Disusun oleh :
Dian Permata Sari 55116120013
Tito Setiawan Nugroho 55116120020
Nanang Sukmana 55116120118
1
II.1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Untuk memahami peran etika di dalam lingkungan bisnis, kita perlu menggunakan etika
dalam proses pengambilan keputusan. Para individu dalam organisasi membuat keputusan
dengan membuat pilihan-pilihan dari dua alternatif atau lebih. Pengambilan keputusan adalah
sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta
dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan biasanya memiliki beberapa tujuan seperti tujuan yang bersifat
tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat
ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanya reaksi atas sebuah
masalah (problem), yang artinya ada ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan keadaan yang
diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternatif. Dan
keputusan yang dibuat harus mengandung nilai-nilai etis. Oleh karena itu diperlukan kerangka
kerja pengambilan keputusan yang etis atau Ethical Decision Making (EDM) Framework.
1.2 Deontologi
Deontologi berfokus pada kewajiban dan bertanggung jawab yang memotivasi
suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan.
2. Pendekatan 5 Pertanyaan
Pendekatan yang berguna untuk pertimbangan tertib masalah tanpa banyak
eksternalitas dan dimana fokus khusus yang diinginkan oleh perancang proses
pengambilan untuk pengobatan yang diperluas dari pendekatan ini.
2
4. Pendekatan Pastin
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu
dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang
mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Pastin menunjukkan bahwa
pemeriksaan keputusan masa lalu atau dindakan dibuat. Ia menyebut ini pendekatan
reverse engineering keputusan, karena upaya ini dilakukan untuk mengambil
keputusan masa lalu terpisah untuk melihat bagaimana dan mengapa mereka dibuat.
Pastin menunjukkan bahwa orang sering dijaga (secara sukarela atau tanpa sadar)
tentang mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan bahwa reverse engineering
menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan masa lalu, apa nilai-nilai mereka.
6. Memantau hasil
3
II.4. Ketika pengambilan keputusan yang etis tidak berjalan baik : mengapa orang
baik melakukan tindakan buruk?
Seseorang melakukan hal yang tidak etis karena rasa ketidaktahuan, namun terkadang
ketidaktahuan telah ditetapkan dan disengaja. Rintangan kognitif terkadang mempertimbangkan
alternatif-alternatif yang terbatas. Ketika berhadapan dengan sebuah situasi yang memiliki dua
alternatif pemecahan yang jelas, terkadang kita hanya mempertimbangkan dua jalan keluar yang
jelas, melupakan kenyataan kemungkinan adanya alternatif lain.
Batu sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi berkaitan
dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Terkadang orang-orang juga mengambil keputusan
yang belakangan mereka sesali karena mereka kurang memiliki keberanian untuk melakukan
sebaliknya.
4
BAB III
Etika Filosofis dan Bisnis
III.1 Utilitarianisme: Mengambil Keputusan Berdasarkan Konsekuensi-Konsekuensi Etis
1. Prinsip Etika Utilitarianisme
Menurut aliran ini prinsip pokok yang harus dikedepankan dalam berbuat adalah
asas manfaat/keuntungan. The greatest happiness of the greatest number. Sumber
kesenangan diukur menurut intensitas dan lamanya perasaan tersebut, akibatnya, dan
lain-lain. Kegunaan/keuntungan menjadi prinsip, norma, kriteria, dan cita-cita moral.
Perilaku dan perbuatan manusia dikatakan baik jika mendatangkan keuntungan dan
kegunaan.
Dengan demikian, utilitarianisme merupakan sebuah istilah umum untuk semua
pandangan yang menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi
berdasarkan keuntungan dan biaya yang dibebankan kepada masyarakat.
Pendekatan utilitarianisme sering disebut pendekatan konsekuensialis, karena
menekankan pentingnya konsekuensi atas keputusan yang diambil. Kualitas moral
suatu perbuatan, baik buruknya tergantung pada konsekuensi atau akibat yang
ditimbulkan.
5
digunakan untuk menilai apakah tindakan atau kebijakan yang ditetapkan tersebut
memang baik atau tidak. Ini berarti bahwa pada wujud ini etika utilitarianisme
sangat tepat digunakan untuk mengevaluasi tindakan yang sudah dijalankan.
6
dibandingkan dengan dampaknya apabila keputusan tersebut diambil. Atas dasar itu,
etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari
pelaku.
Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi:
1) Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan
kewajiban.
2) Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu
sudah dinilai baik.
3) Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya
dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral
universal.
7
Contoh studi kasus untuk Bab II dan III :
A. Identifikasi Masalah :
- Banyaknya karyawan yang mulai mengabaikan loyalitasnya karena tidak merasa
dihargai (atau tidak mendapat reward) ketika melakukan pekerjaan lebih dari yang
seharusnya
- Banyaknya karyawan yang telat tetapi pulang on time
B. Mencari Data :
- Meng-crosscheck absen karyawan pada jenjang waktu 1 bulan terakhir
8
- Mengevaluasi hasil kerja karyawan, apa saja kontribusi yang telah diberikan
C. Analisis :
- Apa yang membuat karyawan kehilangan semangat dalam bekerja?
- Apa yang membuat karyawan selalu datang telat tetapi pulang tepat pada waktunya?
D. Tentukan Alternatif :
- Memanggil satu persatu karyawan yang absennya buruk dan dan menanyakan apa
alasannya selalu datang telat
- Memberikan Surat Peringatan apabila telat misalnya 3x dalam 1 minggu
- Memberikan reward berupa Uang Kehadiran apabila dalam waktu 1 bulan tidak
mempunyai absen merah dan selalu hadir
- Memberikan feedback reward berupa Insentif yang diberikan apabila karyawan
memberikan kontribusi yang bagus
E. Pilih Alternatif :
- Memberikan reward berupa Uang Kehadiran apabila dalam waktu 1 bulan tidak
mempunyai absen merah dan selalu hadir
- Memberikan feedback reward berupa Insentif yang diberikan apabila karyawan
memberikan kontribusi yang bagus
F. Implementasi :
- Diberlakukannya peraturan reward tersebut guna memotivasi semangat karyawan
dalam bekerja
9
10
BAB IV
Budaya Perusahaan Dampak dan Implikasi
a. yang pertama adalah pendekatan organisasi yang birokratis dan hierarkis. Pengambilan
keputusan dalam pendekatan organisasi yang birokratis dan hierarkis didasarkan pada
aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan. Keputusan tersebut
membutuhkan persetujuan pihak berwenang.
11
b. Yang kedua adalah pendekatan organisasi yang tidak birokratis. Pendekatan ini
memberikan wewenang kepada orang-orang di garis depan untuk menyelesaikan
masalah tanpa menunggu atasan mengambil keputusan atau memberikan arahan.
Kedua pendekatan itu merefleksikan perbedaan-perbedaan budaya. Budaya yang etis
memiliki dampak yang langsung dan praktis pada laba/hasil akhir. Budaya etis yang
kuat dapat menjadi alat pencegah kerugian yang dapat menimpa para pemegang
kepentingan perusahaan dan meningkatkan laba yang berkelanjutan.
Perusahaan harus menentukan misi sebelum memberikan dampak pada budaya melalui
kode perilaku.
12
tujuan pemimpin yang etis tidak hanya berupa kinerja pekerjaan, namun kinerja yang konsisten
dengan seperangkat nilai dan prinsip-prinsip yang etis. Terakhir dalam prosesnya pemimpin yang
etis menunjukkan kepedulian terhadap orang lain (para karyawan dan para pemegang
kepentingan eksternal).
IV.6 Contoh kasus dari budaya perusahaan Jepang (Dai Nippon Ink Coproration, DIC)
Perusahaan sudah mencapai usia 110 tahun ditahun ini dengan sebaran 178 perusahaan di
60 Negara di belahan dunia. Seiring berjalannya waktu perbaikan demi perbaikan dilakukan
untuk menunjang kesinambungan usaha yang dijalankan.
13
Khusus yang ada di Indonesia selain menganut hirarki dan aturan dari dari pusat di Tokyo
melalui regional yang bertempat di Singapura semua perusahan yang ada yaitu Pardic Jaya
Chemicals, DIC Astra Chemical dan DIC Graphics manajemen menerapkan budaya yang berlaku
dimana lingkungan perusahana berada. Visi dan misi perusahaan jelas secara tersurat
menuangkan 1 budaya yang relepan untuk dijalankan dimana itu harus dijalankan oleh semua
karyawan tanpa terkeculai sesuai dengan tingkat jabatan dan posisinya diperusahan tersebut
dengan penuh tanggung jawab.
Seperti yang diketahui Jepang sangat kental dengan kejujuran, obyektifitas serta akurasi
serta strategi dalam melebarkan sayapnya di Indonesia. Dalam hal ini budaya jepang yang baik
tetap diadopsi dan mengeliminir yang tidak sesuai dengan aturan dan budaya setempat.
Penjabaran secara nilai ;
1. DIC menganut HORENSO (yaitu kaizen yang mengatur timbal balik arus komunikasi
antara semua karyawan dalam perusahaan atau sesame entity didalam group) dimana
informasi itu harus disebarkan dan dari top manajemen ke bawah dan sebaliknya
secara vertical dan juga secara horizontal terhadap sesame karyawan dalam 1
perusahan atau sesama karyawan dalam group perusahaan).
2. Keputusan yang diambil bersifat mutlak dimana Presiden direktur disuatu perusahaan
hanya bisa mengusulkan ke Regional dan regional akan mneruskan ke pusat. Jika
pimpinan pusat di Tokyo menerima dan menyetujui maka keputusan baru bisa
dijalankan. Sehingga resiko yang timbul sudah melalui tahapan evaluasi dari berbagai
lapisan hingga akhirnya diputuskan oleh manjemen puncak.
3. DIC memiliki conduct dimana seluruh perusahaan yang bernaung dibawahnya harus
patuh dan tunduk dengan peraturan pusat yang sebenarnya merupakan aturan
nasional/internasional yang diadopsi oleh perusahaan terkait dengan pelaksanaan
aturan dengan mempertimnagnkan aturan setempat dan juga norma yang berlaku
dinegara dimana perusahaan berdiri. Contoh form dibawah ini :
ACKNOWLEDGEMENT FORM
DIC GROUP CODE OF BUSINESS CONDUCT TRAINING
I hereby acknowledge that I have received, read and fully understand the DIC Group
Code of Business Conduct. Further, I have attended the DIC Group Code of Business
Conduct presentation on the date noted below. I understand that I am obliged to
comply with the DIC Group Code of Business Conduct as part of my duty as an
employee and that all provisions of the Code are effective and binding on me. I
further accept that if I fail to comply with the Code of Business Conduct, disciplinary
action up to and including termination of employment may be taken against me. I
further acknowledge that the Company reserves the right to modify, devise,
supplement or rescind any portion of the Code of Business Conduct from time to
time as it deems appropriate. Such revisions can be made at DIC Groups sole
discretion and may be made with or without prior notice.
14
Company Name:
Position/ Title:
Employee I.D.:
Name (printed):
Signature:
Please return this form to ........... Michio Hashimoto, Legal CounselRegional Legal &
Compliance Manager of DIC AP.
Dibawah ini adalah form isian sebagai evaluasi terhadap aturan yang harus dipatuhi.
Date: Tanggal:
Points: Nilai:
15
the DIC Group to obey the local laws 3. Tidak ada keharusan bagi karyawan
and applicable business laws or di Grup DIC untuk menaati
other social regulations, like peraturan perundang-undangan
customs and code of ethics. hukum bisnis yang berlaku atau
peraturan masyarakat lainnya,
seperti adat istiadat dan kode etik.
Correct
Incorrect Benar
Tidak Benar
4. It shall constitute a form of sexual
harassment when a superior 4. Akan dianggap sebagai suatu
demands sexual intercourse with bentuk pelecehan seksual apabila
his/her subordinate, while it shall seorang atasan meminta
not constitute sexual harassment berhubungan intim dengan
discussing sex in the work place. bawahannya, sedangkan tidak akan
dianggap sebagai pelecehan
seksual apabila membicarakan
Correct masalah seks di tempat kerja.
Incorrect
Benar
5. DIC Groups employee may sell the Tidak Benar
product in his/her charge to the
entity managed by his/her relatives 5. Karyawan Grup DIC boleh menjual
without the approval of DIC group produk yang merupakan tanggung
as long as no loss to DIC group jawabnya kepada badan usaha yang
occurs. dikelola oleh kerabatnya tanpa
persetujuan Grup DIC sepanjang
tidak terjadi kerugian terhadap Grup
Correct DIC.
Incorrect
Benar
6. Any employee in DIC Group who Tidak Benar
intends to work for other employers
besides DIC outside normal working 6. Setiap karyawan di Grup DIC yang
hours shall obtain the written bermaksud bekerja untuk
approval of the management of DIC perusahaan lain selain DIC di luar
group. jam kerja normal harus memperoleh
persetujuan tertulis dari manajemen
Correct Grup DIC.
Incorrect
Benar
7. The employees in DIC Group have Tidak Benar
the absolute right of privacy as to
any information or file maintained 7. Karyawan di Grup DIC mempunyai
by, or stored through the hak privasi mutlak mengenai
computer system, email, or other informasi atau berkas apa pun
technical or electronic resources yang dipegang oleh, atau
of the Group. The Group reserves disimpan melalui sistem
no right of inspecting, komputer, surat elektronik atau
investigating or searching any sumber daya teknis atau
employees information or file. elektronik lainnya dari Grup. Grup
tidak mempunyai hak untuk
16
melakukan pemeriksaan,
Correct penyelidikan atau pencarian
Incorrect informasi atau berkas karyawan.
17
hadiah atau jamuan resmi kepada
badan pemerintah atau pejabat
Correct pemerintah dalam bentuk apa
Incorrect pun, atau memeras atau
menerima hadiah atau jamuan
dalam bentuk apa pun dari badan
12. Neither the activity of payment, pemerintah atau pejabat
providing a gift or promotional item pemerintah.
of significant value, service to a
client or its agents, employees, Benar
relatives or fiduciaries, nor the Tidak Benar
acceptance or receipt of any gift,
gratuity, or service of more than 12. Tidak satupun kegiatan
nominal value from the Groups pembayaran, pemberian hadiah
suppliers, customers or their atau barang promosi yang bernilai
agents, employees, relatives, or signifikan, layanan kepada klien
fiduciaries, shall constitute a atau agennya, karyawannya,
violation of the DIC code, as long as kerabatnya atau perwakilannya,
these conduct could enhance the demikian juga persetujuan atau
sales amount of DIC Group. penerimaan hadiah, gratifikasi atau
layanan yang melebihi nilai nominal
dari para pemasok Grup, pelanggan
atau agennya, karyawan, kerabat
Correct atau perwakilannya yang akan
Incorrect dianggap sebagai pelanggaran
pedoman perilaku DIC, sepanjang
13. In dealing with customers, any perbuatan tersebut dapat
activity like resale price meningkatkan jumlah penjualan
maintenance, restriction on resale, Grup DIC.
tying, price discrimination, must be
avoided.
Benar
Tidak Benar
Correct
Incorrect 13. Dalam berurusan dengan
pelanggan, kegiatan apa pun
14. During the interaction with seperti mempertahankan harga jual
competitors, in order to seek the kembali, pembatasan penjualan
mutual benefits, the employees kembali, pengikatan, diskriminasi
of DIC Group may discuss with harga, harus dihindari.
competitors price setting,
allocation of customers or sales Benar
territories, restriction of the Tidak Benar
development or production of
products, or designation of 14. Selama interaksi dengan para
business to specific favored pesaing, dalam rangka
suppliers. memperoleh keuntungan
bersama, karyawan Grup DIC
boleh membahas dengan para
Correct pesaing tentang penetapan
Incorrect harga, penjatahan pelanggan
18
atau wilayah penjualan,
15. When attending any event, the pembatasan pengembangan atau
employees of DIC Group may produksi produk, atau penetapan
discuss with the employees of usaha pada pemasok utama
competitors; product price, tertentu.
customers, suppliers or product
plans if the actions discussed are Benar
never taken. Tidak Benar
Benar
Tidak Benar
19
BAB V
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
20
- Kesadaran (awareness) berarti tahu, mengetahui, mengenal.
- Kecintaan atau kesukaan (affiction), berarti suka, menimbulkan rasa
kepatuhan, kerelaan dan kesediaan berkorban.
- Keberanian (Bravery), berarti suatu rasa yang didorong oleh rasa
keikhlasan, tidak ragu-ragu dan tidak takut dengan segala
rintangan.
2. Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Liability
Berbicara tanggung jawab dalam makna liability, berarti berbicara tanggung jawab
dalam ranah hukum, dan biasanya diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab keperdataan.
Dalam hukum keperdataan, prinsip-prinsip tanggung jawab dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya unsur kesalahan (liability based on
fault);
b. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga (presumption of liability);
c. Prinsip tanggung jawab mutlak (absolute liability or strict liability).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan perbedaan antara tanggung jawab
dalam makna responsibility dengan tanggung jawab dalam makna liability pada
hakekatnya hanya terletak pada sumber pengaturannya. Jika tanggung jawab itu belum ada
pengaturannya secara eksplisit dalam suatu norma hukum, maka termasuk dalam makna
responsibility, dan sebaliknya, jika tanggung jawab itu telah diatur di dalam norma hukum,
maka termasuk dalam makna liability.
V.3 Konsep Triple Bottom Line
Konsep Triple Bottom Line ini telah diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1988
yang sebelumnya perusahan hanya menekankan pada konsep single bottom line, yaitu nilai
perusahaan (corporate value) hanya ditekankan pada kondisi keuangannya (financial) saja.
Dengan adanya program CSR yang diimplementasikan oleh perusahaan, kini harus ditekankan
pada konsep triple bottom line yang terdiri atas aspek finansial, aspek sosial, dan aspek
lingkungan (profit, people, and planet). Konsep ini menjelaskan bahwa perusahaan harus lebih
mengutamakan kepentingan stakeholder (semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari
kegiatan yang dilakukan perusahaan) daripada kepentingan shareholder (pemegang saham).
Aspek profit dalam konsep ini berarti hal yang terpenting dalam perusahaan adalah
mencari keuntungan setinggi-tingginya karena perusahaan telah mengimplementasikan dan
melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaannya, sehingga masyarakat semakin
respect terhadap perusahaan Karena kepedulian perusahaan terhadap masyarakat.
Aspek people dalam konsep ini menjelaskan bahwa perusahaan menyadari bahwa
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder penting bagi
perusahaan, perusahaan juga harus mempunyai komitmen bahwa dengan adanya program CSR
yang diimplementasikan oleh perusahaan akan meningkatkan citra positif di mata masyarakat
dengan cara perusahaan harus memberikan kontribusi berupa penjualan produk-produk buatan
perusahaan kepada masyarakat.
Aspek planet pada konsep ini menekankan bahwa perusahaan sangat berperan dalam
menjaga kelestarian lingkungan. Penjagaan kelestarian lingkungan ini dapat dilakukan dengan
cara melakukan penghijauan. Dengan perusahaan mengimplementasikan program CSRnya
dengan melakukan penghijauan yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, maka
21
lingkungan akan memberikan manfaat yang baik, seperti pencegahan lingkungan dari timbulnya
pemanasan global (global warming).
22
perusahaan mempunyai rasa tanggung jawab sosial yang besar atas keselamatan dan keamanan
pelanggan atau masyarakat.
V.6 Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Ada beberapa macam strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam pengelolaan
tanggung jawab sosial perusahaan yaitu terdiri atas:
1) Strategi Reaktif, yaitu strategi di mana kegiatan bisnis yang melakukan strategi
reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung menolak dan menghindarkan diri dari
tanggung jawab sosialnya.
2) Strategi Defensif, yaitu strategi yang dilakukan oleh perusahaan yang berkaitan
dengaan penggunaan jalur hukum untuk mengindarkan diri atau menolak tanggung
jawab sosial.
3) Strategi Akomodatif, yaitu tanggung jawab sosial yang dijalankan oleh perusahaan
karena adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
4) Strategi Proaktif, yaitu strategi di mana perusahaan memandang bahwa tanggung
jawab sosial merupakan bagian dari tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders,
serta membangun citra positif perusahaan bila stakholders terpuaskan.
V.7 Pandangan Kelompok yang Pro dan Kelompok yang Kontra Mengenai Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan terhadap Organisasi Bisnis
Dalam masyarakat Indonesia, ada kelompok yang pro dan ada juga kelompok yang kontra
mengenai adanya tanggung jawab sosial perusahaan. Pandangan kelompok yang pro terhadap
CSR pada organisasi bisnis adalah:
1) Kegiatan bisnis seringkali menimbulkan masalah di mana perusahaan harus
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
2) Perusahaan merupakan bagian dari lingkungan sosial masyarakat yang menyebabkan
perusahaan harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi di masyarakat.
3) Perusahaan biasanya memiliki sumber daya untuk menyelesaikan masalah di
lingkungan sosial masyarakat.
4) Perusahaan merupakan partner dari lingkungan sosial kemasyarakatan di mana pada
umumnya mengarah pada pemerintah dan masyarakat lain yang membutuhkannya.
Pandangan kelompok yang kontra terhadap CSR pada organisasi bisnis adalah :
1) Perusahaan tidak memiliki ahli bidang sosial dan kemasyarakatan yang menyebabkan
kesulitan perusahaan untuk ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial
masyarakat.
2) Perusahaan yang ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam lingkungan sosial
dan masyarakat akan memiliki kekuatan untuk melakukan pengawasan terhadap
masyarakat dipandang indikasi yang kurang baik secara sosial.
3) Dengan perusahaan berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam lingkungan sosial dan
masyarakat, akan menimbulkan pertentangan kepentingan di masyarakat.
4) Tujuan perusahaan bukan tujuan sosial, melainkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan oleh pemilik perusahaan, terutama memperoleh laba di dalam perusahaan
tersebut.
V.8 Contoh Penghargaan CSR dan CSR Perusahaan PT Pupuk Indonesia
Sebanyak 117 perusahaan terkemuka dari berbagai sektor industri di Indonesia
mengikuti Top CSR 2017 (Corporate Social Responsibility) pada bulan April 2017 yang
23
diadakan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dan Indonesia CSR Society
bekerja sama dengan Majalah Business News. Adapun Kriteria penilaiannya adalah sebagai
berikut :
a. Pemenuhan ketentuan di ISO 26000 mengenai keselaran CSR dengan strategi serta
daya saing perusahaan
b. Keberhasilan penerapan GCG (good corporate governance) / tata kelola perusahaan
yang baik
c. Penilaian oleh pakar, konsultan CSR, dan asosiasi bisnis berkaitan dengan program
CSR yang efektif dan berkualitas sebagai landasan strategi bisnis perusahaan.
Tercatat beberapa perusahaan besar menjadi pemenang dalam ajang pengharaan Top CSR
2017 karena memiliki komitmen besar dan konsisten dalam menjalankan program CSR. Antara
lain PT Astra International Tbk., PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), PT Perusahaan Gas
Negara Tbk (PGN), PT Peruri, PT Pelabuhan Indonesia II (IPC), PT. Federal International
Finance (FIF), Indosat, PT Kalbe Farma, PT Pusri Palembang, PT Trakindo Utama, Bank
Muamalat Indonesia Tbk, PT LEN Industri (Persero), Sepatu Bata, Bank Danamon, HM
Sampoerna, Levis, CIMB Niaga Gadjah Tunggal, Pertamina, PT Pupuk Indonesia (Persero), dan
beberapa perusahaan lain dalam berbagai kategori. Misalnya Astra International Tbk., meraih
penghargaan dalam katergori Top CSR 2017 on Contribution to National Economy, PGN meraih
predikat dalam kategori Top CSR 2017 on Nawacita 7, Rural Economic Development, dan
kategori Top Leader on CSR Commitment, FIF meraih TOP CSR 2017 "Aligning CSR to
Business Strategy" dan Top Leader on CSR commitment, PT Pupuk Indonesia (Persero) meraih
penghargaan di ajang TOP CSR 2017 kategori TOP CSR Improvement 2017.
Berdasarkan kabar berita diatas, kami mengambil contoh CSR yang diterapkan oleh PT.
Pupuk Indonesia yang menyandang Top CSR Improvement 2017.
CSR PT. Pupuk Indonesia
Untuk melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development,
Pupuk Indonesia menggunakan pendekatan bahwa pertumbuhan laba perusahaan (profit) harus
sejalan dengan upaya menjaga lingkungan sekitar (planet) dan menjaga keseimbangan kehidupan
sosial (people). Konsep CSR Pupuk Indonesia mengacu pada upaya harmonisasi ketiga hal
tersebut.
Gambar V.8.1 Konsep Tripple Bottom Lines PT Pupuk Indonesia Holding Company
Dengan pendekatan tripple bottom lines pada Gambar V.8.1 yang meliputi kinerja ekonomi
(economic performance), kinerja lingkungan (environmental performance), dan kinerja sosial
24
(social performance), diharapkan keberadaan PIHC tidak hanya bermanfaat bagi para pemegang
saham (shareholders), tetapi juga bagi pemangku kepentingan (stakeholders) yang lebih luas
yaitu pekerja, konsumen, pemasok, masyarakat sekitar, negara dan lain-lain
Program CSR PIHC diwujudkan dalam tanggung jawab perusahaan terhadap
pengembangan sosial kemasyarakatan,lingkungan hidup, ketenagakerjaan, kesehatan dan
keselamatan kerja serta tanggung jawab perusahaan terhadap pelanggan. Kegiatan tersebut
dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang matang, bertanggung jawab, serta mengacu pada
kebijakan PIHC. Secara garis besar, program CSR PIHC dibagi menjadi 4 bidang utama yang
bisa dilihat pada Gambar V.8.2.
25
Dalam rangka menjaga keselarasan dan keselamatan bumi, Pupuk Indonesia berpartisipasi
aktif dalam menjaga lingkungan. Partisipasi aktif tanggung jawab Pupuk Indonesia terhadap
pengelolaan lingkungan Hidup diwujudkan dalam program sebagai berikut :
a. Pengelolaan limbah pabrik
Limbah dari dampak operasional PT Pupuk Indonesia dikelola dengan proses fisika,
kimia maupun biologi menggunakan teknologi terkini untuk menjamin bahwa limbah
yang dibuang ke lingkungan telah memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
Gambar V.8.4 Unit pemanfaatan hasil residu pabrik untuk bahan baku
c. Penghijauan
Program pelestarian lingkungan hidup dilaksanakan melalui program penghijauan
dengan beberapa metode sesuai dengan kondisi anak perusahaan seperti penghijauan
melalui program hutan kota, penanaman pohon langka, penanaman mangrove,
26
penanaman pohon bambu di sepanjang tepi sungai musi serta pembibitan tanaman
khas daerah.
27
Gambar V.8.6 Program Bank Sampah dan Kampung Sehat PIHC
28
BAB VI
Pengambilan Keputusan yang Etis : Tanggung Jawab Kerja dan Hak
Karyawan
29
production. Hal ini harus dilakukan perusahaan karena stabilitas dan prediktabilitas
bisnis telah digantikan oleh ketidakpastian, kompleksitas dan persaingan yang semakin
intens. Siap tidak siap perubahan-perubahan tersebut berdampak secra langsung bagi
perusahaan, sehingga mengharuskan perusahaan untuk mengubah cara-cara
pengelolaan agar dapat survive dan bersaing.
Downsizing merupakan salah satu opsi yang dapat dilaksanakan perusahaan dalam
mengubah cara pengelolaan karyawan yang lebih sedikit dan tingkat manajemen yang
lebih datar. Sebagai ilustrasi proses perampingan biasanya dilakukan dalam rangka
mengurangi berat badan yang berlebihan akibat dari kelebihan kalori yang dikonsumsi
dengan kalori yang dikeluarkan, pada perusahaan proses perampingann dilakukan
karena outcomes tidak sebanding dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
perusahaan. Langkah perampingan dilakukan biasanya karena perusahaan (secara sadar
atau tidak sadar) telah melakukan high cost production, sehingga untuk mengurangi
biaya produksi yang terlalu tinggi salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan
adalah dengan mengurangi jumlah karyawannya. Upaya ini sangat logis untuk
dilakukan karena, umumnya biaya produksi suatu perusahaan terdiri dari biaya tetap
(fixed costs) dan biaya variabel (variable costs). Dari kedua biaya ini biaya tetap
mempunyai komposisi yang lebih besar dari pada biaya variabel, sehingga langkah
efesiensi biaya akan terasa langsung apabila perusahaan dapat memangkas sebagian
besar biaya tetap. Sebagian besar alokasi biaya tetap adalah biaya kompensasi
karyawan, hal inilah yang menjadi dasar mengapa perusahaan mengambil tindakan
yang tidak populer dengan mengurangi jumlah karyawannya.
c. Kesehatan dan Keselamatan
Kesehatan dan keselamatan adalah hal-hal yang dihargai baik sebagai sebuah alat untuk
mencapai tujuan lain yang bernilai dan sebagai tujuan itu sendiri. Beberapa hal yang
perlu dijamin dalam kaitan dengan hak atas keamanan, keselamatan dan kesehatan
kerja:
1) Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keamanan, keselamatan dan
kesehatan melalui program jaminan atau asuransi keamanan dan kesehatan yang
diadakan perusahaan itu.
2) Setiap pekerja berhak mengetahui kemungkinan resiko yang akan dihadapinya
dalam menjalankan pekerjaannya dalam bidang tertentu dalam perusahaan
tersebut.
3) Setiap pekerja bebas untuk memilih dan menerima pekerjan dengan resiko yang
sudah diketahuinya itu atau sebaiknya menolaknya.
Jika ketiga hal ini bisa dipenuhi, suatu perusahaan sudah dianggap menjamin secara
memadai hak pekerja atas perlindungan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja.
Kalaupun pada akhirnya terjadi risiko tertentu, secara etis perusahaan tersebut tetap
dinilai baik.
VI.3 Aplikasi Global : Tenaga Kerja Global dan Tantangan Global
Salah satu cara menghadapi tantangan tenaga kerja untuk mendukung kinerja proses
produksi akibat permintaan pasar yang meningkat adalah dengan sweetshops. Hal ini merupakan
cara untuk mendapatkan tenaga kerja kasar dengan pendapatan murah (gaji rendah). Dengan
adanya Sweatshops ini, bisa mengurangi Ongkos Produksi, walaupun Sweatshops ini tidak
populer bagi publik, namun banyak ekonom membela keberadaannya.
30
VI.4 Hak dan Tanggung Jawab Dalam Konflik : Diskriminasi, Keragaman, dan Tindakan
Afirmatif
1. Konflik Diskriminasi
Pengadilan telah menafsirkan secara seksama presiden dihukum selama puluhan tahun
sejak Title VII dari United Rights Act diberlakukan tahun 1964 dan menciptakan
kelas-kelas diskriminasi yang dilarang.
2. Konflik Keragaman
Dalam sebuah penelitian, membuktikan adanya hubungan yang kuat antara keragaman
gender pada tim manajemen puncak dengan kinerja keuangan perusahaan. Keragaman
memiliki sumber pelamar yang lebih banyak dan lebih berkualitas untuk dipilih
sehingga perusahaan dapat memilih pekerja yang terbaik.
3. Konflik Afirmatif
Upaya untuk mendukung keragaman yang lebih besar dapat juga dilihat sebagai
sebuah bentuk diskriminas terbalik, yakni diskriminasi terhadap orang-orang yang
biasanya dianggap memiliki kekuasaan atau menjadi mayoritas.
Perusahaan yang efektif dicirikan oleh seperangkat praktik yang umum, yang
kesemuanya melibatkan perlakuan karyawan secara manusiawi dan dengan cara-cara
yang terhormat. Ketika karyawan merasakan bahwa perusahaan menghargai emosi
mereka, dan juga menampilkan nilai-nilai seperti kejujuran, penghargaan, dan
kepercayaan, mereka tidak terlalu merasakan tekanan, lebih dihargai sebagai
karyawan, dan lebih puas dengan organisasinya
VI.5 Contoh Isu Isu Etis Pemutusan Hubungan Kerja
Menurut Undang - Undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 pasal 164-166, Perusahaan
disahkan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja / buruh karena
perusahaan mengalami kerugian secara terus - menerus selama 2 tahun atau keadaan memaksa
(force majeur), perusahaan melakukan efisiensi, dan perusahaan pailit atau mengalami
kebangkrutan.
31
Contoh Isu PHK yang merugikan para karyawan
1. Pada tahun 2017, sebanyak 18000 buruh Karawang bakal terkena PHK. Tercatat pada
bulan Januari terdapat 3 perusahaan yang melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
untuk mem-PHK karyawannya yaitu PT. Bina Karya Tunggal yang akan PHK sebanyak
1200 karyawan, PT. Besco sebanyak 500 karyawan, dan PT Hansai yang menyatakan akan
tutup dan tidak beroperasi di Karawang dan mem-PHK karyawannya sebanyak 1000
orang. Hal ini disebabkan tingginya UMK di Karawang yang mencapai Rp3,6 juta
memang memiliki dampak cukup besar terhadap operasional perusahaan, terutama
perusahaan yang bergerak di sektor tekstil, sandang dan kulit (TSK).
Sumber : (http://economy.okezone.com/read/2017/01/04/320/1582710/18-000-buruh-
karawang-bakal-terkena-phk)
2. PHK sepihak oleh Pabrik smelter PT. Freeport Indonesia sebanyak 309 karyawan. Hal ini
bermula ketika karyawan meminta kesetaraan upah karena adanya permasalahan perbedaan
dalam kenaikan upah pekerja antara satu dengan yang lain. Para pekerja pun melakukan
mogok kerja dengan sebelumnya melayangkan surat permohonan mogok kerja ke
manajemen dan dinas ketenagakerjaan setempat. Namun, perusahaan justru mengambil
kebijakan untuk memutus hubungan kerja para karyawan secara sepihak pada Februari
2017, tanpa terlebih dahulu melakukan komunikasi dengan karyawan. Hal ini dinilai tidak
konsekuen karena perusahaan tidak menjalankan perjanjian bersama dan PKB yang
disepakati.
Sumber : (https://ekbis.sindonews.com/read/1186055/34/pabrik-smelter-freeport-phk-
ratusan-pekerja-1488870577)
3. Pada bulan April 2017, Ratusan buruh PT Mulya Garmindo yang berada di Semarang
sebanyak 300 karyawan di PHK secara sepihak tanpa alasan yang jelas dan mereka tidak
mendapatkan pesangon dari perusahaan. Hal ini disebabkan perusahaan memang telah
mengalami pailit atau kolaps, bahkan perusahaan tersebut telah menunggak pajak Rp 4
miliar Rp 5 miliar. Terlebih lagi, perusahaan tersebut sudah ditinggal pemimpinnya ke
Hongkong tempat asalnya. Akibat hal itu, pemerintah akan melakukan penyitaan terhadap
aset perusahaan yang ditinggal kabur oleh pemimpinnya.
Sumber : (http://economy.okezone.com/read/2017/04/05/320/1659458/di-phk-ratusan-
buruh-geruduk-kantor-dprd)
32