15.1 Dividen Versus Keuntungan Modal: Manakah yang Lebih Disukai Investor?
Profesor Miller dan Franco Modigliani (MM) mengajukan tori dividen tidak relevan
yang menyatakan kebijakan dividen tidak berdampak pada harga saham maupun
biaya modal suatu perusahaan yang dibuktikan bahwa nilai suatu perusahaan hanya
ditentukan oleh profitabilitas dasar dan risiko bisnisnya
Nilai perusahaan hanya bergantuk pada laba yang dihasilkan oleh asetnya, bukan
bagaimana laba dipecah antara dividen dan saldo laba, namun dengan asumsi tidak
ada pajak yang dibayarkan atas dividen saham dapat dijual dan dibeli tanpa ada biaya
transaksi dan setiap orang dapat informasi yang sama tentang laba perusahaan di
masa depan.
Berdasarkan asumsi, MM berpendapat setiap pemegang saham dapat menentukan
kebijakan dividennya sendiri dengan cara menjual sahamnya.
Dividen mengurangi biaya transaksi bagi investor yang mencari pendapatan stabil atas
investasi mereka, dividen akan meningkatkan biaya transaksi bagi investor lain yang
tidak begitu tertarik pada pendapatan dan lebih tertarik pada penghematan uang
untuk jangka panjang di masa depan.
Peraturan perpajakan mendorong banyak investor individual untuk lebih menyukai
keuntungan modal dibandingkan dividen
Dividen dikenakan pajak pada tahun diterimanya, tetapi keuntungan modal tidak
dikenakan pajak sehingga saham itu dijual.
Pajak atas dividen sering kali lebih tinggi dari tarid pajak atas keuntungan modal.
Jika suatu perusahaan lebih memilih untuk menahan dan menginvestasikan kembali
laba daripada membayar dividen, pemegang saham yang membutuhkan pendapatan
saat ini akan berada dalam posisi yang menguntungkan.
Pemegang saham yang lebih suka menyimpan daripada menghabiskan dividen akan
lebih menyukai kebijakan dividen yang rendah, karena semakin kecil jumlah dividen
yang dibayarkan semakin kecil jumlah pajak berjalan yang harus dibayarekan oleh
pemegang saham, dan semakin kecil pengorbanan yang harus mereka lakukan untuk
menginvestasikan kembali dividen setelah pajak
Jadi investor yang ingin pendapatan investasi data ini sebaiknya memiliki saham di
perusahaan yang dividennya tinggi, sementara investor yang tidak membutuhkan
pendapatkan investasi saat ini sebaiknya memiliki saham perusahaan yang rendah.
Hal tersebut menunjukkan adanya efek klien yang artinya perusahaan memiliki
kelompok klien yang berbeda-beda dan setiap klien memiliki preferensi yang
berlainan sehingga perushaan sebaiknya menerapkan kebijakan dividen yang stabil
demi menghindari kekecerwaan kelompok kliennya.
Ketika memutuskan beberapa kas yang akan didistribusikan kepada pemegang saham,
perusahaan harus mempertimbangkan dua hal :
1) Tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham
2) Arus kas perusahaan sebenarnya dimiliki oleh pemegang saham sehingga
manajemen sebaiknya tidak menahan lama, kecuali jika mereka dapat
menginvestasikan kembali laba tersebut pada tingkat pengembaliannya yang
tinggi dibandingkan dengan yang dapat diperoleh pemegang saham itu sendiri
Beberapa perusahaan menghasilkan kas dlaam jumlah besar, umumya
mendistribusikan sebagian besar presentase kas kepada pemegang saham sehingga
akan menarik klien investor yang mentukai dividen tinggi
Perusahaan lain mungkin tidak mau menghasilkan kas dalam jumlah kecil tapi
memiliki banyak peluang investasi yang baik, biaanya tidak mendistribusikan atau
mendistribusikan kas dalam jumlah kecil tetapi menikmati kenaikan laba dan harga
saham sehingga menarik investor yang menyukai keuntungan modal
Pada umumnya perusahaan yang berada dalam industri yang stabil dan menghasilkan
kas (fasilitas umum, makanan, tembakau) membayarkan dividen yang relative tinggi,
sementara perusahaan di industri yang tumbuh dengan cepat (perangkat lunak
komputer dan bioteknologi) cenderung membayar dividen lebih rendah.
Bagi suatu perusahaan rasio pembayaran yang optimal merupakan fungsi dari empat
faktor :
1) Opini manajemen tentang preferensi para investornya atas dividen versus
keuntungan modal
2) Peluang investasi perusahaan
3) Target struktur modal perusahaan
4) Ketersediaan serta biaya modal eksternal
Faktor yang ada digabungkan menjadi model dividen residual, berdasarkan model ini
diasumsikan investor akan mengukuti empat langkah ini ketika menentukan target
rasio pembayarannya :
1) Perusahaan menentukan anggaran modal optimal
2) Perusahan menentukan jumlah ekuitas yang dibutuhkan untuk mendanai
anggaran tertentu, dengan mempertimbangkan target struktur modal
3) Perusahaan mengunakaan saldo laba untuk memenuhi persyaratan ekuitas
semakismial mungkin
4) Perusahaan membayar dividen hanya jika tersedia laba dalam jumlah yang
lebih besar daipada yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal yang
optimal
Dividen yang dibayarkan setiap tahunnya dapat dinyatakan dengan menggunakan
persamaan berikut ini :
Dividen = laba neto – saldo laba yang dibutuhkan untuk mendanai investasi baru
= laba neto – [(Target rasio ekuitas)(total anggaran modal)]
Karena peluang investasi dan pendapatan bervariasi dari tahun ke tahun, kepatuhan
terhadap kebijakan dividen residual akan menghasilkan dividen yang tidak stabil
Perusahaan mungkin tidak membayarkan dividen selama satu tahun karena
memerlukan dana untuk membiayai peluang investasi yang bagus, tapi tahun
berikutnya perusahaan akan membayarkan dividen dalam jumlah besar karena
peluang investasi buruk sehingga perusahaan tidak perlu menahan banyak laba
Laba yang berfluktuasi juga akan menghasilkan dividen yang bervariasi bahkan jika
peluang investasinya stabil.
Strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengimbangi kekhawatiran tidak
optimal jika selalu mengikuti model residual setiap tahun :
1) Memperkirakan laba dan peluang investasi, secara rata-rata selama sekitar 5
tahun mendatang
2) Menggunakan informasi yang diperkirakan untuk mengetahui rata-rata
dividen yang akan dibayarkan dengan menggunakan model residual (dan rasio
pembayaran terkaitnya) selama periode perencanaan
3) Menetapkan target kebijakan pembayaran berdasarkan data yang diproyeksi.
Perusahaan dapat secara temporer menunda pembayaran dividen karena kebutuhan
jangka pendek terhadap kas, tetapi harapannya adalah mereka mampu
mengembalikan dividen tersebut ketika situasinya kembali normal
15.5A Batasan
Biaya menjual saham baru, bila perusahaan perlu mendanai suatu level investasi
tertentu, perusahaan dapat memperoleh ekuitas dengan saldo laba atau dengan
menerbitkan saham baru.
Kemampuan untuk menggantikan utang dengan ekuitas, suatu perusahaan dapat
mendanai suatu level investasi tertentu dengan utang atau ekuitas.
Kendali, apabila manajemen ingin mempertahankan kendali, perusahaan mungkin
enggan untuk menjual saham baru sehingga perusahaan dapat menahan lebih
banyak laba dibandingkan yang seharusnya.
Banyak yang meyakini terdapat banyak kisaran harga optimal untuk saham
Optimal berarti bahwa apabila harga saham berada dalam kisaran ini, rasio harga
saham dengan laba neto dan niali perusahaan akan dimaksialkan
Pemecahan saham mengganakan jumlah saham beredar, laba dan dividen per
saham menjadi setengah dan akhirnya menurunkan harga saham. Setiap pemegang
saham akan memeiliki lebih banyak saham tapi setiap saham bernilai lebih rendah
Pemecahan saham dapat dipecah dalam berbagai proporsi (dua untuk satu, tiga
untuk satu, satu setengah untuk satu,dll)
Secara rata-rata harga saham suatu perusahaan naik sgera setelah perusahaan
mengumumkan pemecahan saham atau dividen saham
Satu alasan bahwa pemecahan saham dan dividen saham dapat menyebabkan harga
yang lebih tinggi adalah investor sering kali menganggap pemecahan saham dan
dividen saham sebagai sinyal laba masa depan yang lebih tinggi.
Apabila suatu perusahaan mengumumkan pemecahan saham atau dividen,
harganya cenderung naik.
Dengan menerbitkan lebih banyak saham dan menurunkan harganya, pemecahan
saham juga dapat meningkatkan likuiditas saham
Terdapat bukti bahwa harga saham mengubah bauran para pemegangnys
Kesimpulan : dividen saham dan pemecahan saham hanyalah penambahan
lembaran kertas, hal itu memberikan cara yang relatif lebih murah bagi manajemen
untuk memberi sinyal bahwa prospek perusahaan terlihat baik.
Dampak pembelian kembali terhadap EPS dan harga pasar persaham dari sisa saham
dapat dianalisis sebagai berikut :
1) EPS saat ini = laba total/jumlah saham
2) Rasio P/E = harga saham/EPS
3) EPS setelah membeli kembali 110.000 lembar saham = laba total/jumlah
saham
4) Rasio P/E setelah pembalian kembali = harga saham/EPS setelah membeli
kembali