Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PROFITABILITAS

PERUSAHAAN HIGH TECHNOLOGY, LOW TECHNOLOGY, DAN JASA


TELEKOMUNIKASI
Tugas Akhir
Analisa Laporan Keuangan
Dosen Pengampu:
Nur Laila Yuliani, S.E., M.Sc.

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Yulian Hasbi Almaududi

14.0102.0071

Sanggra Pramesta

14.0102.0076

Rizky Fudya Hartini

14.0102.0093

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2015

A. PENDAHULUAN
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan
dalam satu periode tertentu. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain
dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per
saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran
bagi kesehatan perusahaan. Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya
dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri.
Analisis profitabilitas lebih dari ukuran akuntansi, seperti penjualan,
harga pokok penjualan, serta beban operasi dan beban non operasi untuk
menilai sumber, daya tahan, pengukuran, dan hubungan ekonomi utamanya.
Hasil penilaian ini memungkinkan untuk mengestimasikan pengembalian dan
karakteristik risiko perusahaan dengan lebih baik. Analisis profitabilitas juga
memungkinkan untuk membedakan antara kinerja yang terkait dengan
keputusan operasi dan kinerja yang terkait dengan keputusan pendanaan dan
investasi. Analisis profitabilitas merupakan suatu yang penting dalam analisis
laporan keuangan dan melengkapi analisis pengembalian. Dasar penilaian
profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan
rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan
dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini
digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Jadi
hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran
tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh
dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan.
Alat ukur utama untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan
dalam kegiatan investasi yang umum digunakan oleh para investor adalah
rasio profitabilitas. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan pemegang
saham terletak pada rasio profitabilitas, yang menunjukkan hasil pengelolaaan
manajemen perusahaan atas dana yang diinvestasikan. Rasio profitabilitas atau
rasio keuntungan berkaitan erat dengan kemapuan perusahaan dan efektivitas
operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

B. PEMBAHASAN
1. KATEGORI PERUSAHAAN HIGH TECHNOLOGY
a. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1) PT Indofarma (Persero) Tbk
Sejarah panjang PT Indofarma (Persero) Tbk atau
Perseroan berawal dari tahun 1918 di sebuah pabrik skala kecil
di lingkungan Rumah Sakit Pusat Pemerintah Kolonial Belanda
yang pada saat itu hanya memproduksi beberapa jenis salep dan
kasa pembalut. Seiring dengan berjalannya waktu, usaha
Perseroan berkembang menambah tablet dan injeksi dalam
rangkaian lini produksinya. Sempat dikuasai oleh Pemerintah
Jepang

pada

tahun

1942

di

bawah

manajemen

Takeda

Pharmaceutical, Perseroan kembali diambil alih oleh Pemerintah


Indonesia pada tahun 1950 melalui Departemen Kesehatan. Peran
Perseroan dalam bidang farmasi dan kesehatan semakin penting
dalam

memproduksi

obat-obat

esensial

untuk

kesehatan

masyarakat. Pada tanggal 11 Juli 1981 status Perseroan berubah


menjadi badan hukum berbentuk Perusahaan Umum Indonesia
Farma (Perum Indofarma). Status Perseroan kembali berubah pada
tahun 1996 menjadi PT Indofarma (Persero) berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 34 tahun 1995 dengan
akta pendirian berdasarkan Akta No. 1 tanggal 2 Januari 1996
yang diubah dengan Akta No. 134 tanggal 26 Januari 1996. Pada
tanggal 17 April 2001 Perseroan melakukan penawaran saham
perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham
INAF yang kemudian merubah status Perseroan menjadi PT
Indofarma (Persero) Tbk. Saat ini, Perseroan telah memproduksi
sebanyak hampir 200 jenis obat yang terdiri dari beberapa kategori
produk, yaitu Obat Generik Berlogo (OGB), Over The Counter
(OTC), obat generik bermerek, dan lain-lain. Pada awal tahun
2000, Perseroan melakukan pengembangan ke hilir dalam bidang
distribusi dan perdagangan dengan melakukan ekspansi pendirian

anak perusahaan PT Indofarma Global Medika (IGM) melalui


prosentase kepemilikan sebesar 99,99%. Hingga 31 Desember
2014, IGM memiliki 31 cabang dengan jumlah SDM mencapai
747 karyawan. Kekuatan armada distribusi IGM terdiri atas
kendaraan roda empat mencapai 27 unit, roda dua 56 unit dan truk
60 unit. IGM juga telah memiliki sertifikasi ISO 9001:2008 dan
OHSAS 18001:2007.
Visi: Menjadi perusahaan yang berperan secara signifikan pada
perbaikan kualitas hidup manusia dengan memberi solusi
terhadap masalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Misi: 1. Menyediakan produk dan layanan berkualitas dengan
harga terjangkau untuk masyarakat.
2. Melakukan penelitian dan pengembangan produk yang
inovatif dengan prioritas untuk mengobati penderita
penyakit dengan tingkat prevalensi tinggi.
3. Mengembangkan kompetensi Sumber Daya Manusia
(SDM) sehingga memiliki kepedulian, profesionalisme dan
kewirausahaan yang tinggi.
2) PT Kalbe Farma
Berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang dari
usaha sederhana di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi
terdepan di Indonesia. Melalui proses pertumbuhan organik dan
penggabungan usaha & akuisisi, Kalbe telah tumbuh dan
bertransformasi menjadi penyedia solusi kesehatan terintegrasi
melalui 4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat Resep
(kontribusi 25%), Divisi Produk Kesehatan (kontribusi 17%),
Divisi Nutrisi (kontribusi 26%), serta Divisi Distribusi and
Logistik (kontribusi 32%). Keempat divisi usaha ini mengelola
portofolio obat resep dan obat bebas yang komprehensif, produkproduk minuman energi dan nutrisi, serta usaha distribusi yang
menjangkau lebih dari satu juta outlet di seluruh kepulauan
Indonesia. Di pasar internasional, Perseroan telah hadir di negaranegara ASEAN, Nigeria, dan Afrika Selatan, dan menjadi

perusahaan produk kesehatan nasional yang dapat bersaing di


pasar ekspor. Established in 1966, Kalbe has gone a long way
from a humble operation that started in a garage to become the
leading pharmaceutical company in Indonesia. Growing both
organically and through mergers & acquisitions, Kalbe expands its
business interests and transformed itself to become a provider of
an integrated healthcare solution through its 4 business divisions:
the Prescription Pharmaceutical Division (25% contribution),
Consumer Health Division (17% contribution), Nutritionals
Division (26% contribution) and Distribution and Logistics
Division (32% contribution). These business divisions manage an
extensive portfolio of prescription pharmaceuticals and OTC
drugs, energy drink and nutrition products, as well as a robust
distribution arm serving over one million outlets across
Indonesias vast archipelago. In the international market, the
Company has established its footprint in ASEAN countries,
Nigeria, and South Africa, positioning Kalbe as a national
pharmaceutical company with a competitive edge in the export
market. 30 PT Kalbe Farma Tbk - Laporan Tahunan 2014 Annual
Report Profil Perusahaan Sekilas Kalbe Kalbe at a Glance Sejak
pendiriannya, Perseroan menyadari pentingnya inovasi untuk
mendukung

pertumbuhan

usaha.

Kalbe

telah

membangun

kekuatan riset dan pengembangan dalam bidang formulasi obat


generik dan mendukung peluncuran produk konsumen dan nutrisi
yang inovatif. Melalui aliansi strategis dengan mitra-mitra
internasional, Kalbe telah merintis beberapa inisiatif riset dan
pengembangan yang banyak terlibat dalam kegiatan riset mutakhir
di bidang sistem penghantaran obat, obat kanker, sel punca dan
bioteknologi. Didukung lebih dari 16.000 karyawan, kini Kalbe
telah tumbuh menjadi penyedia layanan kesehatan terbesar di
Indonesia, dengan keunggulan keahlian di bidang pemasaran,

branding, distribusi, keuangan serta riset dan pengembangan.


Kalbe Farma juga merupakan perusahaan produk kesehatan publik
terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai kapitalisasi pasar Rp85,8
triliun dan nilai penjualan Rp17,4 triliun di akhir 2014.
Visi: menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik
dengan skala internasional yang didukung oleh inovasi,
merek yang kuat, dan manajemen yang prima.
Misi: Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.
a. ANALISIS PERHITUNGAN
1) PT Indofarma (Persero) Tbk Tahun 2014
a) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Laba kotor
x 100
GPM =
Penjualan bersih
=

114.715 .802 .123


x 100
413.471.530 .908

= 27,74%

b) Rasio Pendapatan Operasional (Operating Income Ratio)


Labausaha
x 100
OIR =
Penjualan bersih
=

35.587 .396 .461


x 100
413.471.530 .908

8,60%

c) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Laba bersih setelah pajak ( EAT )
x 100
NPM =
Penjualan bersih
=

2.402.407 .449
x 100
413.471.530 .908

0,58%

d) Kekuatan Pendapatan dari Total Investasi (Earning


Power of Total Investment)
Biaya administrasi dan umum( EBIT )
x 100
EPofTI =
Jumlah aktiva
=
e) Tingkat

52.129.234 .432
x 100
885.717.307 .216
Pengembalian

Investment)

Investasi

5,88%
(Rate

of

Return

ROI

Laba bersih setelah pajak ( EAT )


x 100
Jumlah aktiva

2.402.407 .449
x 100
885.717.307 .216

0,27%

f) Pengembalian Modal (Return on Equity)


Laba bersih setelah pajak ( EAT )
x 100
ROE =
Jumlah equity
=

2.402 .407 .449


x 100
595.765 .961 .140

0,40%

g) Tingkat Pengembalian Kekayaan Bersih (Rate of Return


on Net Worth)
Laba bersih setetlah pajak ( EAT )
x 100
RofR =
Jumlah modal sendiri
=

2.402.407 .449
x 100
309.926 .750 .000

0,77%

2) PT Kalbe Farma Tbk Tahun 2014


a) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
GPM =

Laba kotor
x 100
Penjualan bersih
8.475 .795 .157 .827
x 100
17.368 .532 .547.558

48,79%

b) Rasio Pendapatan Operasional (Operating Income Ratio)


OIR

Labausaha
x 100
Penjualan bersih

2.763 .700 .548 .048


x 100
17.368 .532 .547.558

15,91%
c) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
NPM =

Laba bersih setelah pajak ( EAT )


x 100
Penjualan bersih

2.129 .215 .450 .082


x 100
17.368 .532 .547.558

12,25%
d) Kekuatan Pendapatan dari Total Investasi (Earning Power
of Total Investment)
EPofTI =

Biaya administrasi dan umum( EBIT )


x 100
Jumlah aktiva
901.181.791.170
x 100
12.425 .032 .367.729

7,25%

e) Tingkat Pengembalian Investasi (Rate of Return Investment)


ROI

Laba bersih setelah pajak ( EAT )


x 100
Jumlah aktiva

2.129 .215 .450 .082


x 100
12.425 .032 .367.729

17,13%
f) Pengembalian Modal (Return on Equity)
ROE

Laba bersih setelah pajak ( EAT )


x 100
Jumlah equity

2.129.215 .450 .082


x 100
9.817 .475.678 .446

21,68%
g) Tingkat Pengembalian Kekayaan Bersih (Rate of Return on
Net Worth)
RofR =

Laba bersih setetlah pajak ( EAT )


x 100
Jumlah modal sendiri
2.129 .215 .450 .082
x 100
468.751.221 .100

454,23%

3) Analisis Perbandingan antara PT Indofarma Tbk dan PT


Kalbe Farma Tbk pada Tahun 2014
Dari perhitungan tersebut dapat

diketahui

bahwa

presentase Gross Profit Margin PT Indofarma Tbk (27,74%) lebih


rendah dibandingkan PT Kalbe Farma Tbk (48,79%). Selisih
presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar 21,05%. Jadi, PT
Kalbe Farma Tbk k pada tahun 2014 memiliki kemampuan dalam
menghasilkan laba kotor dari pejualan bersih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan PT Indofarma Tbk.
Presentase Operating Income Ratio PT Indofarma Tbk
(8,60%) lebih rendah dibandingkan PT Kalbe Farma Tbk
(15,91%). Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut
sebesar 7,31%. Jadi, PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2014
memiliki kemampuan dalam menghasilkan keuntungan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan PT Indofarma Tbk.
Presentase Net Profit Margin PT Kalbe Farma Tbk
(12,25%) lebih tinggi dibandingkan PT Indofarma Tbk (0,58%).
Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar 11,67%.
Jadi, PT Indofarma Tbk pada tahun 2014 memiliki kemampuan
dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih yang lebih
rendah dibandingkan dengan PT Kalbe Farma Tbk.
Presentase Earning Power of Total Investment PT Kalbe
Farma Tbk (7,25%) lebih tinggi dibandingkan PT Indofarma Tbk
(5,88%). Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar
1,37%. Jadi, PT Indofarma Tbk pada tahun 2014 memiliki
kemampuan

dalam

mengelola

modal

yang

dimiliki

yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan


keuntungan bagi investor dan pemegang saham yang lebih rendah
dibandingkan dengan PT Kalbe Farma Tbk.
Presentase Rate of Return Investment PT Kalbe Farma Tbk
(17,13%) lebih tinggi dibandingkan PT Indofarma Tbk (0,27%).
Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar 16,86%.
Jadi, PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2014 memiliki kemampuan

dalam menghasilkan laba bersih yang diperoleh dari operasi


perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan, lebih rendah dibandingkan dengan PT
Indofarma Tbk.
Presentase Return on Equity PT Kalbe Farma Tbk (21,68%)
lebih tinggi dibandingkan PT Indofarma Tbk (0,40%). Selisih
presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar 21,28%. Jadi, PT
Indofarma Tbk pada tahun 2014 memiliki kemampuan modal
untuk menghasilkan pendapatan bersih, lebih rendah dibandingkan
dengan PT Kalbe Farma Tbk.
Presentase Rate of Return on Net Worth PT Kalbe Farma
Tbk (454,23%) lebih tinggi dibandingkan PT Indofarma Tbk
(0,77%). Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sangat
jauh sekali sebesar 453,46%. Jadi, PT Indofarma Tbk pada tahun
2014 memiliki kemampuan modal sendiri yang diinvestasikan
dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham, lebih
rendah dibandingkan dengan PT Kalbe Farma Tbk.
Dalam analisis profitabilitas dapat dikatakan jika semakin
tinggi nilai presentase rasio profitabilitas, maka semakin baik suatu
perusahaan tersebut. Pada tahun 2014 PT Kalbe Farma Tbk
memiliki rasio profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan PT
Indofarma, dalam Presentase Rate of Return on Net Worth PT
Kalbe Farma Tbk memiliki presentase yang besar. Dapat
disimpulkan bahwa PT Kalbe Farma Tbk mempunyai kemampuan
yang lebih tinggi dalam memperoleh laba dalam hubungannya
dengan

nilai

penjualan,

aktiva,

dan

modal

sendiri

bila

dibandingkan dengan PT Indofarma Tbk.


2. KATEGORI PERUSAHAAN LOW TECHNOLOGY
b. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1) PT Eratex Djaja Tbk
PT

Eratex

Djaja

Tbk

merupakan perusahan

tekstil

multinasional yang berpusat di Jakarta, Indonesia. Mempunyai

pabrik di Probolinggo, Jawa Timur, serta kantor di Surabaya. PT


Eratex Djaja Tbk telah menjadi salah satu penghasil pakaian yang
berkualitas, dan mampu bersaing dengan pasar global. PT Eratex
Djaja Tbk (Perseroan) didirikan dalam rangka Undang-undang
Penanaman Modal Asing No.1 tahun 1967 berdasarkan akta notaris
No. 7 tanggal 12 Oktober 1972 yang dibuat oleh Koerniatini
Karim, Notaris di Jakarta. Kantor Terdaftar Perseroan di Jakarta,
beralamat di Menara Gracia, Lantai 7, Jl. H.R. Rasuna Said Kav.C17, Jakarta Selatan - 12940. Dan Kantor Administrasi yang terletak
di Surabaya, beralamat di Gedung Spazio Lantai 3 Unit 319321
Graha Festival Kav.3 Graha Family, Jl. Mayjend Yono Soewoyo,
Sura - baya 60216. Sedangkan lokasi pabrik berada di kota
Probolinggo, beralamat di Jl. Soekarno Hatta No. 23 Probolinggo.
Berdasarkan dokumen pendiriannya Perseroan bergerak
dalam bidang industri tekstil terpadu meliputi bidang-bidang
pemintalan, penenunan, pewarnaan, penyelesaian, pencetakan,
pembuatan pakaian jadi, falsetwisting dan knitting, serta menjual
dan memasarkan produknya di dalam maupun di luar negeri.
Perseroan beroperasi secara komersial pada tahun 1974 dimulai
dengan divisi Pemintalan dan Penenunan dengan produk jadi
berupa benang dan kain katun. Pada tahun 1980, divisi Garment
dimulai dan secara komersial beroperasi setahun kemudian.
Perseroan mencatatkan sebagian dari sahamnya di bursa
efek di Indonesia pada tanggal 21 Agustus 1990, dengan surat
persetujuan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. SI125/SHM/MK.10/1990 tanggal 14 Juli 1990. Dan sejak tahun
2000, seluruh saham telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia).
Visi : Menjadi penyedia solusi terkemuka yang terintegrasi dalam
dunia lifestyle dan fashion.

Misi : Kami akan memimpin dalam desain, pengembangan, serta


pengadaan bahan, sehingga dapat memberikan produk dan
layanan yang tepat kompetitif dengan fokus pada respon
cepat.
2) PT Nusantara Inti Corpora Tbk
PT Nusantara Inti Corpora Tbk (dahulu bernama United
Capital Indonesia Tbk) (UNIT) didirikan tanggal 30 Mei 1988
dengan nama PT Aneka Keloladana dan mulai beroperasi
komersial pada tahun 1992. Kantor pusat berdomisili di Gedung
Menara Palma, Lt.12 Jl. HR. Rasuna Said Blok X2 Kav 6
Kuningan Timur, Setiabudi Jakarta Selatan 12950 Indonesia.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Nusantara Inti Corpora Tbk, antara lain: Lenovo Worldwide
Corporation (35,90%) dan Bloom International LTD (18,89%).
Pada awalnya kegiatan usaha UNIT adalah perantara pedagang
efek dan penjamin emisi efek.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan usaha UNIT adalah menjalankan usaha dalam bidang
perdagangan dan investasi. Kegiatan usaha yang dijalankan UNIT
saat ini adalah melakukan kegiatan usaha dibidang perdagangan
komoditas tekstil, dan juga melakukan investasi melalui anak
usaha, yaitu PT Delta Nusantara dengan kegiatan usaha
perdagangan tekstil dan industri pemintalan benang.
Pada tanggal 28 Maret 2002, UNIT memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham UNIT (IPO) kepada masyarakat sebanyak
96.000.000 dengan nilai nominal Rp200,- per saham saham dengan
harga penawaran Rp210,- per saham disertai dengan Waran Seri I

yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para


pemegang saham baru dimana setiap pemegang saham yang
memiliki 19 saham baru akan mendapatkan 13 waran seri I dengan
pelaksanaan sebesar Rp210,- per saham. Waran seri I tersebut
memiliki jangka waktu selama 3 tahun. Saham dan waran tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 april
2002.
Visi : Menjadi perusahaan investasi berskala regional yang aktif
dan kompetitif.
Misi : 1. Mengupayakan

kegiatan

usaha

perseroan

yang

terstruktur, efisien dan kompetitif dengan tingkat


pelayanan yang tinggi.
2. Meningkatkan

kualitas

keterbukaan

pengelolaan

perseroan.
3. Berkomitmen menjalankan peraturan dan perundangan
yang berlaku dengan tetap memperhatikan risiko usaha
perseroan.
a. ANALISIS PERHITUNGAN
1) PT Eratex Djaja Tbk Tahun 2014
a) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Laba kotor
x 100
GPM =
Penjualan bersih
=

6,109,393
x 100
54,432,884

= 11,22%

b) Rasio Pendapatan Operasional (Operating Income Ratio)


Labausaha
x 100
OIR =
Penjualan bersih
=

3,455,056
x 100
54,432,884

= 6,35%

c) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Laba bersih setelah pajak ( EAT )
x 100
NPM =
Penjualan bersih

2,294,283
x 100
54,432,884

= 4,21%

d) Kekuatan Pendapatan dari Total Investasi (Earning


Power of Total Investment)
Biaya administrasi dan umum( EBIT )
x 100
EPofTI =
Jumlah aktiva
=
e) Tingkat

1,875,570
x 100
46,296,273
Pengembalian

= 4,05%
Investasi

(Rate

of

Return

Investment)
Laba bersih setelah pajak ( EAT )
x 100
ROI =
Jumlah aktiva
=

2,294,283
x 100
46,296,273

= 4,96%

f) Pengembalian Modal (Return on Equity)


Laba bersih setelah pajak ( EAT )
x 100
ROE =
Jumlah equity
=

2,294,283
x 100
12,702,293

= 18,06%

g) Tingkat Pengembalian Kekayaan Bersih (Rate of Return


on Net Worth)
Laba bersih setetlah pajak ( EAT )
x 100
RofR =
Jumlah modal sendiri
=

2,294,283
x 100
8,817,516

= 26,02%

2) PT Nusantara Inti Corpora Tbk Tahun 2014


a) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
GPM =

Laba kotor
x 100
Penjualan bersih

36.670 .494 .618


x 100
102.448 .044 .300

= 35,79%

b) Rasio Pendapatan Operasional (Operating Income Ratio)

OIR

Labausaha
x 100
Penjualan bersih

31.001.487 .977
x 100
102.448 .044 .300

30,26%

c) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


NPM =

Laba bersih setelah pajak ( EAT )


x 100
Penjualan bersih
396.296 .296
x 100
102.448 .044 .300

0,39%

d) Kekuatan Pendapatan dari Total Investasi (Earning


Power of Total Investment)
EPofTI =

=
e) Tingkat

Biaya administrasi dan umum( EBIT )


x 100
Jumlah aktiva
5.669.006 .641
x 100
440.727 .374 .151
Pengembalian

Investasi

1,28%
(Rate

of

Return

Investment)
ROI

Laba bersih setelah pajak ( EAT )


x 100
Jumlah aktiva

396.296.296
x 100
440.727 .374 .151

0,09%

f) Pengembalian Modal (Return on Equity)


ROE

Laba bersih setelah pajak ( EAT )


x 100
Jumlah equity

396.296 .296
x 100
241.653 .558 .598

0,16%

g) Tingkat Pengembalian Kekayaan Bersih (Rate of Return


on Net Worth)

RofR =

Laba bersih setetlah pajak ( EAT )


x 100
Jumlah modal sendiri
396.296 .296
x 100
107.746 .000 .000

0,37%

b. Analisis Perbandingan antara PT Eratex Djaja Tbk dan PT


Nusantara Inti Corpora Tbk pada Tahun 2014
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa presentase
Gross Profit Margin PT Eratex Djaja Tbk (11,22%) lebih rendah
dibandingkan PT Nusantara Inti Corpora Tbk (35,79%). Selisih
presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar 24,57%. Jadi, PT
Nusantara Inti Corpora Tbk pada tahun 2014 memiliki kemampuan
dalam menghasilkan laba kotor dari pejualan bersih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan PT Eratex Djaja Tbk.
Presentase Operating Income Ratio PT Eratex Djaja Tbk
(6,53%) lebih rendah dibandingkan PT Nusantara Inti Corpora Tbk
(30,26%). Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar
23,73%. Jadi, PT Nusantara Inti Corpora Tbk pada tahun 2014
memiliki kemampuan dalam menghasilkan keuntungan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan PT Eratex Djaja Tbk.
Presentase Net Profit Margin PT Eratex Djaja Tbk (4,21%)
lebih tinggi dibandingkan PT Nusantara Inti Corpora Tbk (0,39%).
Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar 3,82%. Jadi,
PT Nusantara Inti Corpora Tbk pada tahun 2014 memiliki kemampuan
dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih yang lebih
rendah dibandingkan dengan PT Eratex Djaja Tbk.
Presentase Earning Power of Total Investment PT Eratex Djaja
Tbk (4,05%) lebih tinggi dibandingkan PT Nusantara Inti Corpora Tbk
(1,28%). Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar
2,77%. Jadi, PT Nusantara Inti Corpora Tbk pada tahun 2014 memiliki
kemampuan dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi

investor dan pemegang saham yang lebih rendah dibandingkan dengan


PT Eratex Djaja Tbk.
Presentase Rate of Return Investment PT Eratex Djaja Tbk
(4,96%) lebih tinggi dibandingkan PT Nusantara Inti Corpora Tbk
(0,09%). Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar
4,87%. Jadi, PT Nusantara Inti Corpora Tbk pada tahun 2014 memiliki
kemampuan dalam menghasilkan laba bersih yang diperoleh dari
operasi perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan, lebih rendah dibandingkan dengan PT
Eratex Djaja Tbk.
Presentase Return on Equity PT Eratex Djaja Tbk (18,06%)
lebih tinggi dibandingkan PT Nusantara Inti Corpora Tbk (0,16%).
Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar 17,9%. Jadi,
PT Nusantara Inti Corpora Tbk pada tahun 2014 memiliki kemampuan
modal

untuk

menghasilkan

pendapatan

bersih,

lebih

rendah

dibandingkan dengan PT Eratex Djaja Tbk.


Presentase Rate of Return on Net Worth PT Eratex Djaja Tbk
(26,02%) lebih tinggi dibandingkan PT Nusantara Inti Corpora Tbk
(0,37%). Selisih presentase dari kedua perusahaan tersebut sebesar
25,65%. Jadi, PT Nusantara Inti Corpora Tbk pada tahun 2014
memiliki kemampuan modal sendiri yang diinvestasikan dalam
menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham, lebih rendah
dibandingkan dengan PT Eratex Djaja Tbk.
Dalam analisis profitabilitas dapat dikatakan jika semakin
tinggi nilai presentase rasio profitabilitas, maka semakin baik suatu
perusahaan tersebut. Secara keseluruhan pada tahun 2014 PT Eratex
Djaja Tbk memiliki rasio profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan
PT Nusantara Inti Corpora Tbk, walaupun dalam Gross Pofit Margin
dan Operating Income Ratio lebih rendah presentasenya jika
dibandingkan dengan PT Nusantara Inti Corpora Tbk. Dapat
disimpulkan bahwa PT Eratex Djaja Tbk mempunyai kemampuan
yang lebih tinggi dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan

nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri bila dibandingkan dengan


PT Nusantara Inti Corpora Tbk.
3. KATEGORI PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI
C. KESIMPULAN
Analisis profitabilitas dapat dikatakan jika semakin tinggi nilai
presentase rasio profitabilitas, maka semakin baik suatu perusahaan tersebut.
Kategori perusahaan High technology, yaitu PT Indofarna Tbk dan PT
Kalbe Farma Tbk. Secara keseluruhan pada tahun 2014 PT Kalbe Farma Tbk
memiliki rasio profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan PT Indofarma
Tbk. Dapat disimpulkan bahwa PT Kalbe Farma Tbk mempunyai kemampuan
yang lebih tinggi dalam dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih,
memiliki kemampuan dalam menghasilkan keuntungan yang lebih baik, dan
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam memperoleh laba dalam
hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.
Kategori perusahaan low technology, yaitu PT Eratex Djaja Tbk dan
PT Nusantara Inti Corpora Tbk. Secara keseluruhan pada tahun 2014 PT
Eratex Djaja Tbk memiliki rasio profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan
PT Nusantara Inti Corpora Tbk, walaupun dalam Gross Pofit Margin dan
Operating Income Ratio PT Eratex Djaja Tbk lebih rendah presentasenya jika
dibandingkan dengan PT Nusantara Inti Corpora Tbk. Dapat disimpulkan
bahwa PT Eratex Djaja Tbk rata-rata mempunyai kemampuan yang lebih
tinggi dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan,
aktiva, dan modal sendiri bila dibandingkan dengan
Corpora Tbk.

PT Nusantara Inti

Anda mungkin juga menyukai