Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

MANAJEMEN KEUANGAN:
Kebijakan Dividen

Fakultas Ekonomi
Manajemen S1 Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
& Bisnis

13
190233001 Team Teaching

Abstract Kompetensi
Materi ini membahas faktor- Mahasiswa memiliki kemampuan
faktor yang mempengaruhi
untuk menjelaskan pengertian
kebijakan dividen, serta
membahas Dividend Payout kebijakan dividen, serta
Ratio (DPR), Harga Saham,
menjelaskan pengertian dan
Earning Per Share (EPS),
Struktur Equity perusahaan, ketepatan dalam menghitung
Stock Dividend, Stock Splits,
DPR, Harga Saham, EPS,
dan Repurchasing of Stocks.
Struktur Equity perusahaan,
Stock Dividend, Stock Splits, dan
Repurchasing of Stocks.
Pendahuluan

Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan


keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi Kebijakan Dividen adalah
kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan (dividen) kepada
pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan).
Sehingga, salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen adalah
memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan
dibagikan semua dalam bentuk dividen atau membagi sebagian untuk dividen dan
sisanya disimpan sebagai laba ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk
membagi laba dalam bentuk dividen, berarti akan mengurangi jumlah laba yang
ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan
untuk mengembangkan perusahaan. Sedangkan apabila perusahaan tidak
membagikan labanya sebagai dividen, berarti akan bisa memperbesar sumber dana
intern perusahaan untuk mengembangkan perusahaan.

Isi

KEBIJAKAN DIVIDEN
Kebijakan Dividen adalah kebijakan untuk menentukan berapa laba yang
harus dibayarkan (dividen) kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus
ditanam kembali (laba ditahan).
Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan:
1. Besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk cash dividen,
2. Stabilitas dividen yang dibagikan,
3. Dividen saham (stock dividen),
4. Pemecahan saham (stock split), serta
5. Penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk
meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.

PENGERTIAN DIVIDEN
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan
kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari
penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Dividen adalah: “The
distribution of current of accumulated earning to shareholders of corporation pro rate

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
based on the number of share owned”. Dividen merupakan pembagian keuntungan
yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.
Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus
memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang
saham yang berhak mendapatkan dividen.
Berdasarkan definisi dan pengertian dividen, dapat diambil beberapa poin
penting, sebagai berikut:
1. Dividen adalah laba hasil dari kegiatan bisnis/operasional perusahaan.
2. Dividen adalah bentuk pembayaran yang diberikan perusahaan kepada para
pemegang saham.
3. Dividen merupakan bagian dari tanggung jawab dan kewajiban perusahaan
terhadap pemegang saham.
4. Dividen akan diberikan kepada pemegang saham secara proporsional.
5. Dividen dapat berupa uang tunai/kas dan surat berharga (saham).
6. Dividen akan dibayarkan terlebih dahulu ke pemegang saham preferen,
setelahnya baru dibayarkan ke pemegang saham biasa

PENGERTIAN KEBIJAKAN DIVIDEN


Pengertian kebijakan dividen menurut Husnan & Pudjiastusi (2012:297):
“Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa
dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali”.

Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut Yuliani, dkk (2013)


menjelaskan bahwa kebijakan dividen adalah:
“Suatu kebijakan yang penting dan harus dipertimbangkan matang oleh
manajemen perusahaan, karena kebijakan dividen akan melibatkan
kepentingan saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dengan
laba ditahannya.”

Dengan demikian dapat disimpukan bahwa kebijakan dividen adalah


kebijakan yang harus dipertimbangkan apakah laba bersih yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai investasi perusahaan dimasa
yang akan datang.

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN
Menurut Sutrisno (2012:267), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada
pemegang saham antara lain adalah:
1. Posisi Solvabilitas Perusahaan
Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang
menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini
disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki
posisi struktur modalnya.
2. Posisi Likuiditas Perusahaan
Apabila perusahaan membayarkan dividen, berarti harus bisa menyediakan
uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas
perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik,
biasanya dividend payout rationya kecil, sebab sebagian besar laba
digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah
mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih
besar.
3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang
Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera
dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut
harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin
besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen
yang akan dibayarkan kepada pemegang saham.
4. Rencana Pelunasan
Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya
pertumbuhan perusahaan, dan hal ini dapat dilihat dari perluasan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga
semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar
kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam
rangka ekspansi dapat dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri
yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga dapat diperoleh dari
internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian,
semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan maka semakin kecil
dividend payout ratio.
5. Kesempatan Investasi

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya
dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi maka
semakin kecil dividen yang dibayarkan, sebab dananya digunakan untuk
memperoleh kesempatan investasi. Namun, apabila kesempatan investasi
kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar
dividen.
6. Stabilitas Pendapatan
Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan
kepada pemegang saham lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil
tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan
perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas
yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
7. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila
perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan
masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik
lama dalam mengendalikan perusahaan Jika dibelanjai dari hutang, risikonya
cukup besar. Oleh karena itu, perusahaan cenderung tidak membagi
dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.

Dividend Payout Ratio (DPR)


Dividend payout ratio adalah rasio antara dividen yang dibayarkan
dibandingkan dengan jumlah laba bersih per lembar saham yang diperoleh
perusahaan. Besarnya dividend payout ratio dijadikan ukuran oleh para investor
yang hendak menanam modal pada saham di bursa efek. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang memiliki dividend payout ratio besar menunjukkan perusahaan
tersebut memiliki kinerja finansial yang baik. Perusahaan yang memberikan dividen
dalam jumlah relatif besar akan melahirkan sentimen positif pada para investor, dan
akan membuat para investor termotivasi untuk menanam modal yang dimiliki pada
saham perusahaan tersebut (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:313 dalam
Ayuningtias dan Kurnia, 2013).
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio yang menggambarkan
besarnya proporsi dividen yang dibagikan terhadap pendapatan bersih perusahaan
(Muhardi, 2013:65).

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Rumus Perhitungan Kebijakan Dividen/Dividend Payout Ratio (DPR)
Dividend Payout Ratio =

Earning Per Share (EPS)


Earning per share merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Tingginya nilai
laba per lembar saham mencerminkan perusahaan berhasil memakmurkan
pemegang saham.

Pengertian Earning Per Share


Menurut Sutrisno (2012:223), pengertian earning per share adalah:
“Earning per share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan per lembar saham pemilik.”
Sedangkan menurut Irham Fahmi (2012:96), earning per share adalah:
“Bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari
setiap lembar saham yang dimiliki.”

Pengukuran Earning Per Share


Berikut adalah perhitungan earning per share menurut Harahap (2013: 305),
adalah sebagai berikut:
Earning Per Share =

Sedangkan perhitungan earning per share menurut Sutrisno (2012:223),


adalah sebagai beriku:
Earning Per Share =

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio earning per share
digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang dipeoleh pada setiap lembar saham
guna mengukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai keuntungan bagi investor.

Pengertian Harga Saham


Menurut Jogiyanto (2013:8), yaitu:
“Harga saham terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan dipasar modal.”

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Menurut Sutrisno (2012:353), saham adalah:
“Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas
atau emiten. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan
tersebut.”
Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:102), harga saham adalah:
“Harga saham merupakan harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu
dan harga saham yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga
dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung.”
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa harga saham merupakan
harga yang terjadi di bursa pada saat waktu tertentu dan dapat berubah sewaktu-
waktu.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham


Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar modal. Harga saham
dapat berubah-ubah setiap saat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor –
faktor yang mempengaruhi harga saham diantaranya adalah:
1. Keuntungan dari setiap lembar saham
Keuntungan atau laba yang ditawarkan dalam saham oleh pihak broker
kepada calon investor akan mempengaruhi harga saham tersebut. Semakin
tinggi laba yang ditawarkan maka harga saham juga akan semakin tinggi,
begitupula dengan saham yang hanya menawarkan laba rendah maka
harganyapun akan rendah.
2. Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi harga saham sebab jika suku
bunga atas nilai saham dalam suatu bursa efek atau pasar modal naik, maka
sang investor pemilik dari lembar saham tersebut dapat meningkatkan harga
dari lembaran sahamnya begitupun dengan keadaan sebaliknya.
3. Tingkat risiko dan pengembalian
Semakin tinggi risiko yang diberikan oleh perusahaan dalam bentuk jual beli
lembaran saham, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham
yang dapat diterima oleh investor. Sehingga, dalam hal ini seorang investor
dituntut untuk memiliki kejelian dalam memperkirakan seberapa besar risisko
yang akan ia terima saat membeli suatu saham.
Sedangkan menurut Fahmi (2012:89), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi harga saham, yaitu:
1. Kondisi mikro dan makro ekonomi.

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan
usaha), seperti membuka kantor cabang pembantu baik yang dibuka di
domestic maupun luar negeri.
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak
pidana dan khususnya sudah masuk ke pengadilan.
5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya.
6. Risiko sistematis, yaitu bentuk risiko yang terjadi ecara menyeluruh dan
telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham.

KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM PRAKTEK


Pembagian dividen merupakan suatu pertanda bagi investor. Kenaikan
dividen yang sangat besar menandakan bahwa manajemen merasa optimistis,
sedangkan penurunan dividen menunjukan bahwa manajemen pesimistis atas masa
depan perusahaan. Oleh karena itu, kebijakan dividen perusahaan akan menarik
minat dari kalangan investor yang sepaham dengan kebijakan dividen perusahaan.
Hal ini akan memberikan informasi yang membantu para pengambil keputusan
dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan. Ada beberapa kebijakan dividen
yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan dalam prakteknya, yaitu:

1. Kebijakan Dividen Residual


Merupakan kebijakan dimana dividen yang dibayarkan sama dengan laba
actual dikurangi dengan laba yang perlu ditahan untuk membiayai anggaran modal
perusahaan yang optimal. Residual theory of dividend, berasal dari pemikiran bahwa
investor lebih menginginkan perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali
pendapatan dari pada membayarkan dalam bentuk dividen jika pendapatan dari laba
yang direinvestasikan lebih besar dari pada pendapatan yang dapat diperoleh
investor dari investor lain yang setara resikonya. Teori ini menetapkan empat
langkah dalam mengambil keputusan atas ratio pembagian dividennya, yaitu:
a. Menentukan anggaran barang modal yang optimal.
b. Menentukan jumlah modal yang dibutuhkan untuk membiayai anggaran
tersebut.
c. Sedapat mungkin menggunakan laba yang ditahan untuk memenuhi
komponen penyertaan modal (ekuitas).

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
d. Membayar dividen hanya jika lebih banyak laba yang tersedia dari pada
yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal yang optimal.

2. Kebijakan Dividen yang Konstan


Kebijakan ini menetapkan bahwa jumlah dividen per lembar yang dibayarkan
setiap tahunnya relative tetap. Selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan
per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen tahunan akan naik jika laba
mendatang akan mencukupi untuk membiayai kenaikan dividen tersebut, dan
perusahaan menetapkan tidak akan pernah menurunkan dividen.

3. Rasio Pembagian Dividen (DPR) yang konstan


Jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan
berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap
tahunnya.

4. Kebijakan Dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah


ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham
setiap tahunnya, ditambah dengan dividen yang dibayarkan apabila terdapat
kelebihan dana yang tersedia.
Contoh:
PT. MARS selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi pemegang saham
sebagai berikut:
Tahun Laba Untuk Pemegang Saham
2011 480.000.000
2012 200.000.000
2013 600.000.000
2014 1.000.000.000
2015 1.200.000.000
2016 1.300.000.000
2017 1.400.000.000
2018 1.100.000.000

Perusahaan mempunyai jumlah lembar saham yang beredar sebanyak


160.000 lembar saham. Dari data tersebut, dapat ditentukan besarnya kebijakan
dividen di atas sebagai berikut:

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
a. Laba per lembar saham (Earning per share)
EPS dihitung dengan rumus:

EPS =

Earning Per
Tahun Perhitungan Share
(Rp)
2011 480.000.000 : 160.000 lbr 3.000
2012 200.000.000 : 160.000 lbr 1.250
2013 600.000.000 : 160.000 lbr 3.750
2014 1.000.000.000 : 160.000 lbr 6.250
2015 1.200.000.000 : 160.000 lbr 7.500
2016 1.300.000.000 : 160.000 lbr 8.125
2017 1.400.000.000 : 160.000 lbr 8.750
2018 1.100.000.000 : 160.000 lbr 6.875

b. Besarnya Dividen per lembar saham bila perusahaan menetapkan


kebijakan dividen stabil sebesar Rp. 1.600 per lembar kecuali bila laba
per lembar saham yang diperoleh mencapai Rp. 6.000 dua periode
berturut-turut, dividen akan dibayarkan menjadi Rp. 2.400 per lembar
Tahun Dividen per lembar (Rp)
2011 1.600
2012 1.600
2013 1.600
2014 1.600
2015 2.400
2016 2.400
2017 2.400
2018 2.400

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
c. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen payout ratio sebesar
60%
Dividend Per
Share
Tahun Perhitungan (Rp)
2011 3.000 x 60% 1.800
2012 1.250 x 60% 750
2013 3.750 x 60% 2.250
2014 6.250 x 60% 3.750
2015 7.500 x 60% 4.500
2016 8.125 x 60% 4.875
2017 8.750 x 60% 5.250
2018 6.875 x 60% 4.125

d. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen minimal sebesar Rp.


1.600 dan ditambah ekstra 40% bila laba per lembar saham yang dicapai
lebih besar Rp. 5.000

Dividen Extra Dividend Per


Tahun
Dividen Minimal Perhitungan Jumlah Share (Rp)
2011 1.600 - - 1.600
2012 1.600 - - 1.600
2013 1.600 - - 1.600
2014 1.600 40% x (6.250 - 5.000) 500 2.100
2015 1.600 40% x (7.500 - 5.000) 1.000 2.600
2016 1.600 40% x (8.125 - 5.000) 1.250 2.850
2017 1.600 40% x (8.750 - 5.000) 1.500 3.100
2018 1.600 40% x (6.875 - 5.000) 750 2.350

BEBERAPA ASPEK DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN


Seperti yang dikemukakan di atas, bahwa ada empat kebijakan dividen tunai
yang dapat ditetapkan oleh perusahaan dalam pembagian dividennya. Disamping
empat kebijakan dividen tersebut ada beberapa bentuk keputusan pembagian
dividen yang lainnya, yaitu:

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
1. Dividen Saham (Stock Dividen)
Adalah pembayaran dividen dalam bentuk tambahan saham, bukan dalam
bentuk tunai. Pemberian stock dividend dimaksudkan untuk:
a. Menahan dana tunai, sebab dengan cash flow yang banyak perusahaan
dapat membelanjai investasi yang menguntungkan.
b. Sebagai pengganti cash dividend karena mengalami kesulitan finansial.
Dalam hal ini stock dividend tidak mencerminkan adanya prospek yang
cerah, tetapi pada umumnya pemberian stock dividend dikaitkan dengan
pertumbuhan perusahan.
c. Untuk mempertahankan harga pasar dari saham tetap dalam suatu
trading range yang dikehendaki.

Pengaruh kebijakan dividen terhadap:


a. Neraca
Pengaruh stock dividen terhadap neraca adalah merubah jumlah total saham
menjadi meningkat, sehingga laba, dividen, dan harga per saham seluruhnya
menurun. Dengan menggunakan dividen saham, nilai nominal tetap, tetapi pos
akuntansi mengadakan pemindahan modal dari rekening laba yang ditahan ke
rekening saham biasa dan modal disetor (paid-in capital). Pemindahan modal dari
laba yang ditahan dihitung dengan rumus:
Jumlah uang yang Jmlh lbr %tase Harga
Dipindahkan dari = saham yg x dividen x Pasar
Laba yang ditahan beredar saham

b. Harga Saham
Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividen tunai, nilai saham
perusahaan akan meningkat. Sebaliknya jika dividen saham tidak disertai dengan
kenaikan dividen tunai, atau dilusi laba dan dividen per saham menyebabkan nilai
saham akan menurun dengan persentase sebesar dividen saham. Jadi factor
fundamental yang menentukan harga adalah laba dan dividen tunai per saham.
Contoh:
Suatu perusahaan pada akhir tahun memiliki struktur modal sendiri sebagai
berikut:

Common stock 500.000 lembar @Rp 10.000 Rp. 5.000.000.000

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Capital surplus 500.000 x (15.000 - 10.000) Rp. 2.500.000.000
Retained Earning Rp. 1.250.000.000
Total Equity capital Rp. 8.750.000.000

Perusahaan merencanakan akan melakukan pembayaran dividen dalam bentuk


saham sebanyak 10%. Dengan demikian jumlah saham yang akan dibagikan
sebagai dividen sebanyak 500.000 x 10% = 50.000 lembar, sehingga jumlah saham
yang beredar menjadi 550.000 lembar.
Setelah adanya kebijakan stock dividen, maka struktur modal perusahaan menjadi:
Common stock 550.000lembar@Rp10.000 Rp.5.000.000.000
Capital surplus 550.000 x(15.000-10.000) Rp.2.750.000.000
Retained Earning:
1.250.000.000 – (50.000 lbr x Rp. 15.000) Rp. 500.000.000
Total Equity capital Rp.8.750.000.000

Pemberian stock dividend tidak mengubah jumlah equity capital, tetapi akan
mengubah equity structure perusahaan. Penentuan stock dividend berarti kapitalisi
dari sebagian laba ditahan. Berarti laba ditahan akan berkurang sesuai besarnya
laba yang dikapitalisir.
Stock dividend dilihat dari pemegang saham, secara teoritis jumlah lembar saham
yang diterimanya tidak menaikkan pendapatannya, karena dengan bertambahnya
saham yang beredar akan mengurangi pendapatan per saham (EPS) secara
proportional. Apabila factor yang lainnya tetap, pemberian stock dividen akan
menurunkan harga pasar saham.

Contoh :
Seorang investor yang memiliki 1.000 lembar saham dan harga pasarnya Rp. 15.000,
maka nilai keseluruhan saham yang dimiliki sebesar Rp 15.000.000. pada saat
perusahaan menetapkan stock dividend 10%, jumlah saham investor akan
bertambah menjadi 1.100 lembar dengan nilai saham yang sama sebesar Rp.
15.000.000, karena pada saat perusahaan menetapkan stock dividend harga saham
dan EPS yang akan diterima mengalami penurunan menjadi :
x Rp 15.000 = 13.636,36

Oleh karena itu, pembagian stock dividen tidak akan memberikan pengaruh terhadap
kemakmuran pemegang saham. Stock dividend akan menguntungkan investor
dalam hal-hal sebagai berikut :

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
a. Disamping stock dividend, perusahaan juga akan memberikan cash dividend.
b. Jika investor menjual tambahan saham yang diperoleh.

Pemecah saham (Stock Splits)


Apabila harga saham suatu perusahaan terlalu tinggi, akan mengakibatkna
banyak investor kurang berminta terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan bisa mengambil kebijakan untuk meningkatkan jumlah lembar saham
melalui pemecahan saham. Dengan pemecahan saham (stock splits) jumlah lembar
saham menjadi lebih banyak dan harga saham turun proporsional dengan kenaikan
jumlah lembar saham. Oleh karena itu, dengan stock split, harga saham menjadi
lebih murah, sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu.
Contoh:
Suatu perusahaan pada akhir tahun memiliki struktur modal sendiri sebagai berikut:
Common stock 500.000 lembar @Rp 10.000 Rp. 5.000.000.000
Capital surplus 500.000 x (15.000 - 10.000) Rp. 2.500.000.000
Retained Earning Rp. 1.250.000.000
Total Equity capital Rp. 8.750.000.000

Perusahaan akan mengadakan stock split dari satu lembar saham lama diganti
dengan dua lembar saham baru (two to one stock splits). Dengan demikian struktur
modal sendiri setelah stock splits menjadi sebagai berikut:
Jumlah lembar saham = 2/1 x 500.000 lembar =1.000.000 lembar
Harga saham = 1/2 x Rp.10.000 = Rp.5.000
Common stock 1.000.000 lembar @Rp5.000 Rp. 5.000.000.000
Capital surplus 1.000.000 x (7.500 - 5.000) Rp. 2.500.000.000
Retained Earning Rp. 1.250.000.000
Total Equity capital Rp. 8.750.000.000

Dari ilustrasi diatas nampak bahwa kecuali perubahan dalam jumlah dan nilai
nominal saham, perkiraan-perkiraan common stock, Capital surplus dan Retained
Earning tetap sama.
Stock splits biasanya dilakukan untuk memperluas jangkauan pemasaran. Jika
pendapatan perusahaan dan dividen per saham setelah stock splits tidak berubah,
maka nilai assets dan pendapatan per saham juga tidak berubah. Jumlah saham
mereka lebih banyak tetapi nilai assetnya tetap. Karena itu biasanya stock splits
hanya dilakukan oleh perusahaan yang sedang tumbuh. Umumnya perusahaan yang

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
melakukan stock splits akan membayarkan dividen per saham yang lebih tinggi
sesudah stock splits.
Contoh:
Suatu perusahaan memberikan dividen per saham Rp. 500. Perusahaan
merencanakan akan menetapkan kebijakan stock splits dengan two to one stock
splits, maka besarnya dividen per saham menjadi:
1/2 x Rp. 500 = Rp. 250
Kemudian perusahaan menetapkan bahwa tahun yang berjalan perusahaan akan
memberikan dividen per saham sebesar Rp. 300, sehingga seorang pemegang
saham yang memiliki 1.000 lembar saham akan memperoleh keuntungan stock splits
sebesar:
Sebelum stock splits 1.000 x Rp. 500 = Rp. 500.000
Setelah stock splits 2.000 x Rp. 300 = Rp. 600.000
Laba dari kebijakan stock splits Rp. 100.000
Hal ini menyebabkan saham-saham setelah stock splits akan menarik sebagai
sarana investasi dan harga pasarnya diperkirakan akan naik.
Lawan dari stock splits adalah stock reverse, dimana perusahaan mengurangi jumlah
lembar sahamnya, misalnya one to four reverse artinya tiap 1 lembar saham baru
ditukar dengan 4 lembar saham lama. Stock reverse ditujukan untuk menaikkan
harga pasar dari saham pada saat harga pasar dianggap terlalu rendah.

Pembelian Kembali Saham (Repurchasing of Stocks)


Merupakan suatu transaksi dimana suatu perusahaan membeli kembali sebagian
dari sahamnya sendiri, sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar,
menaikkan laba per saham dan sering kali menaikkan harga saham tersebut.
Pembelian kembali saham-saham dilakukan karena beberapa sebab:
a. Adanya kebijakan perusahaan untuk memberikan hak dan kesempatan
kepada anggota direksi untuk membeli saham-saham dengan persyaratan
tertentu yang dinamakan stock option. Untuk itu perusahaan membeli kembali
saham-sahamnya dipasar agar mempunyai persediaan untuk keperluan stock
options tersebut, dengan demikian perusahaan tidak perlu melakukan emisi
saham baru.
b. Kebijakan pimpinan perusahaan agar saham-sahamnya dipasar agar hanya
dimiliki oleh sekelompok tertentu.
c. Perusahaan merencanakan merger dengan perusahaan lain.
d. Perusahaan mempunyai dana tunai yang melimpah dan tidak ada
kesempatan investasi yang menguntungkan, maka penyaluran dana tersebut

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
dapat dilakukan dengan pembelian kembali saham-saham atau dengan
membayarkan sebagai cash dividend.
Dalam rangka melakukan repurchasing of stock, perusahaan bisa menggunakan 2
cara, yaitu:
a. Melakukan pembelian secara langsung di pasar melalui pialang dengan
harga sesuai dengan harga yang terjadi di pasar modal.
b. Melalui penawaran secara resmi kepada pemegang saham atau investor
(tender offer) untuk menjual sahamnya dengan harga tertentu per saham.
Biasanya harga tendernya diatas harga pasar.
c. Perusahaan dapat membeli suatu blok saham dari satu pemegang saham
besar atas dasar negosiasi.

Keuntungan dan kerugian pembelian kembali saham


1. Keuntungan
Sudut Pandang Pemegang Saham Sudut Pandang Manajemen
1. Pengumuan pembelian kembali 1. Dapat digunakan untuk
sering kali dipandang sebagai akuisisi atau untuk jadi
sinyal positif oleh investor cadangan saham jika opsi
karena seringkali didorongoleh saham digunakan, atau
keyakinan pihak manajemen obligasi konvertibel ditukar
bahwa harga saham dengan saham, atau hal
perusahaan terlalu rendah membeli saham
dilaksanakan oleh
pemegang saham.
2. Para pemegang saham dapat 2. Manajemen enggan
memilih apakah akan menjual menaikkan dividen kecuali
atau tidak saham yang kenaikan tersebut dapat
dimilikinya dipertahankan dimasa
mendatang
3. Dapat menghilangkan blok 3. Dapat digunakan untuk
saham yang besar yang berarti merombak struktur modal
bursa serta menekan harga per
saham
4. Jika para pemegang saham
adalah orang yang memiliki
kelebihan kas yang banyak

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
dan memiliki sebagian besar
saham perseroan
kemungkinan besar mereka
lebih suka untuk membeli
kembali saham daripada
membagikan dividen
disebabkan faktor pajak.

2. Kerugian
Sudut Pandang Pemegang Saham Sudut Pandang Manajemen
1. Dividen tunai dianggap lebih 1. Ditinjau dari segi hukum,
dapat diandalkan disbanding mengandung sejumlah
pembelian kembali saham resiko tertentu dalam hal
pembayaran pajak
2. Pada umumnya perusahaan 2. Kemungkinan dilakukan
melakukan pembelian kembali penyidikan jika perusahaan
sahamnya guna menghindarkan memanipulasi harga
kemungkinan adanya gugatan sahamnya
pemegang saham
3. Perusahaan mungkin membayar
harga yang terlalu tinggi atas
saham yang dibeli kembali
sehingga merugikan pemegang
saham yang tidak menjual
sahamnya.

Contoh :
Pendapatan setelah pajak Rp. 200.000.000
Jumlah saham yang beredar 100.000 lembar
Pendapatan per saham Eps Rp. 2.000
Harga pasar saham per lembar Rp. 12.000,-
Ratio harga atas pendapatan P/E 6 kali
Saat ini perusahaan tidak memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan,
sehingga perusahaan menetapkan akan memanfaatkan pendapatan setelah pajak
sebesar75% untuk membayar cash dividend atau repurchasing of stock.

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
a. Jika laba setelah pajak dibayarkan sebagai cash dividend, maka harga pasar
saham menjadi:
Nilai saham = + 12.000 = Rp. 13.500

b. Jika perusahaan melakukan repurcashing of stock, maka laba setelah pajak


bisa digunakan untuk membeli saham dengan harga Rp. 13.500 sebanyak:

= 11.111 lembar

Dengan pembelian kembali saham tersebut, saham yang beredar menjadi:


100.000 lembar – 11.111 lembar = 88.889 lembar
Dengan demikian laba per lembar saham perusahaan menjadi:
= Rp. 2.250

Apabila perusahaan menetapkan kebijakan P/E yang konstan sebesar 6 kali, maka
harga sahamnya sebesar:
=6

P= 6 x Rp.2.250 = Rp. 13.500

DAFTAR PUSTAKA

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id
Ayuningtyas, Dwi dan Kurnia, 2013. “Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan: Kebijakan Dividen dan Kesempatan Investasi Sebagai Variabel
Antara”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Volume 1 Nomor 1.
Bringham, Eugene F. dan Joel F Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Darmaji, Tjipto dan Hendy M. Fakhruddin, 2012. Pasar Modal di Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. 2015. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Ke-5. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Gitman, Lawrence J. 2012. Principles of Managerial Finance. Global Edition.
Pearson Education Limited.
Hanafi, Mamduh M. 2014. Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Husnan, Suad & Enny Pudjiastuti. 2012. Manajemen Kuangan. Edisi 5. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Jogiyanto, H.M, 2013. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. BPFE
UGM. Yogyakarta.
Murhadi, Werner R. 2013. Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham.
Jakarta: Salemba Empat.
Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Yuliani dkk. 2013. Determinan struktur modal pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan yang sedang berkembang. Jurnal. Fakultas
ekonomi sriwijaya.

‘20 Kebijakan Dividen


13
Biro Akademik dan Pembelajaran
Team Teaching http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai