Anda di halaman 1dari 13

MATERI PEMBAHASAN

KEBIJAKAN DIVIDEN DAN MELAKUKAN ANALISIS


DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN

Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen Keuangan dan Investasi


I Putu Edy Arizona

Disusun Oleh :
Kelompok 5 A Gianyar

Ni Komang Yuniasih (2102622010363)


I Putu Gede Indra Yamadi Putra (2102622010365)
Ni Luh Komang Tri Adnyawati (2102622010380)
Ni Ketut Emayanti (2102622010382)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2022
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Kebijakan Dividen dan Pentingnya Kebijakan Dividen


A. Pengertian Kebijakan Dividen
Menurut (Martono & Harjito, 2014:270) kebijakan dividen
merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan invetasi di masa yang akan
datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya
jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka
kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Laba
ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu
dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan
kepada para pemegang saham atau (equity inventors).
Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut
Agus Sartono (2008:281) menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen
adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.”
Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto
(2008:265) menyatakan bahwa :“Kebijakan dividen adalah kebijakan
yang bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning)
antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para
pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam
perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam
perusahaan.”
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana intern atau internal financial. Sebaliknya

2
jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh,
maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Dari
beberapa pengertian kebijakan dividen tersebut diatas dapat ditarik
pengertian secara keseluruhan bahwa kebijakan dividen menyangkut
keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna
diinvestasikan kembali di dalam perushaan. Kebijakan dividen yang
optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang menciptakan
kesimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham.
B. Pentingnya Kebijakan Dividen
Salah satu kebijakan yang harus diambil manajemen
perusahaan adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh selama satu
periode akan dibagi semua atau akan dibagi sebagai dividen dan
sebagian lagi akan disimpan sebagai laba yang ditahan. Apabila
perusahaan memutuskan akan membagi laba perusahaan sebagai
dividen, maka akan mengurangi kesempatan perusahaan dalam
mendapatkan modal intern. Oleh karenanya, dividen merupakan salah
satu kebijakan yang penting dalam perusahaan, karena menyangkut
pemegang saham yang notabene merupakan sumber modal dari
perusahaan tersebut. Investor dalam menginvestasikan dananya
kedalam instrumen saham tentunya menginginkan return yang tinggi.
Return dari saham dapat diperoleh dari capital gain maupun dari
dividen.
Menurut the bird in hand theory yang dikemukakan oleh
Gordon (1963) menyatakan bahwa investor lebih memilih dividen
karena dianggap lebih pasti dibandingkan dengan capital gain.
Sementara jika dikaitkan dengan pajak, maka investor cenderung lebih
memilih capital gain. Hal ini karena pajak dari dividen lebih tinggi
dibandingkan dengan pajak capital gain.
Begitu pentingnya peranan dividen, maka perusahaan enggan
melakukan pemotongan terhadap dividen. Perusahaan yang melakukan
pemotongan dividen memberikan signal yang buruk bagi investor yang

3
menandakan bahwa kondisi keuangan perusahaan kurang bagus
sehingga permintaan pasar terhadap saham perusahaan tersebut akan
turun yang artinya para investor enggan untuk menanamkan sahamnya
di perusahaan tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika perusahaan
menaikan dividen, memberikan signal kepada para investor bahwa
kondisi keuangan perusahaan sedang bagus. Dengan adanya efek
signaling tersebut maka perusahaan harus menjamin dividen terhadap
investor.
1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan Pendananaan Perusahaan
Penafsiran kebutuhan pendanaan perusahaan, untuk itu perlu
dipersiapkan anggaran kas, proyeksi laporan sumber dan penggunaan
dana, dan proyeksi laporan arus kas. Tujuan utamanya adalah
menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang mungkin terjadi
tanpa adanya perubahan kebijakan dividen. Perusahaan juga harus
mempertimbangkan risiko bisnis sehingga dapat diperoleh berbagai
macam hasil arus kas yang mungkin.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam keputusan
dividen. Karena dividen merupakan arus keluar kas, semakin besar
posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen.
3. Kemampuan Untuk Meminjam
Jika memiliki kemampuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu
singkat, perusahaan dapat dikatakan memiliki fleksibilitas keuangan
yang relative baik.
4. Pengendalian
Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah besar, perusahaan
kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk
mendanai peluang investasi yang memungkinkan. Dalam situasi

4
tersebut kepentingan pengendalian perusahaan mungkin menipis jika
pemegang saham yang memiliki kendali tidak mau atau tidak dapat
memesan tambahan saham. Para pemegang saham ini lebih memilih
pembayaran dividen yang rendah dan pendanaan kebutuhan investasi
melalui laba ditahan. Kebijakan dividen ini mungkin tidak
memaksimalkan kekayaan keseluruhan pemegang saham, namun
kebijakan dividen tersebut dilakukan demi kepentingan terbaik pihak
yang memiliki kendali.
Adapun beberapa faktor yang dapat dipertimbangakan oleh
perusahaan dalam menentukan kebijakan dviden yang sesuai adalah sebagai
berikut:
1. Kesempatan Investasi
Semakin besar kesempatan investasi, dividen yang dapat dibagikan
akan semakin sedikit. Lebih baik jika dana ditanamkan pada investasi
yang menghasilkan NPV yang positif.
2. Profitabilitas dan Likuiditas
Aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau
meningkatkan dividen. Alasan lain adalah untuk menghindari akuisisi
oleh perusahaan lain.
3. Akses Ke Pasar Keuangan
Jika mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan dapat
membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik dapat membantu
perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
4. Stabilitas Pendapatan
Jika pendapatan perusahaan relative stabil, aliran kas masa mendatang
dapat diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan itu bisa membayar
dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi bagi perusahaan
yang mempunyai pendapat yang tidak stabil. Ketidakstabilan aliran kas
pada masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar
dividen yang tinggi.
1.3. Aspek-aspek Dalam Kebijakan Dividen
A. Dividen Saham (Stock Dividen)

5
Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang
dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dalam
bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan
menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini dilakukan
dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earnings)
menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak mengubah jumlah
modal sendiri. Namun demikian cash flow perusahaan tidak
terganggu karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang
tunai. Peristiwa ini dilakukan jika posisi kas perusahaan atau
likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini akan
memiliki lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih
rendah. Proporsi pemilikan investor tidak mengalami perubahan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap :
1. Neraca
Pengaruh stock dividen terhadap neraca adalah merubah
jumlah total saham menjadi meningkat, sehingga laba, dividen,
dan harga per saham seluruhnya menurun. Dengan menggunakan
dividen saham, nilai nominal tetap, tetapi pos akuntansi
mengadakan pemindahan modal dari rekening laba yang
ditahan ke rekening saham biasa dan modal disetor (paid-in
capital). Pemindahan modal dari laba yang ditahan dihitung
dengan rumus :
Jumlah uang yang dipindahkan dari laba ditahan = jumlah
lembar saham yang beredar x presentase dividen saham x
Harga pasar saham
2. Harga saham
Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividentunai, nilai
saham perusahaan akan meningkat. Sebaliknya jika dividen
saham tidak disertai dengan kenaikan dividen tunai, atau dilusi
laba dan dividen per saha menyebabkan nilai saham akan
menurun dengan persentase sebesar dividen saham. Jadi Faktor

6
fundamental yang menentukan harga adalah laba dan dividen
tunai per saham.
Berikut ini contoh dari Dividen Saham (Stock Dividen) yaitu:
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:   
Saham biasa (nominal Rp 1.000 ; 3.000.000 lembar) = Rp3.000.000.000
Capital surplus = 1.500.000.000
Laba ditahan = 7.500.000.000
Modal sendiri = 12.000.000.000
Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%
Harga pasar saham Rp 4.000,-
Bagaimanakah komposisi modal sendiri setelah stock dividend? 
Jawab:
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x
3.000.000 = 300.000 lembar.
a) Stock deviden = 300.000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,
ditransfer dari laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus.
b) Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x Rp 1.000 =
Rp 300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa.
c) sisanya Rp 1.200 000 000,- – Rp 300.000.000,- = Rp 900.000.000,-
dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak
berubah.
d) Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :   
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3.300.000 lembar) Rp
3.300.000.000         
Capital surplus 2 400 000 000            
Laba ditahan 6 300 000 000   
Modal sendiri 12 000 000 000 
Analisis :
Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga
laba per saham (EPS) akan menurun secara proporsional. Jadi para
pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang bertambah,
tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi keuntungan

7
totalnya tetap tidak berubah. Umumnya perusahaan memutuskan untuk
membagikan stock dividend, karena mereka memerlukan dana tersebut,
dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.
B. Pemecahan Saham (Stock Splits)
Pemecahan Saham adalah peningkatan jumlah saham beredar
dengan mengurangi nilai nominal saham tersebut. Pemecahan Saham
(Stock Splits) yaitu pemecahan selembar saham menjadi n lembar
saham. Harga per lembar saham baru setelah stock splits adalah
sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya
stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain
stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Melakukan pemecahan
dalam hal, yaitu menambah jumlah saham dengan cara melalui
pengurangan nilai nominalnya.
Menurut (Ewijaya, 1999) pada dasarnya ada dua jenis
pemecahan saham dilakukan diantaranya yaitu :
1. Pemecahan naik (split-up)
Pemecahan naik (split-up) adalah penurunan nominal per lembar
saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang
beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2,
1:3, 1:10 dan sebagainya.
2. Pemecahan turun (split down atau reverse split)
Pemecahan turun (split down atau reverse split) adalah peningkatan
nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham
yang beredar. Misalnya pemecahan saham turun dengan faktor
pemecahan 2:1, 3:1, 10:1 dan sebagainya.
Menurut (Hasna, 2010) adapun beberapa alasan manajer
perusahaan melakukan stock split antara lain :
1. Supaya harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat
meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan
likuiditas saham.
2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata
saham kepada kisaran yang telah ditargetkan.

8
3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang
berupa peningkatan laba dan dividen kas.
Berikut ini contoh dari Pemecahan Saham (Stock Splits) yaitu :
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham.
Komposisi modal sendiri perusahaan adalah sebagai berikut:     
Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600.000 lembar) = Rp 3.000 juta     
Capital surplus = Rp 1.500 juta  
Laba ditahan = Rp 7.500 juta
Modal sendiri = Rp12.000 juta  
Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:            
Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) = Rp 3.000 juta    
Capital surplus = Rp 1.500 juta  
Laba ditahan = Rp 7.500 juta   
Modal sendiri = Rp12.000 juta  
Analisis :
Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ X Rp 5 000 = Rp
2500 per lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham
setelah stock split jumlah saham, yang dimilikinya menjadi 2 X 100
lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami
perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada
keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari stock split. Jadi ada
persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:  
a) Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.     
b) Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.      
c) Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya         
komposisinya saja yang berubah.
C. Stock Repurchase
Stock repurchase atau pembelian kembali saham perusahaan
adalah suatu kegiatan dimana perusahaan melakukan pembelian
kembali atas saham mereka yang telah beredar di pasar bursa, yang
telah dimiliki oleh para pemegang saham.

9
Stock repurchase ini merupakan salah satu cara yang dilakukan
perusahaan untuk mendistribusikan cashflow yang dimiliki perusahaan
kepada para pemegang sahamnya selain dalam bentuk dividen. Pada
saat membeli kembali sahamnya, biasanya perusahaan akan
membelinya pada harga di atas harga pasar. Kelebihan atas harga pasar
inilah yang menjadi keuntungan bagi para pemegang saham yang biasa
dikenal dengan istilah capital gain.
Adapun keuntungan dan kerugian pembelian saham kembali
dari Sudut Pandang Pemegang Saham dan dari Sudit Pandang Manajem
diantaranya yaitu :
1. Dari Sudut Pandang Pemegang Saham
1) Keuntungannya :
a. Pengumuman pembelian kembali sering kali dipandang
sebagai sinyal positif oleh investor karena sering kali
didorong oleh keyakinan pihak manajemen bahwa harga
saham perusahaan terlalu rendah
b. Para pemegang saham dapat memilih apakah akan menjual
atau tidak saham yang dimilikinya.
c. Dapat menghilangkan blok saham yang besar yang berarti
bursa serta menekan harga per saham.
2) Kerugian :
a. Dividen tunai dianggap lebih dapat diandalkan disbanding
pembelian kembali saham.
b. Pada umumnya perusahaan melakukan pembelian kembali
sahamnya guna menghindarkan kemungkinan adanya
gugatan pemegang saham.
c. Perusahaan mungkin membayar harga yang terlalu tinggi
atas saham yang dibeli kembali sehingga merugikan
pemegang saham yang tidak menjual sahamnya.
2. Dari Sudut Pandang Manajemen
1) Keuntungan :

10
a. Dapat digunakan untuk akuisisi atau untuk jadi cadangan
saham jika opsi saham digunakan, atau obligasi konvertibel
ditukar dengan saham, atau hak membeli saham
dilaksanakan oleh pemegang saham.
b. Manajemen enggan menaikkan deviden kecuali kenaikan
tersebut dapat dipertahankan dimasa mendatang.
c. Dapat digunakan untuk merombak struktur modal.
d. Jika para pemegang saham adalah orang yang memiliki
kelebihan kas yang banyak dan memiliki sebagian besar
saham perseroan kemungkinan besar mereka lebih suka
untuk membeli kembali saham daripada membagikan
dividen disebabkan faktor pajak.
2) Kerugian :
a. Ditinjau dari segi hukum, mengandung sejumlah risiko
tertentu dalam hal pembayaran.
b. Kemungkinan dilakukan penyidikan jika perusahaan
memanipulasi harga sahamnya.
Repurchase of stock dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
sebagai berikut:
1. Tender offer
Perusahaan membeli kembali saham dari pemegang saham melalui
penawaran resmi, dengan harga (biasanya ) melebihi harga pasar.
Pemegang saham yang setuju dengan harga yang ditawarkan
perusahaan akan mengumpulkan sahamnya untuk dijual kepada
perusahaan.
2. Negotiated basis
Perusahaan membeli kembali saham dari pemegang saham melalui
beberapa pemegang saham besar ( major stockholder)
3. Open market repurchase
Perusahaan membeli kembali saham dari pemegang saham dari
pemegang saham melalui pasar modal, dalam hal ini pialang atau

11
broker yang membantunya. Sebagai imbalannya, perusahaan
memberikan fee sebesar persentase tertentu.
Berikut ini contoh dari Stock Repurchase yaitu :
PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri
manufaktur yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana
wanita dan pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta
dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah saham yang
beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar
sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer keuangan saat ini
menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham biasa
yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolah-olah menawarkan cash
dividend Rp 250 per lembar saham. Berdasarkan data tersebut,
tentukanlah :
1. Laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelia
kembali saham
2. Laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham          
3. Harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan
asumsi P/E Ratio konstan.
Jawaban :
EAT = 550.000.000       
Payout Ratio 50%      
Outstanding share = 1,100.000 
P saham = Rp 2.500 / lembar  
P treasury stock = Rp 2.750 / lembar
1. Sebelum kebijakan pembelian saham: 
EPS = Rp.550,- juta / 1,100.000 = Rp 500 /lembar       
Price : PER = 2500 / 500 = 5           
2. Setelah kebijakan pembalian kembali saham: 
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550.000.000 = Rp.275.000.000
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275.000.000 / 2.750 =
100 ribu lbr       
EPS = Rp.550.000.000 / 1.000.000 = Rp 550.000.000/ lembar
3. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550.000.000 = Rp 2.750,-

12
DAFTAR PUSTAKA

MI.Amal.2015.URL:https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/
123456789/575/05.2%20bab%202.pdf?sequence=8&isAllowed=y.
Diakses tanggal 5 November 2022.

Hanum.F. 2016. URL: http://repository.um-surabaya.ac.id/812/3/BAB_II.pdf.


Diakses tanggal 5 November 2022

F.Daussiyah.2017.URL:http://eprints.stainkudus.ac.id/1123/5/5.%20BAB
%20II.pdf. Diakses tanggal 5 November 2022.

Kurniasih.Evi.2020.URL:https://www.researchgate.net/publication/
342029268_MAKALAH_MANAJEMEN_KEUANGAN_KEBIJAKAN_
DIVIDEN_Dividend_Policy

13

Anda mungkin juga menyukai