Anda di halaman 1dari 10

BAB 3

QUALITY OF EARNINGS (QOE)

A. PENGERTIAN ANALISIS AKUNTANSI


Analisis akuntansi yaitu proses evaluasi sejauh mana akuntansi perusahaan
mencerminkan realitas ekonomi. Hal ini dilakukan dengan mempelajari transaksi dan
peristiwa perusahaan,menilai dampak kebijakan akuntansi terhadap laporan
keuangan,menyesuaikan laporan tersebut agar lebih mencerminkan keadaan ekonomi
yang mendasarinya dan membuatnya lebih sesuai untuk kepentingan analisis. Analisis
akuntansi merupakan proses yang digunakan analis untuk mengidentifikasi dan menilai
distorsi akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan. Analisis akuntansi merupakan
persyaratan penting bagi analisis laporan keuangan yang efektif. Hal ini disebabkan
kesimpulan yang akan dibuat tergantung pada kualitas informasi akuntansi yang
digunakan sebagai bahan analisis.
Walaupun prinsip akuntansi diatur dengan Standar Akuntansi
Keuangan,kompleksitas transaksi dan peristiwa bisnis tidak memungkinkan penerapan
aturan akuntansi yang seragam untuk seluruh perusahaan sepanjang waktu. Terlebih
lagi, sebagian besar standar akuntansi muncul sebagai bagian dari proses politik untuk
memenuhi kepentingan berbagai pihak yang seringkali memiliki benturan kepentingan.
Pihak – pihak ini meliputi pengguna laporan seperti investor,kreditur, dan analis ;
pembuat laporan seperti perusahaan,persekutuan dan perusahaan
perseorangan;pembuat kebijakan seperti Securities and Exchange Commuissions (SEC)
dan Financial Accounting Standard Board (FASB); dan pihak-pihak lainnya seperti
auditor,penasihat hukum, dan pendidik. Dengan demikian,standar akuntansi seringkali
tidak dapat memenuhi kepentingan satu pihak tertentu. Faktor lain yang berpotensi
mengurangi keandalan laporan keuangan adalah kesalahan estimasi akuntansi karena
informasi yang tidak lengkap atau tidak tepat.
Kebutuhan akan analisis akuntansi disebabkan dua alasan penting. Pertama,
akuntansi akrual memperbaiki akuntansi kas dengan mencerminkan aktivitas usaha
pada waktu yang lebih tepat. Namun akuntansi akrual menyebabkan distorsi akuntansi
yang perlu diidentifikasi dan disesuaikan sehingga informasi kauntansi dapat
mencerminkan aktivitas usaha dengan lebih baik. Kedua, laporan keuangan dibuat
untuk berbagai jenis pemakai dan kebutuhan informasi. Hal ini berarti informasi
akuntansi biasanya membutuhkan penyesuaian untuk memenuhi tujuan analisis dari
pemakai tertentu.
B. MASALAH PERBANDINGAN DAN DISTORSI AKUNTANSI
Keterbatasan informasi kauntansi mempengaruhi kegunaan laporan keuangan
dan menimbulkan setidaknya dua masalah dalam analisis. Pertama, ketidakseragaman
akuntansi menyebabkan masalah perbandingan (comparability problem). Masalah ini
muncul jika perusahan yang berbeda menerapkan akuntansi yang berbeda untuk
transaksi atau peristiiwa yang sama. Masalah ini juga muncul jika perusahaan
mengubah akuntansinya,yang berakibat pada timbulnya kesulitan perbandingan.
Kedua,pilihan dan ketidaktepatan dalam akuntansi dapat mendistorsi informasi laporan
keuangan.
Distorsi akuntansi (accounting distortion) merupakan penyimpangan
informasi akuntansi dari ekonomi yang mendasarinya. Distorsi akuntansi muncul dalam
tiga bentuk,yaitu :
1. Estimasi Manajemen dapat salah atau tidak lengkap. Kesalahan estimasi
ini merupakan penyebab utama distorsi akuntansi.
2. Manajer dapat menggunakan pilihan dalam akuntansi untuk memanipulasi
atau mempercantik laporan keuangan (window-dressing). Istilah ini dikenal
dengan nama Earnings Management/Financial Shenanigans
3. Standar akuntansi dapat menyebabkan distorsi akuntansi karena gagal
menangkap realitas ekonomi

Tiga jenis distorsi akuntansi ini menciptakan risiko kauntansi dalam analisis
laporan keuangan yaitu ketidakpastian dalam analisis laporan keuangan karena distorsi
akuntansi. Sasaran utama analisis akuntansi adalah mengevaluasi dan mengurangi
risiko akuntansi serta meningkatkan muatan ekonomis laporan keuangan,termasuk
komparabilitasnya. Untuk mencapai sasaran ini diperlukan penyajian ulang dan
pengklasifikasian ulang laporan keuangan untuk meningkatkan muatan ekonomi dan
komparabilitasnya.

Analisis akutansi meliputi evaluasi Quality of Earnings (QOE) perusahaan atau


secara lebih luas kualitas akuntansinya. Evaluasi Quality of Earnings memerlukan
analisis factor-faktor seperti bisnis perusahaan,kebijakan akuntansinya,kuantitas dan
kualitas informasi yang diungkapkan,kinerja dan reputasi manajemen,serta kesempatan
dan insentif untuk melakukan earnings management. Analisis akuntansi juga mencakup
evaluasi atas daya tahan laba (earnings persistence) yang kadang kala disebut
sustainable earning power.

Analisis akuntansi paling sering tidak dipahami,tidak dihargai,dan tidak


diaplikasikan secara efektif dalam analisis bisnis. Sebagian alasannya mungkin karena
analisis kauntansi memerlukan pengetahuan akuntansi. Analisis yang tidak memiliki
pengetahuan akuntansi memiliki tren untuk mengabaikan analisis akuntansi dan
mengambil laporan keuangan apa adanya. Tindakan ini mengandung bahaya karena
analisis akuntansi krusial untuk analisis bisnis yang sukses.

C. TAHAPAN ANALISIS AKUNTANSI


Tahapan analisis akuntansi , yaitu :
1. Mengidentifikasi Kebijakan Akuntansi Kunci (Key Accounting Policies)
Tahapan penting dalam evaluasi Quality of Earnings adalah mengidentifikasi
kebijakan akuntansi kunci yang dipilih perusahaan. Apakah kebijakan tersebut
wajar atau agresif? Apakah kebijakan yang dianut sejalan dengan norma industry?
Apakah dampak kebijakan akuntansi pada angka-angka yang disajikan pada
laporan keuangan?
Contoh :
Bank – Key Success Factors – Credit Risk Managemen = Allowance for Loss
Reserves
Retail Industry – Key Success Factors – Inventory Management = Inventory
Turnover
Computer Industry – Product Innovation = Research and Development Cost as a
Percentage of Sales
Manufactures of Quality Product – Quality = Warranty Expenses and Reserves
2. Menilai Fleksibilitas Akuntansi
- Jika manajer kurang memiliki fleksibilitas dalam memilih kebijakan akuntansi
yang dapat mereka terapkan, maka data akuntansi tidak akan begitu informative
dalam memahami situasi yang dihadapi perusahaan
- Sebaliknya,jika menajer memiliki fleksibilitas dalam memilih kebijakan
akuntansinya,maka angka-angka dalam laporan keuangan memiliki potensi
untuk menjadi informative, tergantung dari fleksibilitas yang diterapkan
manajemen
- Fleksibilitas akuntansi dipergunakan manajer untuk mengkomunikasikan
situasi ekonomi yang dihadapi perusahaan,namun dapat juga dipergunakan
untuk menyembunyikan kejadian yang sesungguhnya.
3. Mengevaluasi Strategi Akuntansi
- Apakah terdapat peredaan antara kebijaka kauntansi yang diterapkan
perusahaan dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan-
perusahaan lainnya yang berada dalam industry yang sama.
- Apakah manajemen memilikimotivasi yang kuat untuk mempergunakan
“accounting disrection” untuk melakukan pengelolaan laba (earnings
management).
- Apakah perusahaan melakukan perubahan kebijakan atau estimasi akuntansi
mereka? Mengapa mereka melakukan hal tersebut?
- Apakah perusahaan sengaja melakukan transaksi-transaksi usaha
tertentu,sehingga perusahaan dapat mencapai suatu tujuan akuntansi tertentu?
4. Mengevaluasi Kualitas Pengungkapan
- A consistent conservative accounting policy that results in a prudent
measurement of the company’s financial condition and net income
- A pretax income stream that is derived from recurring,rather than onetime
transactions related to the basic business of the company
- A net income level and growth rate that is not dependent on a lowering of
the tax rate through means which may be vulnerable to future tax code changes
or place detrimental constraints on the company’s use of the tax savings or
deferrals
- A debt level that is appropriate for the business and a capital structure that
has not been manipulated to produce EPS effects
- Earnings that are not materially inflated by unrealized inflation or currency
gains
- Earning trend that are stable,predictable,and indicative of future eanings level
5. Mengidentifikasi Red Flags yang Potensial
Assessing quality : Current Signals
1. An audit report that is unusually long,contains unusual wording,mentions
material uncertainties,is dated later than is customary,or indicates a change
in auditors.
2. Reductions of manager costs,such as advertising,in total or relative to sales.
These costs are often reduced to help a company reach its profit goal.
3. Changes in accounting policies,accounting estimates, or the application of
existing accounting policies toward a more liberal application.
4. An increase in accounts receivable that is out of line with the past
experience. The company may be using credit to create sales in order to reach
an earnings objective.
5. Extension of trade payable that is out of line with past experience or longer
than the normal trade credit period. Companies at balance sheet dates like to
have their trade payables appear current.
6. An unusual increase in intangible asset balances. The company may be
capitalizing expenditures because income is insufficient to absorb the
expenditures as expenses of the current period.
7. Onetime sources of income,such as the sale nonproductive assets like the
company’s headquarters building. The sale at a profit may be made to close the
gap between actual and forecast profits.
8. Decline in gross margin percentages. Price competition may be hurting the
company,its cots may be out of control,or the company’s product mix may be
changing.
9. Reduction of reserves by direct charges or reversals. The direct charges
suggest that the contingency for which the reserve was created occurred or the
company needs to reverse to create profits.
10. Reliance on income sources other than the company’s core business. The
company’s strategy may be failing.
11. Selective use of pooling of interests accounting to avoid recording goodwill.
12. Under reserving for future losses. Fully reserving may lead to conversant
problems. Management may have an unrealistic,optimistic view of the future.
13. Unusual increase in borrowings. The company may be having trouble
financing its activities from internally generated funds.
14. Increase in the deferred tax portion of the tax expense. The company may
be using its accpunting for public purposes more liberal,or the pretax profit for
tax purposes may be failing,which may be a better measure of the company’s
actual performance trend.
15. Low cash and marketable securities balance at year-end. The company may
be using it cash to reduce payables so as to improve its current ratio on a one
shot basis.
16. Peak short-term borrowing sat year-end or at a time during the year that is
different from the past. The company may have borrowed funds to support
the use of credit to get sales up at year-end,or the nature of the business is
changing from its traditional pattern.
17. Slowdown of inventory turnover rate. Sales,inventory,or production
problems may be developing.

Users must be aware that managers know they are searching for red flags.
Consequently,managers might attempt to conceal their company’s deteriorating
condition by taking steps to avoid having their financial statements signal their
company’s true condition.

Red Flags = tanda bahaya yang melekat dalam laporan keuangan

6. Menghilangkan Distorsi Akuntansi


Pekerjaan terahir dan paling berat dalam analisis akuntansi adalah membuat
penysuaian yang layak atas laporan keangan, terutama income statement dan
balance sheet. Kebutuhan akan penyesuaian ini disebabkan oleh distori
akuntansi atas angka yang dilaporkan dan tujuan analisis khusus.
D. QUALITY OF EARNINGS (QOE)

Kualitas laba memiliki arti berbeda untuk berbagai pihak. Analis mendefinisika
QOE sebagai sejauh mana perusahaan mengaplikasikan koservatisme – perusahaan
dengan QOE yang lebih tinggi diharapkan memiliki rasio Price Earning Ratio (PER) yang
lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan QOE rendah. Definisi lainnya sebagai
alternative yaoti sehubungan dengan distorsi akuntansi – perusahaan memiliki QOE
tinggi jika informasi laporan keuangan mencerminkan aktivitas usaha secara akurat.

Beberapa definisi QOE lainnya yaitu :

- The use of acconting methods and assumptions that tend not to overstate
reported revenues and earnings. The term to indicate consistency of reported
earnings (lack of volatility).firms that report “consistent” earnings growth often
do so by managing earnings in ways that the external analyst cannot see.
Earnings management may include the use of aggressive accounting assumption
when required to meet analyst expectations. (White, Sondhi & Fried,2003)
- The relevance of earnings in measuring company performance. Its determinants
include a company’s business environment and its selection and application of
accounting principles (Wild, Subramanyam & Halsey, 2003)
- A review of financial statements,including the footnotes,indicates their
conservatism in regard to accounting policies. Accounting policies that result in
the slowest reporting of income are the most conservative. When a firm has
conservative accounting policies. It is said that its earnings are of high quality
(Gibson,2001)
E. DETERMINANTS OF QOE
QOE mengacu pada relevansi laba dalam mengukur tingkat kinerja perusahaan.
Analisis laba tahun-tahun sebelumnya memberikan angka laba yang sangat tergantung
dari asumsi dan standar akuntansi yang digunakan. Penentu QOE mencakup
lingkungan usaha perusahaan,standar akuntansi yang dipilih dan aplikasi akuntansi.
Kebutuhan akan estimasi dan interpretasi pada akuntansi akrual telah membuat
beberapa pihak mempertanyakan tingkat keandalan seluruh pengukuran akrual. Reaksi
ekstrim ini tidaklah bijaksana karena banyak informasi relevan yang dapat dijelaskan
melalui pengukuran akrual.
Pengukuran QOE menciptakan kebutuhan untuk membandingkan laba antar
perusahaan dan keinginan untuk mengakui perbedaan kualitas untuk tujuan penilaian.
Tidak ada kesepakatan jelas yang menyatakan dasar QOE. Tiga Faktor yang biasanya
diidentifikasi sebagai penentu QOE yaitu :
1. Accounting Principles. Salah satu penentu QOE adalah kebebasan
manajemen dalam memilih standar akuntansi yang berlaku. Kebebasan ini
dapat bersifat agresif (optimis) atau konservatif. QOE yang ditentukan
secara konservatif dianggap lebih tinggi karena lebih kecil kemungkinan
kinerja saat ini dan perkiraan kinerja di masa yang akan dating dinyatakan
terlalu tinggi dibandingkan dengan laba yang ditentukan dengan cara yang
lebih agresif.
Namun konservatisme yang berlebihan mengurangi keandalan dan relevansi
laba pada jangka panjang.
2. Aplikasi Akuntansi. Penentu QOE lainnya adalah kebabasan manajemen
dalam menerapkan standar akuntansi. Manajemen memiliki kebabasan
terhadap jumlah laba yang dilaporkan melalui aplikasi standar akuntansi
untuk menentukan pendapatan dan beban. Beban yang bebas seperti beban
iklan,pemasaran,perbaikan,pemeliharaaan,penelitian dan pengembangan
dapat ditentukan waktunya untuk mengelola laba atau rugi yang akan
dilaporkan.
3. Risiko bisnis. Penentu QOE yang ketiga adalah hubungan antara laba dan
risiko bisnis. QOE yang lebih tinggi dikaitkan dengan perusahaan yang
lebih terlindung dari risiko bisnis.
F. ANALISIS QOE PADA INCOME STATEMENT
Pengeluaran yang fleksibel (discretionary expenditures) merupakan
pengeluaran yang dapat dipindahkan antar periode untuk membuat cadangan dan atau
mempengaruhi laba. Untuk alasan tersebut pengeluaran ini memerlukan perhatian
khusus. Pengeluaran ini seringkali disajikan pada income statement atau catatan atas
laporan keuangan,oleh karena itu evaluasi pengeluaran ini mengacu pada analisis QOE
pada income statement.
Dua contoh pengeluaran ini yaitu :
1. Beban Iklan. Sebagian besar pengeluaran untuk iklan memiliki dampak yang
melampui periode saat ini. Hal ini merupakan penyebab lemahnya hubungan antara
beban iklan dengan kinerja jangka pendek perusahaan. Manajer dalam kasus
tertentu dapat mengurangi beban iklan tanpa menimbulkan pengaruh langsung
terhadap penjualan. Namun tindakan ini akan berdampak buruk tehadap penjualan
jangka panjang. Analis harus memperhatikan perubahan beban iklan setiap tahun
untuk menilai dampaknya tehadap penjualan di masa yang akan dating dan QOE.
2. Beban penelitian dan pengembangan. Biaya penelitian dan pengembangan atau
litbang (R&D) merupakan pengeluaran dalam laporan keuangan yang paling sulit
untuk dianalisis dan diinterpretasikan. Beban litbang ini penting,tidak hanya
karenajumlahnya tetapi juga karena dampaknya terhadap kinejera di masa yang
akang datang. Terdapat berbagai kasus aktivitas penelitian dan pengembangan yang
berhasil pada bidang genetika,kimia,elektronik,fotografi, dan biologi tetapi setiap
proyek yang berhasil juga diiringi oleh sejumlah kegagalan. Kegagalan penelitian
ini mencerminkan sejumlah besar beban atau penghapusan beban yang tidak
memiliki manfaat yang dapat diukur. Tujuan analisis adalah untuk menentukan
jumlah biaya litbang saat ini yang mempunyai manfaat masa depan. Manfaat ini
seringkali diukur dengan menghubungkan pengeluaran litbang dengan
pertumbuhan penjualan dan pengembangan produk baru.

Beberapa pengeluaran yang fleksibel lainnya yang berdampak pada kinerja di masa
yang akan datag adalah biaya pelatihan,penjualan,pengembangan kemampuan
manajer, serta perbaikan dan pemeliharaan. Meskipn biaya ini biasanya
dibebankan pada periode terjadinya, biaya ini seringkali memiliki manfaat masa
depan.

G. ANALISIS QOE PADA BALANCE SHEET


- Konservatisme dalam pelaporan asset
Relevansi nilai asset yang dilaporkan kecuali kas,held-to maturity investments,
dan tanah terkait dengan pengakuan akhir sebagai beban. Kita dapat
menyatakan melalui pernyataan sebagai berikut :
Jika aset dinyatakan terlalu tinggi (overstated), maka laba kumulatif
dinyatakan terlalu tinggi (overstated).
Contoh : Pengakuan penurunan nilai aset,persediaan yang using, fasilitas dan
peralatan yang tidak produktif, saldo allowance for bad debt.
- Konservatisme dalam pelaporan Provisi dan Kewajiban
Jika provisi dan kewajiban dinyatakan terlalu rendah,maka laba
kumulatif dinyatakan terlalu tinggi.
Contoh : cadangan garansi produk dan kewajiban terhadap lingkungan,estimasi
biaya PHK yang terlalu rendah.
H. FAKTOR EKSTERNAL DAN QOE
QOE dipengaruhi oleh factor di luar perusahaan. Salah satu factor adalah laba
luar negeri yang dipengaruhi kesulitan dan ketidakpastian pengembalian
dana,fluktuasi mata uang, kondisi politik dan sosial, aturan dan pungutan lokal. Pada
Negara tertentu,perusahaan tidak bebas untuk memutuskan hubungan kerja karyawan
sehingga biaya tenaga kerja menjadi biaya tetap.
Faktor lain yang mempengaruhi QOE adalah undang-undang, misalnya
undang-undang lingkungan hidup atas suatuperusahaan listrik mempengaruhi QOE-
nya. Stabilitas dan reliabilitas sumber laba juga mempengaruhi QOE. Pendapatan
yang terkait dengan pertahanan pemerintah sangat andal ketika hubungan internasional
memanas,tetapi terpengaruh pada kejadian politik sedang aman. Tingkat perubahan
harga pun mempengaruhi QOE. Terakhir, kerumitan operasional mempengaruhi
QOE.

Anda mungkin juga menyukai