Anda di halaman 1dari 27

DIVIDEND POLICY AND ACCOUNTING REPORTING

TO INVESTOR REACTION
Mata Kuliah Manajemen Keuangan

Disusun oleh :
Mirsya Rosida (2010111217)
Safira Aulia Hasyim (2010111218)
Rahael Magdalena (2010111223)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada kelompok kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan dan
untuk mengetahui materi mengenai Dividend Policy. Kami berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Nurmatias, M.M, CFMP selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan atas tugas yang telah diberikan yang
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami serta bimbingannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Jakarta, 4 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Pokok Bahasan (RPS)....................................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran....................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................3
A. The Basics of Payout Policy...........................................................................................3
B. The Mechanics of Payout Policy...................................................................................5
C. Relevance of Payout Policy............................................................................................6
D. Factor Affecting Dividend Policy..................................................................................9
E. Types of Dividend Policy..............................................................................................11
F. Other Forms of Dividends............................................................................................12
G. Contoh-Contoh Soal.....................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................19
BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham yang sebanding dengan
jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang
tetap, tetapi kadang-kadang pembagian dividen tambahan pada waktu yang tidak
biasanya. Dividen akan diterima oleh pemegang saham hanya jika ada usaha akan
menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan
memperhatikan menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen.
Dividen merupakan hak pemegang saham (common stock), untuk mendapatkan
bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi
keuntungan dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang
sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan
dari pembagian dividen pemegang saham.
Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang
dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha milik sebagian labanya,
untuk kepentingan pemegang saham. Dalam pembagian dividen ada istilah kebijakan
dividen.
Kebijakan dividen mengenai keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Kebijakan dividen
yang optimal pada suatu perusahaan kebijakan yang menciptakan kesimbangan
diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga
memaksimumkan harga saham. Hal inilah yang melatarbelakangi penyusunan
makalah ini, lebih lanjut penjelasan mengenai kebijakan dividen akan dibahas dalam
makalah ini secara lebih rinci dan jelas.

B. Pokok Bahasan (RPS)


A. The Basics of Payout Policy
 Elements of Payout Policy
 Trends in Earnings and Dividends
 Trends in Dividends and Share Repurchases
B. The Mechanics of Payout Policy
 Cash Dividend Payment Procedures
 Share Repurchase Procedures
 Tax Treatment of Dividends and Repurchases
C. Relevance of Payout Policy
 Residual Theory of Dividends
 The Dividend Irrelevance Theory
 Arguments for Dividend Relevance
D. Factor Affecting Dividend Policy
 Legal Constraints

1
 Contractual Constraints
 Growth Prospects
 Owner Considerations
 Market Considerations
E. Types of Dividend Policy
 Constant-Payout-Ratio Dividend Policy
 Regular Dividend Policy
 Low-Regular-and-Extra Dividend Policy
F. Other Forms of Dividends
 Stock Dividends
 Stock Split

C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui dan memahami prosedur pembayaran tunai, perlakuan pajaknya, dan
peran rencana reinvestasi dividen.
2. Mengetahui dan memahami teori dividen dan argumen utama yang berkaitan
dengan ketidakrelevanan dan relevansi dividen.
3. Mengetahui dan memahami faktor kunci yang terlibat dalam menetapkan
kebijakan dividen.
4. Mengetahui dan memahami tinjauan dan evaluasi tiga jenis dasar kebijakan
dividen.
5. Mengetahui dan memahami stock dividen dan stock split.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. The Basics of Payout Policy


Istilah Payout Policy atau kebijakan pembayaran mengacu pada keputusan
yang dibuat perusahaan tentang apakah akan mendistribusikan uang tunai kepada
pemegang saham, berapa banyak uang tunai untuk didistribusikan, dan dengan cara
apa uang itu harus didistribusikan. Investor memantau kebijakan pembayaran
perusahaan dengan hati – hati karena perubahan tak terduga dalam kebijakan tersebut
dapat memiliki efek signifikan pada harga saham perusahaan.

 Elements of Payout Policy


Dividen bukan satu – satunya cara perusahaan dapat mendistribusikan uang
tunai kepada pemegang saham. Perusahaan juga dapat melakukan pembelian
kembali saham, di mana mereka biasanya membeli kembali sebagian dari saham
biasa mereka yang beredar melalui pembelian di pasar terbuka.
Berikut ini point – point general tentang kebijakan pembayaran / payout policy:
1. Perusahaan yang berkembang pesat umumnya tidak membayar tunai kepada
pemegang saham.
2. Pertumbuhan yang melambat, arus kas yang positif, dan kondisi pajak yang
menguntungkan dapat mendorong perusahaan untuk memulai pembayaran
tunai kepada investor. Basis kepemilikan perusahaan juga dapat menjadi
faktor penting dalam keputusan untuk mendistribusikan kas.
3. Pembayaran tunai dapat dilakukan melalui dividen atau pembelian kembali
saham. Banyak perusahaan menggunakan kedua metode tersebut.
4. Ketika kondisi bisnis lemah, perusahaan lebih bersedia untuk mengurangi
pembelian kembali saham daripada memotong dividen.

 Trends in Earnings and Dividends

Gambar 2.1

3
Gambar 2.1 mengilustrasikan tren jangka panjang dan pergerakan siklus dalam
pendapatan dan dividen yang dibayarkan oleh perusahaan besar AS yang
merupakan bagian dari 500 Stock Composite Index Standard & Poor. Angka
tersebut menggambarkan pendapatan dan pembayaran dividen dari tahun 1950
hingga kuartal pertama tahun 2013. Garis atas mewakili pendapatan per saham
dari indeks S&P 500, dan garis bawah mewakili dividen per saham. Batang
vertikal menyoroti sepuluh periode di mana ekonomi AS berada dalam resesi.
Berikut ini beberapa point penting mengenai trend earnings and dividends
yang dapat dipetik dari gambar tersebut:
1. Pertama, bahwa dalam jangka panjang garis pendapatan dan dividen
cenderung bergerak bersama. Gambar 2.1 menggunakan skala logaritmik,
sehingga kemiringan setiap baris mewakili tingkat pertumbuhan pendapatan
atau dividen. Selama 60 tahun yang ditunjukkan pada gambar, kedua garis
cenderung memiliki kemiringan yang hampir sama, yang berarti bahwa
pendapatan dan dividen tumbuh pada tingkat yang hampir sama bila
mengambil perspektif jangka panjang. Hal ini masuk akal karena perusahaan
membayar dividen dari pendapatan, jadi agar dividen tumbuh dalam jangka
panjang, pendapatan juga harus tumbuh.
2. Kedua, garis pendapatan jauh lebih fluktuatif daripada garis dividen. Artinya,
garis yang merencanakan laba per saham cukup bergelombang, tetapi garis
dividen jauh lebih halus, yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak
menyesuaikan pembayaran dividen mereka setiap kali laba naik atau turun.
Sebaliknya, perusahaan cenderung menghaluskan dividen, meningkatkannya
secara perlahan ketika pendapatan tumbuh dengan cepat dan mempertahankan
pembayaran dividen, daripada memotongnya, ketika pendapatan menurun.
3. Ketiga, bahwa pengaruh resesi terhadap pendapatan dan dividen perusahaan
besar menurut standar historis. Penurunan pendapatan yang sangat besar
terjadi dari tahun 2007 hingga 2009. Penurunan ini memaksa perusahaan
untuk memotong dividen lebih drastis daripada tahun-tahun sebelumnya;
meskipun demikian, penurunan dividen sedikit dibandingkan dengan
penurunan pendapatan.

 Trends in Dividends and Share Repurchase

Gambar 2.2

4
Ketika perusahaan ingin mendistribusikan uang tunai kepada pemegang
saham, mereka dapat membayar dividen atau membeli kembali saham yang
beredar. Gambar 2.2 memplot dividen agregat dan pembelian kembali saham dari
tahun 1971 hingga 2011 untuk semua perusahaan AS yang terdaftar di bursa
saham AS (gambar tersebut menggunakan skala vertikal logaritmik).
Sementara dividen agregat naik dengan lancar dari waktu ke waktu, Gambar
2.2 menunjukkan bahwa pembelian kembali saham menunjukkan volatilitas yang
jauh lebih besar. Penurunan terbesar dalam aktivitas pembelian kembali terjadi
pada tahun 1974–1975, 1981, 1986, 1989–1991, 2000–2002, dan 2008-2010.
Semua penurunan ini sesuai dengan periode ketika ekonomi AS terperosok atau
baru saja keluar dari resesi. Selama sebagian besar periode ini, dividen terus
tumbuh sederhana. Hanya selama resesi parah, pembelian kembali saham dan
dividen jatuh.
Dari Gambar 2.1 dan 2.2, dapat ditarik tiga kesimpulan umum tentang payout
policy atau kebijakan pembayaran perusahaan, yaitu:
1. Pertama, perusahaan menunjukkan keinginan yang kuat untuk
mempertahankan pertumbuhan dividen yang moderat dan stabil yang kira-kira
konsisten dengan pertumbuhan pendapatan jangka panjang.
2. Kedua, pembelian kembali saham telah menyumbang sebagian kecil dari total
pembayaran tunai dari waktu ke waktu.
3. Ketiga, ketika pendapatan berfluktuasi, perusahaan menyesuaikan
pembayaran jangka pendek mereka terutama dengan menyesuaikan
pembelian kembali saham (bukan dividen), memotong pembelian kembali
selama resesi, dan meningkatkannya dengan cepat selama ekspansi ekonomi.

B. The Mechanics of Payout Policy


Pembagian dividen membawa dua dampak yang berbeda:
1. Bagi pemegang saham, dividen merupakan bagian dari penghasilan, sehingga
dividen yang besar akan menaikkan nilai saham yang berarti akan menaikkan nilai
perusahaan. Pemegang saham menginginkan pembagian dividen yang besar.
2. Bagi perusahaan, dividen merupakan pengeluaran kas sehingga mengurangi
retained earning sebagai sumber dana yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan.
Perusahaan menginginkan pembagian dividen yang relatif kecil.

 Cash Dividend Payment Procedures


Ketika direktur perusahaan mengumumkan dividen, mereka mengeluarkan
pernyataan yang menunjukkan jumlah dividen dan menetapkan tiga tanggal
penting, yaitu:
1. The Date of Record (Tanggal Pencatatan)
Batas waktu tercatatnya nama seorang pemegang saham yang berhak
menerima dividen yang akan dibayarkan pada tanggal yang ditentukan.
2. The Ex-Dividend Date (Tanggal Pengeluaran)

5
Batas waktu penjualan saham agar berhak menerima dividen yang akan
dibagikan (biasanya dua hari kerja sebelum record date).
Bagi yang membeli sejak dua hari sebelum record date belum berhak
menerima dividen.
3. The Payment Date (Tanggal Pembayaran)
Tanggal realisasi pembayaran dividen kepada pemegang saham yang sudah
tercatat dalam daftar penerima dividen.

 Share Repurchase Procedures


1. Open-Market Share Repurchase
Program pembelian kembali saham di mana perusahaan hanya membeli
kembali sebagian saham mereka yang beredar di pasar terbuka.
2. Tender Offer Share Repurchase
Program pembelian kembali di mana perusahaan menawarkan untuk
membeli kembali sejumlah saham, biasanya dengan harga premium relatif
terhadap nilai pasar, dan pemegang saham memutuskan apakah mereka ingin
menjual kembali saham mereka pada harga itu atau tidak.
3. Dutch Auction Share Repurchase
Sebuah metode pembelian kembali di mana perusahaan menentukan berapa
banyak saham yang ingin dibeli kembali dan kisaran harga di mana
perusahaan bersedia untuk membeli kembali saham. Investor menentukan
berapa banyak saham yang akan mereka jual pada setiap harga dalam kisaran
tersebut, dan perusahaan menentukan harga minimum yang diperlukan untuk
membeli kembali jumlah saham yang ditargetkan. Semua investor yang
melakukan tender mendapatkan harga yang sama.

 Tax Treatment of Dividends and Repurchases


Selama bertahun-tahun, dividen dan pembelian kembali saham memiliki
konsekuensi pajak yang sangat berbeda. Dividen yang diterima investor
umumnya dikenakan pajak biasa tarif pajak penghasilan. Di sisi lain, ketika
perusahaan membeli kembali saham, pajak yang dipicu oleh jenis pembayaran
pada umumnya jauh lebih rendah. Pemegang saham yang tidak berpartisipasi
tidak akan berutang pajak, namun para pemegang saham yang berpartisipasi
program pembelian kembali dan menjual saham mereka untuk mendapatkan laba
yang dibayarkan pajak hanya di tarif pajak capital gain, (dengan asumsi saham
dimiliki setidaknya satu tahun), dan bahkan pajak itu hanya berlaku untuk
keuntungan, bukan untuk seluruh nilai saham dibeli Kembali.

C. Relevance of Payout Policy


 Residual Theory of Dividends
Residual dividend policy atau kebijakan dividen residual adalah kebijakan di
mana besaran dividen ditetapkan sama dengan pendapatan aktual dikurangi jumlah
laba ditahan yang diperlukan untuk membiayai anggaran modal optimal

6
perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan mendanai pengeluaran modal dengan
pendapatan yang tersedia sebelum membayar dividen kepada pemegang saham.
Struktur modal perusahaan biasanya mencakup hutang jangka panjang dan
ekuitas, di mana pengeluaran modal dapat dibiayai dengan pinjaman (utang) atau
dengan menerbitkan lebih banyak saham (ekuitas). Keberhasilan kebijakan
dividen residual dapat dihitung dengan membagi pendapatan bersih dengan total
aset untuk menghitung pengembalian aset, yang merupakan metrik yang
membantu menganalisis keputusan manajemen.

 The Dividend Irrelevance Theory


Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM).
Teori dividen tidak relevan adalah kebijakan di mana dividen tidak
mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan. Modigliani
dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan
risiko bisnis, sedangkan bagaimana cara membagi arus pendapatan menjadi
dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. 

MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi di


bawah ini:
1. Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai kesamaan
informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pajak.
2. Para investor bersifat rasional.
3. Semua peserta pasar bersifat price-taker.
4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa datang dan para
investor mempunyai informasi yang sama.
5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi dan
investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.
6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage, maka semua
perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang sama.
8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield yang sama.

Inti dari pendapat MM adalah pengaruh pembayaran dividen terhadap


kemakmuran pemegang saham diofset sepenuhnya oleh cara-cara pembelanjaan
investasi yang dilakukan perusahaan. Misalkan perusahaan telah membuat
keputusan investasi, maka perusahaan harus memutuskan apakah menahan laba
untuk membelanjai investasi atau membayar dividen dan menjual saham baru
sejumlah dividen yang dibayarkan.
MM mengemukakan nilai per lembar saham yang didiskonto setelah
keputusan pembelanjaan dan dividen sama dengan nilai pasar saham sebelum
pembayaran dividen. Dengan kata lain, penurunan harga pasar saham karena
pembelanjaan eksternal sama dengan kenaikan harga saham karena pembayaran

7
dividen. Jadi pemegang saham dikatakan acuh tak acuh (indifferent) antara
dividen dan laba ditahan.

 Arguments for Dividend Relevance


Argumen ketidakrelevanan dividend policy mengasumsikan pasar yang perfect
dan efisien. Apabila pasar tersebut tidak efisien, berarti dividend policy akan
relevan. Argumen yang menjelaskan bahwasanya dividend policy relevan berasal
dari asumsi pasar yang tidak sempurna. Pada satu sisi, argumen itu menyebutkan
bahwasanya manajer harus membagikan dividen yang tinggi, sedangkan di sisi
lain, argumen tersebut menyebutkan kebalikannya, yaitu manajer harus
membagikan dividen yang rendah. Berikut ini adalah argumen yang mendukung
relevansi dividen:
1. Dividen Dibayar Tinggi (Bird In The Hand Theory)
Argumen ini menyebutkan bahwa pembagian dividen mengurangi
ketidakpastian, mengurangi resiko dan berikutnya akan mengurangi tingkat
pendapatan yang diisyaratkan para investor. Berikut ini adalah argumen yang
mendukung argumen pembayaran dividen yang tinggi:
a) Mengurangi Ketidakpastian
Pembayaran dividen yang tinggi dapat membantu mengurangi
ketidakpastian. Sebagian besar para investor lebih memilih keuntungan
dikarenakan dividen diperoleh saat itu juga, dividen adalah faktor yang
dapat dikendalikan oleh perusahaan sedangkan capital gain merupakan
faktor yang dikendalikan oleh pasar melalui proses penentuan harga
saham.
b) Mengurangi konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham
Pendapat yang memilih pembagian dividen yang tinggi berasal dari
landasan teori keagenan. Berdasarkan teori tersebut masalah dapat
terjadi antar pihak-pihak yang bersangkutan dengan perusahaan. Manajer
dibayar oleh investor untuk mengelola perusahaan supaya rencana para
investor (maksimisasi kemakmuran para investor) bisa dicapai, namun
manajer memiliki rencana sendiri yang tidak selamanya sejalan dengan
rencana para investor. Pembayaran dividen yang tinggi adalah hal yang
diinginkan oleh investor, karena dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya konflik antara manajer dengan pemegang saham.
c) Efek Pajak
Walaupun dividen memiliki pajak efektif yang lebih besar dibanding
capital gain, namun pada beberapa kondisi, para pemegang saham
menyukai pembagian dividen yang lebih besar dikarenakan pembayaran
pajaknya lebih kecil.

2. Dividen Dibayar Rendah


Argumen ini berpendapat sebaiknya dividen yang dibayarkan kecil. Variabel
pajak dan biaya emisi mendasari argumen dibawah ini yang dijelaskan
sebagai berikut:

8
a) Efek pajak
Pajak dari capital gain akan lebih baik apabila capital gain itu direalisir
(dalam artian saham itu dijual). Artinya pajak efektif capital gain bisa
ditunda. Akan tetapi pajak dividen dapat dibagikan ketika dividen sudah
ditangan investor. Berdasarkan argumen diatas, dividen sebaiknya
dibayar rendah, sebab dapat mengurangi pajak.
b) Biaya emisi (Flotation Costs)
Apabila manajer membagikan dividen lalu menerbitkan saham, berarti
manajer dapat membayarkan flotation cost saham. Pembayaran ekuitas
saham dari luar lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran ekuitas
dari dalam, sebab terdapat flotation cost, pembayaran transaksi, dan
pembayaran underpricing saham. Oleh sebab itu manajer sebaiknya
membagikan dividen rendah jadi tidak perlu menerbitkan saham baru.

D. Factor Affecting Dividend Policy


 Legal Constraints
Sebagian besar negara bagian melarang perusahaan membayar bagian mana
pun dari "modal resmi" perusahaan sebagai dividen tunai, yang biasanya diukur
dengan nilai nominal saham biasa. Negara bagian lain mendefinisikan modal dasar
tidak hanya nilai nominal saham biasa, tetapi juga modal disetor yang melebihi
nilai nominal. Pembatasan penurunan nilai modal ini biasanya dirancang untuk
memberikan dasar ekuitas yang cukup untuk melindungi klaim kreditur. Sebuah
contoh akan menggambarkan definisi yang berbeda dari modalitas.
Akun ekuitas pemegang saham Miller Flour Company, pengolah biji-bijian besar,
disajikan dalam tabel berikut.

Di negara bagian di mana modal dasar perusahaan didefinisikan sebagai nilai


nominal saham biasa, perusahaan dapat membayar dividen tunai sebesar $340.000
($200.000 + $140.000) tanpa merusak modal. Di negara bagian di mana modal
dasar perusahaan mencakup semua modal disetor, perusahaan hanya dapat
membayar dividen tunai sebesar $140.000.
Perusahaan terkadang memberlakukan persyaratan pendapatan yang
membatasi jumlah dividen. Dengan pembatasan ini, perusahaan tidak dapat
membayar lebih banyak dividen tunai daripada jumlah laba ditahan terakhir dan
sebelumnya. Namun, perusahaan tidak dilarang membayar lebih banyak dividen
daripada pendapatannya saat ini. Asumsikan bahwa Miller Flour Company, dari

9
contoh sebelumnya, pada tahun yang baru saja berakhir memiliki laba $30.000
yang tersedia untuk dividen saham biasa. Seperti yang ditunjukkan tabel pada
Contoh 14.4, perusahaan memiliki laba ditahan masa lalu sebesar $140.000.
Dengan demikian, secara hukum dapat membayar dividen hingga $170.000.
Jika suatu perusahaan memiliki kewajiban yang telah jatuh tempo atau secara
hukum bangkrut atau bangkrut, sebagian besar negara bagian melarang
pembayaran dividen tunai. Selain itu, Internal Revenue Service melarang
perusahaan mengumpulkan pendapatan untuk mengurangi pajak pemilik. Jika IRS
dapat menentukan bahwa suatu perusahaan telah mengakumulasikan laba berlebih
untuk memungkinkan pemilik menunda pembayaran pajak penghasilan biasa atas
dividen yang diterima, IRS dapat memungut pajak akumulasi laba berlebih atas
laba ditahan di atas $250.000 untuk sebagian besar bisnis. Selama krisis keuangan
baru-baru ini, sejumlah lembaga keuangan menerima bantuan keuangan federal.
Perusahaan-perusahaan itu harus menyetujui pembatasan pembayaran dividen
kepada pemegang saham sampai mereka membayar kembali uang yang mereka
terima dari pemerintah. Bank of America, misalnya, mengalami kenaikan dividen
berturut-turut selama lebih dari 30 tahun sebelum menerima uang talangan federal.
Sebagai bagian dari bailout, Bank of America harus memotong dividen menjadi
$0,01 per saham.

 Contractual Constraints
Seringkali, kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai dibatasi
oleh ketentuan yang membatasi dalam perjanjian pinjaman. Umumnya, kendala
ini melarang pembayaran dividen tunai sampai perusahaan mencapai tingkat
pendapatan tertentu, atau mereka dapat membatasi dividen untuk jumlah dolar
tertentu atau persentase pendapatan. Batasan dividen membantu melindungi
kreditur dari kerugian akibat kebangkrutan perusahaan.

 Growth Prospects
Persyaratan keuangan perusahaan secara langsung berkaitan dengan seberapa
besar harapannya untuk tumbuh dan aset apa yang perlu diperoleh. Ini harus
mengevaluasi profitabilitas dan risikonya untuk mengembangkan wawasan
tentang kemampuannya untuk meningkatkan modal secara eksternal. Selain itu,
perusahaan harus menentukan biaya dan kecepatan untuk memperoleh
pembiayaan. Secara umum, perusahaan besar yang matang memiliki akses yang
memadai ke modal baru, sedangkan perusahaan yang berkembang pesat mungkin
tidak memiliki dana yang cukup untuk mendukung proyek yang dapat diterima.
Perusahaan yang sedang tumbuh kemungkinan besar harus sangat bergantung
pada pendanaan internal melalui laba ditahan, sehingga kemungkinan besar hanya
akan membayar sebagian kecil dari pendapatannya sebagai dividen. Perusahaan
yang lebih mapan berada dalam posisi yang lebih baik untuk membayar sebagian
besar pendapatannya, terutama jika memiliki sumber pembiayaan yang siap pakai.

10
 Owner Considerations
Perusahaan harus merumuskan kebijakan yang memiliki efek menguntungkan
pada kekayaan sebagian besar pemilik. Salah satu pertimbangannya adalah situasi
perpajakan pemilik perusahaan. Jika sebuah perusahaan memiliki sejumlah besar
pemegang saham kaya dengan pendapatan besar, mungkin memutuskan untuk
membayar persentase yang lebih rendah dari pendapatan untuk memungkinkan
pemilik untuk menunda pajak sampai mereka menjual saham mereka. Karena
dividen tunai dikenai pajak dengan tarif pajak yang sama dengan keuntungan
modal, strategi ini menguntungkan pemilik dengan menunda pajak daripada
menurunkan tarif pajak. Namun, pemegang saham berpenghasilan rendah yang
membutuhkan pendapatan dividen lebih bersedia membayar pendapatan yang
lebih tinggi.
Pertimbangan kedua adalah peluang investasi pemilik. Perusahaan tidak boleh
menahan dana karena pengembalian investasi lebih rendah dari pengembalian
yang diperoleh pemilik dari investasi eksternal dengan risiko yang sama. Jika
pemilik memiliki peluang lebih baik untuk menang secara eksternal, perusahaan
harus membayar persentase pendapatan yang lebih tinggi. Jika peluang investasi
perusahaan setidaknya sama baiknya dengan investasi eksternal dengan risiko
yang sama, pengeluaran yang lebih rendah adalah wajar. Pertimbangan terakhir
adalah kemungkinan dilusi kepemilikan. Jika perusahaan membayar persentase
yang tinggi dari pendapatannya, ia harus meningkatkan modal saham barunya
melalui saham biasa. Hasil dari penerbitan saham baru dapat melemahkan kontrol
dan pendapatan pemilik yang ada. Dengan membayar persentase pendapatan yang
lebih rendah, perusahaan dapat meminimalkan kemungkinan dilusi ini.

 Market Considerations
Salah satu teori yang baru-baru ini diajukan untuk menjelaskan keputusan
pembayaran perusahaan disebut teori katering. Menurut teori katering, permintaan
investor untuk dividen akan berfluktuasi dari waktu ke waktu. Misalnya, selama
ledakan ekonomi yang menyertai kenaikan pasar saham, investor mungkin lebih
tertarik pada saham yang menawarkan prospek keuntungan modal yang besar.
Ketika ekonomi dalam resesi dan pasar saham jatuh, investor mungkin lebih
memilih keamanan dividen. Teori katering menunjukkan bahwa ketika investor
menunjukkan preferensi yang kuat untuk dividen, perusahaan lebih mungkin
untuk mulai membayar dividen atau meningkatkan pembayaran yang ada.
Perusahaan memenuhi preferensi investor.

E. Types of Dividend Policy


 Constant Payout Ratio Dividend Policy
Kebijakan ini didasarkan dengan persentase tertentu dari pendapatan. Dimana
rasio pembayaran dividen adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan
dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai, dihitung dengan membagi dividen
kas per saham dengan laba per saham. Masalah dengan kebijakan ini adalah jika

11
pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu, maka dividen
manjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator dari kondisi
perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap
harga saham.

 Regular Dividend Policy


Kebijakan deviden ini didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah
yang tetap dalam setiap periode. Kebijakan yang teratur seringkali digunakan
dalam memakai target rasio pembayaran dividen. Dimana target rasio pembayaran
dividen adalah kebijakan dimana perusahaan mencoba membayar dividen dalam
persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan
terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil.

 Low Regular and Extra Dividend Policy


Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur,
ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Jika pendapatannya
lebih tinggi dari biasanya pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar
dividen yang disebut dividen ekstra.

F. Other Forms of Dividends


 Stock Dividend
Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham
perusahaan menjadi bertambah. Jadi, pemberian dividen saham ini dilakukan
dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earning) menjadi modal
saham yang pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri. Namun
demikian arus kas perusahaan tidak terganggu karena perusahaan tidak perlu
mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukan jika posisi kas perusahaan atau
likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini akan memiliki lebih
banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih rendah. Proporsi kepemilikan
investor tidak mengalami perubahan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap:
1. Neraca
Pengaruh dividen saham terhadap keseimbangan adalah merubah jumlah
total saham menjadi meningkat, sehingga laba, dividen, dan harga per saham
menurun. Dengan menggunakan dividen saham, nilai nominal tetap, tetapi
pos akuntansi mengadakan pemindahan modal dari rekening laba yang
ditahan ke rekening biasa dan modal disetor (modal disetor).
2. Harga Saham
Jika dividen disertai dengan kenaikan nilai dividen tunai, saham perusahaan
akan meningkat. Sebaliknya jika dividen saham tidak disertai dengan
kenaikan dividen tunai atau dilusi laba dan dividen per saham menyebabkan
nilai saham akan menurun dengan persentase sebesar dividen saham. Jadi
Faktor fundamental yang menentukan harga adalah laba dan dividen tunai
per saham.

12
 Stock Split
Pemecahan Stock (Pemecahan Saham) yaitu memecahkan selembar saham
menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah
sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak
menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak memiliki
nilai ekonomis. Melakukan pemecahan dalam hal menambah jumlah saham
dengan cara mengurangi nilai nominalnya. Misalnya, jumlah lembar saham
400.000 lembar saham menjadi 2 x 400.000 lembar = 800.000 lembar. Harga
nominal saham menjadi Rp. 2.500 (Rp 5.000/2).
Dengan demikian struktur modal tidak berubah, dan nilai jual saham biasa,
agio, dan laba tidak mengalami perubahan. Tetapi harga nominal dan lembar
saham berubah proporsional. Tujuan dari stock split:
1. Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli/investor.
2. Diharapkan harga akan meningkat.
3. Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih besar,
misalnya sebelum memecahkan dividen Rp.2.000 per lembar. Setelah
memecahkan hanya membayar dividen Rp. 1.250 per lembar, maka investor
akan menerima dividen Rp.2.500 dengan nilai penyertaan yang sama
besarnya.

 Stock Repurchase
Sebagai alternatif mempersembahkan dividen berupa uang tunai, perusahaan
dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara
membeli kembali saham (repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu
akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali
sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bilamana
saham ini meningkat dan tidak memberi pengaruh negatif terhadap EPS, yang
akan meningkatkan harga saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan
memberikan capital gain sebagai ganti deviden kepada para pemegang sahamnya.

G. Contoh-Contoh Soal
1. Sebuah produsen pakaian menyimpan daftar pengeluaran modal yang diperlukan
di tahun-tahun mendatang. Pada bulan ini, perusahaan membutuhkan Rp
1.500.000.000 untuk upgrade mesin produksi dan membeli peralatan baru. Dan
perusahaan menghasilkan Rp 2.500.000.000 dalam pendapatan untuk bulan itu
dan menghabiskan Rp 1.500.000.000 untuk belanja modal. Penghasilan yang
tersisa sebesar Rp 1.000.000.000 dibayarkan sebagai dividen residual kepada
pemegang saham, yaitu Rp 400.000.000 lebih sedikit dari yang dibayarkan
sebelumnya yakni Rp 1.400.000.000 yakni masing-masing dalam waktu tiga
bulan terakhir.
- Jadi pembayaran dividen sekarang Rp 1.000.000.000
- Sedangkan dividen sebelumnya adalah Rp 1.400.000.000

13
2. PT Kenangan memiliki struktur modal sebagai berikut:   
Saham biasa (nominal Rp 1.000 ; 3.000.000 lembar) = Rp 3.000.000.000
Capital surplus =1.500.000.000
Laba ditahan =7.500.000.000
Modal sendiri = 12.000.000.000
Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%
Harga pasar saham Rp 4.000,-
Bagaimanakah komposisi modal sendiri setelah stock dividend?
Jawab:
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3.000.000 =
300.000 lembar.
- Stock deviden = 300.000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari
laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus.            
- Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x Rp 1.000 = Rp
300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa.
- Sisanya Rp 1.200.000.000,- – Rp 300.000.000,- = Rp 900.000.000,-
dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah.
- Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :     
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3.300.000 lembar) 3.300.000.000         
Capital surplus 2.400.000.000            
Laba ditahan 6.300.000.000   
Modal sendiri 12.000.000.000   

3. PT Kenangan menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi
modal sendiri perusahaan adalah sebagai berikut:     
Saham biasa
(nominal Rp 5.000 ; 600.000 lembar) Rp 3.000 juta       
Capital surplus Rp 1.500 juta  
Laba ditahan Rp 7.500 juta
Modal sendiri Rp12.000 juta  
Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:            
Saham biasa
(nominal Rp 2.500 ; 1.200.000 lembar) Rp 3.000 juta    
Capital surplus Rp 1.500 juta  
Laba ditahan Rp 7.500 juta   
Modal sendiri Rp12.000 juta
Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ x Rp 5.000 = Rp 2.500 per
lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split
jumlah saha, yang dicatat menjadi 2 x 100 lembar = 200 lembar, meskipun total
nilainya tidak mengalami perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga
tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari pemecahan saham.

4. PT Kenangan adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur


yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada
tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut

14
akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali
saham. Jumlah saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar
dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer keuangan saat
ini menawarkan mereka yang mau menjual kembali saham biasa kepada yang
menawarkan harga Rp 2.750,- jadiseolaholah menawarkan dividen tunai Rp 250
per lembar saham.
Berdasarkan data tersebut, carilah:
a. Laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham.
b. Laba per setelah kebijakan pembelian kembali saham.
c. Harga setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E Ratio
konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta
Payout Ratio = 50%
Outstanding share = 1,1 juta
P saham = Rp 2500 / lembar
P treasury stock = Rp 2750 / lembar
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:
EPS = Rp 550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar
Harga <- PER = 2.500/500 = 5 EPS
b. Setelah kebijakan pembelian kembali saham:
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp 550,- juta = Rp 275,- juta
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 =100 ribu lembar
EPS = Rp 550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar
c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,

5. Laba bersih PT. ABC adalah Rp 1.000.000.000,-. PT. ABC memutuskan untuk
membagikan dividen sebesar Rp 500.000.000,-kepada pemegang saham.
Jawab:
DPR = 500.000.000 / 1.000.000.000 x 100% = 50%. Jadi, Dividend Payout Ratio
(DPR) dari PT. ABC adalah 50%.

6. Apple Round Co memperoleh laba setelah pajak sebesar Rp. 14.000.000,- tahun
yang lalu dan membagikannya dalam bentuk dividen sebesar Rp. 4.200.000,-.
Laba tersebut telah tumbuh dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7% per tahun
selama 10 tahun. Pada tahun ini perusahaan memperoleh laba sebesar Rp.
18.000.000,-. Peluang investasi yang tersedia sebesar Rp. 12.000.000,-. Hitunglah
dividen untuk tahun ini di setiap kebijakan berikut ini :
a. Payout yang konstan?
b. Pertumbuhan dividen yang stabil?
c. Residual dividend policy (anggap perusahaan berharap akan
mempertahankan debt to total asset ratio 40%)?
Jawab:
a. Payout yang konstan

15
Payout ratio = Rp 4.200.000 / Rp 14.000.000 x 100% = 30%
Payout ratio = 30% (Rp 18.000.0000) = Rp 5.400.000
b. Pertumbuhan 6% sehingga dividen yang dibayarkan = (1+6%) (Rp
18.000.000) = Rp 19.080.000
c. Residual dividend policy
Investasi Rp 12.000.000
Persentase equity financing 60%
Equity financing Rp 7.200.000
Laba yang diperoleh Rp 18.000.000
Dividen yang dirugikan Rp 10.800.000

7. PT ABC memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 500.000.000,


kepada pemegang saham. Jumlah total lembar saham dari PT. ABC adalah 1 juta
lembar.
Jawab:
DPS = 500.000.000 / 1.000.000 = Rp 500,-.
Jadi, Dividend Per Share (DPS) atau dividen per lembar yang diterima oleh
pemegang saham adalah Rp 500,-

8. PT Kenangan adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur


yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada
tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut
akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali
saham. Jumlah saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar
dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer keuangan saat
ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham biasa yang
dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolah-olah menawarkan cash dividend Rp
250 per lembar saham. Berdasarkan data tersebut,
a. Laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham
b. Laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham 
c. Harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E
Ratio konstan
Jawab:
EAT = 550 juta
Payout Ratio 50% 
Outstanding share = 1,1 juta
P saham = Rp 2500 / lembar
P treasury stock = Rp 2750 / lembar
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar
Price <- PER = 2500 / 500 = 5
b. Setelah kebijakan pembelian kembali saham:
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp 550,- juta = Rp 275,- juta
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 ribu lbr

16
EPS = Rp 550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar  
c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-

9. PT Kenangan pada tahun 2000 membayar dividen sebesar Rp 15.120 juta. Laba
bersih yang diperoleh Rp 92.776.442 juta. Sampai akhir tahun tsb jumlah saham
beredar 378 juta saham. Harga penutupan saham MLND Rp 1.450. Berapakah
besarnya DPR?
Jawab:
DPR adalah perbandingan antara Dividend per Share (DPS) dengan Earning per
Share (EPS)
DPR = DPS/EPS
DPS = Total Dividen/Total Saham Beredar
EPS = EAT/Total Saham Beredar
Rata-rata DPR di BEI = 0 – 25%
DPS = Rp Rp15.120 juta/378 juta = Rp 40
EPS = Rp 92.776.442/378 juta = Rp 245
DPR = Rp40/Rp245 = 16,32%

10. PT Kenangan tahun 2011 membayar dividen interim sebanyak satu kali sebesar
Rp 110 per saham dan tidak membayar dividen final. Harga Saham BFIN pada
penutupan tahun 2011 adalah Rp 2.800 per saham. Berapakah besarnya Dividend
Yield?
Jawab:
Dividend Yield = DPS / Harga Saham
DY = Rp 110/Rp 2.800 = 0,0392
(Semakin besar dividen yield semakin menarik bagi investor)

Contoh Kasus
1. Green Garden Co dijual dengan harga Rp. 36.000,- per lembar saham setelah 2
for 1 stock split. Harga saham tersebut mencerminkan price earning (P/E) rasio
sebesar 12. Price earning ratio sebelumnya adalah 9 dan dividen per lembar Rp.
800,-. Setelah stock split, dividen per lembar menjadi Rp. 600,-.
a. Berapakah harga pasar saham sebelum stock split?
b. Berapa persen kenaikan harga saham?
c. Berapa persenkah kenaikan dividen?
Jawab:
a. Harga pasar saham sebelum stock split
P / EPS Ratio = 12
Rp 36.000 / EPS Ratio = 12
EPS = Rp 36.000 / 12
EPS = Rp 3.000
EPS setelah stock split Rp 3.000

17
2 for 1 stock split x2
EPS sebelum stock split Rp 6.000
P/E rasio sebelumnya x9
Harga saham sebelumnya split Rp 54.000

b. Kenaikan harga
Harga saham setelah stock split Rp 600
2 for 1 stock split x2
Harga saham sebelum stock split Rp 72.000
Kenaikan harga = Rp 72.000 – Rp 54.000 = 33,33%
Rp 54.000

4. Kenaikan dividen
Dividen setelah stock split Rp 600
2 for 1 stock split x2
Dividen sebelum stock split Rp 1.200
Kenaikan dividen = Rp 1.200 – Rp 800 = 50%
Rp 800

18
BAB III
PEMBAHASAN

Pengaruh Return On Investment (ROI) terhadap Reaksi Investor

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji t menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara
parsial diperoleh t hitungsebesar 2,274 pada tingkat signifikansi  = 0.05 (5%) dengan
probabilitas 0,029 < 0,05 menunjukkan bahwa ROI memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap reaksi investor, sehingga H 1 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa profitabilitas (return on investment) berpengaruh signifikan terhadap reaksi
investor pada perusahaan automotive and component yang terdaftar di BEI periode
2010 - 2014. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh positif terhadap reaksi investor. Dari data tersebut dapat
disimpulkan, bahwa perusahaan Automotive and Components dari tahun 2010 sampai
dengan 2014 telah mengalami peningkatan aset tetap. Hal tersebut menunjukkan
dengan adanya peningkatan aset tetap diharapkan proses produksi dan penjualan
semakin meningkatkan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut diharapkan diikuti
dengan peningkatan laba bersih pada masa datang yang nantinya dapat memberikan
tambahan modal serta akan meningkatkan harga saham perusahaan untuk menarik
calon investor. Hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Priatinah dan Kusuma (2012). Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa
hasil penelitian ini menyatakan bahwa ROI berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.

Pengaruh Debt Equity Ratio (DER) terhadap Reaksi Investor


Berdasarkan tabel diatas, hasil uji t menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara
parsial diperoleh t hitung sebesar 3,600 pada tingkat signifikansi  = 0.05 (5%) dengan
probabilitas 0,001 < 0,05 menunjukkan bahwa DER memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap reaksi investor, sehingga H 2 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa debt equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap reaksi investor pada
perusahaan automotive and component yang terdaftar di BEI periode 2010- 2014. Hal
ini tidak sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa debt equity ratio (DER)
memiliki pengaruh negatif terhadap reaksi investor. Dari data tersebut dapat
disimpulkan, bahwa perusahaan Automotive and Components dari tahun 2010 sampai
dengan 2014 banyak mengalami pertambahan hutang. Hal tersebut menunjukkan
DER (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan tentang struktur

19
modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak
terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005 dalam Ratnawati 2009). Adanya hutang pada
perusahaan merupakan suatu resiko tersendiri terhadap kemungkinan rugi dari dana
yang ditanamkan oleh para investor atau pemegang saham, namun hal tersebut dapat
diimbangi dengan adanya harapan untuk memperoleh tingkat keuntungan lebih tinggi
yang didapatkan di kemudian hari sebagai akibat dari permodalan perusahaan yang
ditunjang dari hutang. Diharapkan hutang yang dijadikan sebagai penunjang modal
akan berpengaruh pada keuntungan besar yang didapat perusahaan, sehingga para
investor tidak akan merasa dirugikan bahkan sebaliknya akan mendapat keuntungan
dari penanaman modalnya. Apabila semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri
semakin sedikit daripada hutangnya. Hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian
ini dilakukan oleh Martono (2009). Hal ini disebabkan investor masih menganggap
perusahaan aman apabila komposisi hutang terhadap modal sendiri pada batas wajar.
Batas wajar DER dalam hal tersebut adalah sebesar 50%. Berdasarkan penelitian
tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini menyatakan bahwa DER berpengaruh
positif dan signifikan terhadap reaksi investor.

Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Reaksi investor


Berdasarkan tabel diatas, hasil uji regresi linier berganda menunjukkan hasil uji
hipotesis secara parsial diperoleh t hitung sebesar 2,198 pada tingkat signifikansi 5%
dengan probabilitas 0,035 < 0,05 menunjukkan bahwa earning per share memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap reaksi investor, sehingga H 3 diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh signifikan terhadap reaksi
investor pada perusahaan automotive and component yang terdaftar di BEI periode
2010 - 2014. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa earning per
share memiliki pengaruh positif terhadap reaksi investor. Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa perusahaan Automotive and Components dari tahun 2010 sampai
dengan 2014 telah mengalami fluktuasi peningkatan pada rata-rata laba bersih. Hal
tersebut menunjukkan dengan adanya fluktuasi peningkatan pada rata-rata laba bersih
akan sangat membantu investor karena dengan adanya informasi earning per share
bisa menggambarkan prospek earning suatu perusahaan di masa yang akan datang
karena earning per share menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
kepada semua pemegang saham perusahaan, maka semakin besar earning per share
akan menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut. Oleh karena
itu, hal tersebut akan mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan harga
saham akan meningkat, dengan demikian earning per share berpengaruh positif
terhadap reaksi investor. Menurut Kieso, et al (2008), laba per saham seringkali
dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas oleh
pemegang saham dan investor potensial dalam mengevaluasi profitabilitas
perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian Desy Arista (2011) dan Priatinah
dan Kusuma (2012). Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa hasil
penelitian ini menyatakan bahwa EPS, berpengaruh positif terhadap return saham.

20
Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Reaksi Investor
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji t menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara
parsial diperoleh t hitung sebesar 2,212 pada tingkat signifikansi  = 0.05 (5%) dengan
probabilitas 0,034 ≤ 0,05 menunjukkan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap reaksi investor, sehingga H 4 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap reaksi
investor pada perusahaan automotive and component yang terdaftar di BEI periode
2010 - 2014. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa kebijakan
dividen memiliki pengaruh positif terhadap reaksi investor. Besarnya dividen
merupakan sinyal bagi pihak investor. Apabila dividen yang dihasilkan besar maka
merupakan sinyal baik bagi pihak investor dan mengakibatkan investor mempunyai
pengharapan yang positif terhadap perusahaan, sehingga harga saham akan
meningkat. Semakin besar dividen yang dibayarkan mengindikasikan bahwa
keuntungan perusahaan juga semakin besar sehingga akan meningkatkan harga
saham, sebaliknya dividen yang kecil merupakan sinyal buruk bagi investor dan
mengakibatkan investor mempunyai pengharapan yang negatif terhadap perusahaan,
sehingga harga saham akan menurun (Husnan 1998). Hasil penelitian ini sesuai
dengan Dividend signalling theory yang mengatakan bahwa pengumuman perubahan
pembayaran dividen memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi return
saham, karena dividen mempunyai sinyal yang akan mempengaruhi reaksi investor
yang tercermin dalam perubahan harga saham. Sehingga apabila jumlah dividen yang
dibagikan berubah maka akan memberikan sinyal perubahan aliran kas masa depan.
Hal ini mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilianto (2012),
menyatakan bahwa hanya kebijakan dividen dan leverage keuangan yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap harga saham, serta didukung pula oleh penelitian
Mastan (2009) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap reaksi pasar berdasarkan dividend signaling theory.

21
BAB IV
KESIMPULAN

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan


dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk
menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin
besar. Teori kebijakan dividen dibagi menjadi dua, yaitu dividen tidak relevan dan relevansi
dividen. Sedangkan, relevansi dividen dibagi menjadi tiga, yaitu dividen dibayar tinggi,
dividen dibayar rendah, dan teori residu dividen.
Kesimpulan dari kasus diatas yaitu:
1) Hasil uji t menunjukkan bahwa return on investment berpengaruh positif terhadap reaksi
investor. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang lebih
rendah akan menerima dampak yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki profitabilitas tinggi, jika terjadi fluktuasi jumlah laba. Oleh karena itu
perusahaan memiliki profitabilitas laba yang lebih rendah lebih cenderung melakukan
tindakan manajemen laba. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis kesatu ( H 1)
yaitu return on investment berpengaruh positif terhadap terhadap reaksi investor
diterima.
2) Hasil uji t menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap reaksi
investor. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri
semakin sedikit dengan hutangnya. Dan jika semakin kecil angka rasio ini berarti
semakin besar jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sehingga penyangga resiko
investor akan besar. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga ( H 3) yaitu
debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap reaksi investor ditolak.
3) Hasil uji t menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh positif terhadap reaksi
investor. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik nilai earning per share sangat
menentukan minat investor untuk melakukan pembelian. Laba per lembar saham dapat
memberikan informasi pada investor untuk mengetahui perkembangan kondisi
perusahaan. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga ( H 3) yaitu earning per
share berpengaruh positif terhadap reaksi investor diterima.
4) Hasil uji t menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap reaksi
investor. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya dividend payout ratio akan
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan pada para pemegang saham.
Investor akan tertarik dengan besarnya dividen yang diberikan oleh perusahaan dan
kecilnya risiko yang akan diterima oleh investor tersebut. Salah satu upaya perusahaan
untuk meyakinkan investor bahwa risiko yang ada dalam perusahaan kecil adalah dengan
melakukan perataan laba. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat ( H 4 )
yaitu kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap reaksi investor diterima.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ayuni, A. D. (2016). PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN


TERHADAP . Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi.
Gitman, L. J., & Zutter, C. J. (2015). Principles of Managerial Finance (Fourteenth Edition
ed.). Boston: Pearson Education.
Gumanti, T. A. (2013). KEBIJAKAN DIVIDEN. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Tahu, D. G. (2018). Anteseden Kebijakan Dividen dan Implikasinya Dalam Nilai
Perusahaan. Bali: CV. Noah Aletheia.

23

Anda mungkin juga menyukai