksi, setiap karyawan

harus akrab dengannya dan telah memainkan peran dalam menyusunnya,

sebuah proses yang memastikan penerimaan dan membantu implementasi.

Perusahaan juga harus menyadari bahwa "nada di atas" itu penting, dan

bahwa publik dan komitmen yang dapat dibuktikan oleh manajemen senior

dan Direksi adalah kuncinya komponen pelaksanaan Kode Etik.

Kode Etik harus mudah digunakan (yaitu memberikan panduan praktis

kepada manajemen dan karyawan perusahaan tentang cara menangani masalah

etika yang mungkin timbul dalam kegiatan bisnis sehari-hari). Untuk

mendukung Kode Etik, perusahaan dapat mengadakan program pelatihan

etika, serta mengangkat pejabat etika dan membuat kantor etika dan/atau

membentuk Dewan Etik Direksi.

Komite untuk menasihati dan mendidik pejabat dan karyawan, dan

memberikan jaminan untuk konseling rahasia. Kode Etik harus dapat diubah,

direvisi dan diperbaharui secara terus menerus oleh Komite Etik Direksi.

4. Kode Etik Bisnis Indonesia

Indonesia melalui National Committee on Governance (NCG) telah

mengadopsi Kode Etik umum yang berlaku bagi perusahaan-perusahaan

Indonesia. Namun, jenis perusahaan tertentu (seperti bank, perusahaan

asuransi, dan perusahaan sekuritas) diwajibkan untuk mengadopsi aturan etika

profesional yang menetapkan prinsip dan aturan etika bisnis yang paling

penting.

16
Etika Bisnis dan Kode Etik juga dikembangkan oleh The NCG sebagai Bagian

III dari kode CG. Disebutkan bahwa “untuk mencapai keberhasilan dalam

jangka panjang, implementasi CG perlu dilandasi dengan integritas yang

tinggi. Oleh karena itu, diperlukan suatu kode etik yang dapat dijadikan acuan

bagi organ perusahaan dan karyawannya dalam menerapkan nilai-nilai dan

etika bisnis sehingga dapat menjadi bagian dari budaya perusahaan.

Oleh karena itu, perusahaan harus menerapkan prinsip-prinsip berikut :

a. setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang

menggambarkan moral perusahaan dalam menjalankan usahanya.

b. mewujudkan sikap moral dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

merumuskan etika bisnisnya yang telah disepakati oleh organ

perusahaan dan seluruh karyawan. Penerapan etika bisnis secara

berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang

merupakan perwujudan dari nilai-nilai perusahaan.

c. nilai-nilai dan etika bisnis dijabarkan lebih lanjut dalam suatu kode etik

untuk memungkinkan pemahaman dan aplikasi yang tepat.

Ketentuan yang tercakup dalam Kode adalah sebagai berikut:

 Nilai Perusahaan

 Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam

mencapai visi perusahaan dan misi. Oleh karena itu,

sebelum merumuskan nilai-nilai perusahaan, perusahaan

perlu merumuskan visi dan misinya.

 Meskipun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya bersifat

universal, namun perumusan perlu mempertimbangkan

17
masing-masing bidang usaha dan karakter serta letak

geografis suatu perusahaan.

 Nilai-nilai perusahaan yang bersifat universal meliputi

kehandalan, keadilan dan kejujuran.

 Etika Bisnis

 Etika bisnis menjadi acuan bagi suatu perusahaan dalam

menjalankan bisnis termasuk dalam berinteraksi dengan

para pemangku kepentingannya.

 Penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis yang

berkelanjutan akan mempromosikan penciptaan budaya

perusahaan.

 Setiap perusahaan harus merumuskan etika bisnisnya dan

dijabarkan lebih lanjut dalam kode etik.

 Kode Etik

 Fungsi Kode Etik

Sebuah. Kode etik merupakan penjabaran dari nilai-nilai

dan bisnis perusahaan etika yang berguna sebagai pedoman

bagi organ perusahaan dan seluruh pegawai perusahaan

dalam menjalankan kegiatan usaha

 Kode etik mencakup pedoman mengenai benturan

kepentingan, menyajikan dan menerima hadiah dan

sumbangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan,

kerahasiaan informasi, dan pelaporan perilaku tidak etis.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anggaran Dasar Perseroan Terbatas (PT) merupakan sesuatu yang pasti


dimiliki oleh PT. Pasalnya Anggaran Dasar Perseroan Terbatas ini dicantumkan
dalam Akta Pendirian PT yang dibuat pada saat mendirikan PT. Anggaran Dasar
berisi segala hal mengenai perusahaan. Perusahaan harus berhati-hati dan teliti dalam
membuat Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.Pada Pasal 15 UUPT menyatakan
bahwa, anggaran dasar merupakan bagian dari Akta pendirian yang memuat aturan
main dalam Perseroan Terbatas yang menentukan setiap hak dan kewajiban dari
pihak-pihak dalam anggaran dasar, baik itu Perseroan Terbatas sendiri, pemegang
saham, maupun pengurus.
Ketentuan mengenai peraturan perusahaan diatur pada Pasal 108 sampai
dengan Pasal 115 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(“UU No.13/2003”) dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.16/MEN/XI/2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan
Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (“Permenaker
16/2011”).
Kode Etik adalah peraturan internal Perusahaan yang berisikan sistem nilai,
etika bisnis, etika kerja, komitmen serta penegakan peraturan-peraturan Perusahaan
bagi Dewan Komisaris, Direksi dan pegawai Perseroan, entitas anak serta afiliasinya
dalam menjalankan bisnis dan aktivitas lainnya, serta dalam berinteraksi dengan para
pemangku kepentingan. Peraturan ini dimutakhirkan dengan Keputusan Direksi
nomor KD-38/ 027/ DIR tanggal 29 Agustus 2014, tentang “Kode Etik Danareksa”.

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai