Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH CORPORATE GOVERNANCE

Perlindungan Terhadap Hak Pemegang Saham

Disusun Oleh :

1. Ilal Hilaliyah (1706617034)

2. Oktavia Ayu Wiyanti (1706617043)

3. Winona Bianda Callista (1706617087)

Program Studi

S1 Akuntansi B

Dosen Pengampu

Dr. I Gusti Ketut Agung Ulupui, SE,M.Si, AK, CA

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Jakarta

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Corporate Governance. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah membantu, berkontribusi dengan memberikan ide, materi, dan usulannya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, menambah
wawasan, sebagai referensi, maupun panduan dalam pemecahan masalah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca akan diterima dan akan menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, 06 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................. 3

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 4


1.1. Latar Belakang ................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3. Maksud dan Tujuan ......................................................................... 5

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 6


2.1. Hak dan perlakuan adil dari pemegang saham dan fungsi kepemilikan
Kunci ............................................................................................... 6
2.2. Hak dan tanggung jawab pemegang saham..................................... 8
2.3. Variabel Perlindungan ..................................................................... 11
2.4. Perlindungan dan tahapan perlindungan pemegang saham……….. 12

BAB III. PENUTUP ....................................................................................... 16


3.1. Kesimpulan ..................................................................................... 16

STUDI KASUS ............................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, dunia usaha semakin berkembang dan membutuhkan pengelolaan yang
semakin baik dan sehat. Setiap pimpinan dan seluruh karyawan dari perusahaan publik
diharapkan dapat menunjukkan tindakan yang terpuji kepada stakeholder dan dapat
bertanggungjawab atas semua tindakan dan keputusannya dalam mengelola perusahaan.
Untuk meningkatkan performa perusahaan kearah yang lebih baik, maka perusahaan harus
dikelola secara professional dengan mengindahkan prinsip-prinsip Good Governance.
Keberlangsungan eksistensi perusahaan tidak hanya diukur oleh performa keuangan,
peningkatan keuntungan akan tetapi juga performa internal perusahaan (etika dan Good
Corporate Governance) dan performa kepedulian sosial perusahaan. Etika bisnis memiliki
peran yang sangat besar dalam keberlangsungan eksistensi perusahaan. Penerapan etika
bisnis secara konsisten dapat mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan
untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat
yang besar bagi seluruh stakeholder-nya. Oleh karena itu sudah selayaknya perusahaan
menerapkan suatu prinsip Good Corporate Governance yang dapat digunakan sebagai salah
satu alatnya.

Corporate governance atau tata kelola perusahaan adalah rangkaian proses, kebiasaan,
kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta
pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup
hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan
pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan adalah pemegang
saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku kepentingan lainnya termasuk karyawan,
pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat luas.
Saat ini, penerapan corporate governance bukan lagi merupakan pilihan bagi perusahaan,
tetapi sudah menjadi keharusan untuk diimplementasikan. Hal ini diperkuat dengan adanya
tuntutan dari publik kepada perusahaan untuk menerapkan corporate governance serta adanya
regulasi yang mengatur penerapannya dan tertanam pula dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 10 /POJK.04/2017 tentang perubahan atas peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 32/POJK.04/2014 tentang rencana penyelenggaraan Rapat Umum
Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hak dan perlakuan yang adil dari pemegang saham dan fungsi kepemilikan
kunci?

2. Bagaimana hak dan tanggung jawab pemegang saham?

3. Apa saja variabel perlindungan terhadap pemegang saham?

4. Bagaimana perlindungan dan tahapan perlindungan pemegang saham?

1.3 Maksud dan Tujuan

Makalah ini disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:

1) Untuk memberikan informasi serta wawasan kepada masyarakat, khususnya


mahasiswa, mengenai perlindungan pemegang saham.
2) Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berkaitan dengan
corporate governance.
3) Penyusunan makalah ini sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah
Corporate Governance.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hak dan perlakuan yang adil dari pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci
Dalam Principle II pada G/20 OECD 2015 dijelaskan bahwa Hak Pemegang saham
dalam Corporate Governance meliputi sebagai berikut;
Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus melindungi dan memfasilitasi
pelaksanaan hak pemegang saham dan memastikan perlakuan yang adil terhadap semua
pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Semua pemegang saham
harus memiliki kesempatan untuk memperoleh ganti rugi yang efektif untuk pelanggaran
hak-hak mereka.
A. Hak pemegang saham dasar harus mencakup hak untuk:
1) Metode aman pendaftaran kepemilikan;
2) Menyampaikan atau mentransfer saham;
3) Mendapatkan informasi yang relevan dan material pada korporasi teratur;
4) Berpartisipasi dan memilih dalam rapat pemegang saham umum;
5) Memilih dan menghapus anggota dewan; dan
6) Berbagi laba korporasi.
B. Para pemegang saham harus diberi informasi yang cukup tentang dan memiliki hak untuk
menyetujui atau berpartisipasi dalam, keputusan mengenai fundamental perubahan
perusahaan seperti:
1) Amandemen terhadap anggaran dasar, atau artikel dari penggabungan atau
dokumen pemerintahan yang serupa dari perusahaan;
2) Otorisasi dari saham tambahan; dan
3) Transaksi luar biasa, termasuk pengalihan semua atau hampir semua aset, yang
berlaku hasil penjualan perusahaan.
C. Para pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara efektif dan
memberikan suara dalam rapat umum pemegang saham dan harus diberitahu tentang aturan,
termasuk prosedur pemungutan suara, yang mengatur pemegang saham umum pertemuan:
1) Pemegang saham harus dilengkapi dengan cukup dan tepat waktu informasi
mengenai tanggal, lokasi dan agenda rapat umum, serta informasi lengkap dan tepat
waktu mengenai masalah yang akan diputuskan pada pertemuan tersebut.

6
2) Proses dan prosedur untuk rapat pemegang saham umum harus memungkinkan
perlakuan yang adil bagi semua pemegang saham. Prosedur perusahaan seharusnya
tidak membuatnya terlalu sulit atau mahal untuk memberikan suara.
3) Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
dewan, termasuk pertanyaan yang berkaitan dengan eksternal tahunan audit, untuk
menempatkan barang dalam agenda rapat umum, dan untuk mengusulkan resolusi,
tunduk pada batasan yang masuk akal.
4) Partisipasi pemegang saham yang efektif di perusahaan utama keputusan tata
kelola, seperti pencalonan dan pemilihan anggota dewan, harus difasilitasi. Para
pemegang saham seharusnya mampu membuat pandangan mereka diketahui,
termasuk melalui pemberian suara pada rapat pemegang saham, tentang remunerasi
dewan anggota dan / atau eksekutif kunci, sebagaimana berlaku. Ekuitas komponen
skema kompensasi untuk anggota dewan dan karyawan harus tunduk pada persetujuan
pemegang saham.
5) Pemegang saham harus dapat memilih secara langsung atau in absentia, dan efek
yang sama harus diberikan untuk memilih apakah dilemparkan orang atau in absentia.
6) Hambatan untuk pemungutan suara lintas batas harus dihilangkan.
D. Pemegang saham, termasuk pemegang saham institusional, harus diijinkan berkonsultasi
satu sama lain tentang isu-isu mengenai pemegang saham dasar mereka hak sebagaimana
didefinisikan dalam Prinsip, tunduk pada pengecualian untuk mencegah penyalahgunaan.
E. Semua pemegang saham dari kelas yang sama harus diperlakukan sama. Struktur modal
dan pengaturan yang memungkinkan pemegang saham tertentu untuk mendapatkan tingkat
pengaruh atau kontrol yang tidak proporsional terhadap mereka kepemilikan ekuitas harus
diungkapkan.
1) Dalam setiap seri kelas, semua saham harus membawa hal yang sama hak. Semua
investor harus dapat memperoleh informasi tentang hak yang melekat pada semua seri
dan kelas saham sebelum mereka membeli. Setiap perubahan dalam ekonomi atau
pemungutan suara hak harus tunduk pada persetujuan oleh kelas-kelas saham yang
terpengaruh secara negatif.
2) Pengungkapan struktur modal dan pengaturan kontrol harus dibutuhkan.
F. Transaksi pihak terkait harus disetujui dan dilakukan dalam acara yang menjamin
pengelolaan konflik kepentingan dan melindungi kepentingan perusahaan dan para pemegang
sahamnya.
1) Konflik kepentingan yang melekat dalam transaksi pihak terkait harus ditangani.

7
2) Anggota dewan dan eksekutif kunci harus diminta untuk mengungkapkan kepada
dewan apakah mereka, langsung, tidak langsung atau atas nama pihak ketiga,
memiliki kepentingan material di mana pun sebuah bisnis, keluarga atau hubungan
khusus lainnya di luar perusahaan yang bisa mempengaruhi penilaian mereka
sehubungan dengan transaksi atau masalah tertentu yang mempengaruhi perusahaan.
G. Pemegang saham minoritas harus dilindungi dari tindakan yang melanggar oleh, atau
untuk kepentingan, mengendalikan pemegang saham bertindak baik secara langsung atau
secara tidak langsung, dan harus memiliki sarana pemulihan yang efektif. Pelecehan diri yang
menyalahgunakan harus dilarang.
H. Pasar untuk kontrol perusahaan harus diizinkan untuk berfungsi dalam suatu cara yang
efisien dan transparan.
1) Aturan dan prosedur yang mengatur akuisisi kontrol perusahaan di pasar modal,
dan luar biasa transaksi seperti merger, dan penjualan substansial bagian dari aset
perusahaan, harus diartikulasikan secara jelas dan diungkapkan sehingga investor
memahami hak-hak mereka dan jalan lain. Transaksi harus terjadi pada harga
transparan dan dalam kondisi adil yang melindungi hak semua orang pemegang
saham sesuai dengan kelas mereka.
2) Perangkat anti-pengambilalihan tidak boleh digunakan untuk melindungi
manajemen dan dewan dari akuntabilitas.

2.2 Hak dan tanggung jawab pemegang saham

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang ditebitkan KNKG


(Komite Nasional Kebijakan Governance) tahun 2006 dijelaskan bahwa Hak Pemegang
saham dalam Corporate Governance meliputi sebagai berikut;

A. Prinsip Dasar

Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas perusahaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Dalam
melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:

1. Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan tanggung
jawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup perusahaan.

8
2. Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab pemegang saham
atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar perusahaan.

B. Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Hak dan Tanggungjawab Pemegang Saham

a. Hak pemegang saham harus dilindungi dan dapat dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.

Hak pemegang saham tersebut pada dasarnya meliputi:

1) Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan suara dalam


RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk
mengeluarkan satu suara;

2) Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar
dan teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan pemegang
saham membuat keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan berdasarkan
informasi yang akurat;

3) Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang diperuntukkan bagi
pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya,
sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya;

4) Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai
prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS agar
pemegang saham dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk
keputusan mengenai hal-hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak
pemegang saham;

5) Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam perusahaan,
maka:

(i) setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sesuai dengan jenis, klasifikasi dan
jumlah saham yang dimiliki; dan

9
(ii) setiap pemegang saham berhak untuk diperlakukan setara berdasarkan jenis dan
klasifikasi saham yang dimilikinya.

b. Pemegang saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik modal dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Tanggung
jawab pemegang saham tersebut pada dasar yang meliputi:

1) Pemegang saham pengendali harus dapat:

(i) memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan


lainnya sesuai peraturan perundang-undangan; dan

(ii) mengungkapkan kepada instansi penegak hukum tentang pemegang saham pengendali
yang sebenarnya (ultimate shareholders) dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan, atau dalam hal diminta oleh otoritas terkait;

2) Pemegang saham minoritas bertanggung jawab untuk menggunakan haknya


dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar;

3) Pemegang saham harus dapat:

(i) memisahkan kepemilikan harta perusahaan dengan kepemilikan harta pribadi; dan

(ii) memisahkan fungsinya sebagai pemegang saham dengan fungsinya sebagai anggota
Dewan Komisaris atau Direksi dalam hal pemegang saham menjabat pada salah satu dari
kedua organ tersebut;
4) Dalam hal pemegang saham menjadi pemegang saham pengendali pada beberapa
perusahaan, perlu diupayakan agar akuntabilitas dan hubungan antar-perusahaan dapat
dilakukan secara jelas.

2. Tanggungjawab Perusahaan terhadap Hak dan Kewajiban Pemegang Saham

a. Perusahaan harus melindungi hak pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar perusahaan.

b. Perusahaan harus menyelenggarakan daftar pemegang saham secara tertib sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.

c. Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar
dan teratur bagi pemegang saham, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia.

10
d. Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu dengan memberikan
informasi yang tidak diungkapkan kepada pemegang saham lainnya. Informasi harus
diberikan kepada semua pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klasifikasi saham
yang dimilikinya.

e. Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi yang akurat
mengenai penyelenggaraan RUPS

2.3 Variabel perlidungan

Banyak faktor yang mempengaruhi perlindungan terhadap investor dan calon investor
di pasar modal. Faktor-faktor itu dapat berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan pasar, cara-cara perdagangan, syarat masuk agar perusahaan dapat
memperdagangkan sahamnya di pasar modal, dan syarat keterbukaan informasi selama
saham diperdagangkan atau sebagai perusahaan publik. Pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan pasar modal harus memenuhi kualifikasi, perilaku, dan standar pelaksanaan kerja
(performance) tertentu dalam melaksanakan kegiatan atau memberikan jasanya. Pasar modal
adalah pasar yang sarat dengan kepentingan publik sehingga perlindungan terhadap
pemegang saham banyak diatur oleh regulasi, kode etik, atau standar profesi.

Berbeda dengan perusahaan tertutup (closed company), kepemilikan pada perusahaan


terbuka dipegang oleh banyak pihak (perseorangan dan institusi). Ada persyaratan jumlah
pemegang saham minimal yang harus dipenuhi untuk menjadi perusahaan terbuka. Dalam
perusahaan terbuka, pengetahuan pemegang saham tentang kegiatan sehari-hari perusahaan
tersebut sangat terbatas. Keputusan investasi di perusahaan terbuka hanya didasarkan pada
informasi yang disediakan oleh perusahaan. Oleh karena itu, kelengkapan, keandalan, dan
relevansi informasi merupakan faktor yang penting bagi pemegang saham (calon) untuk
melakukan perdagangan saham. Untuk kepentingan ini, syarat keterbukaan informasi
merupakan bagian dari perlindungan investor. Dalam hal informasi, semua pemegang saham
harus diperlakukan sama mengenai aksesibilitasnya sehingga keadaan yang disebut dengan
asimetri informasi tidak terjadi. Asimetri informasi mengakibatkan pasar menjadi tidak
efisien.

Selain kelengkapan, keandalan, dan relevansi informasi, proteksi kepada investor juga
harus diberikan pada cara-cara perdagangan saham yang dilakukan di bursa. Dalam hal cara-

11
cara perdagangan, perlindungan kepada investor dan calon investor tercermin dalam
terselenggaranya perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien. Perdagangan tidak wajar yang
akan menguntungkan salah satu pihak harus dihindari. Selain perdagangan saham, dalam
beberapa hal tertentu, cara perusahaan publik melakukan transaksi usahanya juga perlu
diatur agar tidak merugikan pemegang saham. Proteksi atau perlindungan harus lebih
diberikan kepada pemegang saham minoritas dibandingkan dengan pemegang saham
pengendali. Perlindungan mencakup syarat-syarat yang harus dipenuhi jika suatu perusahaan
akan memperdagangkan sahamnya di bursa efek (syarat masuknya).

Harapan pemegang saham pada waktu memutuskan untuk melakukan investasi pada
suatu jenis saham adalah memperoleh imbalan berupa dividen dan keuntungan modal pada
saat saham dijual kembali. Dividen ditentukan oleh laba perusahaan. Keuntungan atau
kerugian modal tergantung pada pergerakan harga saham. Proteksi kepada investor ditujukan
untuk menjaga kewajiban laba dan harga. Namun, perlu dicatat bahwa proteksi kepada
pemegang saham tidak boleh dilakukan dengan jalan intervensi pasar.

2.4 Perlindungan dan tahapan perlindungan pemegang saham

Untuk meningkatkan keamanan dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia, maka


setiap aset investor diberikan perlindungan dengan pembentukan Dana Perlindungan
Pemodal oleh Indonesia Securities Investor Protection Fund (SIPF).

Indonesia SIPF adalah perusahaan yang menyelenggarakan program Dana


Perlindungan Pemodal, dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Investor mendapat Dana Perlindungan Pemodal yang memenuhi persyaratan :

• Menitipkan asetnya dan memiliki rekening Efek pada Kustodian

• Dibukakan Sub Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian oleh
Kustodian dan

• Memiliki nomor tunggal identitas pemodal (single investor identification) dari


Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

Tidak berlaku bagi Pemodal yang memenuhi satu atau lebih kriteria :

12
• Pemodal yang terlibat atau menjadi penyebab Aset Pemodal hilang

• Pemodal merupakan pemegang saham pengendali, direktur, komisaris, atau pejabat


satu tingkat di bawah direktur Kustodian; dan/atau

• Pemodal merupakan Afiliasi dari Pihak-pihak tersebut pada angka 1 dan 2

A. Tahapan Perlindungan

Baik dalam segi aset yang dilindungi maupun dalam segi pemodal yang akan
dilindungi, terdapat beberapa tahapan perlindungan sebagai berikut:

• 1 Januari 2014 - 31 Desember 2015

Dana Perlindungan Pemodal hanya memberikan ganti rugi kepada Pemodal yang
merupakan nasabah Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan rekening Efek
nasabah dan Anggota Bursa Efek PT Bursa Efek Indonesia. Terhadap Aset Pemodal,
pemberian ganti rugi tersebut hanya terbatas pada Aset Pemodal berupa saham yang masuk
dalam Penitipan Kolektif LPP dan dicatatkan pada BEI.

• 1 Januari 2016

Dana Perlindungan Pemodal hanya memberikan ganti rugi kepada Pemodal yang
merupakan nasabah Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan rekening Efek
nasabah dan Anggota Bursa Efek PT Bursa Efek Indonesia dan yang merupakan nasabah
Bank Kustodian. Terhadap Aset Pemodal, Dana Perlindungan Pemodal memberikan ganti
rugi kepada pemodal yang merupakan nasabah bank kustodian. Pemberian ganti rugi pada
aset pemodal berupa dana yang mendapat perlindungan dana perlindungan pemodal adalah
dana yang dititipkan pada kustodian yang dibukakan Rekening Dana Nasabah pada Bank atas
nama masing-masing pemodal.

B. Tahapan Penanganan Klaim

Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal melakukan kegiatan penanganan klaim


Pemodal yang kehilangan Aset Pemodal setelah OJK menyatakan terdapat kondisi :

• Terdapat kehilangan Aset Pemodal

13
• Kustodian tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan Aset Pemodal yang
hilang

• Bagi Kustodian berupa Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan Efek


dinyatakan tidak dapat melanjutkan kegiatan usahanya dan dipertimbangkan izin
usahanya dicabut oleh OJK; atau

• Bagi Bank Kustodian dinyatakan tidak dapat melanjutkan kegiatan usahanya sebagai
Bank Kustodian dan dipertimbangkan persetujuan Bank Umum sebagai Kustodian
dicabut oleh OJK.

Dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah menerima penetapan dari OJK,
Direksi Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal wajib:

• Mengumumkan ke masyarakat melalui surat kabar / media lainnya jika terjadi


peristiwa dimaksud di atas dan mengundang Pemodal terkait agar menyampaikan
klaim kepada Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal dalam waktu tidak lebih
dari 30 (tiga puluh) hari kerja sejak pengumuman dilakukan

• Mengusulkan pembentukan komite klaim kepada OJK; dan

• Membentuk tim verifikasi klaim. 

C. Ganti Rugi Kepada Investor (Pemodal)

Pembayaran ganti rugi kepada Pemodal dengan menggunakan Dana Perlindungan Pemodal
dilakukan jika memenuhi ketentuan sebagai berikut:

o OJK telah menerbitkan pernyataan tertulis bahwa:

• Terdapat kehilangan Aset Pemodal

• Kustodian tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan Aset Pemodal


yang hilang; dan

• Bagi Kustodian berupa Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan


Efek dinyatakan tidak dapat melanjutkan kegiatan usahanya dan
dipertimbangkan izin usahanya dicabut oleh OJK; atau

14
• Bagi Bank Kustodian dinyatakan tidak dapat melanjutkan kegiatan usahanya
sebagai Bank Kustodian dan dipertimbangkan persetujuan Bank Umum
sebagai Kustodian dicabut oleh OJK.

o Pemodal telah mengajukan permohonan ganti rugi kepada Penyelenggara Dana


Perlindungan Pemodal sesuai dengan Peraturan OJK Nomor VI.A.5 tentang
Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal

o Ganti rugi sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk dana sebesar nilai Aset
Pemodal yang hilang dan/atau sesuai dengan batasan paling tinggi untuk setiap
Pemodal dan setiap Kustodian yang ditetapkan oleh OJK. Ganti rugi atas nilai Aset
Pemodal yang hilang tidak mencakup nilai kerugian atas perkiraan nilai investasi
masa datang. Besaran ganti rugi aset pemodal adalah Rp 100 juta per Pemodal, dan
Rp 50 miliar per Kustodian.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tata kelola perusahaan yang baik harus memiliki seluruh sistem dalam perusahaan
yang dapat mengatur dan mengendalikan bisnisnya untuk menciptakan nilai tambah bagi
stakeholder. Ada 2 hal yang yang perlu diperhatikan, pertama, pentingnya hak pemegang
saham atau investor untuk memperoleh informasi yang benar (akurat) dan tepat pada
waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat,
tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan
stakeholder. Peran regulator juga berperan penting untuk terciptanya kondisi perekonomian
menjadi lebih baik, pengawasan dan kepatuhan regulasi oleh perusahaan menjadi
pengendalian pertama sebelum melakukan aktifitas bisnisnya. Sinerginya hak dan kewajiban
baik dari perusahaan/pelaku bisnis, pemegang saham, dan stakeholders lainnya akan
memberikan pengaruh signifikan dalam Perusahaan.

16
STUDI KASUS

Kronologi Kasus Jiwasraya

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) akhirnya menjabarkan secara rinci kronologi


kasus yang membelit Jiwasraya hingga berakhir tak mampu membayar polis asuransi (gagal
bayar) JS Savings Plan. Ketua BPK RI Agung Firman Sampurna menuturkan, penyebab
utama gagal bayarnya Jiwasraya adalah kesalahan mengelola investasi di dalam perusahaan.
Jiwasraya kerap menaruh dana di saham-saham berkinerja buruk. "Saham-saham yang
berisiko ini mengakibatkan negative spread dan menimbulkan tekanan likuiditas pada PT
Asuransi Jiwasraya yang berujung pada gagal bayar," kata Agung di BPK RI, Jakarta, Rabu
(8/1/2020). Baca juga: Investigasi Jiwasraya, BPK Bakal Periksa OJK dan BEI Adapun kasus
Jiwasraya disebut-sebut bermula pada 2002. Saat itu, BUMN asuransi itu dikabarkan sudah
mengalami kesulitan. Namun, berdasarkan catatan BPK, Jiwasraya telah membukukan laba
semu sejak 2006. Alih-alih memperbaiki kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan
saham berkualitas, Jiwasraya justru menggelontorkan dana sponsor untuk klub sepak bola
dunia, Manchester City, pada 2014. Kemudian pada tahun 2015, Jiwasraya meluncurkan
produk JS Saving Plan dengan cost of fund yang sangat tinggi di atas bunga deposito dan
obligasi. Sayangnya, dana tersebut kemudian diinvestasikan pada instrumen saham dan
reksadana yang berkualitas rendah. Pada 2017, Jiwasraya kembali memperoleh opini tidak
wajar dalam laporan keuangannya. Padahal, saat ini Jiwasraya mampu membukukan laba Rp
360,3 miliar. Opini tidak wajar itu diperoleh akibat adanya kekurangan pencadangan sebesar
Rp 7,7 triliun. "Jika pencadangan dilakukan sesuai ketentuan, seharusnya perusahaan
menderita rugi (pada saat itu)," ungkap Agung. Berlanjut ke tahun 2018, Jiwasraya akhirnya
membukukan kerugian unaudited sebesar Rp 15,3 triliun. Pada September 2019, kerugian
menurun jadi Rp 13,7 triliun. Kemudian pada November 2019, Jiwasraya mengalami
negative equity sebesar Rp 27,2 triliun. Disebutkan sebelumnya, kerugian itu terutama terjadi
karena Jiwasraya menjual produk saving plan dengan cost of fund tinggi di atas bunga
deposito dan obligasi. Apalagi berdasarkan catatan BPK, produk saving plan merupakan
produk yang memberikan kontribusi pendapatan tertinggi sejak tahun 2015.

17
- Pemeriksaan BPK

Adapun dalam kurun waktu 2010-2019, BPK telah dua kali melakukan pemeriksaan
atas Jiwasraya, yaitu Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) tahun 2016 dan
pemeriksaan investigatif pendahuluan tahun 2018. Dalam investigasi tahun 2016, BPK
mengungkapkan 16 temuan terkait dengan pengelolaan bisnis, investasi, pendapatan, dan
biaya operasional tahun 2014-2015. Temuan tersebut mengungkapkan, Jiwasraya kerap
berinvestasi pada saham gorengan, seperti TRIO, SUGI, dan LCGP. Lagi-lagi, investasi tak
didukung oleh kajian usulan penempatan saham yang memadai. Pada tahun 2016 pula,
Jiwasraya telah diwanti-wanti berisiko atas potensi gagal bayar dalam transaksi investasi
dengan PT Hanson Internasional. Ditambah, Jiwasraya kurang optimal dalam mengawasi
reksadana.

- Pemeriksaan BPK tahun 2018

Kemudian, menindaklanjuti hasil temuan 2016, BPK akhirnya melakukan investigasi


pendahuluan yang dimulai pada 2018. Yang menggemparkan, hasil investigasi ini
menunjukkan adanya penyimpangan yang berindikasi fraud dalam mengelola saving plan dan
investasi. Potensi fraud disebabkan oleh aktivitas jual beli saham dalam waktu yang
berdekatan untuk menghindari pencatatan unrealized loss. Kemudian, pembelian dilakukan
dengan negosiasi bersama pihak-pihak tertentu agar bisa memperoleh harga yang diinginkan.

"Pihak yang diajak berinvestasi saham oleh manajemen terkait transaksi ini adalah
grup yang sama sehingga ada dugaan dana perusahaan dikeluarkan melalui grup tersebut,"
jelasnya. Parahnya, selain investasi pada saham gorengan, kepemilikan saham tertentu
melebihi batas maksimal di atas 2,5 persen. Saham-saham gorengan yang kerap dibelinya,
antara lain saham Bank BJB (BJBR), Semen Baturaja (SMBR), dan PT PP Properti Tbk.
Saham-saham gorengan tersebut berindikasi merugikan negara sebesar Rp 4 triliun. "Jadi
pembelian dilakukan dengan negoisasi bersama pihak-pihak tertentu agar bisa memperoleh
harga yang diinginkan. Untuk saat ini, indikasi kerugian negara atas saham tersebut sebesar
Rp 4 triliun," ungkap Agung. Tak sampai di situ, Agung menyebut investasi langsung pada
saham yang tidak likuid dengan harga tak wajar juga disembunyikan pada beberapa produk
reksadana. Pada posisi per 30 Juni 2018, Jiwasraya diketahui memiliki 28 produk reksadana
dengan 20 reksadana di antaranya memiliki porsi di atas 90 persen. Sayang, Agung tak

18
menyebutkan nama 20 reksadana tersebut. Yang jelas, sebagian besar reksadana berkualitas
rendah.

- Pemeriksaan BPK tahun 2019

Lebih lanjut, BPK juga mendapat permintaan dari Komisi XI DPR RI dengan surat
Nomor PW/19166/DPR RI/XI/2019 tanggal 20 November 2019 untuk melakukan PDTT
lanjutan atas permasalahan itu. Selain DPR, BPK juga diminta oleh Kejaksaan Agung untuk
mengaudit kerugian negara. Permintaan itu dilayangkan melalui surat tanggal 30 Desember
2019. "Jadi jelas, penanganan kasus Jiwasraya bukan hanya masuk di ranah audit, tapi juga
sudah masuk di ranah penegakan hukum," tuturnya. Kasus masih berlanjut, BPK pun saat ini
tengah melakukan dua pekerjaan, yaitu melakukan investigasi untuk memenuhi permintaan
DPR dan menindaklanjuti hasil investigasi pendahuluan. Sekaligus menghitung kerugian
negara atas permintaan Kejagung. BPK dan Kejagung berjanji, dalam kurun waktu dua bulan
pihaknya akan mengungkap pelaku yang terlibat, institusi yang terlibat, dan angka pasti
kerugian.

Terdapat artikel lain untuk memperkuat studi kasus :

Vice President Samsung Electronics, Lee Kang Hyun bersama beberapa warga negara Korea
Selatan menyambangi Gedung DPR RI pada Rabu (4/12/2019). Mereka mengadukan nasib
mereka terkait penunggakkan pembayaran klaim Asuransi Jiwasraya.

Lee Kang Hyun mengaku merupakan nasabah dari produk asuransi JS Saving Plan Asuransi
Jiwasraya. Ia berinvestasi di asuransi ini sebesar Rp 16 miliar. Sebesar Rp 8 miliar sudah
dicairkan.

"Saya punya Rp 16 miliar dan baru saya tarik Rp 8 miliar. Sisanya belum diambil masih ada
Rp 8 miliar," ujarnya.

Menurutnya, ia membeli polis Asuransi Jiwasraya melalui PT Bank KEB Hana Indonesia
yang merupakan bank andalan warga korea yang ada di Indonesia. Dia menjelaskan ada
sekitar 470 orang Korea yang menjadi korban Jiwasraya.

"Hana Bank menjual ke orang Korea di Indonesia. Kita percaya karena katanya ini milik
pemerintah jadi pasti terpercaya. Makanya saya dan teman-teman saya dari korea mengikuti
program ini," jelasnya.

19
Dia melanjutkan, Hana Bank meyakinkan bahwa Jiwasraya adalah perusahaan asuransi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dijamin oleh Pemerintah. Selain itu, Hana Bank
juga meyakinkan bahwa asuransi ini juga diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Orang Korea jadi tidak curiga," kata dia.

Pada Oktober 2018, Jiwasraya menyatakan mengalami tekanan likuiditas karena produk
unitlink JS Saving Plan. Produk asuransi ini dijual melalui jalur perbankan.

JS Saving plan memiliki masa jatuh tempo 5 tahun dan peserta berhak melakukan pencairan
setiap tahun. Imbal hasil yang dijanjikan juga tergolong tinggi, dipatok hingga 10%. Model
bisnis produk ini lebih mirip simpanan bank ketimbang asuransi.

Berdasarkan pengakuan manajemen Jiwasraya ada 17.000 pemegang polis produk ini. Untuk
menyelesaikan masalah ini Jiwasraya menawarkan skema pembayaran di muka atas bunga
roll over bagi para pemegang polis yang ingin melakukan roll over polisnya. Adapun bunga
yang dibayar di muka mencapai 7% p.a atau 7,49% p.a nett efektif sebagai upaya win win
solution kepada pemegang polis.

Adapun yang tidak ingin melakukan roll over, Manajemen Jiwasraya memberikan bunga
pengembangan efektif sebesar 5,75% p.a netto.

Analisis Kasus:

Penyebab gagal bayar polis asuransi jiwasraya

1. Melakukan rekayasa harga saham . Modus, Jiwasraya membeli saham overprice yang
kemudian dijual pada harga negosiasi (di atas harga perolehan) kepada manajer investasi,
kemudian dibeli kembali oleh Jiwasraya.

2. Jiwasraya banyak melakukan investasi di aset berisiko tinggi untuk mengejar return tinggi.

3. Membentuk harga saving plan yang di tawarkan dengan jaminan return atau tingkat
pengembalian sebesar 9-13 persen sejak 2013-2018 dengan periode pencairan setiap tahun.

4. Manajemen Jiwasraya melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang


berkualitas rendah yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan, seperti analisis
pembelian dan penjualan saham diduga dilakukan secara pro forma, serta tidak
didasarkan atas data yang valid dan objektif.

20
Dalam hal ini PT Jiwasraya juga merupakan pemegang saham dibeberapa saham
gorengan yang disebutkan dalam artikel tetapi menurut kelompok kami PT Jiwasraya
tidak berhak menerima perlindungan pemegang saham dikarenakan:

1. Pemodal yangg terlibat atau menjadi penyebab aset pemodal hilang

2. Pemodal merupakan pemegang saham pengendali, direktur komisaris, atau penjabat


satu tingkat dibawah direktur Kustodian

Dari kasus yang kami kutip dari situs berita online CNBC Indonesia terdapat pelangaran hak
investor JS Saving Plan yaitu Lee Kang Hyun, Lee Kang Hyun berinvestasi sebesar 16 juta
dan sebesar 8 juta tidak dapat dicairkan oleh PT Jiwasraya. Dan terdapat 470 orang korea
yang juga menjadi korban investasi di PT Jiwasraya. Hak investor yang dilanggar oleh PT
Jiwasraya diantaranya:

1. Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar dan
teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan pemegang saham
membuat keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan berdasarkan informasi yang
akurat; tetapi hal ini Hana Bank meyakinkan bahwa Jiwasraya adalah perusahaan asuransi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dijamin oleh Pemerintah. Selain itu, Hana Bank
juga meyakinkan bahwa asuransi ini juga diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Orang Korea jadi tidak curiga," kata Lee Kang Hyun. Pada Oktober 2018, Jiwasraya
menyatakan mengalami tekanan likuiditas karena produk unitlink JS Saving Plan. Produk
asuransi ini dijual melalui jalur perbankan. JS Saving plan memiliki masa jatuh tempo 5
tahun dan peserta berhak melakukan pencairan setiap tahun. Imbal hasil yang dijanjikan juga
tergolong tinggi, dipatok hingga 10%. Tetapi pada kenyaataannya terdapat penunggakkan
pembayaran klaim Asuransi Jiwasraya.

2. Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang diperuntukkan bagi
pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya, sebanding
dengan jumlah saham yang dimilikinya; Jiwasraya menawarkan skema pembayaran di muka
atas bunga roll over bagi para pemegang polis yang ingin melakukan roll over polisnya.
Adapun bunga yang dibayar di muka mencapai 7% p.a atau 7,49% p.a nett efektif sebagai
upaya win win solution kepada pemegang polis. Adapun yang tidak ingin melakukan roll
over, Manajemen Jiwasraya memberikan bunga pengembangan efektif sebesar 5,75% p.a
netto. Sedangkan kondisi Jiwasraya saat ini mengalami gagal bayar.

Perlindungan terhadap investor yang seharusnya diberikan yaitu menerima pembayaran ganti
rugi kepada pemodal dengan menggunakan dana perlindungan pemodal, yang diberikan oleh
PT Jiwasraya. Dalam hal ini pemodal dapat melakukan hal berikut:

1. Pemodal telah mengajukan permohonan ganti rugi kepada Penyelenggara Dana


Perlindungan Pemodal sesuai dengan Peraturan OJK Nomor VI.A.5 tentang Penyelenggara
Dana Perlindungan Pemodal

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk dana sebesar nilai Aset Pemodal
yang hilang dan/atau sesuai dengan batasan paling tinggi untuk setiap Pemodal dan setiap

21
Kustodian yang ditetapkan oleh OJK. Ganti rugi atas nilai Aset Pemodal yang hilang tidak
mencakup nilai kerugian atas perkiraan nilai investasi masa datang.

22
DAFTAR PUSTAKA

KNKG.2006.Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia

OECD.2015.G20/OECD Principles of Corporate Governance

Juan Manuel San Martin-Reyna and Jorge A. Duran-Encalada.2015.Effects of Family


Ownership, Debt and Board Composition on Mexican Firms Performance. International
Journal of Financial Studies

https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/peraturan-ojk/Pages/Perubahan-atas-
POJK-tentang-Rencana-dan-Penyelenggaraan-Rapat-Umum-Pemegang-Saham-Perusahaan-
Terbuka.aspx (diakses 4 April 2020, pukul 21:15)

https://www.idx.co.id/investor/perlindungan-investor/ (diakses 4 April 2020, pukul 21:24)

Soemarso S. R. 2018. Etika Profesi Akuntan dan Tata Kelola Perusahaan. Jakarta: Salemba
Empat.

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20191205105652-37-120515/bos-samsung-ri-korban-
jiwasraya-rp-8-m-belum-dibayar (diakses 6 April 2020, pukul 08:20)

https://money.kompas.com/read/2020/01/09/063000926/simak-ini-kronologi-lengkap-kasus-
jiwasraya-versi-bpk (diakses 6 April 2020, pukul 18:15)

23

Anda mungkin juga menyukai