Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN STRATEGIK

“Keputusan Strategik dalam Penentuan Dividen”

Oleh:
Kelas EA

NABILA NURUL AINI NIM


AHMAD ROYAN N NIM

PROGRAM MAGISTER
MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS UNIVERSITAS
BRAWIJAYA MALANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

Suatu perusahaan memiliki tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka


panjang, diantaranya yaitu untuk mencapai keuntungan yang maksimal dan
memperoleh laba yang sebesar-besarnya sesuai dengan pengorbanan sumber daya
yang sudah dikeluarkan, untuk memaksimalkan nilai perusahaannya agar perusahaan
tersebut mampu bertahan dan berkompetisi di tengah-tengah era globalisasi dalam
periode waktu yang panjang. Kebijakan dividen merupakan salah satu dari sekian
banyak kebijakan yang dimiliki oleh perusahaan yang harus dilaksanakan dan
direalisasikan kepada pemegang saham.
Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi
di masa yang akan datang. Semakin besar laba yang ditahan, semakin kecil laba yang
akan dibagikan pada para pemegang saham. Dalam pengalokasian laba tersebut
timbul lah berbagai masalah yang dihadapi. Isu berkenaan dengan dividen
perusahaan sebenarnya sudah lama menjadi bahan perbincangan. Kebijakan dividen
muncul bersamaan dengan perkembangan perusahaan yang ada di masyarakat dan
manajer menyadari pentingnya pembayaran dividen yang tinggi dan stabil.
Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Hal inilah yang melatar
belakangi penyusunan makalah ini, lebih lanjut penjelasan mengenai keputusan
strategic dalam penentuan dividen perusahaan.
BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN

Pembahasan ini dimaksudkan untuk mengungkap keputusan strategik yang harus


dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan dividen. Dengan maksud tersebut maka
tujuan pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis isu-isu kebijakan dividen


2. Untuk menganalisis pembayaran dividen dan capital gains
3. Untuk menganalisis stabilitas dividen
4. Untuk menganalisis penetapan kebijakan dividen di dalam praktik
5. Untuk menganalisis rencana- rencana penginvestasian kembali dividen
6. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
BAB III

KAJIAN TEORI

1. Isu-isu Kebijakan Dividen


Berikut adalah beberapa isu masalah yang sering muncul ketika perusahaan
menentukan kebijakan distribusi dividen:
a. Berapa bagian dari pendapatan yang harus didistribusikan?
b. Apakah pembagian harus dalam bentuk dividen tunai atau pembelian kembali
saham (repurchases)?
c. Haruskah perusahaan mempertahankan tingkat pertumbuhan dividen yang tetap
dan stabil?
Jawaban dari pertanyaan tersebut tergantung pada preferensi investor untuk
pengembalian sebagai hasil dividen versus capital gains. Campuran dari hasil
dividen versus capital gains ditentukan oleh dua rasio yaitu sebagai berikut:
a. Rasio distribusi target (target distribution ratio), yaitu persentase laba bersih
yang dibagikan kepada pemegang saham melalui dividen tunai atau pembelian
kembali saham
b. Rasio pembayaran target (target payout ratio), yaitu persentase laba bersih yang
dibayarkan sebagai dividen tunai.
Hal yang harus diperhatikan adalah rasio pembayaran harus kurang dari rasio
distribusi karena rasio distribusi mencakup pembelian kembali saham dan dividen
tunai. Rasio distribusi dan rasio pembayaran yang tinggi berarti bahwa perusahaan
membayar dividen yang besar dan memiliki pembelian kembali saham yang kecil,
atau nol. Dalam situasi ini, hasil dividen relatif tinggi dan capital gain yang
diharapkan rendah. Jika rasio distribusi yang besar tetapi rasio pembayaran yang
kecil, maka perusahaan membayar dividen yang rendah tetapi secara teratur membeli
kembali saham, menghasilkan hasil dividen yang rendah tetapi hasil capital gain yang
diharapkan relatif tinggi. Jika memiliki rasio distribusi yang rendah, maka
perusahaan juga harus memiliki rasio pembayaran yang relatif rendah, menghasilkan
hasil dividen yang rendah tetapi hasil capital gain yang diharapkan relatif tinggi.
Oleh karena itu, kebijakan distribusi optimal perusahaan harus menjaga
keseimbangan antara dividen tunai dan capital gain untuk memaksimalkan harga
saham.
2. Pembayaran Dividen versus Capital Gains
Terdapat tiga teori preferensi investor untuk pembayaran hasil dividen versus
capital gains yaitu sebagai berikut:
a. Teori ketidakrelevanan dividen
Teori ketidakrelevanan dividen menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak
berpengaruh baik pada harga saham perusahaan atau biaya modalnya. Jika
kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan, maka itu tidak relevan. Nilai
perusahaan hanya bergantung pada pendapatan yang dihasilkan oleh asetnya,
bukan pada bagaimana pendapatan ini dibagi antara dividen dan laba ditahan.
b. Teori “bird-in-the-hand”
Teori bird-in-the-hand menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan
dengan rasio pembayaran dividen yang tinggi, karena investor menganggap
dividen tunai kurang berisiko daripada capital gains yang potensial.
c. Teori preferensi pajak
Teori preferensi pajak menyatakan bahwa karena capital gains jangka panjang
dikenakan pajak yang tidak terlalu memberatkan daripada dividen, investor lebih
suka perusahaan menahan laba daripada membayarnya sebagai dividen.

3. Stabilitas Dividen
Maksud dari stabilitas dividen adalah untuk mempertahankan posisi pembayaran
dividen perusahaan dalam kaitannya dengan garis tren, lebih disukai yang miring ke
atas. Berikut adalah beberapa alasan investor tertarik pada perusahaan yang memiliki
dividen stabil :
a. Kandungan informasi dividen
Dividen yang stabil dapat menyampaikan pandangan manajemen bahwa masa
depan perusahaan lebih baik daripada penurunan laba. Dengan demikian
manajemen mungkin dapat mempengaruhi ekspektasi investor melalui konten
informasional dari dividen. Namun hal ini tidak permanen, jika ada tren
penurunan pendapatan, dividen yang stabil tidak akan selamanya memberikan
kesan masa depan yang menjanjikan.
b. Keinginan investor untuk pendapatan saat ini
Investor yang menginginkan pendapatan periodik tertentu akan lebih memilih
perusahaan dengan dividen stabil daripada perusahaan dengan dividen tidak
stabil, meskipun kedua perusahaan mungkin memiliki pola pendapatan dan
pembayaran dividen jangka panjang yang sama.
c. Pertimbangan kelembagaan tertentu
Dividen yang stabil mungkin menguntungkan dari sudut pandang hukum yang
mengizinkan investor institusional tertentu untuk membeli saham biasa.
Berbagai badan pemerintah menyiapkan daftar sekuritas yang disetujui di mana
dana pensiun, bank tabungan, perusahaan asuransi, dan lembaga tertentu lainnya
dapat berinvestasi. Untuk memenuhi syarat, perusahaan sering kali harus
memiliki pola dividen yang tidak terputus. Pemotongan dividen dapat
mengakibatkan dikeluarkannya perusahaan dari daftar yang disetujui ini.

4. Penetapan Kebijakan Dividen di dalam Praktik


Dalam penetapan kebijakan dividen, perusahaan harus mempertimbangkan dua
faktor yaitu sebagai berikut:
a. Clientele effect atau efek pelanggan
Faktor ini menjelaskan bahwa terdapat kelompok pemegang saham yang
memiliki pandangan, kepentingan dan tujuan yang berbeda dalam menyikapi
kebijakan dividen perusahaan. Selain itu juga menunjukkan bahwa perusahaan
akan menarik investor yang menyukai kebijakan pembayaran dividen
perusahaan.
b. Kandungan informasi dividen, sinyal, hipotesis
Faktor ini berkaitan dengan fakta bahwa investor menganggap perubahan
dividen yang tidak terduga sebagai sinyal perkiraan manajemen laba masa
depan. Secara keseluruhan, beberapa konten informasi dalam pengumuman
dividen yaitu harga saham cenderung turun saat dividen dipotong, walaupun juga
tidak selalu naik saat dividen dinaikkan.
Dalam praktiknya, sebagian besar perusahaan menggunakan model distribusi
residual (residual distribution model) untuk menetapkan rasio distribusi target pada
tingkat yang memungkinkan perusahaan memenuhi persyaratan ekuitasnya dengan
laba ditahan. Terdapat empat langkah yang dapat dilakukan dalam model distribusi
residual yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan anggaran modal yang optimal
b. Menentukan jumlah ekuitas yang dibutuhkan untuk membiayai anggaran
tersebut, mengingat struktur modal targetnya
c. Menggunakan pendapatan yang diinvestasikan kembali untuk memenuhi
persyaratan ekuitas sejauh mungkin
d. Membayar dividen atau membeli kembali saham jika pendapatan berlebih
daripada yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal yang optimal.
Jika suatu perusahaan secara kaku mengikuti kebijakan distribusi residual, maka
distribusi yang dibayarkan pada tahun tertentu dapat dinyatakan sebagai berikut:

Distribusi = Laba bersih – laba ditahan untuk membiayai investasi baru

= Laba bersih – [(rasio ekuitas target) – (total anggaran modal)]

5. Rencana-rencana Penginvestasian Kembali Dividen


Rencana reinvestasi dividen (DRIP) memungkinkan pemegang saham agar
perusahaan secara otomatis menggunakan dividen untuk membeli saham tambahan.
DRIP sangat populer karena memungkinkan pemegang saham memperoleh saham
tambahan tanpa biaya perantara. Ada dua jenis DRIP yaitu sebagai berikut:
a. Rencana yang hanya melibatkan “saham lama” yang sudah beredar
Jika pemegang saham memilih investasi ulang pada saham lama maka bank akan
mengambil total dana yang tersedia untuk investasi ulang, membeli saham
korporasi di pasar terbuka, dan mengalokasikan saham yang dibeli ke rekening
pemegang saham yang berpartisipasi. Biaya transaksi untuk membeli saham
(biaya perantara) rendah karena volume pembelian, sehingga rencana ini
menguntungkan pemegang saham kecil yang tidak membutuhkan dividen tunai
untuk konsumsi saat ini.
b. Rencana yang melibatkan saham baru yang diterbitkan
Pemegang saham menggunakan dana yang diinvestasikan kembali untuk
membeli saham yang baru diterbitkan karenanya rencana ini meningkatkan
modal baru bagi
perusahaan. Tidak ada biaya yang dibebankan kepada pemegang saham, dan
banyak perusahaan menawarkan saham dengan diskon 3 persen hingga 5 persen
di bawah harga pasar sebenarnya. Perusahaan menawarkan diskon sebagai trade
off terhadap biaya pengambangan yang akan terjadi jika saham baru telah
diterbitkan melalui bankir investasi daripada melalui rencana reinvestasi dividen.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan dividen:
a. Kendala pembayaran dividen
 Indentur obligasi
Kontrak hutang seringkali membatasi pembayaran dividen pada pendapatan
yang dihasilkan setelah pinjaman diberikan. Juga, kontrak hutang sering kali
menetapkan bahwa tidak ada dividen yang dapat dibayarkan kecuali rasio
lancar, rasio kali-perolehan bunga, dan rasio keselamatan lain melebihi
minimum yang ditetapkan.
 Pembatasan stok pilihan
Biasanya, dividen biasa tidak dapat dibayarkan jika perusahaan telah
menghilangkan dividen pilihannya. Tunggakan yang lebih dipilih harus
dipenuhi sebelum dividen umum dapat dilanjutkan.
 Penurunan aturan modal
Penurunan ini dirancang untuk melindungi kreditor dimana pembayaran
dividen tidak boleh melebihi neraca laba ditahan. Tanpa pembatasan hukum,
erusahaan yang bermasalah mungkin mendistribusikan sebagian besar
asetnya kepada pemegang saham dan membiarkan para kreditornya.
 Ketersediaan uang tunai
Dividen tunai hanya dapat dibayarkan dengan uang tunai, sehingga
kekurangan uang tunai di bank dapat membatasi pembayaran dividen.
Namun, kemampuan meminjam dapat mengimbangi faktor ini.
 Pajak penalti atas akumulasi penghasilan yang tidak semestinya
Untuk mencegah orang kaya menggunakan perusahaan untuk menghindari
pajak pribadi, dibuat aturan yang mengatur pajak tambahan khusus untuk
pendapatan yang dikumpulkan secara tidak benar. Faktor ini umumnya
hanya relevan untuk perusahaan milik swasta.
b. Ketersediaan dan biaya alternatif sumber modal
 Biaya penjualan saham baru
Jika perusahaan perlu membiayai tingkat investasi tertentu, ia dapat
memperoleh ekuitas dengan menahan laba atau dengan menerbitkan saham
biasa baru. Jika biaya pengambangan atau flotasi tinggi, akan lebih baik
untuk menetapkan rasio pembayaran yang rendah dan untuk mendanai
melalui retensi daripada melalui penjualan saham biasa baru. Di sisi lain,
rasio pembayaran dividen yang tinggi lebih layak untuk perusahaan yang
biaya flotasinya rendah.
 Kemampuan untuk menggantikan hutang dengan ekuitas
Perusahaan dapat membiayai tingkat investasi tertentu dengan hutang atau
ekuitas. Jika perusahaan dapat menyesuaikan rasio utangnya tanpa
menaikkan biaya secara tajam, perusahaan dapat membayar dividen yang
diharapkan, bahkan jika pendapatan berfluktuasi, dengan meningkatkan
rasio utangnya.
 Kontrol
Jika manajemen khawatir tentang mempertahankan kontrol, mungkin
enggan untuk menjual saham baru; oleh karena itu perusahaan dapat
menahan lebih banyak pendapatan daripada yang seharusnya. Namun, jika
pemegang saham menginginkan dividen yang lebih tinggi dan pertarungan
muncul, maka dividen akan meningkat.
BAB IV

KESIMPULAN

Beberapa isu masalah yang sering muncul ketika perusahaan menentukan


kebijakan distribusi dividen adalah berapa bagian dari pendapatan yang harus
didistribusikan, apakah pembagian harus dalam bentuk dividen tunai atau pembelian
kembali saham (repurchases) dan haruskah perusahaan mempertahankan tingkat
pertumbuhan dividen yang tetap dan stabil. Kemudian dalam pembayaran dividen
versus capital gains dijelaskan dengan teori preferensi investor yaitu teori
ketidakrelevanan dividen, teori “bird-in-the-hand” dan teori preferensi pajak.
Selanjutnya stabilitas dividen menjadi alasan investor tertarik pada perusahaan
dan dipengaruhi oleh kandungan informasi dividen, keinginan investor untuk
pendapatan saat ini dan pertimbangan kelembagaan tertentu. Dalam praktik
penentuan kebijakan dividen, perusahaan harus mempertimbangkan efek pelanggan
dan kandungan informasi dividen. Sebagian perusahaan menggunakan model
distribusi residual dengan empat langkah.
Rencana reinvestasi dividen dapat dilakukan oleh pemegang saham dengan dua
cara yaitu dengan membeli saham lama yang sudah beredar atau membeli saham
baru yang diterbitkan. Terakhir, dalam menentukan kebijakan dividen dapat
dipengaruhi oleh kendala pembayaran dividen dan ketersediaan dan biaya alternatif
sumber modal.
REVIEW JURNAL

Judul : Dividend Payment and its Impact on the Value of Firms Listed on Istanbul Stock
Exchange: A Residual Income Approach

Jurnal : International Journal of Economics and Financial Issues

Volume, Halaman, Tahun : Vol 7, Issue 2, 2017, hal 370-376

Penulis : Akram Budagaga

Tanggal review : 15 Maret 2021

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pembayaran deviden terhadap
nilai perusahaan yang terdaftar di Istanbul Stock Exchange (ISE).

Subjek Penelitian

Studi ini menggunakan data akuntansi keuangan yang diunduh dari perangkat lunak
Amadesus untuk semua perusahaan yang terdaftar di ISE antara tahun 2007 dan 2015.
Program ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang: Menutup harga saham
pada akhir tahun fiskal; nilai buku per saham (tidak boleh negatif pada tahun berapa
pun); dan dividen tunai per saham (harus dibayarkan selama tahun studi). Kriteria
tersebut menghasilkan sampel akhir sebanyak 44 dari 111 perusahaan. Penelitian ini
juga menganalisis data berdasarkan metode regresi berganda (cross-sectional dan time
series) dengan menggunakan software SPSS versi 22. Informasi mengenai pemilihan
sampel disajikan pada Tabel 2.
Metode Penelitian

Makalah ini bertujuan untuk menguji pengaruh pembayaran dividen terhadap nilai
perusahaan yang terdaftar di ISE. Penelitian ini menggunakan model pendapatan sisa
yang dikembangkan oleh Ohlson (1995) dimana perkembangan pertama bergantung
pada Hubungan “Surplus Bersih” yang mendefinisikan hubungan antara laba akuntansi
(x), nilai buku akuntansi ekuitas (BV), dan dividen bersih ( D) melalui waktu (t) (Myers,
1999. p.3):

(1)

Keterangan :

BVt = Nilai buku perusahaan pada saat t,

Xt = Pendapatan untuk periode t,

Dt = Dividen untuk periode t

Perkembangan kedua adalah bahwa hubungan surplus bersih mengasumsikan kondisi


pertumbuhan tanpa batas dalam nilai buku, yang menyiratkan ekspresi berbasis
akuntansi akrual untuk nilai ekuitas (Swartz et al., 2006. p. 70):

(2)

Keterangan :

Pt = Harga pasar sekuritas pada saat t,

BVt = Nilai buku perusahaan pada saat t,

RF = Satu ditambah suku bunga bebas risiko;

Et = Operator ekspektasi yang mencerminkan informasi yang tersedia pada waktu t;

RI = Pendapatan sisa (pendapatan abnormal)


Dimana, Pendapatan sisa didefinisikan sebagai berikut:

(3)

Pendapatan residual sama dengan pendapatan (Xt) dikurangi biaya modal (tingkat bebas
risiko) (RF − 1), tergantung pada konsep yang memperkenalkan nilai buku (BVt − 1) ke
dalam model yang mewakili pendapatan normal atas modal yang diinvestasikan dan
pendapatan apa pun melebihi penghasilan normal tidak normal.

Perkembangan ketiga yang dibuat untuk model Ohlson (1995) menyangkut perilaku
varian waktu pendapatan normal. Oleh karena itu, peran informasi lain diakui.
Dinamika informasi linier (LIM) diformulasikan dengan menambahkan variabel
informasi lain Vt untuk memasukkan informasi selain pendapatan abnormal (ibid):

(4a)

(4b)

Dimana suku gangguan έ1 t + 1 dan έ2 t + 1 adalah dengan mean nol dan varians
konstan. Parameter 0 <ω <1, 0 <y <1 ditetapkan pada t. ω = mengukur jumlah
perubahan pendapatan residual masa depan karena perubahan pendapatan residual saat
ini. RIt menunjukkan pendapatan sisa dan Vt menunjukkan informasi relevan lainnya.

Menggabungkan persamaan (2) dengan persamaan (4a) dan (4b) menghasilkan fungsi
linier untuk Pt. Rumus dinamis informasi linier dapat dinyatakan sebagai berikut
(Ohlson, 1995):

(5)

Bergantung pada persamaan (5), peneliti memperkirakan persamaan (6) sebagai model
patokan dengan memperkenalkan dividen tunai per saham sebagai pengganti informasi
relevan lainnya (Vt digunakan dalam penelitian sebelumnya seperti Hand and
Landsman (2005), Hodder et al. . (2006), dan Swartz et al., (2006). Model pendapatan
sisa berikut telah digunakan untuk data panel:
Di mana, ∝0 intersep, MVit menunjukkan nilai per saham untuk perusahaan i pada akhir
tahun t, BVit menunjukkan nilai buku ekuitas per saham untuk perusahaan i pada akhir
tahun t, RIit menunjukkan sisa pendapatan saat ini (abnormal laba) per saham untuk
perusahaan i pada akhir tahun t, DVit menunjukkan dividen tunai per saham untuk
perusahaan i pada akhir tahun t, ε itu istilah yang salah (gangguan sisa). Variabel-
variabel tersebut dapat diringkas pada Tabel 1.

Variabel Dependen dan Independen

Variabel dependennya merupakan nilai pasar perusahaan. Sedangkan variabel


independennya adalah nilai buku ekuitas per saham pada akhir tahun, pendapatan sisa
(penghasilan abnormal), dan informasi relevan lainnya. Dapat dilihat di tabel 1

Hasil Penelitian

Studi ini secara empiris menyelidiki dampak pembayaran dividen pada nilai perusahaan
untuk sampel dari 44 bisnis yang terdaftar di ISE. Penelitian dilakukan selama 9 tahun
(2007-2015). Estimasi empiris didasarkan pada model pendapatan residual yang
dikembangkan oleh Ohlson (1995) dengan menggunakan regresi efek tetap untuk
menganalisis 1.584 observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
dividen tunai per saham dan nilai perusahaan; Selain itu, nilai buku dan pendapatan
residual (abnormal earning) berhubungan signifikan dengan nilai perusahaan. Oleh
karena itu, temuan mendukung gagasan proposisi relevansi dan konsisten dengan
penjelasan teori keagenan. Selain itu, teori ketidakrelevanan tidak berlaku dalam kasus
perusahaan yang terdaftar di ISE.
Kelebihan

Di dalam penelitian ini terdapat banyak penjelasan yang memungkinkan reviewer untuk
mereview secara detail. Penggunaan bahasa yang mudah dipahami membuat jurnal
lebih baik lagi. Metode yang digunakan sangat dijelaskan secara rinci dan dapat
dipahami.

Kekurangan

Jurnal tidak memiliki model penelitian sehingga hipotesis tidak di jelaskan secara rinci.
Metodologi dijelaskan sangat rinci namun metodologi yang dipakai jarang digunakan
oleh peneliti yang lain sehingga reviewer kurang paham mengenai metodologi yang
dipakai.
REFERENSI

Brigham, E.F., Ehrhardt, M.C. 2014. Financial Management Theory and Practice 13th
Edition. Ohio : South Western International Student Edition

Budagaga, A. 2017. Dividend Payment and its Impact on the Value of Firms Listed on
Istanbul Stock Exchange: A Residual Income Approach. International Journal of
Economics and Financial Issues. 7(2): 370-376.

Horne, J.C.V., Wachowicz, J.M. 2008. Fundamentals of Financial Management


Thirteenth Edition. Inggris: Pearson Education Limited

Anda mungkin juga menyukai