Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

DIVIDEN DAN KEBIJAKAN

DI
S
U
S
U
N

Oleh
ARMIANTO
JANNATUNAIM
M. INSAN PRATAMA
NIM.

Program Studi : Ilmu Manajemen

PROGRAM PASCASARJANA ILMU MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..........................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ..............................................................................................................1

B. Rumusan masalah ........................................................................................................2

C. Tujuan ..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Kebijakan Dividen....................................................................................3


B. Teori – teori Kebijakan Dividen.............................................................................7
C. Bentuk – bentuk Kebijakan Dividen......................................................................8
D. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Asset Pemegang Saham...................12
E. Aspek – Aspek Dalam Kebijakan Dividen...........................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................21

B. Daftar Pustaka ...........................................................................................................22


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih dan

penyertaannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini tepat pada

waktunya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen Mata Kuliah Keuangan

Perusahaan dan Daerah Ibu Dr. Naz‟aina, S.E., M.Si.Ak yang telah memberikan

kepercayaaan kepada kami untuk menyusun makalah ini dan mempresentasikannya dalam

proses kegiatan belajar mengajar di Universitas Malikussaleh yang kita cintai ini, khususnya

dikelas Magister II A. Makalah ini berisikan tentang materi dan pembahasan mata kuliah

teori ekonomi semester II tentang “PENILAIAN SAHAM”. Harapan kami semoga makalah

ini bisa menambah pengetahuan & membantu kita untuk mengerti dan memahami lebih jauh

tentang ilmu ekonomi

yang kita pelajari saat ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Semoga Allah SWT senantiasa memberkati segala usaha kita.Amin.

Lhokseumawe, 21 Mai 2022

Kelompok 7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan
jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap,
tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan
biasanya. Dividenakan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan
menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi
menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen. Dividen merupakan hak
pemegang saham (common stock), untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan dalam bentuk dividen semua pemegang
saham mendapatkan haknya yang sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham
preferen lebih diutamakan dari pembagian dividen pemegang saham biasa.
Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang
dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya,
untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham. Dalam pembagian dividen ada istilah
yaitu kebijakan dividen .
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya
guna diinvestasikan kembali didalam perushaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu
perusahaan adalah keijakan yang menciptakan kesimbangan diantara dividen saat ini dan
pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Hal inilah yang
melatar belakangi penyusunan makalah ini, lebih lanjut penjelasan mengenai Kebijakan
Dividen akan dibahas dalam makalah ini secara lebih terperinci dan jelas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang diatas, adapun
permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Bagaimana konsep kebijakan dividen ?
b. Apa saja teori – teori kebijakan dividen ?
c. Bagaimana bentuk – bentuk kebijakan dividen ?
d. Apa pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset pemegang saham?
e. Apa saja aspek dalam kebijakan dividen ?

C. Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya , maka tujuan penyusunan makalah ini , yaitu:
a. Menjelaskan konsep kebijakan dividen .
b. Mengetahui teori – teori kebijakan dividen .
c. Menjelaskan bentuk – bentuk kebijakan dividen .
d. Mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset pemegang saham .
e. Menjelaskan aspek - aspek dalam kebijakan dividen .

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kebijakan Dividen
1. Pengertian Kebijakan Dividen

Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut Agus Sartono (2008:281)


menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang” .
Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2008:265) menyatakan
bahwa :
“ Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan
tersebut harus ditanam di dalam perusahaan ”.

Pengertian kebijakan dividen menurut Christopher Maladjian & Rim El Khoury


(2014:240) menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen adalah salah satu isu yang paling kontroversial dalam keuangan
perusahaan modern”.
Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut I Made Sudana (2011:167)
menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan,
khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan.Hal ini karena besar kecilnya
dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan”.
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber
dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen
merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf saham atau (equity inventors).
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan
mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau
internal financial. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh,
maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Dari beberapa pengertian kebijakan dividen tersebut diatas dapat ditarik pengertian
secara keseluruhan bahwa kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba
atau menahannya guna diinvestasikann kembali di dalam perushaan. Kebijakan dividen yang
optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang menciptakan kesimbangan diantara
dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham
.

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


            Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain :
a. Posisi likuiditas Perusahaan
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan
dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar,
maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan, akan semakin
besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
b. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk
mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan, yaitu
perusahaan membiayai hutang itu pada saat jatuh tempo atau menggantikan dengan jenis
surat berharga yang lain. Jika keputusannya membayar hutang tesebut, maka biasanya perlu
untuk menahan laba.

c. Kemampuan untuk meminjam


Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan
pinjaman, hal ini juga merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan
untuk membayar dividen juga tinggi.Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang,
manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas
perusahaan.
d. Pembatasan dalam perjanjian hutang
Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan
tersebut membayar hutangnya.
e. Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk
membiayai ekspansi aktivanya, perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada
membayarkannya dalam bentuk deviden.
f. Stabilitas Laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan
berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung
membayarkan Devidend Payout Ratio yang tinggi, dari pada perusahaan yang labanya
berfluktuasi. Deviden yang lebih rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba
menurun pada masa yang akan datang.
g. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan
dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk
waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih
senang untuk menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang
dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari
pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend payout
rationya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga
perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana
yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya, maka keadaannya adalah
berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang
tinggi.         
h. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya
mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan
tepat.Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golonganhigh tax dan lebih suka
memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout
ratioyang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan
apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk
perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
i. Pembatasan Hukum
 Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan
perusahaan.Menurut Arthur J Keown, menyatakan bahwa batasan hukum
yaitu  Pembatasanmenurut Undang-Undang, dapat mengahalangi perusahaan dalam
membayar dividen.
j. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan
dana yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar
pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan
saham baru akan melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan.
Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan uang akan memperbesar risiko
financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan interen dalam usaha
mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividen payout ratio nya. 

B. Teori – teori Kebijakan Dividen


1. Teori Ketidakrelevanan Dividen ( Devidend Irrelevance Theory)
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh
terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Jika kebijakan dividen
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan.

Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah Modigliani-Miller (MM).


Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak
mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang saham.Lebih lanjut MM
berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dan asset perusahaan
tersebut. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara
itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan
ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi di bawah
ini:
a. Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai kesamaan informasi, tidak
ada biaya transaksi dan tidak ada pajak.
b. Para investor bersifat rasional.
c. Semua peserta pasar bersifat price-taker.
d. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa datang dan para investor
mempunyai informasi yang sama.
e. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi dan investasinya
disesuaikan dengan informasi tersebut.
f. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage, maka semua perusahaan
dianggap memiliki rasio D/S sama.
g. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang sama.
h. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield yang sama.
2. Teori Bird in the Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) yang
berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran
dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal
(capital gain) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor
menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih
menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan
dari keuntungan modal.
MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung
pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan
keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-
the-hand, yakni: mendasarkan pada pemikiran bahwa investor memandang satu burung di
tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian, perusahaan
yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang
tinggi pula.
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk
menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau
perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi
investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya,
bukan oleh kebijakan pembagian dividen.
3. Residual Devidend Policy
Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah
semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang
dibayarkan merupakan ‘sisa’ (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan
habis dibiayai.

C. Bentuk – bentuk Kebijakan Dividen


1. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend-Per-Share Policy)
Kebijakan dividen yang stabilyakni jumlah pembayaran dividen itu sama besarnya
dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan
dividen yang stabil adalah untuk memelihara kesan para investor terhadap perusahaan
tersebut, sebab apabila suatu perusahaan menerapkan kebijakan dividen yang stabil berarti
perusahaan tersebut yakin bahwa pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun,
meskipun perusahaan mengalami kerugian.
2. Kebijakan Dividen Dengan Penetapan Jumlah Dividen Minimal Plus Jumlah
Ekstra Tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap
tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen
ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
3. Kebijakan Dividend Rayout Ratio (DPR) yang Tetap (Constant Dividend Payout
Ratio Policy).
Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah laba bersih,
tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi
tergantung besarnya keuntungan bagi pemegang saham.Misalnya DPO 60% dari keuntungan.
Jika keuntungan Rp 1 miliar, maka deviden yang dibayarkan sebesar 60% x Rp 1 Milyar =
Rp 600 juta.
4. Kebijakan Dividen yang Fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel,
yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari
perusahaan yang bersangkutan.
Contoh :
PT. Indrajati selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi pemegang saham
sebagai berikut :

Tabel Laba Untuk Pemegang Saham

Tahun Laba Untuk Pemegang Saham


2001 240.000.000
2002 100.000.000
2003 300.000.000
2004 500.000.000
2005 600.000.000
2006 650.000.000
2007 700.000.000
2008 550.000.000
Perusahaan mempunyai lembar saham yang beredar sebanyak 80.000 lembar saham .
Dari data tersebut , dapat ditentukan besarnya kebijakan dividen dia atas sebagai berikut :
a. Laba per lembar saham (Earning per share)
EPS dihitung dengan rumus :
Laba bagi pemegang saham
EPS =
Jumlah lembar saham yang beredar

Tahun Perhitungan Earning per share (Rp)


2001 240.000.000 : 80.000 lbr 3.000
2002 100.000.000 : 80.000 lbr 1.250
2003 300.000.000 : 80.000 lbr 3.750
2004 500.000.000 : 80.000 lbr 6.250
2005 600.000.000 : 80.000 lbr 7.500
2006 650.000.000 : 80.000 lbr 8.125
2007 700.000.000 : 80.000 lbr 8.750
2008 550.000.000 : 80.000 lbr 6.875

b. Besarnya dividen per lembar saham bila perusahaan menetapkan kebijakan dividen
stabil sebesar Rp.1.600 per lembar kecuali bila laba per lembar saham yang diperoleh
mencapai Rp.6.000 dua periode berturut – turut , dividen akan dibayarkan menjadi Rp.2.400
per lembar .

Tahun Dividen per lembar (Rp)


2001 1.600
2002 1.600
2003 1.600
2004 1.600
2005 2.400
2006 2.400
2007 2.400
2008 2.400

c. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen payout ratio sebesar 60%

Tahun Perhitungan Dividen Per Share (Rp)


2001 3.000 x 60% 1.800
2002 1.250 x 60% 750
2003 3.750 x 60% 2.250
2004 6.250 x 60% 3.750
2005 7.500 x 60% 4.500
2006 8.125 x 60% 4.875
2007 8.750 x 60% 5.250
2008 6.875 x 60% 4.125

d. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen minimal sebesar Rp.1.600 dan
ditambah ekstra 40% bila laba per lembar saham yang dicapai lebih besar Rp.5.000
Dividen Dividen Extra Dividen Per
Tahun
minimal Perhitungan Jumlah Share
2001 1.600 - - 1.600
2002 1.600 - - 1.600
2003 1.600 - - 1.600
2004 1.600 40% x (6.250-5.000) 500 2.100
2005 1.600 40% x (7.500-5.000) 1.000 2.600
2006 1.600 40% x (8.125-5.000) 1.250 2.850
2007 1.600 40% x (8.750-5.000) 1.500 3.100
2008 1.600 40% x (6.875-5.000) 750 2.350

D. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Asset Pemegang Saham


Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai deviden
atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan). Dividen
yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing
perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen
perusahaan. Konsekuensinya, tugas manajer keuangan dituntut untuk bisa menentukan
kebijakan dividen yang optimal, yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini
dan pertumbuhan dimasa mendatang (Hairudin et al., 2020). Oleh karena itu, dalam
menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang
mempengaruhinya sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Faktor-faktor kebijakan
dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan dengan
nilai koefisien determinasi sebesar 44.02%. Berdasarkan pengujian secara parsial, hanya
terdapat faktor kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham
perusahaan, yaitu tingkat keutungan (ROA). Sedangkan tiga faktor kebijakan dividen lainnya,
yaitu posisi solvabilitas, posisi likuiditas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan (Hairudin & Desmon, 2020).

E. Aspek – Aspek Dalam Kebijakan Dividen


1. Dividen Saham (Stock Devidend)
Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan
menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini dilakukan dengan cara mengubah
sebagian laba ditahan (retained earnings) menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak
mengubah jumlah modal sendiri. Namun demikian cash flow perusahaan tidak terganggu
karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukanjika posisi
kas perusahaan atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini akan
memiliki lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih rendah. Proporsi pemilikan
investor tidak mengalami perubahan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap :
a) Neraca
Pengaruh stock dividen terhadap neraca adalah merubah jumlah total saham menjadi
meningkat , sehingga laba , dividen , dan harga per saham seluruhnya menurun . Dengan
menggunakan dividen saham , nilai nominal tetap , tettapi pos akuntansi mengadakan
pemindahan modal dari rekening laba yang ditahan ke rekening saham biasa dan modal
disetor (paid-in capital) . Pemindahan modal dari laba yang ditahan dihitung dengan rumus :
Jumlah uang yang dipindahkan dari laba ditahan = jumlah lembar saham yang beredar x
presentase dividen saham x Harga pasar saham
b) Harga Saham
Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividen tunai , nilai saham perusahaan
akan meningkat . Sebaliknya jika dividen saham tidak disertai dengan kenaikan dividen
tunai , atau dilusi laba dan dividen per saha menyebabkan nilai saham akan menurun dengan
persentase sebesar dividen saham. Jadi Faktor fundamental yang menentukan harga adalah
laba dan dividen tunai per saham .
Contoh:

PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:   

Saham biasa (nominal Rp 1000 ;3.000.000 lembar) Rp. 3.000.000.000

Capital surplus 1.500.000.000

Laba ditahan 7.500.000.000

Modal sendiri 12.000.000.000

Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%. Harga pasar saham Rp 4.000,-
Bagaimanakah komposisi modal sendiri setelah stock dividend?            

Jawab:

Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3.000.000 =
300.000lembar.

Stock deviden = 300.000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari laba ditahan


ke saham biasa dan capital surplus.            
Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x Rp.1.000 = Rp 300.000.000,
ditransfer ke modal saham biasa, sisanya Rp.1.200.000.000,- – Rp 300.000.000,- = Rp
900.000.000,- dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah.
Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :     

Saham biasa Rp. 3.300.000.000 

(nominal Rp.1.000 ; 3.300.000 lembar)        

Capital surplus 2.400.000.000            

Laba ditahan 6.300.000.000   

Modal sendiri 12.000.000.000            

Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per saham
(EPS) akan menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah
lembar saham yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi
keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga
saham sehingga tidak memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba tidak berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.    

Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba 


dan resiko       perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut     
tidak bisadimanipulasi oleh manajer keuangan.Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan
pemegang saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan stock
dividend. Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena
mereka memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.     

2. Pemecahan Stock (Stock Splits)


Pemecahan Stock (Stock Splits)yaitu pemecahan selembar saham menjadi n lembar
saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga
sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan
atau dengan kata lain stock split  tidak mempunyai nilai ekonomis. Melakukan pemecahan
dalam hal, yaitu menambah jumlah saham dengan cara melalui pengurangan nilai
nominalnya. Pada contoh di atas, jumlah lembar saham 400.000 lembar saham menjadi 2 x
400.000 lembar = 800.000 lembar. Harga nominal saham menjadi Rp. 2.500 (Rp. 5.000/2).

Dengan demikian struktur modal tidak berubah, dan nilai jual saham biasa, agio, dan
laba tidak mengalami perubahan.Tetapi harga nominal dan lembar saham berubah
proporsional.
Tujuan dari stock split:
  Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli/investor.
  Diharapkan harga akan meningkat.
  Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih besar, misalnya
sebelum dipecahkan membayar dividen Rp. 2.000 per lembar. Setelah dipecahkan hanya
membayar dividen Rp. 1.250 per lembar, maka investor akan menerima dividen Rp. 2.500
dengan nilai penyertaan yang sama besarnya.
Contoh:

PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi modal
sendiri perusahaan adalah sebagai berikut:     

Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000 juta       

Capital surplus Rp 1.500 juta  

Laba ditahan Rp 7.500 juta  

Modal sendiri Rp12.000 juta  

Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:            

Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000 juta    

Capital surplus Rp 1.500 juta  

Laba ditahan Rp 7.500 juta   


Modal sendiri Rp12.000 juta  

Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ xRp.5.000 = Rp.2.500 per lembar.
Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah saha, yang
dimilikinya menjadi 2 x 100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami
perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang
diperolehnya dari stock split.

Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:  

 Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.     


 Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.      
 Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya komposisinya saja yang
berubah.

3. Pembelian Kembali Saham (Repurchasing of Stocks)

Sebagai alternatif pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan


dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli
kembali saham perusahaan (repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu akan
dibukukan sebagai perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham,
maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bila diasumsikan pembelian kembali
saham ini tidak memberi pengaruh negative terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS
akan meningkat, yang akan, meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham
itu akan memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para pemegang sahamnya.

Keuntungan dan Kerugian Pembelian Kembali Saham

1. Keuntungan
Dari Sudut Pandang Pemegang Dari Sudut Pandang
Saham Manajemen
a. Pengumuman pembelian a. Dapat digunakan untuk
kembali sering kali dipandang sebagai akuisisi atau untuk jadi cadangan
sinyal positif oleh investor karena saham jika opsi saham digunakan ,
seringkali didorong oleh keyakinan atau obligasi konvertibel ditukar
pihak manajemen bahwa harga saham dengan saham , atau hak membeli
perusahaan terlalu rendah . saham dilaksanakan oleh pemegang
saham .

b. Para pemegang saham dapat b. Manajemen enggan


memilih apakah akan menjual atau tidak menaikkan dividen kecuali
saham yang dimilikinya . kenaikan tersebutdapat
dipertahankan dimasa mendatang.

c. Dapat menghilangkan blok c. Dapat digunakan untuk


saham yang besar yang berarti bursa merombak struktur modal .
serta menekan harga per saham.

d. Jika para pemegang saham


adalah orang yang memiliki
kelebihan kas yang banyak dan
memiliki sebagian besar saham
perseroan kemungkinan besar
mereka lebih suka untuk membeli
kembali saham daripada
membagikan dividen disebabkan
faktor pajak.

2. Kerugian

Dari Sudut Pandang Pemegang Dari Sudut Pandang


Saham Manajemen
a. Dividen tunai dianggap lebih a. Ditinjau dari segi hokum ,
dapat diandalkan disbanding mengandung sejumlah risiko
pembelian kembali saham. tertentu dalam hal pembayaran.
b. Pada umumnya perusahaan b. Kemungkinan dilakukan
melakukan pembelian kembali penyidikan jika perusahaan
sahamnya guna menghindarkan memanipulasi harga sahamnya.
kemungkinan adanya gugatan
pemegang saham.
c. Perusahaan mungkin membayar
harga yang terlalu tinggi atas saham
yang dibeli kembali sehingga
merugikan pemegang saham yang
tidak menjual sahamnya .

Contoh:

PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur


yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun
2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut akan
dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah
saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar
sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer keuangan saat ini menawarkan kepada
mereka yang mau menjual kembali saham biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi
seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar saham. Berdasarkan data tersebut,
carilah:

a. Laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham.        
b. Laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham.          
c. Harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E Ratio
konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta          
Payout Ratio = 50%      
Outstanding share = 1,1 juta  
P saham = Rp 2500 / lembar  
P treasury stock = Rp 2750 / lembar  

a. Sebelum kebijakan pembelian saham:         


EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar       
Price <- PER = 2500 / 500 = 5           
EPS
b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:         
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta
= Rp.275,- juta        
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 ribu lembar        
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar       

c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-

BAB III

KESIMPULAN

Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang
saham.

Kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti dalam
membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan).

Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh
manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini karena kebijakan dividen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap banyak pihak, baik perusahaan yang dikelola itu sendiri,
maupun pihak lain seperti pemegang saham dan kreditur.
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang
akan datang. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas
perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan,
pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas
return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang
ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan pendapat tentang relevansi deviden
(relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang stabil,
kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra
tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan
kebijakan deviden yang stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Manajemen Keuangan (Dividen). [online]. http://achtighk.blogspot.com/.

Rudi Hartono. 2011. Makalah Kebijakan Dividen. [online].


http://odytanpar.bolgspot.com/2011/07/kebijakan-dividen.html

Christopher Maladjian & Rim El Khoury (2014). “Determinants of the Dividend Policy:
An Empirical Study on theLebanese Listed Banks” International Journal of Economics and
Finance, Vol. 6, No. 4. 240

Muzakar Kohar. 2014. Kebijakan Dividen. Bandung

Bassam J., Hikmat A., & Osama Omar J. (2018). “The Determinants of Dividend Policy
for Non-financial Companies in Jordan”. International Journal of Economics and
Financial Issues. Vol 8. Issue 2. 199

Hairudin, H., Bakti, U., & Rachmadi, A. (2020). Implikasi Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening (Perusahaan Pertambangan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2016). Jurnal Manajemen Bisnis,
17(2), 150–172.

Hairudin, H., & Desmon, D. (2020). THE EFFECT OF CAPITAL STRUCTURE ON


FIRM VALUE BY USING DIVIDEND POLICY AS AN INTERVENING VARIABLE
(Study on Pharmaceutical Sub Sector Companies). DIMENSIA (Diskursus Ilmu Manajemen
STIESA), 17(1), 70–87.

Anda mungkin juga menyukai