Anda di halaman 1dari 22

Kebijakan Dividen

Dalam Keuangan
Syari’ah
Manajemen Keuangan Syariah
KELOMPOK 6

1. Ilhama Margarefa (63040210169)

2. Malida Faridatuz Zaini (6304021074)

3. M. Chamaluddin (6304021089)

4. Sri Setyaningsih (63040210191)

5. Achmad Fajar abdillah (63040210198)


Pengertian Kebijakan Dividen

Dividen adalah aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Sedang
menurut Tedjarutjiatna, dividen merupakan balas jasa atas dana yang dihimpun oleh
perusahaan (emiten) dalam bentuk kepemilikan saham oleh investor.
Kesimpulannya, dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai balas jasa oleh perusahaan penerbit saham (emiten). Dividen dibagi
menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Dividen tunai,
2. Dividen saham,

3. Dividen properti.
Kebijakan Dividen Menurut Persepektif Islam

Sebagaimana dijelaskan, bahwa perusahaan dibentuk oleh dua atau


lebih orang atau badan hukum. Orang-orang atau badan hukum ini melakukan
syirkah atau kerjasama dalam bentuk modal. Kerjasama dalam bentuk syirkah
amwal ini biasanya dikenal dengan syirkah musahamah. Syirkah musahamah
adalah penyertaan modal usaha yang dihitung dengan jumlah lembar saham
yang diperdagangkan di pasar modal sehingga pemiliknya dapat berganti-ganti
dengan mudah dan cepat. Sehubungan dengan hal ini, al-Mishri menegaskan
bahwa pertanggungjawaban pemegang saham sesuai dengan jumlah saham
yang dimiliki, keuntungan dan kerugian yang diterima oleh pemegang saham
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.
Saham dari segi manfaat non-finansial
dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Saham biasa adalah saham yang pemiliknya tidak memperoleh hak istimewa, tetapi
pemiliknya mempunyai:
a. hak dividen jika perseroan memperoleh keuntungan;
b. hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan
jumlah saham yang dirhilikinya (one man one vote), dan
c. hak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah kewajiban dilunasi
dalam hal perseroan dilikuidasi.

2. Saham preferen adalah saham yang pemiliknya berhak didahulukan


(diistimewakan) untuk mendapatkan dividen atau bagian kekayaan dalam RUPS.
Kelompok kedua, bahwa syirkah musahamah boleh dilakukan, selama
kegiatan usaha yang dijalankan tidak dalam bentuk :

1. Objek yang haram seperti khamr dan babi.


2. Cara usaha yang diharamkan seperti usaha ribawi dan perjudian.

Dengan demikian, pola kebijakan dividen merupakan kebijakan yang


memang harus dilakukan pula untuk entitas syariah. Hal yang cukup krusial
adalah bagaimana perusahaan dalam memperoleh laba. Adpun pola pembagian
dividen dapat mengadopsi formula yang selama digunakan dalam pembagian
dividen yang berlaku di perusahaan konvensional. Adpun cara untuk
mendapatkan laba dapat di screening melalui tahapan:

3. Jenis indrustri
4. Rasio keuangan
5. Image perusahaan
Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

1. Undang-undang
Undang-undang menetapkan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba
tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada di pos "laba ditahan" di neraca.
Posisi Likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan dalam
menjalankan usaha. Laba ditahan tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan dalam
bentuk aktiva dan tidak disimpan dalam bentuk kas.

3. Pembatasan dalam Perjanjian Utang

Perjanjian utang, khususnya apabila merupakan utang jangka panjang seringkali


membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Larangan
dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman
4. Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhan untuk
membiayai ekspansi aktivanya. Bila kebutuhan dana di masa depan semakin besar
Perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya.
5. Tingkat Laba dan Stabilitas Laba
Tingkat hasil pemgembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan untuk
membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang atau menggunakannya
di perusahaan.
6. Akses ke Pasar Modal
Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, mempunyal catatan
profitabilitas dan stabilitas akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal dan
mempunyai bentuk lain dari pendanaan.
7. Pajak atas Laba yang Diakumulasikan Secara Salah
Untuk mencegah pemegang saham hanya menggunakan perusahaan sebagai suatu
"perusahaan penyimpan uang" yang dapat digunakan untuk menghindari tarif
penghasilan pribadi yang tinggi, peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu
pajak tambahan khusus terhadap penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.
Kendala yang dihadapi manajemen dalam
pembagian dividen adalah karena adanya,
hal-hal berikut;

a) Kontrak utang,
b) Pembatasan saham preferen.
c) Ketidakcukupan laba.

d) Ketersediaan kas. Denda pajak atas penahanan laba yang tidak


wajar.
Keputusan Kebijakan Dividen

Alasan mendasar untuk keputusan dividen yang diambil bersama adalah ketidaksamaan
informasi, yang mempenaruhi tindakan tindakan manajemen dengan 2 cara:

1. Secara umum, manajer tidak ingin menerbitkan saham biasa yang baru, yaitu: (a) Saham baru
melibatkan biaya penerbitkan, yaitu komisi fee dan biaya biaya tersebut dapat dihindari dengan
menggunakan laba ditahan untuk membiayai kebutuhan liquiditas perusahaan. (b) manajer lebih
menyukai menggunakan laba ditahan sebagai sumber utama ekuitas baru.
2. Perubahan dividen memberikan isyarat tentang keyakinan manajer dan juga prospek perusahaan di
masa depan jadi, pengurangan dividen umumnya mempunyai pengaruh negativ yang signifikan
terhadap harga saham perusahaan. Sehingga manajer menetapkan dividen tunai lebih renfah agar

memperkecil kemungkinan dividen harus dikurangi dimasa depan.


Teori Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen tanpa pajak


Teori ini didasarkan pada asumsi:
1. Perusahaan tidak memiliki utang
2. Tidak ada pajak
3. Arus kas operasi dan rencana investasi sama
Kebijakan dividen yang terkena pajak
Diperkirakan ada tiga jenis tarif pajak:
1. Tarif pajak proposional
2. Tarif pajak penghasilan pribadi dari obligasi, dividen, dan upah
3. Pajak keuntungan modal
Teori Preferensi Investor

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen


Teori ini menyatakan kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco
Mondigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai sosial suatu perusahaan hanya ditentukan
kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya

2. Teori Bird in the Hand

Teori ini menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan dengan mennentukan rasio
pembagian dividen yang tinggi. Pendapat dalam teori ini menyatakan bahwa kas akan turun apabila rasio
pembagian dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal
yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen.
3. Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi :
a. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan
keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih
tinggi.
b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek nilai
waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif
yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
c. Jika selembar saham dimiliki seseorang sampai meninggal sama sekali tidak ada pajak
keuntungan modal yang terutang, ahli waris yang menerima saham itu dapat
menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan
demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.
Cara Menghitung

● Cara menghitung dividen bisa dilakukan dengan menggunakan


rumus berikut:
Dividen = Laba bersih x Dividend Payout Ratio

● Cara Menghitung Dividen Saham Nasabah Untuk dividen yang


diterima setiap investor jumlahnya dikurangi pajak penghasilan
(PPh) sebesar 10%. Dengan demikian, setiap dividen yang
diterima investor perlu dikurangi pajak sebesar 10%.
Contoh soal 1
Ada sebuah saham perusahaan berkode DCBA yang mempunya saham sejumlah 7 juta lembar saham.
Perusahaan DCBA rupanya mengalami peningkatan positif dan menghasilkan laba bersih perusahaan sebesar
Rp4 miliar. Sementara itu, kebijakan pembagian dividennya atau dividend payout ratio (DPR) nya sebesar
40% dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Maka, dari data tersebut, perhitungan dividen pada
perusahaan DCBA bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut.
●Diketahui:
Laba Bersih = Rp4.000.000.000
DPR = 40%
Outstanding Shares = 7.000.000 lembar saham
Dividen = Laba bersih X Dividend Payout Ratio
= Rp4.000.000.000 x 40% = Rp1.600.000.000
●Maka, dividen per lembar saham beredar = Rp1.600.000.000/7.000.000 lembar saham = Rp228,5 per lembar
saham.
Contoh soal 2

Anda merupakan investor dari emiten BCDA yang sudah dihitung besaran
dividennya di atas. BCDA membagikan dividen sebesar Rp228,5 per lembar saham.
Sementara itu, Anda memiliki sebanyak 90 lot atau 9.000 lembar saham BCDA. Dari
jumlah tersebut, berapa jumlah dividen yang akan Anda terima?
●Dividen sebelum pajak = 9.000 x Rp228,5 = Rp2.056.500
●Dividen setelah pajak = Rp2.056.500– (Rp2.056.500 x 10%) = Rp1.850.850
●Jadi, dividen yang akan Anda dapatkan sebagai investor saham BCDA dengan
kepemilikan saham sebanyak 90 lot atau 9.000 lembar saham adalah sebesar
Rp1.850.850.
Any Question?
Soal 1

● Sebuah perusahaan (PT GLSM) memiliki 1.000.000 lembar


saham mencetak keuntungan bersih sebesar Rp.
150.375.000.Kebijakan pembagian dividen perusahaan (DPR)
adalah 40% dari laba bersih dibagikan sebagai dividen.
Dengan hitunglah devidennya.
Soal 2

● Perusahaan CV. Air minum mempunyai 1.000.000 lembar


saham. Perusahaan ini berhasil menghasilkan laba bersih
sebesar Rp. 500.000.000,-. Kebijakan pembagian dividen atau
bisa disebut Dividend Payout Ratio adalah 40% dari laba
bersih yang dihasilkan perusahaan. Dengan menggunakan data
tersebut maka hitunglah dividen pada perusahaan CV. Air
Minum tsb!
Kesimpulan

● Dividen adalah aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham.
Dividen merupakan balas jasa atas dana yang dihimpun oleh perusahaan
(emiten) dalam bentuk kepemilikan saham oleh investor. Kesimpulannya,
dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai balas jasa oleh perusahaan penerbit saham (emiten).
● Dividen merupakan bagian dari keuntungan usaha yang dibagikan kepada
para pihak yang bersyirkah, merupakan sesuatu hal yang dapat dilakukan
dan dibolehkan oleh syariah. Sebab, manusia akan mendapatkan apa yang
telah diperbuatnya. Untung dan rugi atau dapat dividen atau tidak
mendapat dividen merupakan konsekuensi ekonomi yang didapat oleh
para pihak yang bersyirkah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai