Anda di halaman 1dari 4

KRONOLOGI KASUS TOSHIBA CORPORATION

Toshiba Corporation merupakan perusahaan elektronik asal Jepang dengan reputasi yang
sangat baik awalnya. Dikenal sebagai perusahaan dengan laju inovasinya yang terdepan serta
banyak mewarnai referensi buku bisnis dengan berbagai prestasi. Salah satunya karya firma
hukum Mori Hamada & Matsumoto yang menceritakan tentang bagusnya tata kelola dalam
perusahaan. Toshiba menduduki peringkat sembilan dari 120 perusahaan publik di Jepang
dalam Good Governance Practice. Mencerahkan para pelaku bisnis sehingga ingin
melakukan hal serupa di perusahaan mereka.

Hisao Tanaka adalah seorang yang telah menjabat di toshiba sebagai Presiden Eksekutif dan
Chief Executive Officer (CEO). Perusahaan toshiba sendiri sudah berdiri selama 140 tahun
namun hancur begitu saja dikarnakan perilaku etika yang tidak baik yang dilakukan tanaka,
karena pangkat yang tinggi dan mempunyai kewenangan atas data yang diberikan untuk di
laporkan namun menyalahgunakan data tersebut untuk mendapatkan keuntungan dalam
perusahaan dikarenakan target yang tidak tercapai. Ia bertanggung jawab atas perbuatannya
dengan cara mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 21 juni 2015 dengan kasus
toshiba yang melebihkan keuntungan senilai US$ 1,2 Miliar untuk menutupi yang kurang
dalam pencapaian target dikarenakan pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi target
performance unit tidak dapat sesuai target yang diharapkan sehingga terlihat adanya angka
besar dilaporan tersebut sebagai keuntungan yang didapat oleh perusahaan demi menghindari
dari kebangkrutan. Tidak hanya Hisao Tanaka selaku Presiden dan CEO yang mengundurkan
diri, pihak lain yang terlibat pada kasus ini seperti wakil CEO toshiba yaitu Norio Sasaki dan
Atsutoshi Nishida selaku Chief Executive yang sekarang menjadi penasihat toshiba juga
mengundurkan diri. Tanaka dan Sasaki ditekan divisi bisnis untuk memenuhi target yang
tinggi sehingga mereka melebihi laba dan menenunda pelaporan kerugian, mereka merancang
laporan ini agar sulit diketahui oleh auditor. Investigasi independen sebenernya menemukan
bahwa pihak manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan yang mereka dapatkan
selama lebih dari 6 tahun karena ingin memenuhi target internal perusahaan setelah terjadi
krisis finansial tujuh tahun lalu. Namun reputasi yang bagus itu kini hancur berantakan hanya
karena pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi target performance unit. Kasus ini
terjadi pada tahun 2015. Toshiba terbukti melakukan pembohongan publik dan investor
dengan cara menggelembungkan keuntungan di laporan keuangan hingga overstated profit
1,2 Miliar US Dollar sejak tahun fiskal 2008, Dan yang lebih memprihatinkan skandal
tersebut melibat top management dari Toshiba Corporation. Sejak laporan audit
penginvestigasian resmi dirilis dua bulan setelah komite yang diketuai Koichi Ueda dan
beranggotakan beberapa pakar akuntansi Jepang menginvestigasi Toshiba dan sampai pada
kesimpulan telah terjadi penyimpangan.

Guna mempercantik kinerja keuangannya, Toshiba melakukan berbagai cara baik mengakui
pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya pada periode tertentu namun dengan
metode yang menurut investigator tidak sesuai prinsip akuntansi,. Seperti kesalahan
penggunaan percentage-of-completion untuk pengakuan pendapatan proyek, cash-based
ketika pengakuan provisi yang seharusnya dengan metode akrual, memaksa supplier
menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan sudah selesai, dan lain semisalnya.

Besarnya angka, rentang waktu yang tidak sebentar, juga keterlibatan Top Management
memberi gambaran kepada kita betapa kronis dan kompleksnya penyakit dalam tubuh
Toshiba. Penyelewengan dilakukan secara berjamaah, sistematis dan cerdas. Sekian lapis
sistem kontrol dari mulai divisi akuntansi, keuangan, internal audit, tidak berfungsi sama
sekali. Bagaimana akan berfungsi, bahkan oknumnya dari staff senior mereka yang sudah
hafal seluk beluk perusahaan. Seiya Shimaoka, seorang internal auditor, mencurigai
kecurangan dan berusaha melaporkan tapi malah dianggap angin lalu oleh atasannya sendiri
seperti yang dilansir jurnalis Financial Times. Sedemikian rapi dan cerdasnya hingga tim
auditor eksternal sekelas Ernst & Young (EY) tak mampu mencium aroma busuk dari laporan
keuangan Toshiba. Belum ada dugaan kantor akuntan itu terlibat dalam skandal.

CEO memang tidak menginstruksikan langsung untuk melakukan penyimpangan tetapi


memasang pencapaian target yang tinggi. Ini yang membuat karyawan pusing kepala.
Apalagi ditambah budaya Toshiba yang kurang baik: tidak bisa melawan atasan. Maksudnya
melawan adalah koreksi atas kesalahan manajemen mengambil keputusan. Dalam kasus
Toshiba, bawahan tidak bisa mengkoreksi penetapan target oleh CEO yang bahkan tidak
realistis dengan kondisi bisnis dan perusahaan. Bahasa mudahnya, CEO berkata, “Terserah
kamu mau ngapain, pokoknya akhir tahun harus profit!”
Selain itu, sistem kompensasi karyawan yang dihitung dari kinerja keuangan juga turut andil
di dalamnya. Maka muncullah ide-ide kreatif dari karyawannya untuk mencapai target yang
ditetapkan. Celakanya kreatifitas kali ini bukan dalam riset pengembangan atau pemasaran
namun dalam hal perlakuan akuntansi. Dibuatlah laporan keuangan dengan profit tinggi
padahal tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

I. PEMBAHASAN KASUS

II. ETIKA YANG DILANGGAR

III. SIKAP YANG DIAMBIL

IV. KASUS AGAR TIDAK TERULANG

V. MODUS OPERANDI (5W + 1H) & BAGAN ALUR


o What = apa yang sebenarnya terjadi ?
Toshiba yang melebihkan keuntungan senilai US$ 1,2 Miliar untuk menutupi yang
kurang dalam pencapaian target dikarenakan pressure yang sangat tinggi untuk
memenuhi target performance unit tidak dapat sesuai target yang diharapkan
sehingga terlihat adanya angka besar dilaporan tersebut sebagai keuntungan yang
didapat oleh perusahaan demi menghindari dari kebangkrutan

o Who = Siapa yang terlibat dalam penyimpangan tersebut ?


Hisao tanaka selaku CEO Toshiba
Norio Sasaki wakil CEO Toshiba

o When = Kapan penyimpangan terjadi ?


2015

o Where = dimana penyimpangan terjadi?


Di jepang

o Why = penyebab terjadinya penyimpangan?


Tanaka dan Sasaki ditekan divisi bisnis untuk memenuhi target yang tinggi sehingga
mereka melebihi laba dan menenunda pelaporan kerugian, mereka merancang
laporan ini agar sulit diketahui oleh auditor

o How = Bagaimana penyimpangan terjadi ?

Anda mungkin juga menyukai