Anda di halaman 1dari 93

BAB IV

PERENCANAAN PERIKATAN ASURANS


DAN PERIKATAN AUDIT ATAS LAPORAN
KEUANGAN HISTORIS
(4.6 , 4.7 , 4.8)

MATA KULIAH AUDIT ASURANS

Program Pendidikan Akuntan


Kelompok 4 Bp Fardiman
Dosen Pengampu

Evi Wina Gultom

Devina Falensy (2250100005)

(2250100020)

Anggraini Dhika Permana


(2250100025) (2250100037)

Mezakh Londael Martin Dixon


(2250100021) (2250100010)
Sub Bab IV

Martin
The Audit Process
Model Risiko Audit
SA 315 (Revisi 2021), “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas
Entitas dan Lingkungannya”

Model Risiko Audit (audit risk) yang biasa digunakan adalah: AR = IR x CR x DR

AR : ketidakpastian yang dihadapi oleh auditor ketika melaksanakan penugasan audit


1 AR = Audit Risk
atau risiko yang terjadi apabila auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya
atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

IR : kerentanan asersi mengenai jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan


2 IR = Inherent Risk
terhadap salah saji yang dapat bersifat material secara terpisah atau tergabung dengan
salah saji lainnya, sebelum memperhitungkan pengendalian terkait.

CR : risiko dimana salah saji dapat terjadi dalam asersi mengenai jenis transaksi akibat
3 CR = Control Risk
lemahnya sistem pengendalian internal baik yang disengaja atau tidak

DR : risiko berkaitan dengan kegagalan auditor mendeteksi salah saji yang melebihi salah
4 DR = Detection Risk
saji yang dapat ditoleransi dan atau penggelapan/ fraud.
Ikhtisar Entitas & Lingkungannya

Memahami Bisnis Client :


- informasi KAP lain atau audit sebelumnya
- lokasi kantor, usaha : site, pabrik, kebun,
- informasi eksternal : publikasi, survey
Untuk meyakini seberapa besar
risiko maka auditor harus paham
Entitas & Lingkungannya :
- Faktor industri, regulasi, eksternal lain
- Sifat entitas : operasi, struktur, investasi,
pendanaan, pelaporan keuangan
- Kebijakan akuntansi
- Tujuan & strategi entitas serta resiko bisnis
- Pengukuran & penelaahan kinerja keuangan
Prosedur Analitis
SA 315 (Revisi 2021), “Mengapa dilakukan ?”

Sebagai prosedur penilaian risiko dapat mengidentifikasi aspek-aspek dalam entitas yang tidak disadari oleh auditor
1
dan dapat membantu dalam menilai risiko kesalahan penyajian material agar menyediakan suatu basis untuk desain
dan pengimplementasian respons terhadap risiko yang telah dinilai : baik informasi keuangan maupun informasi
nonkeuangan, sebagai contoh, hubungan antara penjualan dengan luas tempat penjualan atau dengan kuantitas
barang yang dijual

Mengidentifikasi eksistensi transaksi atau peristiwa, serta angka, rasio, dan pola yang tidak biasa, yang dapat
2
mengindikasikan hal-hal yang memiliki implikasi terhadap audit. Hubungan yang tidak biasa atau yang tidak
diharapkan teridentifikasi dapat membantu auditor dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material,
terutama risiko kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan.

Ketika prosedur analitis menggunakan data yang diagregasi secara garis besar (high level) (situasi seperti ini
3
kemungkinan ditemukan dalam prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko), hasil prosedur
analitis tersebut hanya menyediakan suatu indikasi awal yang luas tentang apakah kemungkinan terdapat kesalahan
penyajian material. Oleh karena itu, dalam kasus tersebut, pertimbangan atas informasi lain yang telah dikumpulkan
ketika mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material bersama dengan hasil prosedur analitis tersebut dapat
membantu auditor dalam memahami dan mengevaluasi hasil prosedur analitis tersebut
Prosedur Analitis
. . . SA 315 (Revisi 2021), “Mengapa dilakukan ?”

Untuk client entitas yang lebih kecil mungkin tidak memiliki informasi keuangan interim atau bulanan yang dapat
4
digunakan untuk tujuan prosedur analitis. Dalam kondisi ini, meskipun auditor mungkin dapat melaksanakan
prosedur analitis terbatas untuk tujuan perencanaan audit atau memperoleh beberapa informasi melalui permintaan
keterangan, auditor perlu merencanakan pelaksanaan prosedur analitis untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material ketika draf awal laporan keuangan entitas tersedia.
Creative Accounting
ini sebenarnya adalah euphemism (kata halus) dari sistem pelaporan keuangan yang tidak setia pada kondisi keuangan
yang sebenarnya yang dibuat dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

1 Why do they do it? di antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman
baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan
syarat-syarat tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analis pasar, atau mengecoh
pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil mencapai hasil
yang cemerlang atau way out mengembalikan uang yang “dibakar” saat periode entry.

memindahkan saldo, contoh kasus Enron banyak sekali hutang-hutang tersembunyi yang
2 How do they do it ?
dipindahkan kepada anak-anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi karena
memanfaatkan celah dalam hukum Amerika yang memperbolehkan ‘special purpose
vehicles’ (suatu organisasi yang dibentuk untuk proyek khusus yang dibentuk terpisah
untuk mengisolasi resiko-resiko dari proyek tersebut) yang memenuhi syarat-syarat
tertentu tidak dikonsolidasi.
Teknologi & Penilaian Risiko
In 1992, COSO issued the Internal Control Integrated Framework have 5 crucial components :

1 Control environment

2 Control activities

3 Risk assessment

4 Information & communication :

- Information and communications systems surround the control activities


- They enable the organization’s people to capture and exchange information needed to
conduct, manage, and control its operations

5 Monitoring : The entire process must be monitored and modified as necessary


Teknologi & Penilaian Risiko
Menurut ITTA (Information Technology Association of America) setidaknya ada 6 fungsi teknologi informasi :

Sehingga meminimalkan resiko karena :


1 Menangkap (Capture)
- human eror & subyektifitas dapat ditekan
- format yang tidak standar
2 Pengolah (Processing)
- dapat lebih mudah diotorisasi & dimonitor
- cadangan / back up data
3 Menghasilkan (Generating)

4 Penyimpan (storage)

5 Pencari Kembali (Retrieval)

5 Mengirim (Transmission)
Big Data
istilah umum untuk segala himpunan data (dataset) dalam jumlah yang sangat besar, rumit dan tak terstruktur sehingga
menjadikannya sukar ditangani apabila hanya menggunakan perkakas manajemen basis data biasa atau aplikasi pemroses
data tradisional belaka.

3 Karakteristik Big Data :

1 Volume memiliki jumlah data yang sangat besar sehingga dalam proses
pengolahan data dibutuhkan suatu penyimpanan yang besar dan
dibutuhkan analisis yang lebih spesifik

memiliki aliran data yang cepat dan real time


2 Velocity/kecepatan

3 Variasi memiliki variasi bentuk format data yang beragam baik terstruktur
ataupun tidak terstruktur dan bergantung pada banyaknya sumber
data
Analisis Big Data
adalah proses pengujian set data yang besar untuk menemukan pola & koneksi yang tersembunyi, korelasi yang tidak
diketahui, sehingga dapat memperoleh wawasan dan informasi berharga misal tren pasar, preferensi pelanggan dan
informasi bisnis lainnya yang berguna untuk kemudian menjadi sebuah insight dan membantu dalam membuat keputusan.

Dengan integrasi big data analytics ke dalam proses audit, manfaat apa yang lantas diterima auditor?

1 Tidak lagi terbatas pada pengujian berbasis sampel, big data memungkinkan population-based audit.
Melakukan pengujian terhadap objek audit secara menyeluruh akan memberikan hasil audit yang lebih relevan,
sebab dapat menghilangkan bias dan risiko dalam pemilihan sampel

2 Volume data yang besar memungkinkan auditor untuk mengelompokkan data-data berdasarkan perbedaan variabel
(seperti jumlah kelompok transaksi, waktu, dan lokasi) untuk menemukan pola atau anomali yang kemudian menjadi
dasar pengujian yang lebih mendalam

3 Meningkatkan efisiensi analitisis data secara keseluruhan, termasuk analisis deskriptif, diagnostik, prediktif, dan
preskriptif (petunjuk/ ketentuan resmi). Analisis ini dapat memberikan statistik deskriptif pada seluruh populasi,
menawarkan bukti audit pada skala yang lebih besar dan lebih lengkap, membangun koneksi antara laporan
keuangan dan operasi bisnis aktual, dan mengidentifikasi potensi tanda bahaya
Big Data & General Audit Software (GAS)
Lembaga profesi audit telah menyadari kebutuhan akan hal tersebut, sejak beberapa tahun terakhir dengan spesifik dalam
menggunakan Audit Command Language (ACL) sebagai aplikasi pendukung audit.
Kelebihan penggunaan software data analytics ini antara lain :

Universal Data Access, yaitu dapat mengakses data dari hampir semua jenis database yang ada (DBF, XLS, Text File,
1
report file, Oracle, SQL, DB2, AS/400 FDF, COBOL, dsb) dan semua platform(PC, minicomputer, dan mainframe).

Jumlah Data Besar, yaitu kemampuan dalam mengakses dan memproses data dalam jumlah yang sangat besar
2
(hingga ratusan juta record).

3 Kecepatan Waktu Proses, kemampuannya untuk memproses dalam waktu yang singkat walaupun data yang
diproses dalam jumlah yang besar.

Integritas Data, dengan kemampuan mengakses database 100% (tanpa metode sampling) serta data yang bersifat
4
Read Only yang dapat menjamin orisinalitas, keamanan dan integritas data untuk pengolahan menjadi informasi yang
bermanfaat bagi user dan manajemen.
Big Data & General Audit Software (GAS)
. . . Kelebihan Audit Command Language (ACL) sebagai aplikasi pendukung audit antara lain :.

Automasi, pembuatan aplikasi audit yang sangat cepat dan mudah untuk melakukan automasi analisis data untuk
5
efisiensi proses kerja.

Multi File Process, dapat digunakan untuk menangani beberapa file sekaligus, tanpa mengganggu operasional
6
teknologi informasi yang dijalankan oleh perusahaan.

Log File Navigation, dilengkapi dengan log file untuk pencatatan proses analisis yang telah dilakukan sehingga
7
menghasilkan suatu audit trail yang komprehensif.

Fungsi Analisis yang Lengkap, dilengkapi fungsi-fungsi analisis yang sangat lengkap yang dapat dengan mudah
8
dikombinasikan dalam menghasilkan temuan-temuan yang tidak pernah terkirakan sebelumnya
Auditor harus memperoleh pemahaman
4.6.4
atas pengendalian internal,
Pengendalian
Internal mengevaluasi rancangan pengendalian tersebut,

Entitas dan menentukan

apakah pengendalian tersebut

diimplementasikan.

Dhika
KOMPONEN PENGENDALIAN
INTERNAL
1. LINGKUNGAN PENGENDALIAN

MENCAKUP FUNGSI TATA KELOLA & MANAJEMEN, SERTA SIKAP, KESADARAN


DAN TINDAKAN PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB.

2. PROSES PENILAIAN RISIKO ENTITAS

PROSES INI MEMBENTUK SUATU BASIS BAGI MANAJEMEN UNTUK


MENENTUKAN BAGAIMANA RISIKO DIKELOLA SEHINGGA MEMBANTU AUDITOR
DALAM MENGIDENTIFIKASI RISIKO KESALAHAN PENYAJIAN MATERIAL.
3. SISTEM INFORMASI YANG RELEVAN DENGAN PELAPORAN KEUANGAN

TERDIRI DARI PROSEDUR DAN CATATAN YANG DIRANCANG UNTUK


MENGINISIASI, MENCATAT, MENGOLAH DAN MELAPORKAN TRANSAKSI
ENTITAS SERTA MEMELIHARA AKUNTABILITAS ASSET, LIABILITAS DAN
EKUITAS YANG TERKAIT.

4. AKTIVITAS PENGENDALIAN YANG RELEVAN DENGAN AUDIT

KEBIJAKAN & PROSEDUR YANG MEMBANTU UNTUK MENJAMIN BAHWA


ARAHAN MANAJEMEN DILAKSANAKAN.

5. PEMANTAUAN ATAS PENGENDALIAN

SUATU PROSES UNTUK MENILAI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN SECARA


BERKALA DAN MELAKUKAN TINDAKAN PERBAIKAN YANG DIPERLUKAN
Teknologi informasi bermanfaat bagi

4.6.5 pengendalian intern suatu entitas yang

Unsur memungkinkan entitas untuk secara konsisten menerapkan


Pengendalian aturan bisnis,

Internal Manual melaksanakan perhitungan kompleks dalam mengolah data

dan dengan volume yang besar,

Terotomatisasi meningkatkan ketepatan waktu,

dan keakuratan informasi,

Penilaian Risiko serta mencapai pemisahan tugas yang efektif dengan


Auditor mengimplementasikan pengendalian keamanan dalam sistem
operasi.
RISIKO TERHADAP
PENGENDALIAN ENTITAS
● Pengendalan terhadap sistem / program yang mengolah data secara tidak
akurat, mengolah data yang tidak akurat, atau sebaliknya.

● Akses tidak terotorisasi terhadap data yang dapat mengakibatkan kerusakan


data atau perubahan yang tidak seharusnya atas data, termasuk pencatatan
transaksi yang tidak terotorisasi atau yang tidak terjadi.

● Kemungkinan personel teknologi informasi memperoleh keistimewaan


akses melampaui yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya,
sehingga merusak pemisahan tugas.
RISIKO TERHADAP
PENGENDALIAN ENTITAS
● Perubahan yang tidak terotorisasi terdapat data dalam master file atau sistem
program.

● Intervensi secara manual yang tidak seharusnya.

● Potensi kehilangan data atau ketidakmampuan untuk mengakses data


ketika dibutuhkan.
UNSUR MANUAL LEBIH COCOK KETIKA
PERTIMBANGAN DAN DISKRESI
DIBUTUHKAN DALAM KONDISI BERIKUT:

Dalam kondisi yang


mengalami perubahan
Kondisi ketika Dalam
Transaksi yang yang membutuhkan
kesalahan sulit memantau
suatu respons
besar nilainya, untuk efektivitas
pengendalian di luar
tidak biasa atau didefinisikan, pengendalian
ruang lingkup
diantisipasi yang
tidak berulang. pengendalian
atau diprediksi. terotomatisasi.
terotomatisasi yang
sudah ada.
SA 402 tentang Pertimbangan Audit Terkait
Dengan Entitas yang Menggunakan Suatu
4.6.6 Organisasi Jasa
Organisasi
membahas isu yang harus
Jasa
dipertimbangkan auditor

ketika auditor menemukan

dalam tahap perencanaan audit

bahwa klien telah mengalihdayakan .


1. Risiko Bisnis (Business Risk)
Risiko bisnis adalah risiko yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor intern maupun

4.7 Penilaian Risiko ekstern yang berakibat kemungkinan tidak tercapainya tujuan organisasi (business goal
objectives).
2. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Menurut Gondodiyoto (2007 : 112), dari
berbagai sudut pandang, risiko dapat Risiko bawaan ialah potensi kesalahan atau penyalahgunaan yang melekat pada suatu

dibedakan dalam beberapa jenis, kegiatan jika tidak ada pengendalian internal.

diantaranya : 3. Risiko Pengendalian (Control Risk)

1. Risiko Bisnis (Business Risk) Dalam suatu organisasi yang baik seharusnya sudah ada risk assessment, dan
2. Risiko Bawaan (Inherent Risk) dirancang pengendalian internal secara optimal terhadap setiap potensi risiko. Risiko

3. Risiko Pengendalian (Control pengendalian ialah masih adanya risiko meskipun sudah ada pengendalian.

Risk) 4. Risiko Deteksi (Detection Risk)


4. Risiko Deteksi (Detection Risk) Risiko deteksi adalah risiko yang terjadi karena prosedur audit yang dilakukan mungkin
5. Risiko Audit (Audit Risk) tidak dapat mendeteksi adanya error yang cukup matrealitas atau adanya kemungkinan
fraud.
5. Risiko Audit (Audit Risk)
Risiko audit sebenarnya adalah kombinasi dari inherent risk, control risk, dan detection
risk. Risiko audit adalah risiko bahwa pemeriksaan auditor ternyata belum dapat
mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Terdapat tiga kategori umum atas risiko bisnis:
4.7.1 Risiko Bisnis 1. Risiko keuangan adalah risiko yang timbul dari
aktivitas keuangan atau konsekuensi keuangan
Risiko bisnis merupakan risiko inheren
untuk perusahaan dalam operasinya. dari sebuah operasi, misalnya, isu arus kas
Risiko ini termasuk risiko pada seluruh 2. Risiko operasional adalah risiko yang timbul terkait
tingkatan bisnis. dengan operasi, misalnya, risiko bahwa pemasok
utama bangkrut dan perusahaan tidak akan dapat
SA 315 mendefinisikan risiko bisnis beroperasi
sebagai sebuah risiko yang timbul dari 3. Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul dari
kondisi, kejadian, keadaan, atau ketidakpatuhan atas hukum dan regulasi yang
tindakan yang signifikan yang dapat
berdampak buruk pada kemampuan
melingkupi bisnis, misalnya sebuah restoran gagal
entitas untuk mencapai tujuannya dan untuk mematuhi regulasi kebersihan makanan
melaksanakan strateginya, atau dari dapat menghadapi denda, penutupan paksa,
menetapkan tujuan dan strategi yang
tindakan legal dari pelanggan dan sebagainya.
tidak sesuai.
4.7 Penilaian Risiko
➔ Direksi disyaratkan untuk mengelola risiko bisnis. Pengelolaan risiko bisnis merupakan sebuah area dimana asuransi dapat
diperlukan. Mengapa? Karena risiko yang diterima perusahaan memiliki dampak langsung terhadap risiko atas investasi
yang dibuat oleh siapapun yang membeli saham di perusahaan tersebut (saham minoritas atau pengambilalihan
perusahaan) atau meminjamkan uang kepada perusahaan tersebut. Namun, bukan hanya pemegang saham dan pemberi
pinjaman yang akan menginginkan asurans di area ini. Manajemen mungkin menginginkan jasa asuransi untuk memberikan
sebuah indikasi mengenai seberapa baik kinerja mereka dalam mengendalikan risiko bagi perusahaan, untuk memastikan
bisnis dapat berlanjut, namun juga sebagai bukti bahwa perusahaan beroperasi dengan efisien dan efektif.

➔ Manajemen dapat menggunakan departemen audit internal untuk (antara lain) memantau pengendalian
internal atau dapat mencari bantuan eksternal. Auditor tertarik pada risiko bisnis karena isu yang merupakan
ancaman untuk bisnis seringkali dapat juga menjadi risiko laporan keuangan salah saji (yang mana
merupakan komponen dari risiko audit). Sebagai contoh, apabila sebuah divisi tertentu dari bisnis terancam
tutup, penilaian seluruh aset terkait dengan divisi tersebut akan terpengaruh. Dalam hal yang lebih umum,
apabila penurunan ekonomi memberikan tekanan pada perusahaan untuk memenuhi ekspektasi dari
pemberi dana, manajemen mungkin tergoda untuk memanipulasi laporan keuangan.
1. Risiko inheren
Risiko inheren adalah kerentanan dari asersi terhadap salah saji yang material, secara
4.7.2 Risiko Audit individu atau ketika agregat dengan salah saji lain, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat pengendalian internal yang terkait. Risiko inheren dapat dianalisis dalam
sejumlah tingkatan yang akan dicakup di bawah ini:
Risiko audit adalah risiko memberikan
opini yang tidak sesuai sehubungan 1. Pada tingkatan industri atau sector Industri yang berbeda memiliki tingkatan
dengan laporan keuangan. yang berbeda atas risiko inheren.
2. Pada tingkatan entitas. Pada tingkatan entitas terdapat pula tingkatan yang
Risiko audit memiliki tiga komponen: berbeda atas risiko inheren. Misalnya: Untuk dua klien A dan B yang serupa,
apabila salah satu perusahaan: Merupakan target pengambilalihan Hingga batas
1. Risiko inheren
cerukannya. Memiliki pemasok atau pelanggan utama yang sedang dalam
2. Risiko pengendalian kesulitan keuangan. Itu jelas akan lebih berisiko secara inheren dibandingkan
3. Risiko deteksi yang lainnya.
3. Pada tingkatan saldo.

Saldo yang berbeda dapat juga membawa risiko inheren yang berbeda. Misalnya:
Persediaan di toko perhiasan, misalnya mungkin dianggap berisiko lebih tinggi
dibandingkan dengan aset tidak lancar perusahaan yang sama, yang terdiri dari
perlengkapan toko, peralatan kantor, dan beberapa brankas serta peralatan
keamanan yang agak mengesankan. Perlu diingat bahwa persediaan sendiri
akan tetap secara inheren berisiko, walaupun perusahaan mungkin memiliki
pengaturan keamanan yang telah dipikirkan baik-baik. Dampaknya termasuk
dalam kategori ‘risiko pengendalian’.
2. Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa sebuah salah saji yang material dan dapat terjadi dalam sebuah asersi, secara individual
atau ketika agregat dengan salah saji lain, tidak akan dicegah atau dideteksi dan diperbaiki secara tepat waktu oleh pengendalian
internal perusahaan.

Risiko pengendalian akan menjadi lebih rendah ketika tindakan pengendalian yang efektif dilakukan. Namun selalu terdapat risiko
pengendalian yang dikarenakan keterbatasan dari pengendalian internal:

● Biaya > manfaat


● Transaksi rutin/tidak rutin
● Kesalahan manusia
● Pengabaian oleh manajemen
● Tipuan melalui kolusi
● Perubahan dalam prosedur

3. Risiko Deteksi

Penilaian mengenai risiko inheren dan risiko pengendalian, bergantung pada pemahaman penyedia asurans atas bisnis klien serta
sistem dan pengendalian yang ditetapkan oleh manajemen klien. Komponen ketiga dari risiko audit – risiko deteksi – bergantung
pada hal-hal yang dapat dikendalikan oleh penyedia asuransi. Risiko deteksi adalah risiko bahwa prosedur auditor tidak akan
mendeteksi salah saji yang ada dalam sebuah asersi yang bisa jadi material, secara individual atau ketika diagregat dengan salah
saji lainnya.
Anggraini
4.7.3 Menilai Resiko Salah Saji

FASB mendefinisikan materialitas


sebagai berikut :
Besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi yang
dilihat dari keadaan yang melingkupinya
dapat mengakibatkan perubahan atas
atau pengaruh terhadap pertimbangan
orang yang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi tersebut, karena
adanya penghilangan atau salah saji
tersebut.
Memperkirakan salah saji dan membandingkannya dengan penilaian awal
Contoh kasus terapan (sederhana):

Kantor Akuntan Publik “JAK dan Rekan” menerima penugasan untuk mengaudit PT. ABC Tbk, untuk pertama kalinya sejak IPO. Engagement Manager,
pada fase persiapan audit, menyampaikan informasi berikut terkait PT ABC Tbk:

● Ini adalah sesi audit eksternal pertama kalinya untuk PT ABC Tbk
● PT. ABC adalah perusahaan kontraktor yang memiliki banyak cabang di Singapura, Malaysia, India, Dubai, Jepang dan Australia.
● Tim internal Audit PT ABC baru dibentuk 2 bulan lalu;
● Komite Audit PT ABC terdiri dari Board of Director member yang tidak satupun memiliki latar belakang bidang akuntansi dan keuangan.

Sementara itu KAP JAK dan Rekan mematok angka 10% sebagai “accepted audit risk level.” Dari informasi tersebut, tim audit KAP “JAK & Rekan”
menghitung besaran angka DR yang harus diantisipasi dengan prosedur dan metode audit yang paling efektif:

Inherent Risk (IR) diperkirakan mencapai 60%

mengingat: (a) klien adalah usaha kontraktor yang besar kemungkinannya menerapkan metode pengakuan pendapatan bertahap melalui beberapa
periode akuntansi (kompleksitas pengakuan transaksi); (b) ini adalah audit eksternal pertamakalinya (minim informasi obyektif); dan (c) klien memiliki
tingkat kompleksitas pelporan yang tergolong tinggi dengan adanya banyak perusahaan cabang di luar negeri dengan mata uang asing yang
berbeda-beda pula.

Control Risk (CR) juga diperkirakan mencapai 60%

mengingat: (a) tim internal auditnya PT ABC Tbk tergolong baru; (b) anggota audit komite nya terdiri dari orang-orang yang tidak berlatarbelakang
akuntansi dan keuangan—thus besar kemungkinanya tidak melakukan tugas pengawasan yang prudent terhadap proses pencatatan dan pelaporan
transkasi keuangan PT ABC Tbk.
Dari simpulan itu, maka sudah bisa ditentukan berapa besarnya angka DR yang harus diantisipasi oleh
auditor, dengan menggunakan persamaan di atas:

AR = IR x CR x DR

10% = 60% x 60% x DR

0.10 = 0.60 x 0.60 x DR

0.10 = 0.36 x DR

DR = 0.10/0.36

DR = 0.278 (dibulatkan)

DR = 0.28 (pembulatan ke atas)

DR = 28%

DR = 28% inilah yang harus diantisipasi dengan prosedur pemeriksaan yang dirancang sedemikian
rupa oleh auditor, sehingga bisa ditekan ke tingkatan yang paling minimal.
FENOMENA JIWASRAYA
Salah satu contohnya adalah skandal kegagalan audit pada PT Asuransi Jiwa Jiwasraya (Persero) . sebagai perusahaan asuransi
milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) belakangan tengah menjadi sorotan. Hal ini lantaran mereka gagal membayar polis JS
Saving Plan milik nasabah hingga triliunan rupiah. Jiwasraya tak mampu memenuhi kewajiban polis jatuh tempo nasabahnya
mencapai sekitar Rp 12,4 triliun. Rupanya terungkap, kemelut di tubuh Jiwasraya sudah berlangsung lama. Dimulai pada 2004,
perusahaan memiliki cadangan yang lebih kecil dari seharusnya, insolvency mencapai Rp 2,769 triliun.

Gagal bayar Asuransi Jiwasraya sebenarnya terjadi pada salah satu produk unggulannya yang bernama JS Saving plan. JS Saving
plan merupakan produk asuransi jiwa sekaligus investasi yang ditawarkan melalui perbankan atau bancassurance. Berbeda dengan
produk asuransi unit link yang risiko investasinya ditanggung pemegang polis, JS Saving plan merupakan investasi non unit link yang
risikonya sepenuhnya ditanggung perusahaan asuransi. JS Saving Plan menawarkan jaminan return yang sangat tinggi dengan
periode pencairan setiap tahun. Nilai return ini jauh lebih tinggi atau hampir dua kali lipat daripada bunga yang ditawarkan deposito
bank yang saat itu besarannya di kisaran 5-7 persen.

Tercatat ada 17.000 pemegang polis JS Saving Plan. Adapun total pemegang polis Jiwasraya secara keseluruhan termasuk
pemegang polis produk lainnya mencapai 7 juta pemegang polis. Kasus gagal bayar polis nasabah yang mengarah pada korupsi PT
Asuransi Jiwasraya dinilai melibatkan banyak pihak termasuk akuntan publik. Auditor dianggap tidak mampu atau mengungkap kondisi
sebenarnya pada Jiwasraya. Terlebih lagi, laporan keuangan teraudit yang dipublikasikan Jiwasraya ternyata telah dimanipulasi atau window dressing
sehingga perusahaan terlihat sehat.
Lanjutan PT. Jiwasraya
Menanggapi kondisi ini, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Tarkosunaryo meyakini tidak terdapat keterlibatan akuntan publik dalam
kasus Jiwasraya. Menurutnya, akuntan publik yang mengaudit perusahaan tersebut telah bertindak sesuai standar. Dalam laporan keuangan
Jiwasraya 2017, misalnya, akuntan publik telah memberikan pendapat "opini dengan modifikasi".
Opini tersebut mencakup salah satu dari tiga jenis opini auditor yaitu opini wajar dengan mengecualian, opini tidak wajar dan opini tanpa
memberikan pendapat. "Opini ini disebabkan karena tidak sesuainya material laporan keuangan dengan standar akuntansi atau karena auditor
kekurangan memperoleh bukti karena berbagai sebab sehingga tidak cukup untuk memberikan opini wajar tanpa pengecualian,".
Laporan keuangan Jiwasraya 2017 di review karena periode tersebut terdapat temuan dari akuntan publik yang menyatakan terdapat kekurangan
cadangan teknis sebesar Rp 7 triliun. Sehingga, auditor menilai laporan keuangan Jiwasraya yang disusun perusahaan dan diumumkan direksi
terdapat keuntungan Rp 360 miliar tidak tepat. Pernyataan auditor tersebut juga sesuai pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.
Kejaksaan Agung pada Selasa, 17 Desember 2019 lalu, resmi mengambil alih penyidikan yang selama tujuh bulan terakhir dilakoni Kejaksaan
Tinggi DKI Jakarta. Kejaksaan mengendus dugaan terjadinya fraud-tindakan curang yang menguntungkan pribadi dan pihak lain-dalam
pengelolaan dana JS Saving Plan, produk investasi berbalut asuransi kecelakaan yang dipasarkan Jiwasraya sejak 2013.

Wakil Ketua Komisi VI DPR Azam Azman Natawijana menyatakan kasus Jiwasraya juga terjadi sebagai bentuk kelalaian dari kantor akuntan publik
(KAP) yang ditunjuk oleh Jiwasraya. Manajemen baru Jiwasraya yang ditujuk 18 Mei 2018, dipimpin Asmawi Syam melihat ada permasalah pada
produk ini dan melihat ada ketidakberesan dalam laporan keuangan.
Manajemen kemudian meminta dilakukan audit ulang dengan menunjuk PricewaterhouseCoopers (PwC) sebagai KAP. Dari hasil audit tersebut
terjadi revisi laporan keuangan. Laba bersih Jiwasaraya tahun 2017 turun dari semula Rp 2,4 triliun menjadi Rp 360 miliar.
PERSYARATAN STANDAR
● Memperoleh pemahaman atas jasa yang disediakan organisasi jasa, termasuk
pengendalian intern, seperti:
○ Sifat jasa yang diberikan organisasi jasa
○ Sifat dan materialitas transaksi yang diproses
○ Tingkat interaksi antara aktivitas organisasi jasa dan klien
○ Sifat relasi antara klien dengan organisasi jasa termasuk skema perjanjian di antara
keduanya
● Mempertimbangkan akses kepada sumber bukti
● Menilai risiko yang mungkin timbul
Devina
AUDITOR PERLU MEMPEROLEH
SATU DARI LAPORAN BERIKUT:
● Laporan yang berisi opini auditor jasa tentang deskripsi sistem organisasi jasa, tujuan
pengendalian dan pengendalian lainnya yang terkait, kesesuaian rancangan
pengendalian untuk mencapai tujuan pengendalian yang ditentukan.

● Laporan yang berisi opini auditor jasa atas efektivitas operasi pengendalian dan
deskripsi tentang pengujian pengendalian yang dilaksanakan oleh auditor organisasi
jasa dan hasilnya.
Menurut SA 315,
Risiko signifikan merupakan suatu risiko kesalahan
saji material yang diidentifikasi dan dinilai yang
menurut pertimbangan auditor mengharuskan
4.7.4 Risiko pertimbangan audit khusus.
Signifikan
Ketika auditor telah menentukan bahwa terdapat
suatu risiko signifikan, auditor harus memeroleh
suatu pemahaman tentang pengendalian entitas,
termasuk aktivistas yang relevan dengan risiko
tersebut
Dalam penerapan pertimbangan atas penentuan suatu risiko yang diidentifikasi sebagai risiko
signifikan, auditor harus mempertimbangkan paling tidak hal-hal sbb:
1. Apakah risiko tersebut merupakan suatu risiko kecurangan
2. Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembangan terkini yang signifikan dalam bidang
ekonomi, akuntansi, atau lainnya, dan oleh karena itu mengharuskan perhatian spesifik
3. Kompleksitas transaksi
4. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi
5. Tingkat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan dengan risiko,
terutama pengukuran yang melibatkan ketidakpastian pengukuran yang luas, dan
6. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan yang terjadi diluar kegiatan bisnis
normal entitas, atau yang tampaknya tidak biasa
Risiko signifikan sering berkaitan dengan transaksi nonrutin yang signifikan atau hal- hal yang
memerlukan pertimbangan. Transaksi nonrutin adalah transaksi yang tidak biasa, karena ukuran
maupun sifatnya, dan oleh karena itu, tidak sering terjadi. Hal-hal yang memerlukan pertimbangan
dapat mencakup penyusunan estimasi akuntansi yang di dalamnya terdapat ketidakpastian pengukuran
yang signifikan. Transaksi rutin dan nonkompleks yang harus melalui suatu pengolahan sistematis kecil
kemungkinannya untuk mengakibatkan munculnya risiko signifikan.

Contoh risiko signifikan;


1. Pembelian dan penjualan property
2. Akuisisi dan pelepasan bisnis
3. Keputusan untuk pengalihan piutang
4. Potensi penjualan atas bisnis
5. Diversifikasi kedalam sector baru
Dokumentasi audit: Dokumentasi atas prosedur audit
yang telah dilaksanakan, bukti audit yang relevan yang
diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik oleh auditor.
Auditor harus menyusun dokumentasi audit yang
4.7.5 memadai sehingga memungkinkan seorang auditor
berpengalaman, yang tidak memiliki keterkaitan
Dokumentasi sebelumnya dengan audit tersebut, memahami:
1. Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang telah
dilaksanakan dan kepatuhan terhadap SA serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Hasil prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti
audit yang diperoleh; dan
3. Hal-hal signifikan yang muncul selama proses
audit, kesimpulan-kesimpulan yang ditarik, dan
pertimbangan profesional signifikan yang dibuat
untuk mencapai kesimpulan tersebut.
Hal-hal berikut harus didokumentasikan:
1. Diskusi di antara tim audit mengenai kerentanan dari laporan keuangan salah saji material, termasuk
adanya keputusan signifikan yang dicapai
2. Unsur utama atas pemahaman yang diperoleh tentang setiap aspek entitas dan lingkungannya dan
setiap komponen pengendalian internal yang tercantum sumber informasi yang digunakan dalam
memeroleh pemahaman tersebut; dan prosedur penilaian risiko yang dilaksanakan;
3. Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi
4. Risiko signifikan yang diidentifikasi dan pengendalian terkait yang dievaluasi
5. Respon secara keseluruhan terhadap risiko salah saji material
6. Sifat, jangkauan dan waktu atas prosedur lebih lanjut yang terkait dengan risiko yang dinilai pada
tingkat asersi

● Prosedur pendokumentasian auditor untuk memenuhi ketentuan diatas dilaksanakan dengan


menggunakan pertimbangan profesional. Sebagai contoh, hasil penilaian risiko dapat didokumentasikan
secara terpisah, atau dapat didokumentasikan sebagai bagian dokumentasi auditor atas prosedur
lanjutan. Bentuk dan luas dokumentasi dipengaruhi oleh sifat, ukuran, dan kompleksitas entitas dan
pengendalian internalnya, ketersediaan informasi dari entitas serta metodologi audit dan teknologi yang
digunakan dalam melaksanakan audit.
● Luas dokumentasi dapat juga mencerminkan pengalaman dan kapabilitas anggota tim perikatan audit.
Selama memenuhi ketentuan yang diharuskan SA 230 (Revisi 2021), suatu audit yang dilaksanakan oleh
suatu tim perikatan yang terdiri dari individu yang kurang berpengalaman dapat membutuhkan
dokumentasi yang lebih rinci untuk membantu mereka dalam memeroleh suatu pemahaman yang tepat
tentang entitas daripada yang dilaksanakan oleh suatu tim perikatan dengan individu yang lebih
berpengalaman.

● Untuk audit yang berulang, dokumentasi tertentu dapat digunakan kembali untuk audit berikutnya,
yang dimutakhirkan sebagaimana diperlukan untuk mencerminkan perubahan dalam bisnis atau proses
entitas.
◦Persyaratan utama Respon Auditor terhadap Risiko yang
Telah Dinilai adalah agar dapat menurunkan risiko audit ke
4.8 Pendekatan tingkat yang rendah yang dapat diterima, auditor harus
Audit menetukan respon keseluruhan terhadap risiko yang telah
dinilai pada tingkat laporan keuangan dan harus merancang
4.8.1 Respon Terhadap dan melakukan prosedur audit lebih lanjur untuk merespon
Risiko yang Telah Dinilai risiko pada tingkat asersi.

◦Dengan kata lain, setelah menilai risiko kesalahan penyajian


material di laporan keuangan, auditor harus merencanakan
prosedur yang akan dilakukan untuk memastikan bahwa
auditor dapat menarik kesimpulan mengenai apakah laporan
keuangan memberikan gambaran yang sebenarnya dan wajar,
denhan kata lain bahwa setiap kesalahan penyajian material
telah diidentifikasi dan diperbaiki bila perlu.
a. Respon Keseluruhan
Auditor harus mendesain dan mengimplementasikan respons keseluruhan untuk merespons risiko
kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat laporan keuangan.

Respons keseluruhan untuk merespons risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat
laporan keuangan dapat mencakup:

1. Penekanan kepada tim audit atas perlunya mempertahankan skeptisisme profesional.


2. Penugasan staf berpengalaman atau personel yang mempunyai kemampuan khusus atau penggunaan
pakar.
3. Penyediaan supervisi tambahan.
4. Pemasukan tambahan prosedur audit yang tidak dapat diprediksi dalam pemilihan prosedur lanjutan.
5. Perubahan umum atas sifat, saat, atau luas prosedur audit, sebagai contoh, pelaksanaan prosedur
substantif pada akhir periode bukan pada saat tanggal interim; atau modifikasi sifat prosedur audit
untuk memeroleh bukti audit yang lebih meyakinkan.
Evaluasi lingkungan pengendalian yang akan dilakukan sebagai bagian dari penilaian atas sistem
pengendalian internal klien akan membantu auditor dalam menentukan apakah mereka akan melakukan
pendekatan subtantif atau pendekatan gabungan.
b. Respon terhadap risiko kesalahan penyajian
pada tingkat asersi
Auditor harus mendesain dan mengimplementasikan prosedur audit lanjutan yang sifat, saat,
dan luasnya didasarkan pada respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang telah
dinilai pada tingkat asersi.

● Sifat suatu prosedur audit mengacu kepada tujuan dilakukannya prosedur tersebut (sebagai
contoh: pengujian pengendalian atau prosedur substantif) dan tipe prosedur audit tersebut
(sebagai contoh: inspeksi, observasi, permintaan keterangan, konfirmasi, penghitungan ulang,
pelaksanaan kembali, atau prosedur analitis). Sifat prosedur audit tersebut merupakan hal
yang paling penting dalam merespons risiko yang telah dinilai.
● Saat prosedur audit mengacu kepada kapan prosedur tersebut dilaksanakan, atau periode atau
tanggal bukti audit tersebut berlaku.
● Luas prosedur audit mengacu kepada kuantitas prosedur yang dilaksanakan, sebagai contoh,
ukuran sampel atau jumlah observasi terhadap aktivitas pengendalian.
Dalam mendesain prosedur audit lanjutan, auditor harus:

1.Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi
untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, termasuk:

a. Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh karakteristik tertentu yang relevan dengan
golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan (sebagai contoh: risiko bawaan); dan

b. Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang relevan (sebagai contoh: risiko pengendalian), dan
dengan demikian menuntut auditor untuk memeroleh bukti audit untuk menentukan apakah pengendalian berjalan
secara efektif (sebagai contoh: auditor bermaksud untuk mengandalkan efektivitas operasi pengendalian dalam
penentuan sifat, saat, dan luas prosedur substantif); dan

2. Memeroleh bukti audit yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko yang lebih tinggi.
c. Sumber Keyakinan Audit
Untuk menurukan tingkat risiko kesalahan laporan keuangan, auditor harus membangun
keyakinan audit berdasarkan bukti audit yang cukup dan tepat. 3 sumber keyakinan audit yaitu:
1. Pengendalian
2. Pengujian rinci
3. Prosedur analitis termasuk analisis data rutin
Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian: Suatu prosedur audit yang didesain untuk mengevaluasi efektivitas operasi
pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, kesalahan penyajian material pada tingkat
asersi.
Dalam mendesain dan melaksanakan pengujian pengendalian, auditor harus memeroleh bukti audit yang
lebih meyakinkan ketika auditor ingin lebih mengandalkan efektivitas pengendalian.
Auditor harus mendesain dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi pengendalian yang relevan jika:
1. Penilaian auditor terhadap risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi mencakup suatu
harapan bahwa pengendalian beroperasi secara efektif (sebagai contoh: auditor bermaksud untuk
mengandalkan efektivitas operasi pengendalian dalam penentuan sifat, saat, dan luas prosedur
substantif); atau
2. Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat pada tingkat asersi.
Prosedur Substantif
Prosedur substantif: Suatu prosedur audit yang didesain untuk mendeteksi kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi. Prosedur substantif terdiri dari:

1. Pengujian rinci (dari setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan); dan
2. Prosedur analitis substantif.

● Tanpa memerhatikan risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material, auditor harus
mendesain dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan yang material.
● Ketika auditor telah menentukan bahwa risiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan
pada tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor harus melaksanakan prosedur substantif
yang secara khusus untuk merespons risiko tersebut. Ketika pendekatan terhadap risiko signifikan
hanya terdiri dari prosedur substantif, prosedur tersebut harus mencakup pengujian rinci
Sub Bab 4.8 Pendekatan Audit
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

4.8.2 Pendekatan Audit dengan Pendekatan Pengendalian


4.8.3 Pendekatan Audit dengan Pendekatan Substantif
4.8.4 Pendekatan Audit dengan Mengandalkan Pekerjaan Pihak Lain

Mezakh
Pendekatan Audit
•Berdasarkan SPAP di Indonesia, pendekatan audit adalah strategi atau metode
yang digunakan oleh auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan
klien dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kebenaran
dan kelengkapan laporan keuangan tersebut.

•Pendekatan audit dilakukan dengan memperhatikan karakteristik klien,


kompleksitas transaksi dan saldo akun yang terkait dengan laporan keuangan,
serta lingkungan bisnis di mana klien beroperasi.
Pendekatan audit meliputi beberapa
komponen utama, antara lain:
1.Pemahaman atas Sistem Pengendalian Internal Klien (SPIK).
Auditor melakukan pemahaman atas SPIK klien dengan cara melakukan review dokumentasi yang
berkaitan dengan SPIK, melakukan wawancara dengan pihak terkait di klien, serta melakukan
pengamatan langsung terhadap proses bisnis yang terkait.
2.Identifikasi Risiko.
Auditor melakukan identifikasi atas risiko yang dapat berdampak pada laporan keuangan klien, baik
itu risiko inheren, risiko pengendalian, maupun risiko deteksi.
3.Pengujian Substantif.
Auditor melakukan pengujian substantif untuk mendapatkan bukti audit yang memadai guna
mendukung keyakinan atas kebenaran dan kelengkapan laporan keuangan klien. Pengujian
substantif dapat dilakukan dengan cara pengujian detail saldo akun atau pengujian substantif atas
transaksi.
4.Sampling.
Auditor melakukan sampling dalam pengumpulan bukti audit dengan tujuan untuk menguji
bagian-bagian dari populasi transaksi atau saldo akun yang di-audit.
5.Dokumentasi Audit.
Auditor membuat dokumentasi audit yang mencakup semua langkah yang telah dilakukan
dalam merencanakan dan melaksanakan audit serta bukti-bukti audit yang dikumpulkan.
6.Penggunaan Pihak Ahli.
Auditor dapat menggunakan pihak ahli guna mendukung audit dalam hal yang memerlukan
keahlian khusus.
Pendekatan audit harus dilakukan secara profesional dan objektif dengan mematuhi
standar dan etika audit yang berlaku.
Tujuan Dari Pendekatan Audit
•Tujuan utama dari pendekatan audit, menurut SPAP di Indonesia, adalah untuk
memperoleh keyakinan yang memadai atas kebenaran dan kelengkapan laporan
keuangan klien.
•Untuk mengevaluasi sistem pengendalian internal klien, mengidentifikasi risiko atas
laporan keuangan, dan mengembangkan strategi audit yang sesuai untuk menguji dan
menilai kebenaran dan kelengkapan informasi dalam laporan keuangan klien.
•Untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi pengguna laporan keuangan dan
meningkatkan kualitas informasi keuangan yang disajikan oleh klien.
4.8.2 Pendekatan Audit Dengan
Pendekatan Pengendalian
Pendekatan Pengendalian
•Pendekatan pengendalian adalah pendekatan audit yang dilakukan dengan
memfokuskan pada evaluasi atas sistem pengendalian internal klien.
•Pendekatan ini bertujuan untuk menilai efektivitas dan keandalan sistem
pengendalian internal klien dalam mencegah dan mendeteksi kesalahan atau
kecurangan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan klien.
•Auditor akan memperoleh keyakinan yang memadai atas kebenaran dan
kelengkapan laporan keuangan dengan melakukan evaluasi atas sistem
pengendalian internal klien dan melakukan pengujian atas pengendalian yang
ada.
Pendekatan Pengendalian akan meliputi
langkah-langkah seperti:
1.Pemahaman atas Sistem Pengendalian Internal Klien (SPIK).
Auditor melakukan pemahaman atas SPIK klien dengan cara melakukan review
dokumentasi yang berkaitan dengan SPIK, melakukan wawancara dengan pihak terkait di
klien, serta melakukan pengamatan langsung terhadap proses bisnis yang terkait.
2.Evaluasi atas Efektivitas SPIK.
Auditor melakukan evaluasi atas efektivitas SPIK klien dengan cara melakukan pengujian
atas pengendalian yang ada di klien, serta melakukan pengujian atas kepatuhan
pelaksanaan SPIK klien.
3.Pengujian Substantif terhadap Transaksi dan Saldo Akun.
Auditor melakukan pengujian substantif yang lebih sedikit terhadap transaksi dan saldo
akun setelah melakukan evaluasi atas efektivitas SPIK klien.
•Pendekatan pengendalian sangat berguna untuk klien yang memiliki sistem
pengendalian internal yang baik dan efektif. Pendekatan ini dapat menghemat waktu
dan biaya audit, karena pengujian substantif yang lebih sedikit dibutuhkan.
•Namun, jika sistem pengendalian internal klien tidak efektif, maka pendekatan
pengendalian dapat kurang efektif dalam mendeteksi kesalahan atau kecurangan.
•Pendekatan pengendalian harus dilakukan dengan mematuhi standar dan etika audit
yang berlaku.
•Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai atas kebenaran dan
kelengkapan laporan keuangan klien dengan menguji dan menilai efektivitas sistem
pengendalian internal klien.
4.8.3 Pendekatan Audit Dengan
Pendekatan Substantif
Pendekatan Substantif
•Pendekatan substantif adalah suatu pendekatan audit yang fokus pada
pengujian langsung terhadap transaksi dan saldo akun dalam laporan keuangan
klien dengan tujuan untuk memperoleh bukti audit yang memadai atas
kebenaran dan kelengkapan laporan keuangan klien.
Pendekatan Substantif akan meliputi
langkah-langkah seperti:
1.Pemahaman atas Klien.
Auditor melakukan pemahaman atas klien, termasuk pemahaman atas industri dan bisnis klien serta pemahaman atas
sistem informasi keuangan yang digunakan oleh klien.
2.Identifikasi Risiko.
Auditor mengidentifikasi risiko atas laporan keuangan klien, termasuk risiko yang berkaitan dengan materialitas,
pengendalian internal, dan kecurangan.
3.Pengujian Substantif.
Auditor melakukan pengujian substansif terhadap transaksi dan saldo akun dalam laporan keuangan klien, dengan cara
melakukan pengujian secara langsung, pengamatan fisik, konfirmasi, serta analisis dan perhitungan.
4.Evaluasi Bukti Audit.
Auditor melakukan evaluasi atas bukti audit yang diperoleh untuk menentukan apakah bukti tersebut cukup dan
memadai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas kebenaran dan kelengkapan laporan keuangan klien.
•Pendekatan substantif digunakan apabila klien tidak memiliki sistem pengendalian
internal yang memadai atau ketika auditor tidak mempercayai efektivitas dari sistem
pengendalian internal tersebut.
•Dalam hal ini, pengujian substansif digunakan untuk mendapatkan bukti audit yang
cukup dan memadai tentang kebenaran dan kelengkapan laporan keuangan klien.
•Pendekatan substantif dapat memakan waktu dan biaya yang lebih besar dibandingkan
dengan pendekatan pengendalian, namun dapat memberikan keyakinan yang lebih
besar atas kebenaran dan kelengkapan laporan keuangan klien.
•Oleh karena itu, pemilihan pendekatan audit yang tepat harus didasarkan pada
pemahaman yang baik atas klien dan kondisi audit yang relevan.
4.8.4 Pendekatan Audit Dengan
Mengandalkan Pekerjaan Pihak Lain
Pendekatan Mengandalkan Pekerjaan Pihak
Lain
•Pendekatan audit dengan mengandalkan pekerjaan pihak lain adalah suatu
pendekatan audit di mana auditor menggunakan hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh pihak lain, seperti auditor internal atau konsultan, sebagai bagian dari bukti
audit yang diperoleh.
•Dalam pendekatan ini, auditor memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh pihak
lain dan melakukan penilaian atas kualitas pekerjaan tersebut. Auditor harus
memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh pihak lain tersebut memenuhi
standar audit yang berlaku dan dapat diandalkan sebagai bukti audit.
•Pendekatan ini dapat dilakukan ketika auditor mempercayai kompetensi,
independensi, dan integritas pihak lain yang melakukan pekerjaan yang relevan
dengan audit. Namun, auditor tetap bertanggung jawab atas penilaian dan
kesimpulan akhir atas pekerjaan tersebut, serta harus memastikan bahwa bukti
audit yang diperoleh memadai untuk tujuan audit.
•Pendekatan audit dengan mengandalkan pekerjaan pihak lain dapat membantu
auditor menghemat waktu dan biaya dalam melakukan audit, namun auditor
harus tetap mempertimbangkan risiko dan keandalan dari pekerjaan pihak lain
tersebut dalam pengambilan kesimpulan audit akhir.
BAB IV
PERENCANAAN PERIKATAN ASURANS
DAN PERIKATAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN HISTORIS

AGENDA PRESENTASI
1.Subbab 4.8.5 Audit Atas Estimasi Akuntansi
A. Sifat Estimasi Akuntansi
B. Pendekatan Audit
C. Evaluasi Hasil
2. Subbab 4.8.6 Masalah Terapan
A. Tim Audit
B. Anggaran dan Tenggat Waktu
C. Audit Interim dan Akhir Tahun
D. Lokasi
E. Sifat dari Bukti Audit Evi

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.183 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

PERATURAN TERKAIT: STANDAR AUDIT (IAPI) - SA 540 (Revisi 2021).


“Audit atas estimasi akuntansi dan pengungkapan terkait.”

Ikhtisar:
➢ Laporan Keuangan terdiri dari banyak estimasi.
➢ Estimasi tersebut seringkali dibuat saat terdapat ketidakpastian mengenai hasil dari suatu kejadian dan
melibatkan penggunaan penilaian.
➢ Akibatnya, risiko kesalahan penyajian lebih tinggi saat terdapat estimasi.

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.183 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

A. Sifat Estimasi Akuntansi (BERDASARKAN MODUL CA)


➢ Contoh beberapa tipe utama estimasi :
Penyisihan piutang; penyisihan untuk menurunkan persediaan ke nilai realisasi bersih (net
realisable value); umur ekonomis aset untuk perhitungan depresiasi aset tetap; cadangan jaminan;
dan cadangan atas kerugian gugatan hukum.

➢ Contoh beberapa risiko kesalahan penyajian:


Bila manajemen bertujuan untuk melebih-lebihkan laba, mereka akan cenderung untuk berusaha
mengurangi jumlah penyisihan piutang dibandingkan harus menghapus sejumlah faktur yang
diterima dari pemasok selama tahun berjalan.

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.183 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

A. Sifat Estimasi Akuntansi (BERDASARKAN SA 540)


➢ Contoh estimasi Akuntansi terkait dengan golongan transaksi, saldo akun dan
pengungkapan mencakup:
a. Persediaan yang usang.
b. Penyusutan aset tetap.
c. Penilaian aset infrastruktur.
d. Penilaian instrumen keuangan.
e. Hasil tuntutan pengadilan yang masih belum diputuskan.
f. Penyisihan kerugian kredit ekspektasian.
g. Penilaian kewajiban kontrak asuransi.
h. Kewajiban jaminan.
i. Liabilitas manfaat pensiun karyawan.

Sumber: Standar Audit SA.504 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.


Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

A. Sifat Estimasi Akuntansi (BERDASARKAN SA 540)


➢ Contoh estimasi Akuntansi terkait dengan golongan transaksi, saldo akun dan
pengungkapan mencakup:
j. Pembayaran berbasis saham.
k. Nilai wajar aset atau liabilitas yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis, termasuk
penentuan goodwill dan aset tak berwujud.
l. Penurunan nilai aset berumur panjang atau aset tetap yang dimiliki untuk dilepas.
m. Pertukaran tanpa moneter aset atau liabilitas di antara pihak independen.
n. Pendapatan diakui untuk kontrak jangka panjang.

Sumber: Standar Audit SA.504 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.


Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

DEFINISI:
➢ estimasi AKUNTANSI (BERDASARKAN SA-540):
Estimasi Akuntansi adalah angka moneter yang mungkin terkait dengan golongan transaksi atau
saldo akun yang diakui atau diungkapkan dalam laporan keuangan. Estimasi akuntansi juga
mencakup angka moneter yang tercantum dalam pengungkapan atau yang digunakan untuk
membuat pertimbangan tentang pengakuan atau pengungkapan yang terkait dengan suatu
golongan transaksi atau saldo akun.

Estimasi Akuntansi adalah suatu angka moneter yang pengukurannya, berdasarkan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku, bergantung pada ketidakpastian estimasi.

Sumber: Standar Audit SA.504 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.


Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

A. Sifat Estimasi Akuntansi (BERDASARKAN SA 540)


Estimasi akuntansi dapat bervariasi menurut sifatnya dan harus dibuat oleh manajemen ketika
angka moneter tidak dapat diobservasi secara langsung. Pengukuran angka moneter tersebut
bergantung pada ketidakpastian estimasi, yang mencerminkan keterbatasan inheren dalam
pengetahuan dan data. Keterbatasan tersebut menimbulkan subjektivitas inheren dan variasi
dalam hasil pengukurannya.
Proses pembuatan estimasi akuntansi melibatkan pemilihan dan penerapan suatu metode dengan
menggunakan asumsi dan data, yang membutuhkan pertimbangan oleh manajemen dan dapat
menimbulkan kompleksitas dalam pengukuran. Dampak kompleksitas, subjektivitas atau faktor
risiko inheren lainnya pada pengukuran angka moneter mempengaruhi kerentanan terhadap
kesalahan penyajian.
Definisi Ketidakpastian estimasi:
Ketidakpastian estimasi adalah kerentanan suatu ketiadaan ketepatan inheren dalam
pengukuran.

Sumber: Standar Audit SA.504 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.


Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

DEFINISI:
➢ hasil suatu estimasi akuntansi (BERDASARKAN SA-540):
Suatu angka moneter aktual yang dihasilkan dari penyelesaian transaksi, peristiwa, atau kondisi
yang mendasari suatu estimasi akuntansi.

➢ ESTIMASI POIN AUDITOR ATAU RENTANG AUDITOR (BERDASARKAN SA-540):


Suatu angka yang dikembangkan oleh auditor dalam mengevaluasi estimasi poin manajemen.

➢ ESTIMASI POIN MANAJEMEN (BERDASARKAN SA-540):


Suatu angka yang dipilih oleh manajemen untuk diakui dan diungkapkan dalam laporan keuangan
sebagai suatu estimasi akuntansi.

➢ BIAS MANAJEMEN (BERDASARKAN SA-540):


Suatu ketiadaan netralitas oleh manajemen dalam penyusunan informasi.

Sumber: Standar Audit SA.504 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.


Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

B. Pendekatan Audit
SA 540 mengharuskan auditor untuk memperoleh pemahaman mengenai hal-hal berikut:
a. Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan terhadap estimasi akuntansi.
b. Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, peristiwa dan kondisi yang menimbulkan
perlunya estimasi akuntansi.
c. Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang dipakai sebagai dasar, termasuk
mempertimbangkan hal-hal berikut:
- Metode yang digunakan dalam membuat estimasi akuntansi;
- Pengendalian yang relevan.
- Apakah manajemen menggunakan pakar.
- Asumsi yang mendasari estimasi akuntansi.
- Apakah telah terjadi atau seharusnya telah terjadi suatu perubahan dari periode sebelumnya
dalam metode untuk membuat estimasi akuntansi, dan jika demikian apa penyebabnya; dan
- Apakah dan jika demikian, bagaimana manajemen menentukan dampak ketidakpastian
estimasi.

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.183 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

➢ Penentuan apakah estimasi akuntansi adalah wajar atau mengandung kesalahan penyajian.
Dalam menentukan apakah berdasarkan prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang
diperoleh, estimasi poin manajemen dan pengungkapan terkait adalah wajar atau mengandung kesalahan
penyajian:
a. Ketika bukti audit mendukung suatu rentang estimasi, ukuran rentang estimasi tersebut mungkin
lebar dan dalam beberapa kondisi dapat bernilai multipel dari materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan. Meskipun ukuran rentang estimasi yang lebar mungkin tepat sesuai dengan
kondisinya, hal tersebut dapat menunjukkan bahwa penting bagi auditor untuk mempertimbangkan
kembali apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh atas kewajaran angka dalam
rentang estimasi tersebut.
b. Bukti audit dapat mendukung suatu estimasi poin yang berbeda dari estimasi poin manajemen.
Dalam kondisi tersebut, selisih antara estimasi poin auditor dan estimasi poin manajemen
merupakan jumlah kesalahan penyajian.
c. Bukti audit dapat mendukung suatu rentang asumsi yang tidak mencakup estimasi poin manajemen.
Dalam kondisi tersebut, jumlah kesalahan penyajian adalah selisih antara estimasi poin manajemen
dan titik terdekat dari rentang estimasi auditor.

Sumber: Standar Audit SA.504 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.


Subbab 4.8.5 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

C. Evaluasi Hasil (BERDASARKAN MODUL CA)


Auditor harus mengevaluasi kewajaran dari estimasi tersebut dengan:
a. Pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya.
b. Apakah estimasi tersebut konsisten dengan bukti audit lain yang diperoleh selama proses audit.

Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN

IKHTISAR:
Strategi audit juga akan mencakup masalah terapan seperti waktu, penyusunan staf dan lokasi.

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.184 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN

A. Tim Audit
a. Sebagai bagian dari proses perencanaan audit, auditor perlu memilih tim yang tepat.
b. Dalam menentukan kebutuhan tim tergantung pada risiko audit.
c. Kebutuhan tim audit didasarkan pada pengalaman, pengetahuan khusus dan memastikan pekerjaan
dilakukan oleh staf dari tingkat organisasi yang tepat.
d. Susunan tim yang tepat bergantung pada ukuran perikatan dan peran yang berbeda dalam tim
dapat diisi oleh orang-orang dengan tingkat pengalaman yang berbeda-beda dalam KAP.
e. Dalam kondisi normal, setidaknya terdapat dua orang dalam tim, satu orang mengerjakan proses
audit, dan orang yang lain akan melakukan pemeriksaan pekerjaan tersebut.
f. Kebanyaan perikatan akan memiliki seorang staf senior yang bertanggungjawab untuk mengawasi
pelaksanaan audit setiap harinya dan melakukan supervisi dan bantuan kepada tim audit.
g. Terdapat staf yang akan melakukan eksekusi tugas audit secara detail tergantung kepada
pengalamannya.
h. Terdapat manajer yang bertanggung jawab atas administrasi, perencanaan dan pemeriksaan dalam
perikatan dan akan diharapkan untuk sedikit atau bahkan tidak mengerjakan pekerjaan pengujian
secara rinci.

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.185 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN

Rekan Perikatan:
Rekan perikatan bertanggungjawab terhadap keseluruhan perikatan dan memiliki tanggung jawab spesifik
untuk: memastikan kompetensi KAP dan tim audit, memastikan objektivitas KAP dan tim audit,
menyetujui strategi audit, mengkomunikasikan pengetahuannya mengenai klien kepada tim audit,
memastikan bahwa staf telah diberikan pengarahan dan disupervisi dengan layak, memastikan proses
pemeriksaan yang layak terhadap pekerjaan staf telah dilakukan, memeriksa laporan keuangan dan
bagian-bagian kunci dan kertas kerja.

Strategi audit:
Strategi audit perlu menjelaskan siapa yang bertanggung jawab atas aspek audit yang mana, dan harus
menyeimbangkan antara: memastikan setiap anggota tim memiliki pengalaman yang cukup untuk
mengerjakan tugasnya; mengatur agar setiap anggota tim mendapatkan tantangan baru agar bisa
memperoleh pengalaman baru; dan biaya.

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.185 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN

B. Anggaran dan Tenggat Waktu


Rencana audit harus memuat dengan jelas:
a. Tenggat waktu pelaksanaan audit.
b. Besar anggaran untuk proses audit.

C. Audit Interim dan Akhir Tahun


Evaluasi terhadap sistem dan pengujian rinci terhadap laporan laba rugi akan dilakukan pada periode
interim, sementara itu pengujian terhadap laporan posisi keuangan akan dilakukan di audit akhir tahun.
➢ Definisi Periode Interim:
Periode Interim adalah periode laporan keuangan yang lebih pendek dari laporan tahunan.
Periodenya bisa tiap bulan, tiga bulanan (triwulan), empat bulanan (kuartal), namun tetap tak
melebihi satu tahun buku.
➢ Definisi Audit Interim:
Audit Interim adalah strategi pemeriksaan laporan keuangan yang bersifat antar-waktu untuk
kepentingan masyarakat pengguna jasa bank, rups, dan pihak lain yang terkait, yang meliputi
periode bulanan, triwulan, atau semester yang merupakan bagian integral dari laporan tahunan.

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.186 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN

D. Lokasi
➢ Lokasi pekerjaan audit bergantung pada sifat dari klien dan hasil evaluasi risiko.
➢ Beberapa klien hanya memiliki satu lokasi, sehingga audit dapat dilaksanakan di satu lokasi tersebut.
➢ Klien yang lain mungkin memiliki beberapa lokasi, sehingga auditor diharuskan untuk membuat
penilaian mengenai lokasi manakah yang lebih berisiko dibandingkan lokasi lain sehingga auditor
harus mengunjunginya.
➢ Terkadang auditor diharuskan untuk mengunjungi semua lokasi yang dimiliki klien selama proses audit.
E. Sifat dari Bukti Audit
➢ Bukti audit adalah data atau informasi yang dikumpulkan oleh auditor untuk meninjau laporan
keuangan dan transaksi perusahaan. Bukti audit diperlukan untuk memastikan keaslian laporan.
➢ Dalam mengumpulkan bukti audit, seorang auditor akan mencari dan memilah bukti yang andal dan
valid agar dapat mencerminkan bagaimana kondisi perusahaan yang sebenarnya.
➢ Informasi yang dihasilkan oleh klien tidak akan pernah sebaik kualitas informasi yang dihasilkan
auditor dari pihak ketiga.
➢ Strategi audit harus merancang dari manakah informasi harus diperoleh dari pihak ketiga (misalnya
terkait piutang atau konfirmasi pinjaman jangka panjang).

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Hal.186 Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN

E. Sifat dari Bukti Audit


➢ Faktor yang mempengaruhi keandalan bukti adalah:
a. Bukti audit diperoleh dari luar perusahaan atau perusahaan melalui sumber independen
dianggap lebih andal.
b. Bukti audit berdasarkan bentuk pencatatannya jika direkam dalam bentuk dokumenter melalui
media kertas atau elektronik dalam format legal, dianggap lebih dapat diandalkan.
c. Bukti audit diperoleh melalui Akuntan Publik atau Auditor secara langsung, maka akan dianggap
lebih andal jika dibandingkan dengan memperoleh dokumen bukti audit dari sumber tidak
langsung atau melalui referensi lainnya
d. Dokumen bukti asli lebih dapat diandalkan daripada fotokopi.

Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber artikel Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN

E. Sifat dari Bukti Audit


➢ 8 (Delapan) jenis bukti audit yang biasanya dikumpulkan oleh auditor selama audit adalah:
a. Pemeriksaan Fisik :
Auditor secara fisik memverifikasi keberadaan aset.
b. Konfirmasi :
Auditor mengirimkan surat edaran kepada pihak eksternal atau internal untuk mengkonfirmasi
saldo di neraca, termasuk bank, pemasok, pelanggan dan kadang-kadang pengacara.
c. Bukti Dokumenter :
Tempat auditor mengumpulkan informasi seperti catatan keuangan, perjanjian dan dokumen
relevan lainnya dari sumber internal dan eksternal.
d. Bukti Lisan :
Informasi yang diperoleh dari penyelidikan personel yang berbeda dalam entitas.
e. Sistem Akuntansi :
Melalui sistem akuntansi auditor dapat memperoleh informasi yang relevan.
f. Kinerja Ulang :
Bukti audit ketika auditor menguji pengendalian internal klien.
g. Bukti Observasi :
Bukti hasil pengamatan auditor pada proses-proses tertentu.

Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber artikel Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN

E. Sifat dari Bukti Audit


➢ Secara umum, terdapat 5 (lima) syarat sebuah bukti audit dikatakan layak adalah sebagai berikut:
a. Relevensi :
Bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.
b. Sumber :
Informasi sumber eksternal akan selalu lebih disukai daripada informasi internal karena
umumnya dianggap tidak memiliki bias.
c. Sifat :
Bukti audit biasanya dianggap cukup ketika informasi diberikan melalui presentasi, konfirmasi
fisik, atau dokumen hukum.
d. Kecukupan:
Suatu bukti audit dapat dikatakan cukup apabila jumlah bukti yang diperoleh telah cukup untuk
menyakinkan validitas dan keandalan temuan audit.
e. Kompeten :
Bukti audit disebut kompeten sepanjang bukti tersebut konsisten dengan fakta, yaitu sah dan
valid.

Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber artikel Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
Subbab 4.8.6 MASALAH TERAPAN

E. Sifat dari Bukti Audit


➢ Cara mendapatkan bukti audit:
a. Inspeksi :
Metode ini melibatkan pemeriksaan semua catatan, dokumen, baik internal maupun eksternal,
dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lain, dan aset fisik.
b. Pengamatan :
Pengamatan terdiri dari melihat proses atau prosedur yang dilakukan oleh orang lain.
c. Pertanyaan dan Konfirmasi :
Pertanyaan dapat bervariasi dari pertanyaan tertulis formal hingga pertanyaan lisan informal.
Konfirmasi terdiri dari tanggapan terhadap pertanyaan. Setelah konfirmasi yang benar,
auditor dapat mempercayai dan mengaudit bukti.
d. Komputasi :
Komputasi atau perhitungan adalah perhitungan kebenaran data akuntansi. Untuk
membuktikan keakuratan aritmatika catatan suatu entitas, auditor membuat perhitungan
secara independen sebagai bentuk lain dari bukti audit.
e. Tinjauan Analitis:
Prosedur analitis melibatkan perbandingan kumpulan informasi keuangan dan operasional yang
berbeda, untuk melihat apakah hubungan historis berlanjut ke periode yang ditinjau.

Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber artikel Oleh : Evi Wina Gultom, S.E.
END OF PRESENTATION

THANK YOU

Sumber: Modul CA IAI - Audit & Asurans Oleh : Kelompok IV

Anda mungkin juga menyukai