Anda di halaman 1dari 16

PEMILIHAN

ER PEMBIAYAAN
SUMB

ASHARIANI (A014231005)
ZALVA NUR AFIFAH TAMSIL (A014231007)
PEMILIHAN SUMBER PEMBIAYAAN

Salah satu kunci sukses dalam memulai bisnis adalah melalui pembiayaan. Dalam
pembiayaan tersebut, strategi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan terdiri dari dua
bentuk yaitu :

1. Pembiayaan Internal

2. Pembiayaan Eksternal
Bentuk Pembiayaan Eksternal dari Pendanaan Melalui Modal dan Utang

1. Menahan laba (pendanaan internal)/Laba ditahan adalah hasil dari laba komersial
setelah dikurangi pajak penghasilan. Laba ditahan akan dikenakan pajak penghasilan
apabila laba tersebut tidak dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden dengan
syarat tertentu. Laba ditahan dapat digunakan untuk pengembangan usaha (ekspansi
bisnis), pembayaran utang dan membiayai kegiatan operasional retained earnings.

2. Pendanaan Modal (Equity Financing) merupakan modal yang nantinya dialokasikan


untuk pengerjaan suatu proyek atau program pada bisnis Perusahaan dalam bentuk
equitas atau utang. Apabila pendanaan tersebut berbentuk utang, dapat diartikan bahwa
perusahaan menjadi pihak peminjam dana. Sedangkan jika pendanaan berbentuk ekuitas,
dapat diartikan bahwa perusahaan menerima investasi dari para pemilik dengan menahan
saldo laba atau menerbitkan saham
3. Debt Financing atau Pembiayaan Hutang adalah Pembiayaan yang melibatkan pinjaman dana
dari kreditur dengan ketentuan pembayaran kembali dana pinjaman ditambah bunga pada waktu
tertentu di masa depan.

4. Factoring and leasing. Factoring (Anjak Piutang) merupakan kegiatan yang dilakukan suatu
entitas atau perusahaan untuk mengumpulkan modal pembiayaan untuk entitas tersebut dengan
cara melakukan transaksi jual beli atas piutang yang dimiliki dengan nilai tertentu. Sedangkan
leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut dengan lessor dan pihak lain
yang memanfaatkan aktiva tersebut yang disebut lessee untuk jangka waktu tertentu.
Bentuk-Bentuk Leasing

1. Sale and lease back, dimana perusahaan yang memiliki aktiva seperti tanah, bangunan dan peralatan
pabrik menjual aset tersebut kepada perusahaan lain dan sekaligus menyewa kembali aset tersebut
untuk periode tertentu. Pembeli aset tersebut bisa sebuah bank, perusahaan asuransi, perusahaan
leasing, pegadaian, atau investor individu. Biasanya aset tersebut dijual dengan harga pasar.

2. Operating leases. Jenis ini pihak lessor menyediakan pendanaan sekaligus biaya perawatan yang
keseluruhannya tercakup dalam pembayaran leasing. Ciri utama bentuk leasing ini adalah bahwa
harga perolehan aset tersebut sebagai objek leasing tidak diamortisasikan secara penuh.

3. Financial and capital leases. Bentuk leasing ini berbeda dengan operating leases karena lessor tidak
menanggung biaya perawatan, tidak dapat dibatalkan dan diamortisasikan secara penuh. Dengan
demikian lessor menerima pembayaran sebesar harga perolehan aset ditambah tingkat keuntungan
yang disyaratkan.
5. Hybrid financial instrument atau Instrument keuangan hybrid merupakan elemen keuangan yang
menggabungkan hutang dengan modal dan didalam perpajakannya dianggap memiliki karakteristik.

Contoh hybrid financial instruments yang sering ditemui, antara lain: saham preferen (preference
shares), silent partnerships, shareholder loan, participation bonds, convertible bonds, warrant bonds,dan
profit participation loans yang tidak konsisten karena dapat diperlakukan sebagai hutang atau modal
dalam tiap-tiap negara.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui bahwa obligasi konversi memiliki gabungan ciri-ciri antara
hutang dengan modal, sehingga obligasi konversi juga merupakan bentuk dari instrumen keuangan
hybrid.
tujuan atas pendanaan perusahaan melalui instrumen keuangan hybrid dalam perencanaan
pajak, yaitu:

1. Mendapat dua kali pengurangan atas pembayaran bunga.

2. Memungkinkan pembayaran bunga atas pinjaman dana dari satu kelompok perusahaan di
suatu negara tidak dikenakan pajak di negara lainnya

3. Mengatasi ketentuan pengindaran pajak dengan menghindari thincapitalization rule atau back-
to-back loan.

4. Dapat mengurangi besarnya tarif PPh dan Pajak atas keuntungan pengalihan harta.

5. Dapat menunda penerimaan pendapatan atau mendapat pengurangan pajak secara lebih awal
Dampak-Dampak Bentuk Pembiayaan Eksternal

1. Dampak Dari Menahan Laba

Besarnya laba ditahan/cadangan dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh selama
periode tertentu, dijalankan oleh perusahaan. Meskipun jumlah laba yang diperoleh selama periode
tertentu besar, tetapi oleh karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba
tersebut dibagikan sebagai deviden, maka bagian laba yang ditahan akan kecil jumlahnya, dan
sebaliknya laba ditahan akan cenderung besar kalau perusahaan mengambil kebijakan penanaman
kembali dalam perusahaan yang besar.

2. Dampak dari pendanaan melalui modal (equity financing) dan distribusi laba (distributing
dividend)

Pendanaan dalam bentuk modal dilakukan oleh perusahaan melalui penjualan kepemilikan
saham biasa perusahaan tersebut (baik kepada pemegang saham baru atau pemegang saham yang
sudah ada). Pembiayaan modal juga ada dalam berbagai bentuk. Kebanyakan yang biasa adalah
kontribusi kepada modal – selalu dalam bentuk kas tetapi terkadang dalam bentuk properti – oleh para
mitra dalam persekutuan atau pemilik dari perusahaan terbatas, bersama dengan penerbitan saham
modal (capital stock) oleh perusahaan.
3. Dampak dari pendanaan melalui utang (debt financing) terutama oleh pemegang sahamnya.

Hutang digunakan untuk pendanaan maupun investasi seperti pembelian aktiva tetap yang memiliki tax
shield atau perlindungan pajak, karena depresiasi aktiva tetap yang merupakan dana non cash dapat
digunakan untuk mengurangi beban pajak yang ditanggung perusahaan. Sedangkan, pembayaran bunga
hutang merupakan biaya pengurang pajak perusahaan yang berhutang. Berbeda dengan dividen yang
merupakan non deductible expense, akibatnya, jumlah total dana yang tersedia untuk membayar para pemilik
hutang dan pemegang saham akan lebih besar jika hutang digunakan, sehingga bunga hutangjllga disebut
perlilldungan pajak.

Keuntungan dari pendanaan melalui utang

- Utang menyediakan manfaat pajak karena pengeluaran bunga dapat merededuksi pajak. Manfaat pajak
dari utang juga bisa diekspresikan dalam istilah perbedaan antara biaya hutang sebelum pajak dan sesudah
pajak.

- Utang bisa mendorong manajer untuk lebih disiplin dalam pilihan-pilihan investasi mereka. Salah satu cara
untuk mengenalkan disiplin kedalam proses investasi adalah dengan memaksa perusahaan tersebut untuk
meminjam uang, karena peminjaman menciptakan sebuah komitmen untuk membuat bunga dan pembayaran
pokok.
- Utang tidak memberikan pihak pemegang surat utang (debtholder) hak suara, sehingga tidak terjadi
pergeseran pengendalian perusahaan. Adapun beberapa hal yang diyakini sebagai beban karena
berutang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Utang dapat meningkatkan risiko karena kemungkinan perusahaan tidak mampu memenuhi
pembayaran tetapnya bahkan dapat juga berujung pada risiko kebangkrutan. Kondisi tersebut mungkin
terjadi ketika perusahaan mengalami kegagalan pada saat aliran kas (cash flow) dari operasi tidak
mencukupi untuk membayar bunga. Sebuah perusahaan dianggap bangkrut apabila perusahaan
tersebut tidak mampu memenuhi komitmen kontraktual mereka.

Adapun alasan perusahaan melakukan anjak piutang diantaranya adalah:


- Bisa jadi hal ini merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh kas. Ketika keadaan kas sudah
menipis, kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman dana akan berkurang, kas yang tipis
bisa menjadi penghalang kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman.
- Waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk dikeluarkan untuk penagihan memakan waktu yang lama dan
biaya yang besar. Lebih mudah bagi perusahaan untuk menjual piutangnya dan dengan memperoleh
kas yang lebih cepat dan menghemat waktu dan biaya untuk melakukan penagihan.
Perlakuan – Perlakuan

Perlakuan Pajak Atas Transaksi Factoring Atau Anjak Piutang

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-06 PJ.53/1997 tentang: Perlakuan PPN atas Jasa Anjak
Piutang (Seri PPN 40-95) menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

a. maka jasa anjak piutang tidak termasuk jenis jasa yang tidak dikenakan pajak, sehingga atas
penyerahannya terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

b. Perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan
dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri (Penjual Piutang/Klien). Kegiatan usaha anjak piutang
dilakukan dalam bentuk pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri dan penata usahaan penjualan kredit serta penagihan piutang
perusahaan klien.

c. Imbalan jasa anjak piutang yang diterima perusahaan anjak piutang dari kliennya berupa service charge,
provisi dan diskon. Pencatatan imbalan dilakukan secara akrual, sehingga saat penandatanganan
Perjanjian Pembiayaan merupakan saat pajak terutang.
Perlakuan Perpajakan Dalam Transaksi Sewa Guna Usaha

Dalam transaksi sewa guna usaha terdapat aspek-aspek perpajakan yang kemudian diatur dalam KMK No. 1169/KMK.01/1991
yaitu pada:

a. Pajak Penghasilan

Sewa Guna-Usaha dengan hak opsi bagi pihak lessor

- Sebagian dari pembayaran sewa guna usaha yang berupa imbalan atas jasa sewa guna usaha dikenakan Pajak Penghasilan;
- Barang tidak boleh disusutkan oleh pihak lessee;
- Apabila masa sewa-guna usaha yang terjadi lebih pendek dibandingkan dengan masa yang sesuai dengan pasal 3 maka
dilakukan koreksi oleh Direktur Jenderal Pajak atas penghasilan yang diakui lessor;
- Cadangan penghapusan piutang ragu-ragu bisa dilakukan oleh lessor dan dikurangkan dari penghasilan bruto, maksimal 2,5%
dari rata-rata saldo awal dan akhir piutang sewa guna usaha;
- Kerugian atas piutang sewa guna usaha yang sudah tidak dapat ditagih lagi dapat dibebankan pada cadangan piutang ragu-
ragu awal tahun pajak;

- Apabila masih terdapat sisa cadangan piutang ragu-ragu atas pembebanan kerugian piutang tak tertagih maka sisa cadangan
tersebut dapat dihitung sebagai penghasilan, namun apabila cadangan piutang ragu-ragu tidak dapat menutupi seluruh
kerugian piutang tak tertagih maka sisa kerugian tersebut dapat diperlakukan sebagai biaya yang dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Bagi pihak lessee:

- Tidak diperkenankan melakukan penyusutan atas barang modal sampai pihak lessee menggunakan hak opsinya untuk
membeli;
- Apabila pihak lessee telah menggunakan hak opsinya untuk membeli barang modal maka penyusutan dilakukan oleh lessee
dengan dasar nilai sisa (residual value) barang modal tersebut;
- Sewa guna usaha yang telah dibayar oleh pihak lessee, kecuali atas tanah dapat diperlakukan sebagai beban yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto;
- Apabila masa sewa-guna usaha yang terjadi lebih pendek dibandingkan dengan masa sesuai dengan pasal 3 maka
dilakukan koreksi oleh Direktur Jenderal Pajak atas beban yang diakui.

Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi

Bagi pihak Lessor:

Seluruh penghasilan sewa-guna-usaha yang diterima lessor dikenakan Pajak Penghasilan dan beban penyusutan atas
barang modal diakui sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU PPh Tahun 1983 beserta peraturan pelaksanaannya.

Bagi pihak Lessee:

Beban pembayaran sewa guna usaha dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan pembayaran sewa guna usaha wajib
dipotong PPh Pasal 23 oleh pihak lessee.
Perlakuan Instrumen Keuangan Hybrid Dalam Perpajakan

Besarnya pajak terutang yang harus dibayar perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan
secara fiskal dimana dalam merekonsiliasi laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK menjadi laporan
keuangan perusahaan secara fiskal terdapat biaya-biaya perusahaan yang boleh diakui (deductible expenses)
dan tidak boleh diakui (non-deductible expenses).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa perusahaan lebih memilih sumber pendanaan
perusahaannya lewat utang dikarenakan biaya bunga atas utang tersebut boleh diakui secara fiskal. Akan
tetapi, dikarenakan instrumen keuangan hybrid menggabungkan dua karakteristik yaitu utang dan modal serta
belum adanya peraturan perpajakan atas instrument keuangan hybrid tersebut, maka hal ini menjadi perhatian
yang harus ditindaklajuti oleh Pemerintah atau Menteri Keuangan.
Fungsi Saldo Laba (Retain Earning)

1. Sebagai Pengembangan Usaha

2. Sebagai Modal Membayar Hutang

3. Sebagai Modal untuk Menstabilkan Perusahaan

4. Sebagai Modal Investasi

5. Sebagai Pendukung Kegiatan Operasional


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai