(FINANCIAL DISTRESS)
1) Bambang Widjanarko S
16.51.03.0001
2) M. Jailani
16.51.03.0002
16.51.03.0003
4) Milawati
16.51.03.0006
1.
Flow-based insolvency
Cara pandang stocks menekankan pada adanya net worth (kekayaan bersih) perusahaan
yang negative. Sedangkan, cara pandang flows lebih melihat pada ketidakmampuan membayar
utang jangka pendek maupun jangka panjang.
2.
Financial Restructuring
dan
4.
Likuidasi
Di Amerika Serikat, langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melakukan straight
liquidation tercantum dalam Chapter 7 of the Bankruptcy Reform Act of 1978. Langkah-langkah
tersebut mencakup:
1. Permohonan diajukan kepada Pengadilan Federal. Permohonan bisa diajukan sendiri oleh
perusahaan (voluntary) maupun oleh kreditor (involuntary bankruptcy). Kurator (bankruptcy
trustee) ditunjuk oleh kreditor untuk mengambil alih aset debitur. Kurator bertugas
melakukan likuidasi aset. Setelah aset dilikuidasi, dan dikurangi pembayaran biaya-biaya
administrasi, hasil likuidasi dibagikan kepada kreditor. Jika aset masih tersisa setelah
digunakan untuk membayar biaya-biaya dan pembayaran kepada kreditor, maka sisanya
dibagikan kepada pemegang saham.
2. Setelah perusahaan ditetapkan bangkrut, maka proses likuidasi dimulai. Pembagian hasil
likuidasi dilakukan berdasarkan urutan prioritas berikut:
a. Beban administrasi terkait proses likuidasi perusahaan yang bangkrut.
b. Klaim-klaim tanpa jaminan (unsecured claims) yang terjadi setelah pengajuan
permohonan involuntary bankruptc.
c. Upah, gaji dan komisi.
d. Iuran kepada dana pensiun yang terjadi dalam 180 hari sebelum tanggal pengajuan
permohonan kebangkrutan.
e. Klaim dari konsumen.
f. Klaim pajak.
g. Klaim kreditor baik dengan atau tanpa jaminan.
h. Klaim dari pemegang saham preferen.
i. Klaim dari pemegang saham biasa
Urutan prioritas dalam likuidasi disebut absolute priority rule (APR).
5.
Reorganisasi
Istilah reorganisasi berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mampu bertahan diri dan atau memperkecil/mengurangi skala usahanya agar perusahaan tidak
mengalami kesulitan di bidang keuangan dalam situasi ekonomi yang kurang menguntungkan.
Asumsi dasar mengapa perusahaan melakukan reorganisasi adalah bahwa perusahaan
masih mempunyai kemampuan operasional yang cukup baik dalam situasi ekonomi yang kurang
3
menguntungkan. Hal ini umumnya ditekankan pada adanya efisiensi biaya ( khususnya biaya
tetap ) yang ada pada struktur biaya perusahaan. Adanya penekanan pada efisiensi biaya yang
sifatnya tetap ini dalam istilah reorganisasi disebut sebagai reorganisasi finansial.
Apabila penekanan pada efisiensi biaya sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan,
maka perusahaan sudah saatnya untuk melakukan reorganisasi operasional. Reorganisasi
operasional ini dilakukan dalam rangka untuk mengganti mesin-mesin maupun peralatanperalatan yang penggunaan jauh lebih efisien, mengurangi tenaga kerja dan melakukan
pemangkasan biaya-biaya yang semestinya tidak perlu terjadi.
Tentunya pengambilan keputusan untuk melakukan reorganisasi operasional ini akan
membawa dampak yang cukup besar bagi perusahaan, yakni timbulnya konsekuensi akan
kebutuhan dana yang cukup besar pada saat-saat awal dilakukannya reorganisasi.
Dalam reorganisasi finansial sering dibarengi dengan upaya konsolidasi, yaitu membuat
perusahaan jadi lebih ramping secara operasional. Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan
dengan cara :
a. Melakukan penghematan biaya, artinya pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting,
ditunda atau dibatalkan.
b. Menjual aktiva-aktiva yang tidak diperlukan.
c. Divisi ( unit bisnis ) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau digabung.
d. Menunda rencana ekspansi sampai dengan situasi dinilai lebih menguntungkan.
Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang ( kalau dapat dikurangi dari hasil
penjualan aktiva yang tidak diperlukan ), dan menjaga likuiditas. Dalam jangka pendek mungkin
sekali profitabilitas dikorbankan ( profitabilitas terpaksa negatif ).
6.
7.
Prepackaged Bankruptcy
Kombinasi antara private workout dengan legal bankruptcy. Sebelum perusahaan
mengajukan permohonan kebangrutan maka perusahaan harus lebih dahulu melakukan
pendekatan dengan para kreditor serta membawa rencana re organisasi perusahaan. Ke 2 belah
pihak negosiasi mencari kesepakata bersama mengenai rincian bagaimana keuangan
perusahaan di restrukturisasi. Kemudian perusahaan + kreditor menyiapkan dokumen
administrasi yang diperlukan sebelum mengajukan permohonan kebangkrutan. Permohonan
ini di sebut Prepackage jika pada perusahaan mengajukan permohonan ke pengadilan dan pada
saat yang sama juga sudah melampirkan rencana re organisasi lengkap dengan persetujuan dari
kreditor.
8.
Altman Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standart kali rasio - rasio
keuangan yang akan menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Dengan
kata lain Altman Z-Score bisa memprediksi kebangkrutan pada suatu perusahaan.
Model Dengan Altman Z-Score
Dimana
adalah
indeks
keberangkrutan
indeks
of
bangkruptcy
MANUFAKTUR
Contoh penggunaan formula Z-Score untuk laporan ASSII data tahun 2009 :
Dari contoh diatas dapat dilihat hasil Z-Score ASII yaitu 3,99. Angka tersebut menunjukan
bahwa ASII berada pada posisi cukup aman dari potensi kebangkrutan.
Walaupun Z-Score ini secara umum cukup bagus dalam melindungi kita dari berinvestasi
pada perusahaan-perusahaan yang berpotensi untuk mengalami kebangkrutan, kita harus
pandai-pandai menafsirkan nilainya apakah relevan dengan nature dengan kondisi industri di
mana perusahaan berada.