Anda di halaman 1dari 8

SUMBER-SUMBER PENDANAAN

Perusahaan ketika akan berkembang, mereka akan memutuskan sumber pendanaan yang tepat bagi
mereka. Keputusan pendanaan tersebut menentukan bagaimana perusahaan akan membiayai
kegiatan pengembangan tersebut. Berdasarkan sumber asalnya, pendanaan dibagi menjadi 2, yaitu
sumber dana internal dan sumber dana eksternal (nurcahayani, 2005).
1. Sumber Dana Internal
Sumber dana internal terdiri dari dana pemilik, laba ditahan dan surplus (nurcahayani, 2005).
2. Sumber Dana Eksternal
Sumber dana eksternal berasal dari pinjaman bank, pasar modal supplier (nurcahayani, 2005).

A. Internal Financing (Retained Earnings)


Diketahui bahwa salah satu sumber dana pendanaan internal yang dapat digunakan adalah
yang berasal dari laba ditahan. Pengertian laba ditahan adalah laba yang tidak dibagi,
merupakan sebagian atau keseluruhan laba yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan
oleh perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (Cyssco, 1985). Besarnya
nilai laba yang ditahan akan dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh selama periode
tertentu dan juga kebijakan perusahaan apakah laba perusahaan akan dibagikan dalam bentuk
dividen atau tidak.
Pendanaan dengan menggunakan laba ditahan akan sangat mudah digunakan karena tidak
terdapat persyaratan yang diajukan. Namun demikian, dana yang dapat digunakan hanya
sebatas nilai laba ditahan. Tujuan dari adanya penumpukan cadangan adalah untuk investasi
dalam p engembangan perusahaan maupun meningkatkan operasi (Purnamasary, 2009).

B. Equity Financing
Equity financing adalah metode pembiayaan melalui penjualan ekuitas atau kepemilikan
saham suatu perusahaan. Equity financing termasuk ke dalam salah satu contoh dari external
financing karena melibatkan pihak di luar perusahaan.
Equity financing berbeda dengan pembiayaan utang, sebab perusahaan penerima modal tidak
berkewajiban untuk membayar bunga dan pokok dari utang tersebut. Namun, sebagai gantinya
investor atau pemodal akan mendapat bagian saham perusahaan dan perusahaan membayar
dividen kepada pemodal. Perusahaan tidak harus membayar dividen kepada pemegang saham
setiap tahunnya.
Dana yang diperoleh dari saham (ekuitas) sangat besar sehingga memungkinkan bagi
perusahaan untuk melakukan investasi dengan nilai yang juga besar. Selain itu, saham
merupakan surat kepemilikan atau modal sehingga tidak mempunyai tanggal jatuh tempo.
Saham dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan penerbit.
Akan tetapi, penerbitan saham baru sering direspon negatif oleh pasar, sehingga
mengakibatkan harga saham turun. Respon negatif muncul karena anggapan investor kepada
manajemen bahwa perusahaan tidak mampu membayar bunga jika menggunakan hutang
sebagai akibat dari kinerja yang kurang bagus. Penerbitan saham juga dapat mengakibatkan
pergeseran pengendalian. Ketika penerbitan saham baru tidak diikuti oleh pembelian secara
proporsional dari pemegang saham mayoritas, maka hal ini dapat menyebabkan perubahan
pengendali perusahaan. Kemudian biaya pendanaan melalui modal akan sangat besar karena
banyak melibatkan pihak lain, seperti penjamin emisi (underwriter), notaris dan lain-lain.
Pendanaan melalui modal juga membutuhkan rencana bisnis dan forecasting untuk menarik
investor baru.
Aspek Perpajakan Pada Pendanaan Melalui Modal
1. Terhadap Perusahaan Penerbit Saham:
 UU PPh pasal 4 ayat 1 (d) menyatakan bahwa keuntungan karena pengalihan harta
kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal merupakan objek pajak.
Apabila Wajib Pajak menjual harta dengan harga yang lebih tinggi dari nilai sisa buku
atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehan, selisih harga tersebut merupakan
keuntungan. Dalam hal penjualan harta tersebut terjadi antara badan usaha dan
pemegang sahamnya, harga jual yang dipakai sebagai dasar untuk penghitungan
keuntungan dari penjualan tersebut adalah harga pasar.
Dalam hal terjadi pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan modal,
keuntungan berupa selisih antara harga pasar dari harta yang diserahkan dan nilai
bukunya merupakan penghasilan.
 UU PPh pasal 4 ayat 3 (c) menyatakan bahwa harta termasuk setoran tunai yang
diterima oleh badan sebagai pengganti saham, atau penyertaan modal, termasuk
penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.
Penjelasan UU PPh Pasal 4 ayat 3 huruf c menyatakan bahwa pada prinsipnya harta,
termasuk setoran tunai, yang diterima badan merupakan tambahan kemampuan
ekonomis bagi badan itu. Namun karena harta tersebut diterima sebagai pengganti
saham, atau penyertaan modal, maka berdasarkan ketentuan ini, harta yang diterima
tersebut bukan merupakan objek pajak.
 UU PPh pasal 9 Ayat 1 huruf a menyatakan bahwa untuk menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak
boleh dikurangkan pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
2. Terhadap dividen yang diberikan kepada pemegang saham:
 UU PPh pasal 4 ayat 1 (g) menyatakan bahwa Dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi merupakan objek pajak.
Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis
asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.
 UU PPh pasal 4 ayat 2 (c) menyatakan bahwa Penghasilan dari transaksi saham dan
sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi
penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya
yang diterima oleh perusahaan modal ventura dikenai pajak bersifat final
 UU PPh pasal 4 ayat 3 (f) menyatakan bahwa dikecualikan sebagai objek pajak dividen
atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor
Pembagian dividen kepada pemegang saham yang berbentuk PT yang penyertaan
melebihi 25%, tidak dikenakan PPh. Namun jika penyertaan kurang dari 25%,
merupakan objek pajak penghasilan.

C. Impact of Debt Financing in General and via Related Party


Sumber pendanaan dapat dilakukan melalui mekanisme hutang secara umum maupun
hutang melalui pihak-pihak yang berkepentingan.
a. Dari sisi perpajakan
Pendanaan melalui hutang oleh Yenny Purnamasari (2009) dibagi menjadi dua yaitu:
1) Hutang jangka pendek
Hutang perusahaan yang mempunyai kurun waktu jatuh tempo kurang dari 1 tahun,
lazim digunakan untuk kebutuhan jangka pendek yang terdiri dari hutang dagang
dan kewajiban lainnya.
2) Hutang jangka panjang
Hutang perusahaan yang memiliki waktu jatuh tempo lebih dari satu tahun dan
biasanya berbentuk hipotek dan obligasi.
Pemilihan pendanaan suatu perusahaan melalui utang secara umum menjadi relevan
ketika suatu perusahaan dalam keadaan menghasilkan laba, sehingga ada kewajiban
pajak atas penghasilan perusahaan yang perlu dibayarkan. Hal ini dikarenakan dengan
dilakukannya utang, akan muncul kewajiban pembayaran bunga pinjaman. Berdasarkan
UU PPH biaya untuk membayar bunga atas pinjaman perusahaan adalah dapat menjadi
pengurang laba sebelum pajak, sehingga beban pajak terhutang perusahaan menjadi
lebih kecil (penghematan pajak).
Berdasarkan sisi perpajakan, pendanaan melalui utang memberikan dampak positif
bagi cashflow perusahaan dengan adanya pengurangan beban pajak terhutang.
Terlebih lagi jika hutang digunakan untuk kegiatan seperti pembelian aktiva tetap
dimana sering disebut dengan tax shield. Hal ini karena pembelian aktiva tetap akan
menghasilkan beban penyusutan dimana tidak berdampak pada cashflow tetapi dapat
menjadi pengurang laba perusahaan sebelum pajak sehingga dapat menghemat beban
pajak terutang.
Adapun besaran penghematan pajak dapat di analogikan sebagai berikut:

Penghematan Pajak = Beban bunga atas pinjaman x tarif PPH


Badan

Sementara jika perusahaan dalam keadaan rugi, penghematan pajak terutang dari
pendanaan utang menjadi tidak terasa langsung. Hal ini karena dalam posisi rugi tidak
ada pajak terutang, sehingga tidak ada penghematan cash outflow karena pajak di tahun
tersebut.
b. Dari sisi rasio manajemen keuangan
Rasio Debt Equity Ratio (DER) oleh Jensen et al. (1992) dalam Almia dan Silvy (2006)
dirumuskan sebagai berikut:
DER = Total Hutang
Modal Sendiri
Dimana:
Total hutang = jumlah hutang lancar + hutang jangka panjang
Modal sendiri = total modal (ekuitas) yang dimiliki perusahaan
Sebelum mengambil keputusan pendanaan melalui utang, perlu di analisis tingkat rasio
hutang terhadap aktiva, dan tingkat rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan (debt
equity ratio). Jika tingkat rasio hutang perusahaan masih sehat, maka keputusan untuk
pendanaan melalui hutang menjadi memungkinkan, begitu juga sebaliknya. Jika tingkat
rasio hutang terhadap ekuitas suatu perusahaan adalah tinggi, maka sebaiknya tidak
menggunakan opsi pendanaan hutang. Hal tersebut disebabkan karena tingkat DER
dapat menggambarkan tingkat kesehatan kinerja perusahaan yang selalu diamati oleh
pasar dan investor sehingga ditakutkan dapat berdampak buruk bagi investor dan
penurunan harga saham perusahaan.
c. Dari sisi adanya risiko denda atas keterlambatan pembayaran hutang
Sebagai dampak yang muncul dari keputusan pendanaan melalui hutang adalah
munculnya kewajiban untuk membayar pokok hutang sesuai waktu jatuh tempo.
Berbeda dengan keputusan pendanaan melalui saham atau laba ditahan, keputusan
pendanaan melalui hutang memiliki risiko adanya denda yang muncul jika perusahaan
terlambat membayar pokok hutang. Sementara keputusan pendanaan melalui saham
atau laba ditahan, manajemen tidak mempunyai kewajiban untuk memberikan dividen
atas saham dengan jumlah tertentu. Dividen atas saham diberikan sesuai dengan kondisi
dan keuntungan yang diimiliki perusahaan.
Hal ini tentu menjadi pertimbangan bagi manajemen perusahaan yang ragu tidak dapat
membayar pokok hutang secara tepat waktu. Manajemen perusahaan tidak ingin ada
aliran kas keluar hanya untuk keterlambatan pembayaran pokok hutang. Adapun
besaran denda atas hutang setiap lembaga penyedia mempunyai tarif yang bervariasi.
Kewajiban membayar pokok hutang dengan jangka waktu tertentu, dapat menimbulkan
tekanan bagi manajemen dalam mengelola cashflow-nya (management distress).
Manajemen menjadi tidak leluasa menggunakan kas yang ada untuk melakukan
peningkatan operasi.
d. Dari sisi Kecepatan Mendapatkan Dana
Perusahaan juga perlu memperhatikan waktu dalam rangka mengurus administrasi
perolahan pendanaan melalui hutang. Secara umum proses pinjaman melalui bank tidak
memakan proses waktu yang terlalu lama, akan tetapi berdasarkan koinworks.com tetap
ada persyaratan adminstrasi yang perlu dipenuhi oleh calon debitur yang hendak
mengajukan kredit investasi:
1) Calon debitur merupakan badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas baik yang
bersifat terbuka (PT. Tbk) maupun tertutup (PT), CV atau Perseroan Komenditer dan
perorangan;
2) Melampirkan dokumen legalitas usaha seperti SIUP, NPWP, SITU serta surat
keterangan usaha atau TDP;
3) Calon debitur wajib melampirkan dokumen indentitas diri yang sah, seperti KTP atau
SIM. Untuk badan usaha wajib melampirkan akta pendirian dan perubahannya dan kartu
keluarga;
4) Melampirkan foto kopi rekering koran atau rekening tabungan minimal 3 bulan terakhir;
Berdasarkan uraian di atas dapat simpulkan keuntungan dan kekurangan dari pendanaan dengan
melakukan hutang adalah:
Aspek RE Jual Saham Hutang
Kelebihan Mudah untuk Meningkatkan Beban Bunga dapat
digunakan kredibilitas dikreditkan
perusahaan
Tidak menambah Saham merupakan Cukup cepat dalam
beban perusahaan surat kepemilikan pencairan dana
modal sehingga
tidak mempunyai
jatuh tempo untuk
pengembalian
kepada investor
Perusahaan tidak
berkewajiban
memberikan
dividen
Kekurangan Dana terbatas Mengakibatkan Meningkatkan Rasio
pergeseran DER
pengendalian
Perusahaan
Tidak ada dividen Biaya pengurusan Risiko muncul denda
yang dibagikan tinggi, seperti biaya atas keterlambatan
notaris, pembayaran
underwriter, dan
lainnya
Proses rumit, Management Distress
diperlukan RUPS,
business plan, dan
forecasting
Tidak dapat
menjadi penguran
Penghasilan Kena
Pajak Perusahaan

REFERENSI:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2008
Nurchayani, Ismi. Pengantar Akuntansi Edisi VI. 2005. Jakarta: CV Mediatama
Purnamasari, Yeni. Pajak Penghasilan dan Keputusan Pendanaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). 2009. Jurnal Akuntansi Kontemporer Vol. 1 No. 1
R.Cyssco, Dhanny. Kamus Istilah Akuntansi. 1984. Muya Jaya
Romney, Marshal dan Steinbart, Paul, (2018), Accounting Information Systems. Edisi Empat
Belas, Pearson Education, Inc., New Jersey
Zain, Muhammad. Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, 2003.
https://koinworks.com/blog/cara-mengajukan-pinjaman-investasi/ (diakses pada tanggal 16
September 2019 jam 13.00)
https://www.wartaekonomi.co.id/read226920/apa-itu-equity-financing.html, (diakses 16
September 2019)
https://www.thebalancesmb.com/debt-and-equity-financing-393248, (diakses 16 September
2019)

Anda mungkin juga menyukai