Anda di halaman 1dari 6

KESULITAN KEUANGAN

(FINANCIAL DISTRESS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan


Oleh :

1) Bambang Widjanarko S

16.51.03.0001

2) M. Jailani

16.51.03.0002

3) Apsarida Mila Puspa

16.51.03.0003

4) Milawati

16.51.03.0006

Pendidikan Profesi Akuntan (PPAK)


UNISBANK SEMARANG
2016
1

1.

Apakah Financial Distress?


Menurut Karen Wruck (1990), Financial Distress merupakan suatu situasi dimana aliran
kas operasi sebuah perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban lancarnya (seperti
hutang dagang atau biaya bunga) dan perusahaan dipaksa untuk melakukan tindakan korektif.
Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary, Financial Distress adalah ketidakmampuan untuk
membayar hutang seseorang; kurangnya kekayaan untuk membayar hutang seseorang.
Secara umum financial distress terlihat dari ketidakmampuan untuk membayar utang
jangka pendek maupun jangka panjang, dan ketidakmampuan asset menutupi liabilitas.
Dari hal tersebut, tersirat dua cara pandang mengenai financial distress, yaitu stock dan
flows yang digambarkan sebagai berikut :
Stock-based

Flow-based insolvency

Cara pandang stocks menekankan pada adanya net worth (kekayaan bersih) perusahaan
yang negative. Sedangkan, cara pandang flows lebih melihat pada ketidakmampuan membayar
utang jangka pendek maupun jangka panjang.
2.

Apa yang Terjadi Ketika Perusahaan Mengalami Financial Distress?


Sebuah perusahaan dikatakan mengalami financial distress apabila memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Pengurangan dividen
2) Penutupan pabrik
3) Kerugian
4) PHK
5) Pengunduran CEO
6) Harga saham jatuh
Sedangkan strategi dan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan disaat
mengalami financial distress antara lain :
Strategi
Langkah-Langkah
Asset Restructuring

Financial Restructuring

1. Menjual asset-asset utamanya


2. Merger dengan perusahaan lain
3. Mengurangi belanja modal untuk penelitian
pengembangan
4. Menerbitkan saham atau obligasi baru
5. Negosiasi dengan bank atau kreditor lainnya
6. Mengkonversi utang menjadi ekuitas
7. Mengajukan permohonan kepailitan

dan

Kelebihan atau manfaat pemilihan strategi asset restructuring adalah :


1) Perusahaan menjual asset-asset yang tidak terkait dengan bisnis utama perusahaan
2) Dengan asset restructuring perusahaan memiliki struktur organisasi baru yang mendukung
core business perusahaan.
3.

Kebangkrutan, Likuidasi, dan Reorganisasi


Perusahaan yang tidak memperoleh atau memilih untuk tidak membuat kesepakatan
terkait dengan pembayaran utangnya kepada kreditor, memiliki dua pilihan, yaitu melakukan
likuidasi atau reorganisasi.
Lingkungan berarti menghentikan kegiatan operasi perusahaan (going concern). Kegiatan
yang dilakukan dalam likuidasi adalah perusahaan menjual aset-aset yang dimiliki. Hasil dari
pengjualan tersebut kemudian dibagikan kepada kreditur dan sisanya (jika ada) kepada
pemegang saham perusahaan.
Reorganisasi adalah pilihan untuk mempertahankan kelangsungan usaha (going concern)
perusahaan, diantaranya dengan menerbitkan efek baru untuk menggantikan efek lama.
Likuidasi dan reorganisasi dapat dilakukan melalui mekanisme kebangkrutan (bankruptcy).
kebangkrutan (bankruptcy) adalah sebuah upaya hukum yang permohonannyadapat
diajukan sendiri (voluntary) oleh perusahaan atau dapat diajukan oleh kreditor (involuntary).

4.

Likuidasi
Di Amerika Serikat, langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melakukan straight
liquidation tercantum dalam Chapter 7 of the Bankruptcy Reform Act of 1978. Langkah-langkah
tersebut mencakup:
1. Permohonan diajukan kepada Pengadilan Federal. Permohonan bisa diajukan sendiri oleh
perusahaan (voluntary) maupun oleh kreditor (involuntary bankruptcy). Kurator (bankruptcy
trustee) ditunjuk oleh kreditor untuk mengambil alih aset debitur. Kurator bertugas
melakukan likuidasi aset. Setelah aset dilikuidasi, dan dikurangi pembayaran biaya-biaya
administrasi, hasil likuidasi dibagikan kepada kreditor. Jika aset masih tersisa setelah
digunakan untuk membayar biaya-biaya dan pembayaran kepada kreditor, maka sisanya
dibagikan kepada pemegang saham.
2. Setelah perusahaan ditetapkan bangkrut, maka proses likuidasi dimulai. Pembagian hasil
likuidasi dilakukan berdasarkan urutan prioritas berikut:
a. Beban administrasi terkait proses likuidasi perusahaan yang bangkrut.
b. Klaim-klaim tanpa jaminan (unsecured claims) yang terjadi setelah pengajuan
permohonan involuntary bankruptc.
c. Upah, gaji dan komisi.
d. Iuran kepada dana pensiun yang terjadi dalam 180 hari sebelum tanggal pengajuan
permohonan kebangkrutan.
e. Klaim dari konsumen.
f. Klaim pajak.
g. Klaim kreditor baik dengan atau tanpa jaminan.
h. Klaim dari pemegang saham preferen.
i. Klaim dari pemegang saham biasa
Urutan prioritas dalam likuidasi disebut absolute priority rule (APR).

5.

Reorganisasi
Istilah reorganisasi berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mampu bertahan diri dan atau memperkecil/mengurangi skala usahanya agar perusahaan tidak
mengalami kesulitan di bidang keuangan dalam situasi ekonomi yang kurang menguntungkan.
Asumsi dasar mengapa perusahaan melakukan reorganisasi adalah bahwa perusahaan
masih mempunyai kemampuan operasional yang cukup baik dalam situasi ekonomi yang kurang
3

menguntungkan. Hal ini umumnya ditekankan pada adanya efisiensi biaya ( khususnya biaya
tetap ) yang ada pada struktur biaya perusahaan. Adanya penekanan pada efisiensi biaya yang
sifatnya tetap ini dalam istilah reorganisasi disebut sebagai reorganisasi finansial.
Apabila penekanan pada efisiensi biaya sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan,
maka perusahaan sudah saatnya untuk melakukan reorganisasi operasional. Reorganisasi
operasional ini dilakukan dalam rangka untuk mengganti mesin-mesin maupun peralatanperalatan yang penggunaan jauh lebih efisien, mengurangi tenaga kerja dan melakukan
pemangkasan biaya-biaya yang semestinya tidak perlu terjadi.
Tentunya pengambilan keputusan untuk melakukan reorganisasi operasional ini akan
membawa dampak yang cukup besar bagi perusahaan, yakni timbulnya konsekuensi akan
kebutuhan dana yang cukup besar pada saat-saat awal dilakukannya reorganisasi.
Dalam reorganisasi finansial sering dibarengi dengan upaya konsolidasi, yaitu membuat
perusahaan jadi lebih ramping secara operasional. Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan
dengan cara :
a. Melakukan penghematan biaya, artinya pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting,
ditunda atau dibatalkan.
b. Menjual aktiva-aktiva yang tidak diperlukan.
c. Divisi ( unit bisnis ) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau digabung.
d. Menunda rencana ekspansi sampai dengan situasi dinilai lebih menguntungkan.
Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang ( kalau dapat dikurangi dari hasil
penjualan aktiva yang tidak diperlukan ), dan menjaga likuiditas. Dalam jangka pendek mungkin
sekali profitabilitas dikorbankan ( profitabilitas terpaksa negatif ).
6.

Mana yang lebih baik : Private workout atau Kepailitan?


1) Kedua kebangkrutan formal dan latihan pribadi melibatkan pertukaran klaim keuangan
baru untuk klaim finansial sebelumnya.
2) Ketika digunakan, private workout lebih baik daripada kepailitan.
3) Struktur modal yang kompleks dan kurangnya informasi membuat private workout kurang
disukai.
Keuntungan dari kepailitan yaitu penghitungan bunga (kewajiban membayar bunga) bagi
debitur menjadi terhenti, keuntungan pajak dan hanya membutuhkan persetujuan 1/2 dari
kreditur yang memiliki 2/3 dari hutang. Kekurangan kepailitan yaitu proses yang panjang dan
mahal, hakim diminta untuk menyetujui keputusan bisnis penting, dan gangguan untuk
manajemen.

7.

Prepackaged Bankruptcy
Kombinasi antara private workout dengan legal bankruptcy. Sebelum perusahaan
mengajukan permohonan kebangrutan maka perusahaan harus lebih dahulu melakukan
pendekatan dengan para kreditor serta membawa rencana re organisasi perusahaan. Ke 2 belah
pihak negosiasi mencari kesepakata bersama mengenai rincian bagaimana keuangan
perusahaan di restrukturisasi. Kemudian perusahaan + kreditor menyiapkan dokumen
administrasi yang diperlukan sebelum mengajukan permohonan kebangkrutan. Permohonan
ini di sebut Prepackage jika pada perusahaan mengajukan permohonan ke pengadilan dan pada
saat yang sama juga sudah melampirkan rencana re organisasi lengkap dengan persetujuan dari
kreditor.

8.

Prediksi Kebangkrutan Perusahaan : Model Z-Score


Untuk mengukur kelayakan kreditor berdasarkan resiko risk perusahaan bisa mengalami
kebangkrutan. Edward Altman menciptakan model dengan menggunakan sejumlah rasio dalam
laporan keuangan dan menganalisa beberapa diskriminan untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan manufactur yang sahamnya diperdagankan di bursa.
4

Altman Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standart kali rasio - rasio
keuangan yang akan menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Dengan
kata lain Altman Z-Score bisa memprediksi kebangkrutan pada suatu perusahaan.
Model Dengan Altman Z-Score

Z -Score = 1.2 * X1 + 1.4 * X2 + 3.3 * X3 + 0.6 * X4 + 1.0 * X5


Tapi Z-Score tidak dipergunakan untuk perusahaan jenis jasa keuangan atau lembaga
keuangan (baik swasta maupun pemerintah). Khusus jenis perusahaan ini memang tidak
menggunakan model berbasis neraca. Hal ini karena adanya kecenderungan perbedaan yang
cukup besar antara neraca suatu institut keuangan dengan institut keuangan lainnya.

Dimana

adalah

indeks

keberangkrutan

indeks

of

bangkruptcy

X1 = Modal Kerja terhadap Total Aktiva


X2 = Laba Ditahan terhadap Total Aktiva
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) terhadap Total Aktiva
X4 = Nilai Pasar Ekuitas terhadap Total Nilai Buku Libilitas
X5 = Penjualan terhadap Total Aktiva
Klasifikasi :
Skor Z > 2.99 = Perusahaan tersebut sehat
Skor Z < 1.81 = Perusahaan tersebut berpotensial bangkrut
Skor Z 1.81 < Z < 2.99 = Perusahaan tersebut dalam zona kelabu (grey area)
Formula Z-Score untuk perusahaan MANUFAKTUR dan NON MANUFAKTUR dibedakan
sbb :
1. Formula
Z-Score
untuk
perusahaan
Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

MANUFAKTUR

2. Formula Z-Score untuk perusahaan NON MANUFAKTUR :


Z-Score = 6,56T1 + 3,26T2 + 6,72T3 + 1,05T4

Contoh penggunaan formula Z-Score untuk laporan ASSII data tahun 2009 :

Dari contoh diatas dapat dilihat hasil Z-Score ASII yaitu 3,99. Angka tersebut menunjukan
bahwa ASII berada pada posisi cukup aman dari potensi kebangkrutan.
Walaupun Z-Score ini secara umum cukup bagus dalam melindungi kita dari berinvestasi
pada perusahaan-perusahaan yang berpotensi untuk mengalami kebangkrutan, kita harus
pandai-pandai menafsirkan nilainya apakah relevan dengan nature dengan kondisi industri di
mana perusahaan berada.

Anda mungkin juga menyukai