1
dampak dari pembiayaan melalui internal dan eksternal. Terdapat dua bentuk dari
pembiayaan eksternal dari pendanaan melalui modal dan uang.
2
Alasannya, tidak ada nilai peningkatan arus kas ataupun peningkatan nilai
perusahaan yang dibagikan dengan seseorang selain pemilik aslinya. Nilai tambah
pada saat pembiayaan internal lebih tinggi daripada pembiayaan melalui utang
ketika pengingkatan arus kas dari ekspansi atas pembiayaan utang lebih rendah
daripada kas yang dialihkan untuk membayar utang. Pendanaan internal juga
dapat menambah nilai atas pembiayaan modal, terutama ketika nilai perusahaan
meningkat karena faktor yang tidak langsung terkait dengan proyek yang dibiayai.
Tetapi, karena sumber internal biasanya terbatas daripada pendanaan ekternal,
pertimbangan beberapa banyak orang dapat membayar untuk rumah, mobil
melalui utang. Ketika ada situasi yang tidak langsung mengubah keuntungan pada
pembiayaan internal, maka terdapat keuntungan terbatas dengan tidak adanya
biaya transaksi. Tetapi, peningkatan nilai perusahaan tidak selalu memajaki
sampai ada pertukaran transaksi, seperti penjualan saham perusahaan. Dengan
demikian, strategi pendanaan internal yang menyokong nilai ekuitas perusahaan
dipegang oleh pemilik yang ada dapat menimbulkan keuntungan pajak yang
cukup.
3
keuntungan, perpaduan utang atas modal yang dicari oleh manajemen adalah satu
yang memaksimalkan ekuitas pemiliki. Ini adalah fungsi dari resiko dan
pengembalian yang diharapkan.
Untuk bentuk paling umum dari bisnis, perusahaan umumnya memiliki
tujuan untuk meningkatkan nilai pemegang saham. Jika saham secara publik
diperjualbelikan, mengindikasikan bahwa harga pasar yang mereka perdagangkan
secara implisit diperhitungkan atas kedua resiko pengembaliannya. Dalam
menambah pemilihan waktu, aspek nilai waktu dari keuntungan pajak adalah
penting dalam keputusan struktur modal. Untuk para investor pemilihan waktu
pembayaran dapat direkayasa sehingga pembayaran dilakukan dalam
meminimalisasi pajak. Deviden dapat dibayarkan ketika tarif pajak menurun ,
sehingga pengembalian saham dilakukan dalam rangka pemberian penghargaan.
Dengan demikian, pajak ditunda dan kemudian ditransformasi ke dalam
penghasilan dari keuntungan modal yang dipajaki dengan tarif rendah. Para
investor bebas pajak dapat menginginkan distribusi saat ini, seperti deviden, untuk
menunda arus kas seperti menunggu untuk menjual saham dihargai untuk
mentransformasi penghasilan menjadi keuntungan modal. Mereka juga dapat
mengabaikan kepada bunga terhadap deviden. Jika perusahaan mengetahui bahwa
para kliennya dapat dibebaskan pajak, perusahaan dapat menerbitkan utang atau
ekuitas berdasarkan kebutuhannya, tanpa memperhatikan status pajak dari
investor. Dengan menerbitkan saham atau sekuritas yang dapat dikonversi ke
ekuitas, perusahaan dapat mengaktifkan baik mereka sendiri atau para investor
mereka untuk mengubah penghasilan sesungguhnya menjadi keuntungan modal
atau penghasilan kena pajak menjadi penghasilan tidak kena pajak.
Deviden
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan
banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan
dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para
pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis. Besar kecilnya persentase
dividen yang dibagikan dari laba bersih tergantung dari kebijakan perusahaan
4
maupun permintaan dari pemegang saham terutama pemegang saham utama dan
harus disetujui dalam RUPS.
5
pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan; tahun-tahun
yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah
akibat dari pengecilan modal dasar (statute) yang dilakukan secara; penebusan
tanda-tanda laba tersebut; sebagai biaya perusahaan.
Dalam pembagian dividen terdapat tiga tanggal untuk
diperhitungkan, yaitu tanggal pengumuman, pendaftaran, dan pembayaran.
Dividen resmi terutang oleh badan saat secara resmi dilakukan pengumuman
pembagian dividen. Untuk tujuan pemajakan, sesuai dengan ketentuan pasal 23
dan pasal 26, dengan terutangnya dividen itu terutang pula PPh pasal 23 dan pasal
26.
Pemberi dividen akan memotong jenis PPh dan tarif yang berbeda-beda
tergantung siapa penerima dividennya. Jenis objek pajak penghasilan yang
dikenakan penerima dividen adalah sebagai berikut:
1. Dividen Wajib Pajak Badan Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap (BUT)
yang menerima atau memperoleh penghasilan berupa dividen, maka atas
penghasilan dividen tersebut dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari
penghasilan bruto sebagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a UU
PPh. Dividen tersebut dikenakan PPh Pasal 23 sepanjang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 ayat 3 huruf f UU PPh
2. Dividen Sebagai Objek Pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri yang menerima atau memperoleh
penghasilan berupa dividen, maka atas penghasilan dividen tersebut dipotong
PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final sebesar 10% dari penghasilan bruto
sebagaimana diatur dalam PP No. 19 Tahun 2009 tanggal 9 Februari 2009.
3. Dividen Sebagai Objek Pemotongan PPh Pasal 26 Wajib Pajak Luar
Negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan yang bersumber
dari Indonesia berupa dividen, maka atas penghasilan dividen tersebut
dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20% dari penghasilan bruto sebagaimana diatur
dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a UU PPh. Namun, apabila penerima dividen ini
adalah WPLN dimana Negara domisili yang bersangkutan mempunyai
perjanjian perpajakan dengan Indonesia dan terdapat Surat Keterangan
6
Domisili (COD), maka tarif yang dikenakan adalah tarif yang sesuai dengan
Tax Treaty.
Dividen yang Dikecualikan dari Objek Pajak
Pada penjelasan sebelumnya, sudah dijelaskan mengenai pengertian
dividen serta dividen yang termasuk objek pajak penghasilan. Namun, UU PPh
memberikan pengecualian atas dividen tertentu yang tidak termasuk objek pajak
penghasilan. Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh, bahwa yang
dikecualikan dari objek pajak adalah dividen atau bagian laba yang diterima atau
diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan
usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
Mekanisme Pemotongan
1. Penerima Dividen Adalah Pemotongan PPh atas dividen yang dibayarkan
kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dilakukan pada saat
dividen disediakan untuk dibayarkan (Pasal 2 ayat 2 PMK-
111/PMK.03/2010). Pemotong dalam hal ini adalah Pihak yang membayar
atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen, wajib
memberikan tanda bukti pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2)
(F.1.1.33.21) kepada penerima dividen. Pemotong wajib menyetor PPh
yang telah dipotong tersebut paling lama tanggal 10 bulan
berikutnya dengan menggunakan SSP (Kode akun pajak/kode jenis setoran
411128/419). Pemotong juga wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4
ayat (2) paling lama tanggal 20 bulan berikutnya dengan mengisi obyek pajak
no.10 pada SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). WP OP penerima dividen
melaporkan penghasilan dividen tersebut pada SPT Tahunan PPh sebagai
berikut :
a. Jika WP OP SPT 1770-III bagian A angka 14.
b. Jika WP OP formulir 1770 S-II bagian A angka 12.
7
c. Jika WP PPh yang dipotong dilaporkan di Bagian B angka 8 dan 9.
8
3. Dampak dari Pendanaan melalui Utang (Debt Financing) Terutama oleh
Pemegang Sahamnya
Hutang mempakan salah satu bentllk pendanaan yang dipilih oleh
pemsahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Para pemilik pemsahaan
(pemegang saham) cenderung menghin dari hutang yang ekstrim baik hutang
jangka pendek maupun jangka panjang, karena akan menurunkan nilai
perusahaan. Jika dipaksakan, memungkinkan munculnya biaya kebangkmtan yang
terdiri dari legal fee dan distress price (aset perusalaan yang dihargai murah
sewaktu dinyatakan bangkrut).
Pendanaan berupa hutang dibagi menjadi dua yaitu (1) hutang jangka
pendek (kurang dari 1 tahun) lazim digunakan untuk kebutuhanjangka pendek
terdiri atas hutang dagang dan kewajiban yang masih harus dibayar seperti upah
dan pajak, dan (2) Hutangjangka panjang adalah hutang dengan yang memiliki
jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya berbentuk hipotek dan obIigasi. Jika
terjadi Iikuidasi, kreditor akan dibayar terlebih dahulu dari hasil penjualan aktiva
tetap yang dipergunakan sebagai agnnan dalam perjanjian kreditnya.
Pendanaan berupa hutang diproksikan ke dalam DER. Rasio DER
mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total modal sendiri yang dimiliki
perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan
permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga
semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam
bentuk dividen). Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor
terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada
saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain,
DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Rasio DER oleh Jensen et at. (1992) dalam Almilia dan Silvy (2006)
dirumuskan sebagai berikut:
9
Modal Sendiri = Total modal (ekuitas) yang dimiIiki perusahaan
Jika DER lebih dari satu, maka perllsahaan didanai dengan lebih banyak
hutang sehingga perusahaan harus membayar bunga. Berarti pemegang saham
sulit membeli saham karena perusahaan tidak menerbitkan saham untuk kegiatan
pendanaannya dan kreditor enggan meminj amkan uang karena adanya pengalihan
resiko dari perusahaan.
10
Keuntungan dari Pendanaan melalui Uatang
Keuntungan menggunakan utang bagi perusahaan dapat dirangkum dalam
beberapa hal: Pertama, utang menyediakan manfaat pajak karena pengeluaran
bunga dapat merededuksi pajak. Manfaat pajak dari utang juga bisa diekspresikan
dalam istilah perbedaan antara biaya hutang sebelum pajak dan sesudah pajak.
Untuk mengilustrasikan hal tersebut misalkan: jika r adalah tingkat presentase
bunga terhadap hutang dan t adalah tarif pajak marginal, maka biaya peminjaman
setelah pajak (kd) yang akan dinikmati oleh peminjam adalah: kd = r (1 – t).
Dalam persamaan ini, biaya utang setelah pajak adalah fungsi menurun dari tarif
pajak. Contoh, suatu perusahaan dengan tarif pajak sebesar 40% yang meminjam
dengan bunga 8%, maka perusahaan mempunyai biaya hutang setelah pajak
sebesar 8%( 1-40%) = 4,8% . Perusahaan lain dengan tarif pajak sebesar 70%
yang meminjam pada 8%, mempunyai biaya hutang setelah pajak sebesar 2,4%.
Artinya tarif pajak yang lebih tinggi akan menurunkan biaya utang cateris paribus.
Kedua, utang bisa mendorong manajer untuk lebih disiplin dalam pilihan-
pilihan investasi mereka. Salah satu cara untuk mengenalkan disiplin kedalam
proses investasi adalah dengan memaksa perusahaan tersebut untuk meminjam
uang, karena peminjaman menciptakan sebuah komitmen untuk membuat bunga
dan pembayaran pokok. Selain itu pada perusahaan yang didalamnya ada
pemisahan antara kepemilikan dan manajemen maka utang pengendalikan
perilaku oportunitis manajer untuk pengeluaran sesuai dengan kewenangannya
(discretionary). Oleh karena itu dengan adanya utang, nantinya manajer akan
terfokus pada aktivitas yang diperlukan untuk memastikan bahwa pembayaran
utang dapat dipenuhi.
Ketiga, utang tidak memberikan pihak pemegang surat utang (debtholder)
hak suara, sehingga tidak terjadi pergeseran pengendalian perusahaan. Adapun
beberapa hal yang diyakini sebagai beban karena berutang antara lain adalah
sebagai berikut : Pertama, utang dapat meningkatkan risiko karena kemungkinan
perusahaan tidak mampu memenuhi pembayaran tetapnya bahkan dapat juga
berujung pada risiko kebangkrutan. Kondisi tersebut mungkin terjadi ketika
11
perusahaan mengalami kegagalan pada saat aliran kas (cash flow) dari operasi
tidak mencukupi untuk membayar bunga. Sebuah perusahaan dianggap bangkrut
apabila perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi komitmen kontraktual
mereka, bahkan perusahaan yang tidak memiliki utang pun dapat menjadi
bangkrut jika mereka tidak mampu membayar gaji karyawan mereka. Ketika
sebuah perusahaan bangkrut, asetnya dapat dilikuidasi dan hasil dari likuidasai
akan digunakan untuk memenuhi klaim yang belum dilunasi. Prioritas klaim
mengikuti persyaratan legal dan spesifi- kasi kontraktual yang ada. Kedua, utang
akan meningkatkan potensi konflik antara 5 pemberi utang (kreditor) dan agen
(dalam hal ini diwakili oleh manajer). Konflik muncul karena manajemen
perusahaan mengambil proyek-proyek berisiko lebih besar dari yang diperkirakan
oleh kreditor, dimana proyek berisiko akan memberikan hasil yang bagus, namun
kompensasi yang diberikan kepada kreditor (berupa bunga) tidak ikut naik,
sehingga jika terjadi kerugian maka kreditor akan dirugikan. Ketiga, utang
menyebabkan perusahaan kehilangan beberapa fleksibilitas berkaitan dengan
pembiayaan di masa mendatang, karena adanya rambu-rambu perjanjian (debt
covenant) yang ditetapkan pada awal pinjaman dilakukan. Perjanjian ini berisi
rambu-rambu yang membatasi manajemen untuk membuat keputusan investasi
dan pembayaran dividen dalam jmlah tertentu.
12
Referensi
13