TO INVESTOR REACTION
Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Disusun oleh :
Mirsya Rosida (2010111217)
Safira Aulia Hasyim (2010111218)
Rahael Magdalena (2010111223)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada kelompok kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan dan
untuk mengetahui materi mengenai Dividend Policy. Kami berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Nurmatias, M.M, CFMP selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan atas tugas yang telah diberikan yang
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami serta bimbingannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Pokok Bahasan (RPS)....................................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran....................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................3
A. The Basics of Payout Policy...........................................................................................3
B. The Mechanics of Payout Policy...................................................................................5
C. Relevance of Payout Policy............................................................................................6
D. Factor Affecting Dividend Policy..................................................................................9
E. Types of Dividend Policy..............................................................................................11
F. Other Forms of Dividends............................................................................................12
G. Contoh-Contoh Soal.....................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................19
BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham yang sebanding dengan
jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang
tetap, tetapi kadang-kadang pembagian dividen tambahan pada waktu yang tidak
biasanya. Dividen akan diterima oleh pemegang saham hanya jika ada usaha akan
menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan
memperhatikan menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen.
Dividen merupakan hak pemegang saham (common stock), untuk mendapatkan
bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi
keuntungan dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang
sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan
dari pembagian dividen pemegang saham.
Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang
dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha milik sebagian labanya,
untuk kepentingan pemegang saham. Dalam pembagian dividen ada istilah kebijakan
dividen.
Kebijakan dividen mengenai keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Kebijakan dividen
yang optimal pada suatu perusahaan kebijakan yang menciptakan kesimbangan
diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga
memaksimumkan harga saham. Hal inilah yang melatarbelakangi penyusunan
makalah ini, lebih lanjut penjelasan mengenai kebijakan dividen akan dibahas dalam
makalah ini secara lebih rinci dan jelas.
1
Contractual Constraints
Growth Prospects
Owner Considerations
Market Considerations
E. Types of Dividend Policy
Constant-Payout-Ratio Dividend Policy
Regular Dividend Policy
Low-Regular-and-Extra Dividend Policy
F. Other Forms of Dividends
Stock Dividends
Stock Split
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui dan memahami prosedur pembayaran tunai, perlakuan pajaknya, dan
peran rencana reinvestasi dividen.
2. Mengetahui dan memahami teori dividen dan argumen utama yang berkaitan
dengan ketidakrelevanan dan relevansi dividen.
3. Mengetahui dan memahami faktor kunci yang terlibat dalam menetapkan
kebijakan dividen.
4. Mengetahui dan memahami tinjauan dan evaluasi tiga jenis dasar kebijakan
dividen.
5. Mengetahui dan memahami stock dividen dan stock split.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Gambar 2.1
3
Gambar 2.1 mengilustrasikan tren jangka panjang dan pergerakan siklus dalam
pendapatan dan dividen yang dibayarkan oleh perusahaan besar AS yang
merupakan bagian dari 500 Stock Composite Index Standard & Poor. Angka
tersebut menggambarkan pendapatan dan pembayaran dividen dari tahun 1950
hingga kuartal pertama tahun 2013. Garis atas mewakili pendapatan per saham
dari indeks S&P 500, dan garis bawah mewakili dividen per saham. Batang
vertikal menyoroti sepuluh periode di mana ekonomi AS berada dalam resesi.
Berikut ini beberapa point penting mengenai trend earnings and dividends
yang dapat dipetik dari gambar tersebut:
1. Pertama, bahwa dalam jangka panjang garis pendapatan dan dividen
cenderung bergerak bersama. Gambar 2.1 menggunakan skala logaritmik,
sehingga kemiringan setiap baris mewakili tingkat pertumbuhan pendapatan
atau dividen. Selama 60 tahun yang ditunjukkan pada gambar, kedua garis
cenderung memiliki kemiringan yang hampir sama, yang berarti bahwa
pendapatan dan dividen tumbuh pada tingkat yang hampir sama bila
mengambil perspektif jangka panjang. Hal ini masuk akal karena perusahaan
membayar dividen dari pendapatan, jadi agar dividen tumbuh dalam jangka
panjang, pendapatan juga harus tumbuh.
2. Kedua, garis pendapatan jauh lebih fluktuatif daripada garis dividen. Artinya,
garis yang merencanakan laba per saham cukup bergelombang, tetapi garis
dividen jauh lebih halus, yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak
menyesuaikan pembayaran dividen mereka setiap kali laba naik atau turun.
Sebaliknya, perusahaan cenderung menghaluskan dividen, meningkatkannya
secara perlahan ketika pendapatan tumbuh dengan cepat dan mempertahankan
pembayaran dividen, daripada memotongnya, ketika pendapatan menurun.
3. Ketiga, bahwa pengaruh resesi terhadap pendapatan dan dividen perusahaan
besar menurut standar historis. Penurunan pendapatan yang sangat besar
terjadi dari tahun 2007 hingga 2009. Penurunan ini memaksa perusahaan
untuk memotong dividen lebih drastis daripada tahun-tahun sebelumnya;
meskipun demikian, penurunan dividen sedikit dibandingkan dengan
penurunan pendapatan.
Gambar 2.2
4
Ketika perusahaan ingin mendistribusikan uang tunai kepada pemegang
saham, mereka dapat membayar dividen atau membeli kembali saham yang
beredar. Gambar 2.2 memplot dividen agregat dan pembelian kembali saham dari
tahun 1971 hingga 2011 untuk semua perusahaan AS yang terdaftar di bursa
saham AS (gambar tersebut menggunakan skala vertikal logaritmik).
Sementara dividen agregat naik dengan lancar dari waktu ke waktu, Gambar
2.2 menunjukkan bahwa pembelian kembali saham menunjukkan volatilitas yang
jauh lebih besar. Penurunan terbesar dalam aktivitas pembelian kembali terjadi
pada tahun 1974–1975, 1981, 1986, 1989–1991, 2000–2002, dan 2008-2010.
Semua penurunan ini sesuai dengan periode ketika ekonomi AS terperosok atau
baru saja keluar dari resesi. Selama sebagian besar periode ini, dividen terus
tumbuh sederhana. Hanya selama resesi parah, pembelian kembali saham dan
dividen jatuh.
Dari Gambar 2.1 dan 2.2, dapat ditarik tiga kesimpulan umum tentang payout
policy atau kebijakan pembayaran perusahaan, yaitu:
1. Pertama, perusahaan menunjukkan keinginan yang kuat untuk
mempertahankan pertumbuhan dividen yang moderat dan stabil yang kira-kira
konsisten dengan pertumbuhan pendapatan jangka panjang.
2. Kedua, pembelian kembali saham telah menyumbang sebagian kecil dari total
pembayaran tunai dari waktu ke waktu.
3. Ketiga, ketika pendapatan berfluktuasi, perusahaan menyesuaikan
pembayaran jangka pendek mereka terutama dengan menyesuaikan
pembelian kembali saham (bukan dividen), memotong pembelian kembali
selama resesi, dan meningkatkannya dengan cepat selama ekspansi ekonomi.
5
Batas waktu penjualan saham agar berhak menerima dividen yang akan
dibagikan (biasanya dua hari kerja sebelum record date).
Bagi yang membeli sejak dua hari sebelum record date belum berhak
menerima dividen.
3. The Payment Date (Tanggal Pembayaran)
Tanggal realisasi pembayaran dividen kepada pemegang saham yang sudah
tercatat dalam daftar penerima dividen.
6
perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan mendanai pengeluaran modal dengan
pendapatan yang tersedia sebelum membayar dividen kepada pemegang saham.
Struktur modal perusahaan biasanya mencakup hutang jangka panjang dan
ekuitas, di mana pengeluaran modal dapat dibiayai dengan pinjaman (utang) atau
dengan menerbitkan lebih banyak saham (ekuitas). Keberhasilan kebijakan
dividen residual dapat dihitung dengan membagi pendapatan bersih dengan total
aset untuk menghitung pengembalian aset, yang merupakan metrik yang
membantu menganalisis keputusan manajemen.
7
dividen. Jadi pemegang saham dikatakan acuh tak acuh (indifferent) antara
dividen dan laba ditahan.
8
a) Efek pajak
Pajak dari capital gain akan lebih baik apabila capital gain itu direalisir
(dalam artian saham itu dijual). Artinya pajak efektif capital gain bisa
ditunda. Akan tetapi pajak dividen dapat dibagikan ketika dividen sudah
ditangan investor. Berdasarkan argumen diatas, dividen sebaiknya
dibayar rendah, sebab dapat mengurangi pajak.
b) Biaya emisi (Flotation Costs)
Apabila manajer membagikan dividen lalu menerbitkan saham, berarti
manajer dapat membayarkan flotation cost saham. Pembayaran ekuitas
saham dari luar lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran ekuitas
dari dalam, sebab terdapat flotation cost, pembayaran transaksi, dan
pembayaran underpricing saham. Oleh sebab itu manajer sebaiknya
membagikan dividen rendah jadi tidak perlu menerbitkan saham baru.
9
contoh sebelumnya, pada tahun yang baru saja berakhir memiliki laba $30.000
yang tersedia untuk dividen saham biasa. Seperti yang ditunjukkan tabel pada
Contoh 14.4, perusahaan memiliki laba ditahan masa lalu sebesar $140.000.
Dengan demikian, secara hukum dapat membayar dividen hingga $170.000.
Jika suatu perusahaan memiliki kewajiban yang telah jatuh tempo atau secara
hukum bangkrut atau bangkrut, sebagian besar negara bagian melarang
pembayaran dividen tunai. Selain itu, Internal Revenue Service melarang
perusahaan mengumpulkan pendapatan untuk mengurangi pajak pemilik. Jika IRS
dapat menentukan bahwa suatu perusahaan telah mengakumulasikan laba berlebih
untuk memungkinkan pemilik menunda pembayaran pajak penghasilan biasa atas
dividen yang diterima, IRS dapat memungut pajak akumulasi laba berlebih atas
laba ditahan di atas $250.000 untuk sebagian besar bisnis. Selama krisis keuangan
baru-baru ini, sejumlah lembaga keuangan menerima bantuan keuangan federal.
Perusahaan-perusahaan itu harus menyetujui pembatasan pembayaran dividen
kepada pemegang saham sampai mereka membayar kembali uang yang mereka
terima dari pemerintah. Bank of America, misalnya, mengalami kenaikan dividen
berturut-turut selama lebih dari 30 tahun sebelum menerima uang talangan federal.
Sebagai bagian dari bailout, Bank of America harus memotong dividen menjadi
$0,01 per saham.
Contractual Constraints
Seringkali, kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai dibatasi
oleh ketentuan yang membatasi dalam perjanjian pinjaman. Umumnya, kendala
ini melarang pembayaran dividen tunai sampai perusahaan mencapai tingkat
pendapatan tertentu, atau mereka dapat membatasi dividen untuk jumlah dolar
tertentu atau persentase pendapatan. Batasan dividen membantu melindungi
kreditur dari kerugian akibat kebangkrutan perusahaan.
Growth Prospects
Persyaratan keuangan perusahaan secara langsung berkaitan dengan seberapa
besar harapannya untuk tumbuh dan aset apa yang perlu diperoleh. Ini harus
mengevaluasi profitabilitas dan risikonya untuk mengembangkan wawasan
tentang kemampuannya untuk meningkatkan modal secara eksternal. Selain itu,
perusahaan harus menentukan biaya dan kecepatan untuk memperoleh
pembiayaan. Secara umum, perusahaan besar yang matang memiliki akses yang
memadai ke modal baru, sedangkan perusahaan yang berkembang pesat mungkin
tidak memiliki dana yang cukup untuk mendukung proyek yang dapat diterima.
Perusahaan yang sedang tumbuh kemungkinan besar harus sangat bergantung
pada pendanaan internal melalui laba ditahan, sehingga kemungkinan besar hanya
akan membayar sebagian kecil dari pendapatannya sebagai dividen. Perusahaan
yang lebih mapan berada dalam posisi yang lebih baik untuk membayar sebagian
besar pendapatannya, terutama jika memiliki sumber pembiayaan yang siap pakai.
10
Owner Considerations
Perusahaan harus merumuskan kebijakan yang memiliki efek menguntungkan
pada kekayaan sebagian besar pemilik. Salah satu pertimbangannya adalah situasi
perpajakan pemilik perusahaan. Jika sebuah perusahaan memiliki sejumlah besar
pemegang saham kaya dengan pendapatan besar, mungkin memutuskan untuk
membayar persentase yang lebih rendah dari pendapatan untuk memungkinkan
pemilik untuk menunda pajak sampai mereka menjual saham mereka. Karena
dividen tunai dikenai pajak dengan tarif pajak yang sama dengan keuntungan
modal, strategi ini menguntungkan pemilik dengan menunda pajak daripada
menurunkan tarif pajak. Namun, pemegang saham berpenghasilan rendah yang
membutuhkan pendapatan dividen lebih bersedia membayar pendapatan yang
lebih tinggi.
Pertimbangan kedua adalah peluang investasi pemilik. Perusahaan tidak boleh
menahan dana karena pengembalian investasi lebih rendah dari pengembalian
yang diperoleh pemilik dari investasi eksternal dengan risiko yang sama. Jika
pemilik memiliki peluang lebih baik untuk menang secara eksternal, perusahaan
harus membayar persentase pendapatan yang lebih tinggi. Jika peluang investasi
perusahaan setidaknya sama baiknya dengan investasi eksternal dengan risiko
yang sama, pengeluaran yang lebih rendah adalah wajar. Pertimbangan terakhir
adalah kemungkinan dilusi kepemilikan. Jika perusahaan membayar persentase
yang tinggi dari pendapatannya, ia harus meningkatkan modal saham barunya
melalui saham biasa. Hasil dari penerbitan saham baru dapat melemahkan kontrol
dan pendapatan pemilik yang ada. Dengan membayar persentase pendapatan yang
lebih rendah, perusahaan dapat meminimalkan kemungkinan dilusi ini.
Market Considerations
Salah satu teori yang baru-baru ini diajukan untuk menjelaskan keputusan
pembayaran perusahaan disebut teori katering. Menurut teori katering, permintaan
investor untuk dividen akan berfluktuasi dari waktu ke waktu. Misalnya, selama
ledakan ekonomi yang menyertai kenaikan pasar saham, investor mungkin lebih
tertarik pada saham yang menawarkan prospek keuntungan modal yang besar.
Ketika ekonomi dalam resesi dan pasar saham jatuh, investor mungkin lebih
memilih keamanan dividen. Teori katering menunjukkan bahwa ketika investor
menunjukkan preferensi yang kuat untuk dividen, perusahaan lebih mungkin
untuk mulai membayar dividen atau meningkatkan pembayaran yang ada.
Perusahaan memenuhi preferensi investor.
11
pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu, maka dividen
manjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator dari kondisi
perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap
harga saham.
12
Stock Split
Pemecahan Stock (Pemecahan Saham) yaitu memecahkan selembar saham
menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah
sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak
menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak memiliki
nilai ekonomis. Melakukan pemecahan dalam hal menambah jumlah saham
dengan cara mengurangi nilai nominalnya. Misalnya, jumlah lembar saham
400.000 lembar saham menjadi 2 x 400.000 lembar = 800.000 lembar. Harga
nominal saham menjadi Rp. 2.500 (Rp 5.000/2).
Dengan demikian struktur modal tidak berubah, dan nilai jual saham biasa,
agio, dan laba tidak mengalami perubahan. Tetapi harga nominal dan lembar
saham berubah proporsional. Tujuan dari stock split:
1. Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli/investor.
2. Diharapkan harga akan meningkat.
3. Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih besar,
misalnya sebelum memecahkan dividen Rp.2.000 per lembar. Setelah
memecahkan hanya membayar dividen Rp. 1.250 per lembar, maka investor
akan menerima dividen Rp.2.500 dengan nilai penyertaan yang sama
besarnya.
Stock Repurchase
Sebagai alternatif mempersembahkan dividen berupa uang tunai, perusahaan
dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara
membeli kembali saham (repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu
akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali
sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bilamana
saham ini meningkat dan tidak memberi pengaruh negatif terhadap EPS, yang
akan meningkatkan harga saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan
memberikan capital gain sebagai ganti deviden kepada para pemegang sahamnya.
G. Contoh-Contoh Soal
1. Sebuah produsen pakaian menyimpan daftar pengeluaran modal yang diperlukan
di tahun-tahun mendatang. Pada bulan ini, perusahaan membutuhkan Rp
1.500.000.000 untuk upgrade mesin produksi dan membeli peralatan baru. Dan
perusahaan menghasilkan Rp 2.500.000.000 dalam pendapatan untuk bulan itu
dan menghabiskan Rp 1.500.000.000 untuk belanja modal. Penghasilan yang
tersisa sebesar Rp 1.000.000.000 dibayarkan sebagai dividen residual kepada
pemegang saham, yaitu Rp 400.000.000 lebih sedikit dari yang dibayarkan
sebelumnya yakni Rp 1.400.000.000 yakni masing-masing dalam waktu tiga
bulan terakhir.
- Jadi pembayaran dividen sekarang Rp 1.000.000.000
- Sedangkan dividen sebelumnya adalah Rp 1.400.000.000
13
2. PT Kenangan memiliki struktur modal sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 1.000 ; 3.000.000 lembar) = Rp 3.000.000.000
Capital surplus =1.500.000.000
Laba ditahan =7.500.000.000
Modal sendiri = 12.000.000.000
Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%
Harga pasar saham Rp 4.000,-
Bagaimanakah komposisi modal sendiri setelah stock dividend?
Jawab:
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3.000.000 =
300.000 lembar.
- Stock deviden = 300.000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari
laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus.
- Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x Rp 1.000 = Rp
300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa.
- Sisanya Rp 1.200.000.000,- – Rp 300.000.000,- = Rp 900.000.000,-
dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah.
- Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3.300.000 lembar) 3.300.000.000
Capital surplus 2.400.000.000
Laba ditahan 6.300.000.000
Modal sendiri 12.000.000.000
3. PT Kenangan menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi
modal sendiri perusahaan adalah sebagai berikut:
Saham biasa
(nominal Rp 5.000 ; 600.000 lembar) Rp 3.000 juta
Capital surplus Rp 1.500 juta
Laba ditahan Rp 7.500 juta
Modal sendiri Rp12.000 juta
Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:
Saham biasa
(nominal Rp 2.500 ; 1.200.000 lembar) Rp 3.000 juta
Capital surplus Rp 1.500 juta
Laba ditahan Rp 7.500 juta
Modal sendiri Rp12.000 juta
Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ x Rp 5.000 = Rp 2.500 per
lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split
jumlah saha, yang dicatat menjadi 2 x 100 lembar = 200 lembar, meskipun total
nilainya tidak mengalami perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga
tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari pemecahan saham.
14
akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali
saham. Jumlah saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar
dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer keuangan saat
ini menawarkan mereka yang mau menjual kembali saham biasa kepada yang
menawarkan harga Rp 2.750,- jadiseolaholah menawarkan dividen tunai Rp 250
per lembar saham.
Berdasarkan data tersebut, carilah:
a. Laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham.
b. Laba per setelah kebijakan pembelian kembali saham.
c. Harga setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E Ratio
konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta
Payout Ratio = 50%
Outstanding share = 1,1 juta
P saham = Rp 2500 / lembar
P treasury stock = Rp 2750 / lembar
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:
EPS = Rp 550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar
Harga <- PER = 2.500/500 = 5 EPS
b. Setelah kebijakan pembelian kembali saham:
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp 550,- juta = Rp 275,- juta
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 =100 ribu lembar
EPS = Rp 550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar
c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,
5. Laba bersih PT. ABC adalah Rp 1.000.000.000,-. PT. ABC memutuskan untuk
membagikan dividen sebesar Rp 500.000.000,-kepada pemegang saham.
Jawab:
DPR = 500.000.000 / 1.000.000.000 x 100% = 50%. Jadi, Dividend Payout Ratio
(DPR) dari PT. ABC adalah 50%.
6. Apple Round Co memperoleh laba setelah pajak sebesar Rp. 14.000.000,- tahun
yang lalu dan membagikannya dalam bentuk dividen sebesar Rp. 4.200.000,-.
Laba tersebut telah tumbuh dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7% per tahun
selama 10 tahun. Pada tahun ini perusahaan memperoleh laba sebesar Rp.
18.000.000,-. Peluang investasi yang tersedia sebesar Rp. 12.000.000,-. Hitunglah
dividen untuk tahun ini di setiap kebijakan berikut ini :
a. Payout yang konstan?
b. Pertumbuhan dividen yang stabil?
c. Residual dividend policy (anggap perusahaan berharap akan
mempertahankan debt to total asset ratio 40%)?
Jawab:
a. Payout yang konstan
15
Payout ratio = Rp 4.200.000 / Rp 14.000.000 x 100% = 30%
Payout ratio = 30% (Rp 18.000.0000) = Rp 5.400.000
b. Pertumbuhan 6% sehingga dividen yang dibayarkan = (1+6%) (Rp
18.000.000) = Rp 19.080.000
c. Residual dividend policy
Investasi Rp 12.000.000
Persentase equity financing 60%
Equity financing Rp 7.200.000
Laba yang diperoleh Rp 18.000.000
Dividen yang dirugikan Rp 10.800.000
16
EPS = Rp 550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar
c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-
9. PT Kenangan pada tahun 2000 membayar dividen sebesar Rp 15.120 juta. Laba
bersih yang diperoleh Rp 92.776.442 juta. Sampai akhir tahun tsb jumlah saham
beredar 378 juta saham. Harga penutupan saham MLND Rp 1.450. Berapakah
besarnya DPR?
Jawab:
DPR adalah perbandingan antara Dividend per Share (DPS) dengan Earning per
Share (EPS)
DPR = DPS/EPS
DPS = Total Dividen/Total Saham Beredar
EPS = EAT/Total Saham Beredar
Rata-rata DPR di BEI = 0 – 25%
DPS = Rp Rp15.120 juta/378 juta = Rp 40
EPS = Rp 92.776.442/378 juta = Rp 245
DPR = Rp40/Rp245 = 16,32%
10. PT Kenangan tahun 2011 membayar dividen interim sebanyak satu kali sebesar
Rp 110 per saham dan tidak membayar dividen final. Harga Saham BFIN pada
penutupan tahun 2011 adalah Rp 2.800 per saham. Berapakah besarnya Dividend
Yield?
Jawab:
Dividend Yield = DPS / Harga Saham
DY = Rp 110/Rp 2.800 = 0,0392
(Semakin besar dividen yield semakin menarik bagi investor)
Contoh Kasus
1. Green Garden Co dijual dengan harga Rp. 36.000,- per lembar saham setelah 2
for 1 stock split. Harga saham tersebut mencerminkan price earning (P/E) rasio
sebesar 12. Price earning ratio sebelumnya adalah 9 dan dividen per lembar Rp.
800,-. Setelah stock split, dividen per lembar menjadi Rp. 600,-.
a. Berapakah harga pasar saham sebelum stock split?
b. Berapa persen kenaikan harga saham?
c. Berapa persenkah kenaikan dividen?
Jawab:
a. Harga pasar saham sebelum stock split
P / EPS Ratio = 12
Rp 36.000 / EPS Ratio = 12
EPS = Rp 36.000 / 12
EPS = Rp 3.000
EPS setelah stock split Rp 3.000
17
2 for 1 stock split x2
EPS sebelum stock split Rp 6.000
P/E rasio sebelumnya x9
Harga saham sebelumnya split Rp 54.000
b. Kenaikan harga
Harga saham setelah stock split Rp 600
2 for 1 stock split x2
Harga saham sebelum stock split Rp 72.000
Kenaikan harga = Rp 72.000 – Rp 54.000 = 33,33%
Rp 54.000
4. Kenaikan dividen
Dividen setelah stock split Rp 600
2 for 1 stock split x2
Dividen sebelum stock split Rp 1.200
Kenaikan dividen = Rp 1.200 – Rp 800 = 50%
Rp 800
18
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji t menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara
parsial diperoleh t hitungsebesar 2,274 pada tingkat signifikansi = 0.05 (5%) dengan
probabilitas 0,029 < 0,05 menunjukkan bahwa ROI memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap reaksi investor, sehingga H 1 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa profitabilitas (return on investment) berpengaruh signifikan terhadap reaksi
investor pada perusahaan automotive and component yang terdaftar di BEI periode
2010 - 2014. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh positif terhadap reaksi investor. Dari data tersebut dapat
disimpulkan, bahwa perusahaan Automotive and Components dari tahun 2010 sampai
dengan 2014 telah mengalami peningkatan aset tetap. Hal tersebut menunjukkan
dengan adanya peningkatan aset tetap diharapkan proses produksi dan penjualan
semakin meningkatkan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut diharapkan diikuti
dengan peningkatan laba bersih pada masa datang yang nantinya dapat memberikan
tambahan modal serta akan meningkatkan harga saham perusahaan untuk menarik
calon investor. Hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Priatinah dan Kusuma (2012). Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa
hasil penelitian ini menyatakan bahwa ROI berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
19
modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak
terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005 dalam Ratnawati 2009). Adanya hutang pada
perusahaan merupakan suatu resiko tersendiri terhadap kemungkinan rugi dari dana
yang ditanamkan oleh para investor atau pemegang saham, namun hal tersebut dapat
diimbangi dengan adanya harapan untuk memperoleh tingkat keuntungan lebih tinggi
yang didapatkan di kemudian hari sebagai akibat dari permodalan perusahaan yang
ditunjang dari hutang. Diharapkan hutang yang dijadikan sebagai penunjang modal
akan berpengaruh pada keuntungan besar yang didapat perusahaan, sehingga para
investor tidak akan merasa dirugikan bahkan sebaliknya akan mendapat keuntungan
dari penanaman modalnya. Apabila semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri
semakin sedikit daripada hutangnya. Hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian
ini dilakukan oleh Martono (2009). Hal ini disebabkan investor masih menganggap
perusahaan aman apabila komposisi hutang terhadap modal sendiri pada batas wajar.
Batas wajar DER dalam hal tersebut adalah sebesar 50%. Berdasarkan penelitian
tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini menyatakan bahwa DER berpengaruh
positif dan signifikan terhadap reaksi investor.
20
Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Reaksi Investor
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji t menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara
parsial diperoleh t hitung sebesar 2,212 pada tingkat signifikansi = 0.05 (5%) dengan
probabilitas 0,034 ≤ 0,05 menunjukkan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap reaksi investor, sehingga H 4 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap reaksi
investor pada perusahaan automotive and component yang terdaftar di BEI periode
2010 - 2014. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa kebijakan
dividen memiliki pengaruh positif terhadap reaksi investor. Besarnya dividen
merupakan sinyal bagi pihak investor. Apabila dividen yang dihasilkan besar maka
merupakan sinyal baik bagi pihak investor dan mengakibatkan investor mempunyai
pengharapan yang positif terhadap perusahaan, sehingga harga saham akan
meningkat. Semakin besar dividen yang dibayarkan mengindikasikan bahwa
keuntungan perusahaan juga semakin besar sehingga akan meningkatkan harga
saham, sebaliknya dividen yang kecil merupakan sinyal buruk bagi investor dan
mengakibatkan investor mempunyai pengharapan yang negatif terhadap perusahaan,
sehingga harga saham akan menurun (Husnan 1998). Hasil penelitian ini sesuai
dengan Dividend signalling theory yang mengatakan bahwa pengumuman perubahan
pembayaran dividen memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi return
saham, karena dividen mempunyai sinyal yang akan mempengaruhi reaksi investor
yang tercermin dalam perubahan harga saham. Sehingga apabila jumlah dividen yang
dibagikan berubah maka akan memberikan sinyal perubahan aliran kas masa depan.
Hal ini mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilianto (2012),
menyatakan bahwa hanya kebijakan dividen dan leverage keuangan yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap harga saham, serta didukung pula oleh penelitian
Mastan (2009) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap reaksi pasar berdasarkan dividend signaling theory.
21
BAB IV
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23