Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

KEBIJAKAN DIVIDEN (Dividend Policy)


Dosen :Hairudin, S.Pd., M.M.

DISUSUN OLEH:

EVI KURNIASIH

175080016

FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020

1
KATAPENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segalarahmat danridha-Nyasehinggapenulisdapatmenyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul“Kebijakan Dividen”ini
tepatpadawaktunya.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada


semuapihakyang telahterlibatdalam mendorong danmembantu penulis
dalampelaksanaanpenyusunan makalah,khususnyakepada:

1. DosenmatakuliahManajemenKeuangan,BapakHairudin, S.Pd., M.M.


2. Teman-temanFakultasBisnisUniversitasMitra Indonesia
3. Semua pihak yang membantupenulis dalam menyelesaikan
makalahini.

Untuksemuabimbingan,petunjukdandoronganyang telahdiberikan
penulismengucapkanbanyakterimakasih.Semoga semua kebaikan
Bapak/Ibu/ Saudara/i mendapat balasanyang berlipat ganda dariAllah
SWT.

Akhirkatapenulisberharapsemogamakalahinidapatbermanfaatbagi
kitasemua.

Bandar Lampung, Mei 2020

TimPenulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding
dengan jumlah lembar yang dimiliki.Biasanya dividen dibagikan dengan
interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen
tambahan pada waktu yang bukan biasanya.Dividenakan diterima oleh
pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang
untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap
layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen. Dividen merupakan hak
pemegang saham (common stock), untuk mendapatkan bagian dari
keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan
dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang
sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih
diutamakan dari pembagian dividen pemegang saham biasa.
Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan
yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan
sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham.Dalam
pembagian dividen ada istilah yaitu kebijakan dividen .
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya guna diinvestasikann kembali di dalam perushaan. Kebijakan
dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang
menciptakan kesimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham .Hal inilah yang melatar
belakangi penyusunan makalah ini, lebih lanjut penjelasan mengenai
Kebijakan Dividenakan dibahas dalam makaah ini secara lebih terperinci dan
jelas.

3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas,
adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana konsep kebijakan dividen ?
1.2.2. Apa saja teori – teori kebijakan dividen ?
1.2.3. Bagaimana bentuk – bentuk kebijakan dividen ?
1.2.4. Apa pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset pemegang
saham ?
1.2.5. Apa saja aspek dalam kebijakan dividen ?

1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya , maka tujuan penyusunan makalah ini , yaitu:
1.3.1. Menjelaskan konsep kebijakan dividen .
1.3.2. Mengetahui teori – teori kebijakan dividen .
1.3.3. Menjelaskan bentuk – bentuk kebijakan dividen .
1.3.4. Mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset
pemegang saham .
1.3.5. Menjelaskan aspek - aspek dalam kebijakan dividen .

1.4. Kegunaan
Kegunaan dari penyusunan makalah ini , adalah sebagai berikut :
1.4.1. Dari aspek keilmuan (teoritis); makalah ini diharapkan agar
menambah wawasan pengembangan ilmu, khususnya ilmu
pengetahuan manajemen keuangan yang berkenaan dengan
Kebijakan Dividen.
1.4.2. Dari aspek praktis; makalah ini diharapkan dapat membantu para
siswa dalam memahami dan mengetahui cara menentukan
Kebijakan Dividen.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Kebijakan Dividen


2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen

Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut Agus


Sartono (2008:281) menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi
dimasa datang” .
Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto
(2008:265) menyatakan bahwa :
“ Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan
penentuan pembagian pendapatan (earning) antara pengguna
pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai
dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti
pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan ” .
Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut I Made
Sudana (2011:167) menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan
perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal
perusahaan.Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan
mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan”.
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan
salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas yang
dibayarkan kepada para pemeganf saham atau (equity inventors).
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya

5
mengurangi total sumber dana intern atau internal financial. Sebaliknya
jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka
kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Dari beberapa pengertian kebijakan dividen tersebut diatas dapat
ditarik pengertian secara keseluruhan bahwa kebijakan dividen
menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna
diinvestasikann kembali di dalam perushaan. Kebijakan dividen yang
optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang menciptakan
kesimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham .

2.1.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


            Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham
antara lain :
1) Posisi likuiditas Perusahaan
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya
terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan
kebutuhan dana. Deviden bagi perusahaan merupakan kas
keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan
secara keseluruhan, akan semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayar deviden.
2) Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk
membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan
yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan, yaitu
perusahaan membiayai hutang itu pada saat jatuh tempo atau
menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain. Jika
keputusannya membayar hutang tesebut, maka biasanya perlu
untuk menahan laba.

6
3) Kemampuan untuk meminjam
Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang
tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan
fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk
membayar dividen juga tinggi.Jika perusahaan memerlukan
pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu
mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas
perusahaan.
4) Pembatasan dalam perjanjian hutang
Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk
menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya.
5) Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin
besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya,
perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada
membayarkannya dalam bentuk deviden.
6) Stabilitas Laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering
kali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan
datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung
membayarkan Devidend Payout Ratio yang tinggi, daripada
perusahaan yang labanya berfluktuasi. Deviden yang lebih
rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun
pada masa yang akan datang.
7) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan,
makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana
untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya,
perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk
menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen

7
kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-
batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana
yang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh
keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan
dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend
payout rationya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat
pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well
established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan
dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren
lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang
demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout
ratio yang tinggi.         
8) Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif
tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang
diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan
tepat.Jika hampir semua pemegang saham berada dalam
golonganhigh tax dan lebih suka memperoleh capital gains,
maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout
ratioyang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah
tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan
laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk
perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat
menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam
konteks pasar.
9) Pembatasan Hukum
 Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah
dividen yang bisa dibayarkan perusahaan.Menurut Arthur J
Keown, menyatakan bahwa batasan hukum

8
yaitu  Pembatasanmenurut Undang-Undang, dapat
mengahalangi perusahaan dalam membayar dividen.
10) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya
membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber
interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar
pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang
berasal dari hasil penjualan saham baru akan
melemahkan control dari kelompok dominan di dalam
perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan
uang akan memperbesar risiko financialnya. Mempercayakan
pada pembelanjaan interen dalam usaha
mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti
mengurangi dividen payout ratio nya. 

2.2. Teori – teori Kebijakan Dividen


2.2.1. Teori Ketidakrelevanan Dividen ( Devidend Irrelevance Theory)
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak
mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun
terhadap biaya modalnya.Jika kebijakan dividen tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan.

Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah


Modigliani-Miller (MM).Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun
kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham
maupun kemakmuran pemegang saham.Lebih lanjut MM berpendapat
bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dan asset
perusahaan tersebut.Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan
oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang
diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan
tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

9
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan
asumsi-asumsi di bawah ini:
1. Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai
kesamaan informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada
pajak.
2. Para investor bersifat rasional.
3. Semua peserta pasar bersifat price-taker.
4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa
datang dan para investor mempunyai informasi yang sama.
5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi
dan investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.
6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage,
maka semua perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang
sama.
8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield
yang sama.

2.2.2. Teori Bird in the Hand


Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John
Lintner (1956) yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan
akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para
investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal
(capital gain) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan
seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan Lintner
berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai
pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang
diharapkan dari keuntungan modal.
MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai
perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen, yang
menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan

10
keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner
sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada
pemikiran bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih
berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian,
perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan
mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula.
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor
merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam
saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan
dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi
investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko
arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.

2.2.3. Residual Devidend Policy


Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan
kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis
dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’
(residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis
dibiayai.

2.3. Bentuk – bentuk Kebijakan Dividen


2.3.1. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend-Per-Share Policy)
Kebijakan dividen yang stabilyakni jumlah pembayaran dividen
itu sama besarnya dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa
suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan dividen yang stabil
adalah untuk memelihara kesan para investor terhadap perusahaan
tersebut, sebab apabila suatu perusahaan menerapkan kebijakan
dividen yang stabil berarti perusahaan tersebut yakin bahwa
pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun, meskipun
perusahaan mengalami kerugian.

11
2.3.2. Kebijakan Dividen Dengan Penetapan Jumlah Dividen Minimal
Plus Jumlah Ekstra Tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per
lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih
baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah
minimal tersebut.
2.3.3. Kebijakan Dividend Rayout Ratio(DPR)yang Tetap (Constant
Dividend Payout Ratio Policy).
Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan
jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah
tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi tergantung besarnya
keuntungan bagi pemegang saham.Misalnya DPO 60% dari
keuntungan. Jika keuntungan Rp 1 miliar, maka deviden yang
dibayarkan sebesar 60% x Rp 1 Milyar = Rp 600 juta.
2.3.4. Kebijakan Dividen yang Fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen
payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan
dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang
bersangkutan.
Contoh :
PT. Indrajati selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi
pemegang saham sebagai berikut :
Tabel Laba Untuk Pemegang Saham

Tahun Laba Untuk Pemegang Saham


2001 240.000.000
2002 100.000.000
2003 300.000.000
2004 500.000.000
2005 600.000.000
2006 650.000.000

12
2007 700.000.000
2008 550.000.000
Perusahaan mempunyai lembar saham yang beredar sebanyak 80.000
lembar saham . Dari data tersebut , dapat ditentukan besarnya
kebijakan dividen dia atas sebagai berikut :
a. Laba per lembar saham (Earning per share)
EPS dihitung dengan rumus :
Laba bagi pemegang saham
EPS =
Jumlah lembar saham yang beredar

Tahun Perhitungan Earning per share


(Rp)
2001 240.000.000 : 80.000 lbr 3.000
2002 100.000.000 : 80.000 lbr 1.250
2003 300.000.000 : 80.000 lbr 3.750
2004 500.000.000 : 80.000 lbr 6.250
2005 600.000.000 : 80.000 lbr 7.500
2006 650.000.000 : 80.000 lbr 8.125
2007 700.000.000 : 80.000 lbr 8.750
2008 550.000.000 : 80.000 lbr 6.875

b. Besarnya dividen per lembar saham bila perusahaan


menetapkan kebijakan dividen stabil sebesar Rp.1.600 per
lembar kecuali bila laba per lembar saham yang diperoleh
mencapai Rp.6.000 dua periode berturut – turut , dividen akan
dibayarkan menjadi Rp.2.400 per lembar .

Tahun Dividen per lembar (Rp)


2001 1.600
2002 1.600
2003 1.600
2004 1.600

13
2005 2.400
2006 2.400
2007 2.400
2008 2.400

c. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen payout


ratio sebesar 60%

Dividen Per Share


Tahun Perhitungan
(Rp)
2001 3.000 x 60% 1.800
2002 1.250 x 60% 750
2003 3.750 x 60% 2.250
2004 6.250 x 60% 3.750
2005 7.500 x 60% 4.500
2006 8.125 x 60% 4.875
2007 8.750 x 60% 5.250
2008 6.875 x 60% 4.125

d. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen minimal


sebesar Rp.1.600 dan ditambah ekstra 40% bila laba per
lembar saham yang dicapai lebih besar Rp.5.000
Dividen Extra Divide
Dividen
Tahun n Per
minimal Perhitungan Jumlah
Share
2001 1.600 - - 1.600
2002 1.600 - - 1.600
2003 1.600 - - 1.600
2004 1.600 40% x (6.250-5.000) 500 2.100
2005 1.600 40% x (7.500-5.000) 1.000 2.600

14
2006 1.600 40% x (8.125-5.000) 1.250 2.850
2007 1.600 40% x (8.750-5.000) 1.500 3.100
2008 1.600 40% x (6.875-5.000) 750 2.350

2.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Asset Pemegang Saham


Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba
sebagai deviden atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam
perusahaan (laba ditahan).Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang
saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga
memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan.
Konsekuensinya, tugas manajer keuangan dituntut untuk bisa menentukan
kebijakan dividen yang optimal, yang menciptakan keseimbangan diantara
dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang(Hairudin et al., 2020).
Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Berdasarkan pada pemikiran di atas,
penulis mencoba untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya Terhadap Harga
Saham” .Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kebijakan
dividen yang meliputi posisi solvabilitas, posisi likuiditas, tingkat keuntungan
(ROA), dan ukuran perusahaan baik secara simultan maupun parsial terhadap
nilai perusahaan yang tercermin pada harga pasar saham perusahaan pada
sektor industri perbankan tahun 2003. Dalam penelitian ini unit observasi
yang digunakan adalah 19 perusahaan pada sektor industri perbankan yang
sudah go public atau sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif.Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda.Berdasarkan pengujian secara simultan, faktor-faktor kebijakan
dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga pasar saham
perusahaan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 44.02%.Berdasarkan

15
pengujian secara parsial, hanya terdapat faktor kebijakan dividen yang
berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan, yaitu tingkat
keutungan (ROA). Sedangkan tiga faktor kebijakan dividen lainnya, yaitu
posisi solvabilitas, posisi likuiditas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan(Hairudin & Desmon,
2020).

2.5. Aspek – Aspek Dalam Kebijakan Dividen


2.5.1. Dividen Saham (Stock Devidend)
Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan
perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham
perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah.
Jadi, pemberian stock dividen ini dilakukan dengan cara mengubah
sebagian laba ditahan (retained earnings) menjadi modal saham yang
pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri. Namun
demikian cash flow perusahaan tidak terganggu karena perusahaan
tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukanjika
posisi kas perusahaan atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan.
Investor dalam hal ini akan memiliki lebih banyak saham tetapi laba
per lembar saham lebih rendah. Proporsi pemilikan investor tidak
mengalami perubahan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap :
a) Neraca
Pengaruh stock dividen terhadap neraca adalah
merubah jumlah total saham menjadi meningkat , sehingga
laba , dividen , dan harga per saham seluruhnya menurun .
Dengan menggunakan dividen saham , nilai nominal tetap ,
tettapi pos akuntansi mengadakan pemindahan modal dari
rekening laba yang ditahan ke rekening saham biasa dan modal
disetor (paid-in capital) . Pemindahan modal dari laba yang
ditahan dihitung dengan rumus :

16
Jumlah uang yang dipindahkan dari laba ditahan = jumlah
lembar saham yang beredar x presentase dividen saham x
Harga pasar saham
b) Harga Saham
Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividen
tunai , nilai saham perusahaan akan meningkat . Sebaliknya
jika dividen saham tidak disertai dengan kenaikan dividen
tunai , atau dilusi laba dan dividen per saha menyebabkan nilai
saham akan menurun dengan persentase sebesar dividen
saham. Jadi Faktor fundamental yang menentukan harga
adalah laba dan dividen tunai per saham .
Contoh:

PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:   

Saham biasa (nominal Rp 1000 ;3.000.000 lembar) Rp. 3.000.000.000

Capital surplus 1.500.000.000

Laba ditahan 7.500.000.000

Modal sendiri 12.000.000.000

Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%. Harga


pasar saham Rp 4.000,- Bagaimanakah komposisi modal sendiri
setelah stock dividend?            

Jawab:

Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10%


x 3.000.000 = 300.000lembar.

Stock deviden = 300.000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer


dari laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus.            

17
Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x
Rp.1.000 = Rp 300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa, sisanya
Rp.1.200.000.000,- – Rp 300.000.000,- = Rp 900.000.000,-
dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak
berubah. Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT
Abadi :     

Saham biasa Rp. 3.300.000.000 

(nominalRp.1.000 ; 3.300.000 lembar)     

Capital surplus 2.400.000.000            

Laba ditahan 6.300.000.000   

Modal sendiri 12.000.000.000            

Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar,


sehingga laba per saham (EPS) akan menurun secara proporsional.
Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang
bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi
keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen
akan menurunkan harga saham sehingga tidak memberikan manfaat
ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
tidak berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.    

Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan


memperoleh laba  dan resiko       perusahaan (yang tercermin dalam
biaya modalnya). Kedua factor tersebut      tidak bisadimanipulasi oleh
manajer keuangan.Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan
pemegang saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk
membagikan stock dividend. Umumnya perusahaan memutuskan
untuk membagikan stock dividend, karena mereka memerlukan dana
tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.     

18
2.5.2. Pemecahan Stock (Stock Splits)
Pemecahan Stock (Stock Splits)yaitu pemecahan selembar
saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah
stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan
demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari
perusahaan atau dengan kata lain stock split  tidak mempunyai nilai
ekonomis. Melakukan pemecahan dalam hal, yaitu menambah jumlah
saham dengan cara melalui pengurangan nilai nominalnya. Pada
contoh di atas, jumlah lembar saham 400.000 lembar saham menjadi 2
x 400.000 lembar = 800.000 lembar. Harga nominal saham menjadi
Rp. 2.500 (Rp. 5.000/2).

Dengan demikian struktur modal tidak berubah, dan nilai jual


saham biasa, agio, dan laba tidak mengalami perubahan.Tetapi harga
nominal dan lembar saham berubah proporsional.
Tujuan dari stock split:
  Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli/investor.
  Diharapkan harga akan meningkat.
  Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih
besar, misalnya sebelum dipecahkan membayar dividen Rp.
2.000 per lembar. Setelah dipecahkan hanya membayar dividen
Rp. 1.250 per lembar, maka investor akan menerima dividen Rp.
2.500 dengan nilai penyertaan yang sama besarnya.
Contoh:

PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham.


Komposisi modal sendiri perusahaan adalah sebagai berikut:     

Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000 juta       

Capital surplus Rp 1.500 juta  

Laba ditahan Rp 7.500 juta  

19
Modal sendiri Rp12.000 juta  

Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:            

Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000 juta    

Capital surplus Rp 1.500 juta  

Laba ditahan Rp 7.500 juta   

Modal sendiri Rp12.000 juta  

Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ xRp.5.000 =


Rp.2.500 per lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar
saham setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya menjadi 2 x
100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami
perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada
keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari stock split.

Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:  

 Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.     


 Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.      
 Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya
komposisinya saja yang berubah.

2.5.3. Pembelian Kembali Saham (Repurchasing of Stocks)

Sebagai alternatif pemberian deviden berupa uang tunai,


perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang
saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (repurchasing
stock). Saham yang dibeli kembali itu akan dibukukan sebagai
perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham,
maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bila diasumsikan
pembelian kembali saham ini tidak memberi pengaruh negative
terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang

20
akan, meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham
itu akan memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para
pemegang sahamnya.

Keuntungan dan Kerugian Pembelian Kembali Saham

1. Keuntungan

Dari Sudut Pandang Dari Sudut Pandang


Pemegang Saham Manajemen
a. Pengumuman pembelian a. Dapat digunakan untuk
kembali sering kali akuisisi atau untuk jadi
dipandang sebagai sinyal cadangan saham jika opsi
positif oleh investor karena saham digunakan , atau
seringkali didorong oleh obligasi konvertibel ditukar
keyakinan pihak dengan saham , atau hak
manajemen bahwa harga membeli saham
saham perusahaan terlalu dilaksanakan oleh
rendah . pemegang saham .
b. Para pemegang saham dapat b. Manajemen enggan
memilih apakah akan menaikkan dividen kecuali
menjual atau tidak saham kenaikan tersebutdapat
yang dimilikinya . dipertahankan dimasa
mendatang.
c. Dapat menghilangkan blok c. Dapat digunakan untuk
saham yang besar yang merombak struktur modal .
berarti bursa serta menekan
harga per saham.
d. Jika para pemegang saham
adalah orang yang memiliki
kelebihan kas yang banyak
dan memiliki sebagian

21
besar saham perseroan
kemungkinan besar mereka
lebih suka untuk membeli
kembali saham daripada
membagikan dividen
disebabkan faktor pajak.

2. Kerugian

Dari Sudut Pandang Pemegang Dari Sudut Pandang


Saham Manajemen
a. Dividen tunai dianggap lebih a. Ditinjau dari segi hokum ,
dapat diandalkan disbanding mengandung sejumlah
pembelian kembali saham. risiko tertentu dalam hal
pembayaran.
b. Pada umumnya perusahaan b. Kemungkinan dilakukan
melakukan pembelian penyidikan jika perusahaan
kembali sahamnya guna memanipulasi harga
menghindarkan sahamnya.
kemungkinan adanya
gugatan pemegang saham.
c. Perusahaan mungkin
membayar harga yang terlalu
tinggi atas saham yang dibeli
kembali sehingga merugikan
pemegang saham yang tidak
menjual sahamnya .

Contoh:

22
PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri
manufaktur yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana
wanita dan pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550
juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah
saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar
dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer
keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual
kembali saham biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi
seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar saham.
Berdasarkan data tersebut,carilah:

a. Laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian


kembali saham.        
b. Laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali
saham.          
c. Harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham
dengan asumsi P/E Ratio konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta          
Payout Ratio = 50%      
Outstanding share = 1,1 juta  
P saham = Rp 2500 / lembar  
P treasury stock = Rp 2750 / lembar  
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:         
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar       
Price <- PER = 2500 / 500 = 5           
EPS
b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:         
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta

23
= Rp.275,- juta                    
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 =
100 ribu lembar        
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar       
c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-

24
BAB III

KESIMPULAN

Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada


pemegang saham.

Kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus


diikuti dalam membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan).

Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor penting yang harus


diperhatikan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini karena
kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap banyak pihak, baik
perusahaan yang dikelola itu sendiri, maupun pihak lain seperti pemegang saham
dan kreditur.

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan


keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor
yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan,
kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan,
pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan,
stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden
yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat
tentang relevansi deviden (relevant theory).Macam-macam kebijakan deviden
yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah
deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan
penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Manajemen Keuangan (Deviden). [online].


http://achtighk.blogspot.com/.

Rudi Hartono. 2011. Makalah Kebijakan Deviden. [online].


http://odytanpar.blogspot.com/2011/07/kebijakan-deviden.html.

Anonim. 2011. Kebijakan Dividen. [online].


http://iamluckyone.blogspot.com/2011/05/kebijakan-dividen.html.

Muzakar Kohar. 2014. Kebijakan Dividen. Bandung

Hairudin, H., Bakti, U., & Rachmadi, A. (2020). Implikasi Profitabilitas Terhadap
Nilai Perusahaan dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening
(Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2016). Jurnal Manajemen Bisnis, 17(2), 150–172.

Hairudin, H., & Desmon, D. (2020). THE EFFECT OF CAPITAL STRUCTURE


ON FIRM VALUE BY USING DIVIDEND POLICY AS AN
INTERVENING VARIABLE (Study on Pharmaceutical Sub Sector
Companies). DIMENSIA (Diskursus Ilmu Manajemen STIESA), 17(1), 70–
87.

Sofyaningsih, Sri dan Hardiningsih, Pancawati.“STRUKTUR KEPEMILIKAN,


KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN UTANGDAN NILAI PERUSAHAAN
(OWNERSHIPSTRUCTURE, DIVIDENDPOLICYAND DEBT POLICY
AND FIRM VALUE )”.

26
27

Anda mungkin juga menyukai