Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah,maka penyusun membuat makalah ini
dengan tema kebijakan deviden. Makalah ini kami beri judul KEBIJAKAN
DEVIDEN.
Alasan mengapa kami memilih kebijakan deviden dalam tema makalah ini, karena
kami ingin mengetahui lebih dalam tentang kebijakan deviden. Dalam makalah
ini, kami membahas mengenai pengertian kebijakan deviden,factor yang
mempengaruhi kebijakan deviden, pendapat tentang kebijakan deviden, macam-
macam kebijakan deviden, kebijakan stock deviden, kebijakan stock splits,
kebijakan reverse dplits, dan rumus-rumus yang digunakan.

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan


keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.

Kebijakan deviden merupakan salah satu kebijakan dalam perusahaan yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama. Dalam kebijakan deviden
ditentukan jumlah alokasi laba yang dapat dibagikan kepada para pemegang
saham (deviden) dan alokasi laba yang dapat ditahan perusahaan. Semakin besar
laba yang ditahan, semakin kecil laba yang akan dibagikan pada para pemegang
saham. Dalam pengalokasian laba tersebut timbul lah berbagai masalah yang
dihadapi.

Keuntungan perusahaan merupakan faktor pertama yang biasanya menjadi


pertimbangan direksi, walaupun untuk membayar deviden perusahaan rugipun
dapat melaksanakannya, karena adanya cadangan dalam bentuk laba ditahan.
Namun demikian hubungan antara keuntungan perseroan dengan keputusan
deviden masih merupakan suatu hubungan yang vital (Robert, 1997). Perusahaan
selalu berusaha meningkatkan citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan
diikuti dengan peningkatan porsi laba yang dibagi sebagai deviden dan juga dapat
mendorong peningkatan nilai saham

perusahaan.

1. Identifikasi Masalah
Banyak hal yang dapat mempengaruhi kebijakan deviden antara lain yaitu : posisi
likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat
pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan
meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas return, dan akses kepasar modal.

1. Pembatasan Masalah

Manajemen Keuangan II 1
Dalam makalah ini kami membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu
tentang Kebijakan Deviden.

Kami menganggap ini sangat menarik. Adapun tujuan dilakukannya pembatasan


masalah ini agar dalam penyampian makalah ini tidak terjadi selang pendapat.

Dalam makalah ini penyusun membatasi permasalahan yang akan dipertanyakan,


yaitu :

1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan deviden ?


2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan deviden ?
3. Kebijakan deviden dibagi menjadi berapa macam ?
1. Tujuan
2. Menambah ilmu pengetahuan tentang kebijakan deviden
3. Sebagai salah satu syarat menjadi calon assisten Lab. Manajemen
4. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan deviden
1. Manfaat
2. Mengetahui apa itu kebijakan deviden.
3. Mengetahui factor yang mempengaruhi kebijakan deviden.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Kebijakan Deviden
Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut Agus Sartono (2008:281)
menyatakan bahwa :
“ Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan
akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang ” .

Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2008:265) menyatakan


bahwa :

“ Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan


pembagian pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam
perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan ”
.
Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut I Made Sudana (2011:167)
menyatakan bahwa :

“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan,


khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena
besar kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba
yang ditahan”.

Manajemen Keuangan II 2
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari
sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf
saham atau (equity inventors).
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan
mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana
intern atau internal financial. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan
laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin
besar.
Macam-Macam Deviden
Berdasarkan bentuk deviden yang dibayarkan, deviden dapat dibedakan atas dua
jenis yaitu; deviden tunai (cash dividend) dan deviden saham (stock devidend).
Deviden tunai merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai.
Deviden saham merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk saham dengan
proporsi tertentu. Nilai suatu deviden tunai tentunya sesuai dengan nilai tunai
yang diberikan, sedangkan nilai suatu deviden saham dapat dihitung dengan
rumus harga wajar deviden saham dibagi dengan rasio deviden saham.
Berdasarkan periode satu tahun buku maka deviden dapat dibagi atas dua jenis
yaitu; deviden interm dan deviden final. Deviden interm merupakan deviden yang
dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya
atau antara deviden final satu dengan deviden final berikutnya. Di Indonesia pada
umumnya deviden interm hanya dibayarkan satu kali dalam setahun. Deviden
final merupakan deviden hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan
pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun buku
berikutnya. Deviden final ini juga memperhitungkan dan mempertimbangkan
hubungannya dengan deviden interm yang telah dibayarkan untuk tahun buku
tersebut.

Macam-macam Kebijakan Dividen


Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-
macam. Menurut Bambang Riyanto (2008:269) menyatakan bahwa ada macam-
macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai
berikut:
1. Kebijakan dividen yang stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya
jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama
jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya
berfluktuasi.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah


ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap
tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan

Manajemen Keuangan II 3
Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividen payout ratio yang
konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout
ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar
saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan
perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel


Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang
fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan
kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

Stock Deviden
adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk
saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. Di Indonesia saham
yang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian
para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak
setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat berupa saham yang
jenisnya sama maupun yang jenisnya berbeda.. Tujuan perusahaan memberikan
stock deviden adalah untuk menghemat kas karena adanya kesempatan investasi
yang lebih menguntungkan.

Stock Split
Merupakan kebijakan untuk meningkatkan jumlah lembar saham dengan cara
pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak
dengan pegurangan nilai nominal saham yang lebih kecil secara proporsional.
Oleh karena itu dengan stock splits harga saham menjadi lebih murah. Tujuan
stock splits adalah untuk menempatkan harga saham dalam trading range tertentu.

Trading Range Theory memberikan penjelasan bahwa stock split meningkatkan


likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, manajemen menilai harga saham
terlalu tinggi sehingga kurang menarik diperdagangkan. Manajemen berupaya
untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu yang lebih rendah
dibandingkan sebelumnya. Hal ini diharapkan semakin banyak partisipan pasar
yang akan terlibat dalam perdagangan. Dengan adanya stock split, harga saham
akan turun sehingga akan banyak investor yang mampu bertransaksi. Trading
Range Theory atau Liquidity Hypotheses menyatakan bahwa manajemen
melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan
anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak
terlalu mahal. Di mana selanjutnya nilai nominal saham dipecah karena ada batas
harga yang optimal untuk saham. Tujuan dari pemecahan nilai nominal saham
adalah untuk meningkatkan daya beli investor sehingga akan tetap banyak pelaku
pasar modal yang mau memperjualbelikan saham yang bersangkutan. Kondisi ini
pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas saham. Likuidity hypothesis, yaitu
dengan pemecahan saham maka harga saham akan lebih rendah, sehingga lebih

Manajemen Keuangan II 4
banyak investor individual terdorong untuk membeli saham dan diharapkan
likuiditas saham tersebut meningkat.
Signaling Theory menyatakan bahwa perusahaan yang melaksanakan kebijakan
stock split adalah perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan cukup baik.
Pengumuman stock split juga mmerupakan sinyal bahwa earing dan cash
deviden akan meningkat. Peningkatan earing dan cash deviden merupakan
gambaran prospek perusahaan yang baik. Stock split memerlukan biaya yang
tidak sedikit, sehingga perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja, yang
dapat melakukan stock split.
Repurchasing of stock
Sebagai alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang tunai ( cash dividen ) ,
perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan
cara membeli kembali saham perusahaan ( repuchasing stock ).

Keuntungan stock repurchase bagi pemegang saham :

1. Stock repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor


karena pada umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan merasa
bahwa saham “ undervalued “.
2. Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah
stock repuchase ada kemungkinan harga saham naik.
Kerugian bagi pemegang saham :

1. Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi


sehingga merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
2. Keuntungan stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian
investor menyukai dividen.
Keuntungan bagi perusahaan :

1. Menghindari kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi


dikhawatirkan di masa mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang
lebih kecil ( pada masa sulit atau banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat
memberi petanda negatif. Stoc repuchase merupakan alternatif yang baik untuk
mendistribusikan penhasilan yang diatas normal ( extraordinary earnings )
kepada pemegang saham.
2. Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil –
alihan perusahaan ( yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham
sebanyak –b anyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock
repuchase dapat menggalkan usaha ini.
3. Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin
meningkatkan rasio hutang dengan cara menggunakan hutang baru untuk
membeli kembali saham yang beredar.
4. Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan
membutuhkan tambahan dana.
Kerugian bagi perusahaan adalah :

Manajemen Keuangan II 5
1. Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa
stock repuchase merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak
mempunyai proyek – proyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan
benar – benar tidak memiliki kesempatan investasi yug baik, ia memang
sebaiknya mendistribusikan dana kembali kepada pemegang saham. Tidak
banyak bukti empiris yang mendukung alasan ini.
2. Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko perusahaan
meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham.
Jika harus memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen tunai, pada
pasar yang sempurna ( dimana tidak ada pajak , biaya komisi untuk jual – beli
saham dan efek sinyal dari pemberian dividen ), investor akan indifferent terhadap
ke 2 pilihan. Pada pasar yang tidak sempurna, investor mungkin akan memiliki
preferensi terhadap salah satu dari ke 2 alternatif tersebut.

Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :

1. Saham dapat dibeli pada pasar terbuka ( open market )


2. Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan
dalam jumlah tertentu dan harga tertentu ( pendekatan tender offer )
3. Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa
pemegang saham besar ( pendekatan negotiated basis )
Teori Kebijakan Deviden
Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang deviden
diantaranya yaitu:

1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan deviden)


Teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. MM menyimpulkan
bahwa nilai perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh kebijakan deviden.
Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran
deviden akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan
saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari
perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran deviden atau menerimanya dalam
bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi
oleh kebijakan deviden saat ini maupun dimasa datang.
2. The Bird in The Hand Theory
Gordon dan Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk
memperoleh pendapatan berupa pembayaran deviden daripada menunggu capital
gain. Sementara itu MM berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis
bahwa investor merasa sama saja apakah menerima deviden saat ini atau
menerima capital gain dimasa datang. Gordon dan Lintner beranggapan bahwa
para investor memandang satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu
burung di udara. Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua investor
berkeinginan untuk menginvestasikan kembali deviden mereka diperusahaan yang
sama atau sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko

Manajemen Keuangan II 6
pendapatan mereka dimasa datang bukannya ditentukan oleh kebijakan deviden,
tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.
3.Tax Preference Theory
Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan
dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada deviden dalam bentuk kas.
Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang
rendah atau bahkan membagikan deviden. Karena deviden cenderung dikenakan
pajak yang lebih tinggi daripada capital gain, maka investor akan meminta tingkat
keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividendyield yang tinggi.
4. Devidend Relevance Theory (Relevan deviden)
Deviden adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi
oleh kebijakan deviden.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Menurut Bambang Riyanto (2008:267), faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Posisi Likuiditas Perusahaan


Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting
yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan
besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham.

2. Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang


Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari
laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari
pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian
kecil saja dari pendapatan atau earning yang dapat dibayarkan sebagai dividen.
Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividen payout ratio yang rendah.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan
dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan
dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan
tersebut biasanya lebih senang untuk menahan earningnya daripada dibayarkan
sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan
biayanya.
4. Pengawasan terhadap Perusahaan
Pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan “control”
terhadap perusahaan, berati mengurangi “dividen payout ratio”nya.

Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden


(Sartono, 2001) :
1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan factor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan deviden yang akan diambil. Aliran
kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa datang yang

Manajemen Keuangan II 7
diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul)
pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas
perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan deviden.

2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan
deviden. Karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin
besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

3. Kemampuan meminjam
Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan
fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak di pasar modal dengan
mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar dan establish akan
memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam yang
lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan
membayar deviden.
4. Keadaan pemegang saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya
mengetahui deviden yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak
dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high
tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih suka memperoleh capital gains, maka
perusahaan dapat mempertahankan dividend payout yang rendah.
Dengan dividend payout yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah
perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk
perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai deviden
yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Stabilitas deviden
Bagi para investor faktor stabilitas deviden akan lebih menarik daripada dividend
payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat
pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Bagi
investor pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan
yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan dengan perusahaan yang membayar deviden
tidak stabil.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor
yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan,
kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan,

Manajemen Keuangan II 8
pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan,
stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden
yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat
tentang relevansi deviden (relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden
yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah
deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan
penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.

Dalam keputusan pembagian deviden perlu dipertimbangkan kelangsungan hidup


dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian laba tidak seluruhnya dibagikan
ke dalam bentuk deviden namun perlu disisihkan untuk diinvestasikan kembali.
Berkaitan dengan kebijakan

deviden tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa pihak yang saling berbeda
kepentingan, yaitu antara kepentingan pemegang saham, pemegang obligasi, dan
pihak perusahaan itu sendiri. Besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh
perusahaan tergantung pada kebijakan deviden dari masing-masing perusahaan,
sehingga pertimbangan manajen sangat diperlukan

https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/13/makalah-kebijakan-dividen/

http://widmkl.blogspot.co.id/2014/06/kebijakan-dividen-dividen-policy.html

http://odytanpar.blogspot.co.id/2011/07/kebijakan-deviden.html

Manajemen Keuangan II 9

Anda mungkin juga menyukai