(2250100020)
Martin
The Audit Process
Model Risiko Audit
SA 315 (Revisi 2021), “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas
Entitas dan Lingkungannya”
CR : risiko dimana salah saji dapat terjadi dalam asersi mengenai jenis transaksi akibat
3 CR = Control Risk
lemahnya sistem pengendalian internal baik yang disengaja atau tidak
DR : risiko berkaitan dengan kegagalan auditor mendeteksi salah saji yang melebihi salah
4 DR = Detection Risk
saji yang dapat ditoleransi dan atau penggelapan/ fraud.
Ikhtisar Entitas & Lingkungannya
Sebagai prosedur penilaian risiko dapat mengidentifikasi aspek-aspek dalam entitas yang tidak disadari oleh auditor
1
dan dapat membantu dalam menilai risiko kesalahan penyajian material agar menyediakan suatu basis untuk desain
dan pengimplementasian respons terhadap risiko yang telah dinilai : baik informasi keuangan maupun informasi
nonkeuangan, sebagai contoh, hubungan antara penjualan dengan luas tempat penjualan atau dengan kuantitas
barang yang dijual
Mengidentifikasi eksistensi transaksi atau peristiwa, serta angka, rasio, dan pola yang tidak biasa, yang dapat
2
mengindikasikan hal-hal yang memiliki implikasi terhadap audit. Hubungan yang tidak biasa atau yang tidak
diharapkan teridentifikasi dapat membantu auditor dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material,
terutama risiko kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan.
Ketika prosedur analitis menggunakan data yang diagregasi secara garis besar (high level) (situasi seperti ini
3
kemungkinan ditemukan dalam prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko), hasil prosedur
analitis tersebut hanya menyediakan suatu indikasi awal yang luas tentang apakah kemungkinan terdapat kesalahan
penyajian material. Oleh karena itu, dalam kasus tersebut, pertimbangan atas informasi lain yang telah dikumpulkan
ketika mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material bersama dengan hasil prosedur analitis tersebut dapat
membantu auditor dalam memahami dan mengevaluasi hasil prosedur analitis tersebut
Prosedur Analitis
. . . SA 315 (Revisi 2021), “Mengapa dilakukan ?”
Untuk client entitas yang lebih kecil mungkin tidak memiliki informasi keuangan interim atau bulanan yang dapat
4
digunakan untuk tujuan prosedur analitis. Dalam kondisi ini, meskipun auditor mungkin dapat melaksanakan
prosedur analitis terbatas untuk tujuan perencanaan audit atau memperoleh beberapa informasi melalui permintaan
keterangan, auditor perlu merencanakan pelaksanaan prosedur analitis untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material ketika draf awal laporan keuangan entitas tersedia.
Creative Accounting
ini sebenarnya adalah euphemism (kata halus) dari sistem pelaporan keuangan yang tidak setia pada kondisi keuangan
yang sebenarnya yang dibuat dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
1 Why do they do it? di antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman
baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan
syarat-syarat tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analis pasar, atau mengecoh
pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil mencapai hasil
yang cemerlang atau way out mengembalikan uang yang “dibakar” saat periode entry.
memindahkan saldo, contoh kasus Enron banyak sekali hutang-hutang tersembunyi yang
2 How do they do it ?
dipindahkan kepada anak-anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi karena
memanfaatkan celah dalam hukum Amerika yang memperbolehkan ‘special purpose
vehicles’ (suatu organisasi yang dibentuk untuk proyek khusus yang dibentuk terpisah
untuk mengisolasi resiko-resiko dari proyek tersebut) yang memenuhi syarat-syarat
tertentu tidak dikonsolidasi.
Teknologi & Penilaian Risiko
In 1992, COSO issued the Internal Control Integrated Framework have 5 crucial components :
1 Control environment
2 Control activities
3 Risk assessment
4 Penyimpan (storage)
5 Mengirim (Transmission)
Big Data
istilah umum untuk segala himpunan data (dataset) dalam jumlah yang sangat besar, rumit dan tak terstruktur sehingga
menjadikannya sukar ditangani apabila hanya menggunakan perkakas manajemen basis data biasa atau aplikasi pemroses
data tradisional belaka.
1 Volume memiliki jumlah data yang sangat besar sehingga dalam proses
pengolahan data dibutuhkan suatu penyimpanan yang besar dan
dibutuhkan analisis yang lebih spesifik
3 Variasi memiliki variasi bentuk format data yang beragam baik terstruktur
ataupun tidak terstruktur dan bergantung pada banyaknya sumber
data
Analisis Big Data
adalah proses pengujian set data yang besar untuk menemukan pola & koneksi yang tersembunyi, korelasi yang tidak
diketahui, sehingga dapat memperoleh wawasan dan informasi berharga misal tren pasar, preferensi pelanggan dan
informasi bisnis lainnya yang berguna untuk kemudian menjadi sebuah insight dan membantu dalam membuat keputusan.
Dengan integrasi big data analytics ke dalam proses audit, manfaat apa yang lantas diterima auditor?
1 Tidak lagi terbatas pada pengujian berbasis sampel, big data memungkinkan population-based audit.
Melakukan pengujian terhadap objek audit secara menyeluruh akan memberikan hasil audit yang lebih relevan,
sebab dapat menghilangkan bias dan risiko dalam pemilihan sampel
2 Volume data yang besar memungkinkan auditor untuk mengelompokkan data-data berdasarkan perbedaan variabel
(seperti jumlah kelompok transaksi, waktu, dan lokasi) untuk menemukan pola atau anomali yang kemudian menjadi
dasar pengujian yang lebih mendalam
3 Meningkatkan efisiensi analitisis data secara keseluruhan, termasuk analisis deskriptif, diagnostik, prediktif, dan
preskriptif (petunjuk/ ketentuan resmi). Analisis ini dapat memberikan statistik deskriptif pada seluruh populasi,
menawarkan bukti audit pada skala yang lebih besar dan lebih lengkap, membangun koneksi antara laporan
keuangan dan operasi bisnis aktual, dan mengidentifikasi potensi tanda bahaya
Big Data & General Audit Software (GAS)
Lembaga profesi audit telah menyadari kebutuhan akan hal tersebut, sejak beberapa tahun terakhir dengan spesifik dalam
menggunakan Audit Command Language (ACL) sebagai aplikasi pendukung audit.
Kelebihan penggunaan software data analytics ini antara lain :
Universal Data Access, yaitu dapat mengakses data dari hampir semua jenis database yang ada (DBF, XLS, Text File,
1
report file, Oracle, SQL, DB2, AS/400 FDF, COBOL, dsb) dan semua platform(PC, minicomputer, dan mainframe).
Jumlah Data Besar, yaitu kemampuan dalam mengakses dan memproses data dalam jumlah yang sangat besar
2
(hingga ratusan juta record).
3 Kecepatan Waktu Proses, kemampuannya untuk memproses dalam waktu yang singkat walaupun data yang
diproses dalam jumlah yang besar.
Integritas Data, dengan kemampuan mengakses database 100% (tanpa metode sampling) serta data yang bersifat
4
Read Only yang dapat menjamin orisinalitas, keamanan dan integritas data untuk pengolahan menjadi informasi yang
bermanfaat bagi user dan manajemen.
Big Data & General Audit Software (GAS)
. . . Kelebihan Audit Command Language (ACL) sebagai aplikasi pendukung audit antara lain :.
Automasi, pembuatan aplikasi audit yang sangat cepat dan mudah untuk melakukan automasi analisis data untuk
5
efisiensi proses kerja.
Multi File Process, dapat digunakan untuk menangani beberapa file sekaligus, tanpa mengganggu operasional
6
teknologi informasi yang dijalankan oleh perusahaan.
Log File Navigation, dilengkapi dengan log file untuk pencatatan proses analisis yang telah dilakukan sehingga
7
menghasilkan suatu audit trail yang komprehensif.
Fungsi Analisis yang Lengkap, dilengkapi fungsi-fungsi analisis yang sangat lengkap yang dapat dengan mudah
8
dikombinasikan dalam menghasilkan temuan-temuan yang tidak pernah terkirakan sebelumnya
Auditor harus memperoleh pemahaman
4.6.4
atas pengendalian internal,
Pengendalian
Internal mengevaluasi rancangan pengendalian tersebut,
diimplementasikan.
Dhika
KOMPONEN PENGENDALIAN
INTERNAL
1. LINGKUNGAN PENGENDALIAN
4.7 Penilaian Risiko ekstern yang berakibat kemungkinan tidak tercapainya tujuan organisasi (business goal
objectives).
2. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Menurut Gondodiyoto (2007 : 112), dari
berbagai sudut pandang, risiko dapat Risiko bawaan ialah potensi kesalahan atau penyalahgunaan yang melekat pada suatu
dibedakan dalam beberapa jenis, kegiatan jika tidak ada pengendalian internal.
1. Risiko Bisnis (Business Risk) Dalam suatu organisasi yang baik seharusnya sudah ada risk assessment, dan
2. Risiko Bawaan (Inherent Risk) dirancang pengendalian internal secara optimal terhadap setiap potensi risiko. Risiko
3. Risiko Pengendalian (Control pengendalian ialah masih adanya risiko meskipun sudah ada pengendalian.
➔ Manajemen dapat menggunakan departemen audit internal untuk (antara lain) memantau pengendalian
internal atau dapat mencari bantuan eksternal. Auditor tertarik pada risiko bisnis karena isu yang merupakan
ancaman untuk bisnis seringkali dapat juga menjadi risiko laporan keuangan salah saji (yang mana
merupakan komponen dari risiko audit). Sebagai contoh, apabila sebuah divisi tertentu dari bisnis terancam
tutup, penilaian seluruh aset terkait dengan divisi tersebut akan terpengaruh. Dalam hal yang lebih umum,
apabila penurunan ekonomi memberikan tekanan pada perusahaan untuk memenuhi ekspektasi dari
pemberi dana, manajemen mungkin tergoda untuk memanipulasi laporan keuangan.
1. Risiko inheren
Risiko inheren adalah kerentanan dari asersi terhadap salah saji yang material, secara
4.7.2 Risiko Audit individu atau ketika agregat dengan salah saji lain, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat pengendalian internal yang terkait. Risiko inheren dapat dianalisis dalam
sejumlah tingkatan yang akan dicakup di bawah ini:
Risiko audit adalah risiko memberikan
opini yang tidak sesuai sehubungan 1. Pada tingkatan industri atau sector Industri yang berbeda memiliki tingkatan
dengan laporan keuangan. yang berbeda atas risiko inheren.
2. Pada tingkatan entitas. Pada tingkatan entitas terdapat pula tingkatan yang
Risiko audit memiliki tiga komponen: berbeda atas risiko inheren. Misalnya: Untuk dua klien A dan B yang serupa,
apabila salah satu perusahaan: Merupakan target pengambilalihan Hingga batas
1. Risiko inheren
cerukannya. Memiliki pemasok atau pelanggan utama yang sedang dalam
2. Risiko pengendalian kesulitan keuangan. Itu jelas akan lebih berisiko secara inheren dibandingkan
3. Risiko deteksi yang lainnya.
3. Pada tingkatan saldo.
Saldo yang berbeda dapat juga membawa risiko inheren yang berbeda. Misalnya:
Persediaan di toko perhiasan, misalnya mungkin dianggap berisiko lebih tinggi
dibandingkan dengan aset tidak lancar perusahaan yang sama, yang terdiri dari
perlengkapan toko, peralatan kantor, dan beberapa brankas serta peralatan
keamanan yang agak mengesankan. Perlu diingat bahwa persediaan sendiri
akan tetap secara inheren berisiko, walaupun perusahaan mungkin memiliki
pengaturan keamanan yang telah dipikirkan baik-baik. Dampaknya termasuk
dalam kategori ‘risiko pengendalian’.
2. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa sebuah salah saji yang material dan dapat terjadi dalam sebuah asersi, secara individual
atau ketika agregat dengan salah saji lain, tidak akan dicegah atau dideteksi dan diperbaiki secara tepat waktu oleh pengendalian
internal perusahaan.
Risiko pengendalian akan menjadi lebih rendah ketika tindakan pengendalian yang efektif dilakukan. Namun selalu terdapat risiko
pengendalian yang dikarenakan keterbatasan dari pengendalian internal:
3. Risiko Deteksi
Penilaian mengenai risiko inheren dan risiko pengendalian, bergantung pada pemahaman penyedia asurans atas bisnis klien serta
sistem dan pengendalian yang ditetapkan oleh manajemen klien. Komponen ketiga dari risiko audit – risiko deteksi – bergantung
pada hal-hal yang dapat dikendalikan oleh penyedia asuransi. Risiko deteksi adalah risiko bahwa prosedur auditor tidak akan
mendeteksi salah saji yang ada dalam sebuah asersi yang bisa jadi material, secara individual atau ketika diagregat dengan salah
saji lainnya.
Anggraini
4.7.3 Menilai Resiko Salah Saji
Kantor Akuntan Publik “JAK dan Rekan” menerima penugasan untuk mengaudit PT. ABC Tbk, untuk pertama kalinya sejak IPO. Engagement Manager,
pada fase persiapan audit, menyampaikan informasi berikut terkait PT ABC Tbk:
● Ini adalah sesi audit eksternal pertama kalinya untuk PT ABC Tbk
● PT. ABC adalah perusahaan kontraktor yang memiliki banyak cabang di Singapura, Malaysia, India, Dubai, Jepang dan Australia.
● Tim internal Audit PT ABC baru dibentuk 2 bulan lalu;
● Komite Audit PT ABC terdiri dari Board of Director member yang tidak satupun memiliki latar belakang bidang akuntansi dan keuangan.
Sementara itu KAP JAK dan Rekan mematok angka 10% sebagai “accepted audit risk level.” Dari informasi tersebut, tim audit KAP “JAK & Rekan”
menghitung besaran angka DR yang harus diantisipasi dengan prosedur dan metode audit yang paling efektif:
mengingat: (a) klien adalah usaha kontraktor yang besar kemungkinannya menerapkan metode pengakuan pendapatan bertahap melalui beberapa
periode akuntansi (kompleksitas pengakuan transaksi); (b) ini adalah audit eksternal pertamakalinya (minim informasi obyektif); dan (c) klien memiliki
tingkat kompleksitas pelporan yang tergolong tinggi dengan adanya banyak perusahaan cabang di luar negeri dengan mata uang asing yang
berbeda-beda pula.
mengingat: (a) tim internal auditnya PT ABC Tbk tergolong baru; (b) anggota audit komite nya terdiri dari orang-orang yang tidak berlatarbelakang
akuntansi dan keuangan—thus besar kemungkinanya tidak melakukan tugas pengawasan yang prudent terhadap proses pencatatan dan pelaporan
transkasi keuangan PT ABC Tbk.
Dari simpulan itu, maka sudah bisa ditentukan berapa besarnya angka DR yang harus diantisipasi oleh
auditor, dengan menggunakan persamaan di atas:
AR = IR x CR x DR
0.10 = 0.36 x DR
DR = 0.10/0.36
DR = 0.278 (dibulatkan)
DR = 28%
DR = 28% inilah yang harus diantisipasi dengan prosedur pemeriksaan yang dirancang sedemikian
rupa oleh auditor, sehingga bisa ditekan ke tingkatan yang paling minimal.
FENOMENA JIWASRAYA
Salah satu contohnya adalah skandal kegagalan audit pada PT Asuransi Jiwa Jiwasraya (Persero) . sebagai perusahaan asuransi
milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) belakangan tengah menjadi sorotan. Hal ini lantaran mereka gagal membayar polis JS
Saving Plan milik nasabah hingga triliunan rupiah. Jiwasraya tak mampu memenuhi kewajiban polis jatuh tempo nasabahnya
mencapai sekitar Rp 12,4 triliun. Rupanya terungkap, kemelut di tubuh Jiwasraya sudah berlangsung lama. Dimulai pada 2004,
perusahaan memiliki cadangan yang lebih kecil dari seharusnya, insolvency mencapai Rp 2,769 triliun.
Gagal bayar Asuransi Jiwasraya sebenarnya terjadi pada salah satu produk unggulannya yang bernama JS Saving plan. JS Saving
plan merupakan produk asuransi jiwa sekaligus investasi yang ditawarkan melalui perbankan atau bancassurance. Berbeda dengan
produk asuransi unit link yang risiko investasinya ditanggung pemegang polis, JS Saving plan merupakan investasi non unit link yang
risikonya sepenuhnya ditanggung perusahaan asuransi. JS Saving Plan menawarkan jaminan return yang sangat tinggi dengan
periode pencairan setiap tahun. Nilai return ini jauh lebih tinggi atau hampir dua kali lipat daripada bunga yang ditawarkan deposito
bank yang saat itu besarannya di kisaran 5-7 persen.
Tercatat ada 17.000 pemegang polis JS Saving Plan. Adapun total pemegang polis Jiwasraya secara keseluruhan termasuk
pemegang polis produk lainnya mencapai 7 juta pemegang polis. Kasus gagal bayar polis nasabah yang mengarah pada korupsi PT
Asuransi Jiwasraya dinilai melibatkan banyak pihak termasuk akuntan publik. Auditor dianggap tidak mampu atau mengungkap kondisi
sebenarnya pada Jiwasraya. Terlebih lagi, laporan keuangan teraudit yang dipublikasikan Jiwasraya ternyata telah dimanipulasi atau window dressing
sehingga perusahaan terlihat sehat.
Lanjutan PT. Jiwasraya
Menanggapi kondisi ini, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Tarkosunaryo meyakini tidak terdapat keterlibatan akuntan publik dalam
kasus Jiwasraya. Menurutnya, akuntan publik yang mengaudit perusahaan tersebut telah bertindak sesuai standar. Dalam laporan keuangan
Jiwasraya 2017, misalnya, akuntan publik telah memberikan pendapat "opini dengan modifikasi".
Opini tersebut mencakup salah satu dari tiga jenis opini auditor yaitu opini wajar dengan mengecualian, opini tidak wajar dan opini tanpa
memberikan pendapat. "Opini ini disebabkan karena tidak sesuainya material laporan keuangan dengan standar akuntansi atau karena auditor
kekurangan memperoleh bukti karena berbagai sebab sehingga tidak cukup untuk memberikan opini wajar tanpa pengecualian,".
Laporan keuangan Jiwasraya 2017 di review karena periode tersebut terdapat temuan dari akuntan publik yang menyatakan terdapat kekurangan
cadangan teknis sebesar Rp 7 triliun. Sehingga, auditor menilai laporan keuangan Jiwasraya yang disusun perusahaan dan diumumkan direksi
terdapat keuntungan Rp 360 miliar tidak tepat. Pernyataan auditor tersebut juga sesuai pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.
Kejaksaan Agung pada Selasa, 17 Desember 2019 lalu, resmi mengambil alih penyidikan yang selama tujuh bulan terakhir dilakoni Kejaksaan
Tinggi DKI Jakarta. Kejaksaan mengendus dugaan terjadinya fraud-tindakan curang yang menguntungkan pribadi dan pihak lain-dalam
pengelolaan dana JS Saving Plan, produk investasi berbalut asuransi kecelakaan yang dipasarkan Jiwasraya sejak 2013.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Azam Azman Natawijana menyatakan kasus Jiwasraya juga terjadi sebagai bentuk kelalaian dari kantor akuntan publik
(KAP) yang ditunjuk oleh Jiwasraya. Manajemen baru Jiwasraya yang ditujuk 18 Mei 2018, dipimpin Asmawi Syam melihat ada permasalah pada
produk ini dan melihat ada ketidakberesan dalam laporan keuangan.
Manajemen kemudian meminta dilakukan audit ulang dengan menunjuk PricewaterhouseCoopers (PwC) sebagai KAP. Dari hasil audit tersebut
terjadi revisi laporan keuangan. Laba bersih Jiwasaraya tahun 2017 turun dari semula Rp 2,4 triliun menjadi Rp 360 miliar.
PERSYARATAN STANDAR
● Memperoleh pemahaman atas jasa yang disediakan organisasi jasa, termasuk
pengendalian intern, seperti:
○ Sifat jasa yang diberikan organisasi jasa
○ Sifat dan materialitas transaksi yang diproses
○ Tingkat interaksi antara aktivitas organisasi jasa dan klien
○ Sifat relasi antara klien dengan organisasi jasa termasuk skema perjanjian di antara
keduanya
● Mempertimbangkan akses kepada sumber bukti
● Menilai risiko yang mungkin timbul
Devina
AUDITOR PERLU MEMPEROLEH
SATU DARI LAPORAN BERIKUT:
● Laporan yang berisi opini auditor jasa tentang deskripsi sistem organisasi jasa, tujuan
pengendalian dan pengendalian lainnya yang terkait, kesesuaian rancangan
pengendalian untuk mencapai tujuan pengendalian yang ditentukan.
● Laporan yang berisi opini auditor jasa atas efektivitas operasi pengendalian dan
deskripsi tentang pengujian pengendalian yang dilaksanakan oleh auditor organisasi
jasa dan hasilnya.
Menurut SA 315,
Risiko signifikan merupakan suatu risiko kesalahan
saji material yang diidentifikasi dan dinilai yang
menurut pertimbangan auditor mengharuskan
4.7.4 Risiko pertimbangan audit khusus.
Signifikan
Ketika auditor telah menentukan bahwa terdapat
suatu risiko signifikan, auditor harus memeroleh
suatu pemahaman tentang pengendalian entitas,
termasuk aktivistas yang relevan dengan risiko
tersebut
Dalam penerapan pertimbangan atas penentuan suatu risiko yang diidentifikasi sebagai risiko
signifikan, auditor harus mempertimbangkan paling tidak hal-hal sbb:
1. Apakah risiko tersebut merupakan suatu risiko kecurangan
2. Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembangan terkini yang signifikan dalam bidang
ekonomi, akuntansi, atau lainnya, dan oleh karena itu mengharuskan perhatian spesifik
3. Kompleksitas transaksi
4. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi
5. Tingkat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan dengan risiko,
terutama pengukuran yang melibatkan ketidakpastian pengukuran yang luas, dan
6. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan yang terjadi diluar kegiatan bisnis
normal entitas, atau yang tampaknya tidak biasa
Risiko signifikan sering berkaitan dengan transaksi nonrutin yang signifikan atau hal- hal yang
memerlukan pertimbangan. Transaksi nonrutin adalah transaksi yang tidak biasa, karena ukuran
maupun sifatnya, dan oleh karena itu, tidak sering terjadi. Hal-hal yang memerlukan pertimbangan
dapat mencakup penyusunan estimasi akuntansi yang di dalamnya terdapat ketidakpastian pengukuran
yang signifikan. Transaksi rutin dan nonkompleks yang harus melalui suatu pengolahan sistematis kecil
kemungkinannya untuk mengakibatkan munculnya risiko signifikan.
● Untuk audit yang berulang, dokumentasi tertentu dapat digunakan kembali untuk audit berikutnya,
yang dimutakhirkan sebagaimana diperlukan untuk mencerminkan perubahan dalam bisnis atau proses
entitas.
◦Persyaratan utama Respon Auditor terhadap Risiko yang
Telah Dinilai adalah agar dapat menurunkan risiko audit ke
4.8 Pendekatan tingkat yang rendah yang dapat diterima, auditor harus
Audit menetukan respon keseluruhan terhadap risiko yang telah
dinilai pada tingkat laporan keuangan dan harus merancang
4.8.1 Respon Terhadap dan melakukan prosedur audit lebih lanjur untuk merespon
Risiko yang Telah Dinilai risiko pada tingkat asersi.
Respons keseluruhan untuk merespons risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat
laporan keuangan dapat mencakup:
● Sifat suatu prosedur audit mengacu kepada tujuan dilakukannya prosedur tersebut (sebagai
contoh: pengujian pengendalian atau prosedur substantif) dan tipe prosedur audit tersebut
(sebagai contoh: inspeksi, observasi, permintaan keterangan, konfirmasi, penghitungan ulang,
pelaksanaan kembali, atau prosedur analitis). Sifat prosedur audit tersebut merupakan hal
yang paling penting dalam merespons risiko yang telah dinilai.
● Saat prosedur audit mengacu kepada kapan prosedur tersebut dilaksanakan, atau periode atau
tanggal bukti audit tersebut berlaku.
● Luas prosedur audit mengacu kepada kuantitas prosedur yang dilaksanakan, sebagai contoh,
ukuran sampel atau jumlah observasi terhadap aktivitas pengendalian.
Dalam mendesain prosedur audit lanjutan, auditor harus:
1.Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi
untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, termasuk:
a. Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh karakteristik tertentu yang relevan dengan
golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan (sebagai contoh: risiko bawaan); dan
b. Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang relevan (sebagai contoh: risiko pengendalian), dan
dengan demikian menuntut auditor untuk memeroleh bukti audit untuk menentukan apakah pengendalian berjalan
secara efektif (sebagai contoh: auditor bermaksud untuk mengandalkan efektivitas operasi pengendalian dalam
penentuan sifat, saat, dan luas prosedur substantif); dan
2. Memeroleh bukti audit yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko yang lebih tinggi.
c. Sumber Keyakinan Audit
Untuk menurukan tingkat risiko kesalahan laporan keuangan, auditor harus membangun
keyakinan audit berdasarkan bukti audit yang cukup dan tepat. 3 sumber keyakinan audit yaitu:
1. Pengendalian
2. Pengujian rinci
3. Prosedur analitis termasuk analisis data rutin
Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian: Suatu prosedur audit yang didesain untuk mengevaluasi efektivitas operasi
pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, kesalahan penyajian material pada tingkat
asersi.
Dalam mendesain dan melaksanakan pengujian pengendalian, auditor harus memeroleh bukti audit yang
lebih meyakinkan ketika auditor ingin lebih mengandalkan efektivitas pengendalian.
Auditor harus mendesain dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi pengendalian yang relevan jika:
1. Penilaian auditor terhadap risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi mencakup suatu
harapan bahwa pengendalian beroperasi secara efektif (sebagai contoh: auditor bermaksud untuk
mengandalkan efektivitas operasi pengendalian dalam penentuan sifat, saat, dan luas prosedur
substantif); atau
2. Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat pada tingkat asersi.
Prosedur Substantif
Prosedur substantif: Suatu prosedur audit yang didesain untuk mendeteksi kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi. Prosedur substantif terdiri dari:
1. Pengujian rinci (dari setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan); dan
2. Prosedur analitis substantif.
● Tanpa memerhatikan risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material, auditor harus
mendesain dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan yang material.
● Ketika auditor telah menentukan bahwa risiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan
pada tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor harus melaksanakan prosedur substantif
yang secara khusus untuk merespons risiko tersebut. Ketika pendekatan terhadap risiko signifikan
hanya terdiri dari prosedur substantif, prosedur tersebut harus mencakup pengujian rinci
Sub Bab 4.8 Pendekatan Audit
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Mezakh
Pendekatan Audit
•Berdasarkan SPAP di Indonesia, pendekatan audit adalah strategi atau metode
yang digunakan oleh auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan
klien dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kebenaran
dan kelengkapan laporan keuangan tersebut.
AGENDA PRESENTASI
1.Subbab 4.8.5 Audit Atas Estimasi Akuntansi
A. Sifat Estimasi Akuntansi
B. Pendekatan Audit
C. Evaluasi Hasil
2. Subbab 4.8.6 Masalah Terapan
A. Tim Audit
B. Anggaran dan Tenggat Waktu
C. Audit Interim dan Akhir Tahun
D. Lokasi
E. Sifat dari Bukti Audit Evi
Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.183 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI
Ikhtisar:
➢ Laporan Keuangan terdiri dari banyak estimasi.
➢ Estimasi tersebut seringkali dibuat saat terdapat ketidakpastian mengenai hasil dari suatu kejadian dan
melibatkan penggunaan penilaian.
➢ Akibatnya, risiko kesalahan penyajian lebih tinggi saat terdapat estimasi.
Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.183 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI
Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.183 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI
DEFINISI:
➢ estimasi AKUNTANSI (BERDASARKAN SA-540):
Estimasi Akuntansi adalah angka moneter yang mungkin terkait dengan golongan transaksi atau
saldo akun yang diakui atau diungkapkan dalam laporan keuangan. Estimasi akuntansi juga
mencakup angka moneter yang tercantum dalam pengungkapan atau yang digunakan untuk
membuat pertimbangan tentang pengakuan atau pengungkapan yang terkait dengan suatu
golongan transaksi atau saldo akun.
Estimasi Akuntansi adalah suatu angka moneter yang pengukurannya, berdasarkan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku, bergantung pada ketidakpastian estimasi.
DEFINISI:
➢ hasil suatu estimasi akuntansi (BERDASARKAN SA-540):
Suatu angka moneter aktual yang dihasilkan dari penyelesaian transaksi, peristiwa, atau kondisi
yang mendasari suatu estimasi akuntansi.
B. Pendekatan Audit
SA 540 mengharuskan auditor untuk memperoleh pemahaman mengenai hal-hal berikut:
a. Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan terhadap estimasi akuntansi.
b. Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, peristiwa dan kondisi yang menimbulkan
perlunya estimasi akuntansi.
c. Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang dipakai sebagai dasar, termasuk
mempertimbangkan hal-hal berikut:
- Metode yang digunakan dalam membuat estimasi akuntansi;
- Pengendalian yang relevan.
- Apakah manajemen menggunakan pakar.
- Asumsi yang mendasari estimasi akuntansi.
- Apakah telah terjadi atau seharusnya telah terjadi suatu perubahan dari periode sebelumnya
dalam metode untuk membuat estimasi akuntansi, dan jika demikian apa penyebabnya; dan
- Apakah dan jika demikian, bagaimana manajemen menentukan dampak ketidakpastian
estimasi.
Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.183 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI
➢ Penentuan apakah estimasi akuntansi adalah wajar atau mengandung kesalahan penyajian.
Dalam menentukan apakah berdasarkan prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang
diperoleh, estimasi poin manajemen dan pengungkapan terkait adalah wajar atau mengandung kesalahan
penyajian:
a. Ketika bukti audit mendukung suatu rentang estimasi, ukuran rentang estimasi tersebut mungkin
lebar dan dalam beberapa kondisi dapat bernilai multipel dari materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan. Meskipun ukuran rentang estimasi yang lebar mungkin tepat sesuai dengan
kondisinya, hal tersebut dapat menunjukkan bahwa penting bagi auditor untuk mempertimbangkan
kembali apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh atas kewajaran angka dalam
rentang estimasi tersebut.
b. Bukti audit dapat mendukung suatu estimasi poin yang berbeda dari estimasi poin manajemen.
Dalam kondisi tersebut, selisih antara estimasi poin auditor dan estimasi poin manajemen
merupakan jumlah kesalahan penyajian.
c. Bukti audit dapat mendukung suatu rentang asumsi yang tidak mencakup estimasi poin manajemen.
Dalam kondisi tersebut, jumlah kesalahan penyajian adalah selisih antara estimasi poin manajemen
dan titik terdekat dari rentang estimasi auditor.
IKHTISAR:
Strategi audit juga akan mencakup masalah terapan seperti waktu, penyusunan staf dan lokasi.
Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.184 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN
A. Tim Audit
a. Sebagai bagian dari proses perencanaan audit, auditor perlu memilih tim yang tepat.
b. Dalam menentukan kebutuhan tim tergantung pada risiko audit.
c. Kebutuhan tim audit didasarkan pada pengalaman, pengetahuan khusus dan memastikan pekerjaan
dilakukan oleh staf dari tingkat organisasi yang tepat.
d. Susunan tim yang tepat bergantung pada ukuran perikatan dan peran yang berbeda dalam tim
dapat diisi oleh orang-orang dengan tingkat pengalaman yang berbeda-beda dalam KAP.
e. Dalam kondisi normal, setidaknya terdapat dua orang dalam tim, satu orang mengerjakan proses
audit, dan orang yang lain akan melakukan pemeriksaan pekerjaan tersebut.
f. Kebanyaan perikatan akan memiliki seorang staf senior yang bertanggungjawab untuk mengawasi
pelaksanaan audit setiap harinya dan melakukan supervisi dan bantuan kepada tim audit.
g. Terdapat staf yang akan melakukan eksekusi tugas audit secara detail tergantung kepada
pengalamannya.
h. Terdapat manajer yang bertanggung jawab atas administrasi, perencanaan dan pemeriksaan dalam
perikatan dan akan diharapkan untuk sedikit atau bahkan tidak mengerjakan pekerjaan pengujian
secara rinci.
Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.185 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN
Rekan Perikatan:
Rekan perikatan bertanggungjawab terhadap keseluruhan perikatan dan memiliki tanggung jawab spesifik
untuk: memastikan kompetensi KAP dan tim audit, memastikan objektivitas KAP dan tim audit,
menyetujui strategi audit, mengkomunikasikan pengetahuannya mengenai klien kepada tim audit,
memastikan bahwa staf telah diberikan pengarahan dan disupervisi dengan layak, memastikan proses
pemeriksaan yang layak terhadap pekerjaan staf telah dilakukan, memeriksa laporan keuangan dan
bagian-bagian kunci dan kertas kerja.
Strategi audit:
Strategi audit perlu menjelaskan siapa yang bertanggung jawab atas aspek audit yang mana, dan harus
menyeimbangkan antara: memastikan setiap anggota tim memiliki pengalaman yang cukup untuk
mengerjakan tugasnya; mengatur agar setiap anggota tim mendapatkan tantangan baru agar bisa
memperoleh pengalaman baru; dan biaya.
Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.185 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN
Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.186 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN
D. Lokasi
➢ Lokasi pekerjaan audit bergantung pada sifat dari klien dan hasil evaluasi risiko.
➢ Beberapa klien hanya memiliki satu lokasi, sehingga audit dapat dilaksanakan di satu lokasi tersebut.
➢ Klien yang lain mungkin memiliki beberapa lokasi, sehingga auditor diharuskan untuk membuat
penilaian mengenai lokasi manakah yang lebih berisiko dibandingkan lokasi lain sehingga auditor
harus mengunjunginya.
➢ Terkadang auditor diharuskan untuk mengunjungi semua lokasi yang dimiliki klien selama proses audit.
E. Sifat dari Bukti Audit
➢ Bukti audit adalah data atau informasi yang dikumpulkan oleh auditor untuk meninjau laporan
keuangan dan transaksi perusahaan. Bukti audit diperlukan untuk memastikan keaslian laporan.
➢ Dalam mengumpulkan bukti audit, seorang auditor akan mencari dan memilah bukti yang andal dan
valid agar dapat mencerminkan bagaimana kondisi perusahaan yang sebenarnya.
➢ Informasi yang dihasilkan oleh klien tidak akan pernah sebaik kualitas informasi yang dihasilkan
auditor dari pihak ketiga.
➢ Strategi audit harus merancang dari manakah informasi harus diperoleh dari pihak ketiga (misalnya
terkait piutang atau konfirmasi pinjaman jangka panjang).
Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.186 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN
Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber artikel Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN
Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber artikel Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN
Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber artikel Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN
Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber artikel Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
END OF PRESENTATION
THANK YOU