Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

KEBIJAKAN DIVIDEN (Dividend Policy)

Dosen : Maria Kaok, SE.,MM

DISUSUN OLEH:

Elfrin Arival Pando: 202261201092


Meiliani Lestari Mangrura: 202261201086
Magdalena Awem Goi: 202261201092
Priskilia Ulima Sari Sirait: 202261201090
Leonardus Agung Ngoranubun: 202261201088
Maria Fatima Boby: 202261201064

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Kebijakan Dividen” ini tepat pada
waktunya.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam mendorong dan membantu
penulis dalam pelaksanaan penyusunan makalah, khususnya kepada:
1. Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan, Ibu Aldisa Arifudin, SE.
MM
2. Teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Musamus Merauke
3. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Untuk semua bimbingan, petunjuk dan dorongan yang telah
diberikan penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga semua
kebaikan Bapak/Ibu/ Saudara/i mendapat balasan yang berlipat ganda
dari Allah SWT.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Merauke , November 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3. Tujuan .......................................................................................... 2
1.4. Kegunaan .................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ......................................................................................... 4
2.1. Konsep Kebijakan Dividen ......................................................... 4
2.2. Teori – teori Kebijakan Dividen ................................................. 8
2.3. Bentuk – bentuk Kebijakan Dividen ........................................ 10
2.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Asset Pemegang
Saham .................................................................................................. 14
2.5. Aspek – Aspek Dalam Kebijakan Dividen ............................... 15
BAB III ..................................................................................................... 24
PENUTUP ................................................................................................ 24
A. Kesimpulan ............................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang
sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya dividen
dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang
diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan
biasanya.
Dividenakan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada
usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen
tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi
perusahaan untuk mengumumkan dividen.
Dividen merupakan hak pemegang saham (common stock),
untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika
perusahaan memutuskan membagi keuntungan dalam bentuk dividen
semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama. Namun
pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan
dari pembagian dividen pemegang saham biasa.
Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah
pendapatan yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan
usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk kepentingan
kesejahteraan pemegang saham. Dalam pembagian dividen ada
istilah yaitu kebijakan dividen.
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan
laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam
perushaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan
adalah keijakan yang menciptakan kesimbangan diantara dividen saat
ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan
harga saham.

1
Hal inilah yang melatar belakangi penyusunan makalah ini, lebih
lanjut penjelasan mengenai Kebijakan Dividen akan dibahas dalam
makalah ini secara lebih terperinci dan jelas.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di
atas, adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana konsep kebijakan dividen?
1.2.2. Apa saja teori – teori kebijakan dividen?
1.2.3. Bagaimana bentuk – bentuk kebijakan dividen?
1.2.4. Apa pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset
pemegang saham?
1.2.5. Apa saja aspek dalam kebijakan dividen?

1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan masalah
yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penyusunan
makalah ini, yaitu:
1.3.1. Menjelaskan konsep kebijakan dividen.
1.3.2. Mengetahui teori – teori kebijakan dividen.
1.3.3. Menjelaskan bentuk – bentuk kebijakan dividen.
1.3.4. Mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset
pemegang saham.
1.3.5. Menjelaskan aspek - aspek dalam kebijakan dividen.

1.4. Kegunaan
Kegunaan dari penyusunan makalah ini, adalah sebagai berikut :
1.4.1. Dari aspek keilmuan (teoritis); makalah ini diharapkan agar
menambah wawasan pengembangan ilmu, khususnya ilmu

2
pengetahuan manajemen keuangan yang berkenaan dengan
Kebijakan Dividen.
1.4.2. Dari aspek praktis; makalah ini diharapkan dapat membantu
para mahasiswa dalam memahami dan mengetahui cara
menentukan Kebijakan Dividen.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Kebijakan Dividen


2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen
Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut
Agus Sartono (2008:281) menyatakan bahwa:
“Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi dimasa datang”.
Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto
(2008:265) menyatakan bahwa:
“Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan
penentuan pembagian pendapatan (earning) antara pengguna
pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham
sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang
berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam
perusahaan”.
Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut I Made
Sudana (2011:167) menyatakan bahwa:
“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan
pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan
pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya
dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba
yang ditahan”.
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian
merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen
merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf

4
saham atau (equity inventors). Apabila perusahaan memilih
untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi
laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber
dana intern atau internal financial. Sebaliknya jika perusahaan
memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan
pembentukan dana intern akan semakin besar.
Dari beberapa pengertian kebijakan dividen tersebut
diatas dapat ditarik pengertian secara keseluruhan bahwa
kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan
laba atau menahannya guna diinvestasikann kembali di dalam
perushaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu
perusahaan adalah keijakan yang menciptakan kesimbangan
diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang
sehingga memaksimumkan harga saham.

2.1.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang
saham antara lain:
1) Posisi likuiditas Perusahaan
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya
terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan
kebutuhan dana. Deviden bagi perusahaan merupakan kas
keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas
perusahaan secara keseluruhan, akan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
2) Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai
ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain,
perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan, yaitu
perusahaan membiayai hutang itu pada saat jatuh tempo atau

5
menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain. Jika
keputusannya membayar hutang tesebut, maka biasanya
perlu untuk menahan laba.
3) Kemampuan untuk meminjam
Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi
untuk mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan
fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk
membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan
pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu
mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas
perusahaan.
4) Pembatasan dalam perjanjian hutang
Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk menjaga
kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya.
5) Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin
besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya,
perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada
membayarkannya dalam bentuk deviden.
6) Stabilitas Laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali
dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan
datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung
membayarkan Devidend Payout Ratio yang tinggi, daripada
perusahaan yang labanya berfluktuasi. Deviden yang lebih
rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba
menurun pada masa yang akan datang.
7) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan,
makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan

6
dana untuk waktu mendatang untuk membiayai
pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang
untuk menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai
dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat
batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan
perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar
kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar
bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan,
yang ini berarti makin rendah dividend payout rationya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan
sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well established,
dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang
berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya,
maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian
perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang
tinggi.
8) Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup,
manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan
oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika
hampir semua pemegang saham berada dalam golonganhigh
tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka
perusahaan dapat mempertahankan dividend payout
ratioyang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah
tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan
menahan laba untuk kesempaan investasi yang profitable.
Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar
hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang
saham dalam konteks pasar.
9) Pembatasan Hukum

7
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah
dividen yang bisa dibayarkan perusahaan. Menurut Arthur J
Keown, menyatakan bahwa batasan hukum, yaitu
Pembatasan menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi
perusahaan dalam membayar dividen.
10) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya
membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari
sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar
pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana
yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan
melemahkan control dari kelompok dominan di dalam
perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi
dengan uang akan memperbesar risiko financialnya.
Mempercayakan pada pembelanjaan interen dalam usaha
mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti
mengurangi dividen payout ratio nya.

2.2. Teori – teori Kebijakan Dividen


2.2.1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Devidend Irrelevance
Theory)
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen
tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan
maupun terhadap biaya modalnya. Jika kebijakan dividen tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak
relevan.
Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah
Modigliani-Miller (MM). Mereka berpendapat bahwa
bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak
mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang
saham. Lebih lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan

8
ditentukan oleh earning power dan asset perusahaan tersebut.
Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan
investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh
akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak
mempengaruhi nilai perusahaan.
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan
asumsi-asumsi di bawah ini:
1. Pasar modal sempurna, di mana para investor
mempunyai kesamaan informasi, tidak ada biaya
transaksi dan tidak ada pajak.
2. Para investor bersifat rasional.
3. Semua peserta pasar bersifat price-taker.
4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan
masa datang dan para investor mempunyai informasi
yang sama.
5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai
produksi dan investasinya disesuaikan dengan informasi
tersebut.
6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh
leverage, maka semua perusahaan dianggap memiliki
rasio D/S sama.
7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas
risiko yang sama.
8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki
yield yang sama.
2.2.2. Teori Bird in the Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan
John Lintner (1956) yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai
perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen
dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap
penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang dihasilkan

9
dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor
menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa
sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan
yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang
diharapkan dari keuntungan modal.
MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai
perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen, yang
menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan
keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner
sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada
pemikiran bahwa investor memandang satu burung di tangan
lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan
demikian, perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio
yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula.
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor
merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen
mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau
perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari
arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang
hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan
oleh kebijakan pembagian dividen.
2.2.3. Residual Devidend Policy
Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan
kebijakan dividen setelah semua investasi yang
menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang
dibayarkan merupakan ‘sisa’ (residual) setelah semua usulan
investasi yang menguntungkan habis dibiayai.

2.3. Bentuk – bentuk Kebijakan Dividen


2.3.1. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend-Per-Share
Policy)

10
Kebijakan dividen yang stabil yakni jumlah pembayaran
dividen itu sama besarnya dari tahun ke tahun. Salah satu
alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan
dividen yang stabil adalah untuk memelihara kesan para
investor terhadap perusahaan tersebut, sebab apabila suatu
perusahaan menerapkan kebijakan dividen yang stabil berarti
perusahaan tersebut yakin bahwa pendapatan bersihnya juga
stabil dari tahun ke tahun, meskipun perusahaan mengalami
kerugian.
2.3.2. Kebijakan Dividen Dengan Penetapan Jumlah Dividen
Minimal Plus Jumlah Ekstra Tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen
per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan
yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra
diatas jumlah minimal tersebut.
2.3.3. Kebijakan Dividend Rayout Ratio (DPR) yang Tetap
(Constant Dividend Payout Ratio Policy).
Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai
dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba
ditahan adalah tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi
tergantung besarnya keuntungan bagi pemegang saham.
Misalnya DPO 60% dari keuntungan. Jika keuntungan Rp 1
miliar, maka deviden yang dibayarkan sebesar 60% x Rp 1
Milyar = Rp 600 juta.
2.3.4. Kebijakan Dividen yang Fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen
payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun
disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari
perusahaan yang bersangkutan.
Contoh:

11
PT. Indrajati selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi
pemegang saham sebagai berikut:
Tabel Laba Untuk Pemegang Saham
Tahun Laba Untuk Pemegang Saham
2001 240.000.000
2002 100.000.000
2003 300.000.000
2004 500.000.000
2005 600.000.000
2006 650.000.000
2007 700.000.000
2008 550.000.000
Perusahaan mempunyai lembar saham yang beredar sebanyak
80.000 lembar saham. Dari data tersebut, dapat ditentukan
besarnya kebijakan dividen dia atas sebagai berikut:
a. Laba per lembar saham (Earning per share)
EPS dihitung dengan rumus:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
EPS = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Tahun Perhitungan Earning per


share (Rp)
2001 240.000.000 : 80.000 lbr 3.000
2002 100.000.000 : 80.000 lbr 1.250
2003 300.000.000 : 80.000 lbr 3.750
2004 500.000.000 : 80.000 lbr 6.250
2005 600.000.000 : 80.000 lbr 7.500
2006 650.000.000 : 80.000 lbr 8.125
2007 700.000.000 : 80.000 lbr 8.750
2008 550.000.000 : 80.000 lbr 6.875

12
b. Besarnya dividen per lembar saham bila perusahaan
menetapkan kebijakan dividen stabil sebesar Rp.1.600
per lembar kecuali bila laba per lembar saham yang
diperoleh mencapai Rp.6.000 dua periode berturut –
turut, dividen akan dibayarkan menjadi Rp.2.400 per
lembar .
Tahun Dividen per lembar (Rp)
2001 1.600
2002 1.600
2003 1.600
2004 1.600
2005 2.400
2006 2.400
2007 2.400
2008 2.400

c. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen


payout ratio sebesar 60%
Dividen Per
Tahun Perhitungan
Share (Rp)
2001 3.000 x 60% 1.800
2002 1.250 x 60% 750
2003 3.750 x 60% 2.250
2004 6.250 x 60% 3.750
2005 7.500 x 60% 4.500
2006 8.125 x 60% 4.875
2007 8.750 x 60% 5.250
2008 6.875 x 60% 4.125

13
d. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen
minimal sebesar Rp.1.600 dan ditambah ekstra 40% bila
laba per lembar saham yang dicapai lebih besar
Rp.5.000
Dividen Extra Divide
Dividen
Tahun n Per
minimal Perhitungan Jumlah
Share
2001 1.600 - - 1.600
2002 1.600 - - 1.600
2003 1.600 - - 1.600
40% x (6.250-
2004 1.600 500 2.100
5.000)

2005 40% x (7.500- 1.000 2.600


1.600
5.000)
2006 40% x (8.125- 1.250 2.850
1.600
5.000)
2007 40% x (8.750- 1.500 3.100
1.600
5.000)
2008 40% x (6.875- 750 2.350
1.600
5.000)

2.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Asset Pemegang


Saham
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan
laba sebagai deviden atau menahannya guna diinvestasikan kembali
di dalam perusahaan (laba ditahan). Dividen yang dibayarkan kepada
para pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing
perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius
dari manajemen perusahaan. Konsekuensinya, tugas manajer
keuangan dituntut untuk bisa menentukan kebijakan dividen yang
optimal, yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini
dan pertumbuhan dimasa mendatang (Hairudin et al., 2020). Oleh

14
karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga
dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

2.5. Aspek – Aspek Dalam Kebijakan Dividen


2.5.1. Dividen Saham (Stock Devidend)
Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan
perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk
saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi
bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini dilakukan dengan
cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earnings)
menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak mengubah
jumlah modal sendiri. Namun demikian cash flow perusahaan
tidak terganggu karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan
uang tunai. Peristiwa ini dilakukanjika posisi kas perusahaan
atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini
akan memiliki lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham
lebih rendah. Proporsi pemilikan investor tidak mengalami
perubahan.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap:
a) Neraca
Pengaruh stock dividen terhadap neraca adalah
merubah jumlah total saham menjadi meningkat, sehingga
laba, dividen, dan harga per saham seluruhnya menurun.
Dengan menggunakan dividen saham, nilai nominal tetap,
tetapi pos akuntansi mengadakan pemindahan modal dari
rekening laba yang ditahan ke rekening saham biasa dan
modal disetor (paid-in capital). Pemindahan modal dari laba
yang ditahan dihitung dengan rumus:

15
Jumlah uang yang dipindahkan dari laba ditahan = jumlah
lembar saham yang beredar x presentase dividen saham x
Harga pasar saham
b) Harga Saham
Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividen
tunai, nilai saham perusahaan akan meningkat. Sebaliknya
jika dividen saham tidak disertai dengan kenaikan dividen
tunai, atau dilusi laba dan dividen per saha menyebabkan nilai
saham akan menurun dengan persentase sebesar dividen
saham. Jadi Faktor fundamental yang menentukan harga
adalah laba dan dividen tunai per saham.
Contoh:
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 1000 ;3.000.000 lembar) Rp.
3.000.000.000
Capital surplus
1.500.000.00
0
Laba ditahan
7.500.000.00
0
Modal Sendiri
12.000.000.00
0

Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%.


Harga pasar saham Rp 4.000, - Bagaimanakah komposisi
modal sendiri setelah stock dividend?
Jawab:
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak
10% x 3.000.000 = 300.000lembar.

16
Stock deviden = 300.000 x Rp 4.000, - = Rp 1.200.000.000,-
ditransfer dari laba ditahan ke saham biasa dan capital
surplus.
Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x
Rp.1.000 = Rp 300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa,
sisanya Rp.1.200.000.000,- – Rp 300.000.000,- = Rp
900.000.000,- dimasukkan dalam capital surplus, sehingga
total modal sendiri tidak berubah. Setelah stock dividend maka
komposisi modal sendiri PT Abadi:
Saham biasa Rp.
3.300.000.000
(nominalRp.1.000; 3.300.000 lembar)
Capital surplus 2.400.000.000
Laba ditahan 6.300.000.000
Modal sendiri 12.000.000.000

Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar,


sehingga laba per saham (EPS) akan menurun secara
proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah
lembar saham yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang
berkurang, sehingga proporsi keuntungan totalnya tetap tidak
berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga
saham sehingga tidak memberikan manfaat ekonomis, kalau
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba tidak
berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.
Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh
kemampuan memperoleh laba dan resiko perusahaan (yang
tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut tidak
bisa dimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan
tidak bisa menyebabkan pemegang saham menjadi lebih kaya
hanya karena memutuskan untuk membagikan stock dividend.

17
Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock
dividend, karena mereka memerlukan dana tersebut, dan tidak
ingin mengecewakan pemegang saham.
2.5.2. Pemecahan Stock (Stock Splits)
Pemecahan Stock (Stock Splits) yaitu pemecahan selembar
saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru
setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya.
Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai
dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak
mempunyai nilai ekonomis. Melakukan pemecahan dalam hal,
yaitu menambah jumlah saham dengan cara melalui pengurangan
nilai nominalnya. Pada contoh di atas, jumlah lembar saham
400.000 lembar saham menjadi 2 x 400.000 lembar = 800.000
lembar. Harga nominal saham menjadi Rp. 2.500 (Rp. 5.000/2).
Dengan demikian struktur modal tidak berubah, dan nilai jual
saham biasa, agio, dan laba tidak mengalami perubahan. Tetapi
harga nominal dan lembar saham berubah proporsional. Tujuan
dari stock split:
a. Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli/investor.
b. Diharapkan harga akan meningkat.
c. Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih
besar, misalnya sebelum dipecahkan membayar dividen Rp.
2.000 per lembar. Setelah dipecahkan hanya membayar
dividen Rp. 1.250 per lembar, maka investor akan menerima
dividen Rp. 2.500 dengan nilai penyertaan yang sama
besarnya.
Contoh:
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua
saham. Komposisi modal sendiri perusahaan adalah sebagai
berikut:

18
Saham biasa (nominal Rp 5.000; 600.000 lembar)Rp
3.000.000
Capital surplus Rp 1.500.000

Laba ditahan Rp
7.500.000
Modal sendiri Rp 12.000.000
Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:
Saham biasa (nominal Rp 2.500 ; 1.200.000 lembar) Rp
3.000.000
Capital surplus Rp 1.500.000
Laba ditahan Rp 7.500.000
Modal sendiri Rp 12.000.000
Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½
xRp.5.000 = Rp.2.500 per lembar. Investor yang semula
memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah saha,
yang dimilikinya menjadi 2 x 100 lembar = 200 lembar,
meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan. Kekayaan
investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan
ekonomis yang diperolehnya dari stock split.
Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split,
yaitu:

➢ Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.


➢ Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar
meningkat.
➢ Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya
komposisinya saja yang berubah.
2.5.3. Pembelian Kembali Saham (Repurchasing of Stocks)
Sebagai alternatif pemberian deviden berupa uang tunai,
perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada
pemegang saham dengan cara membeli kembali saham

19
perusahaan (repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu
akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury Stock. Dengan
dibelinya kembali sebagian saham, maka jumlah saham yang
beredar akan berkurang, bila diasumsikan pembelian kembali
saham ini tidak memberi pengaruh negative terhadap keuntungan
perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang akan,
meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham
itu akan memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada
para pemegang sahamnya.
Keuntungan dan Kerugian Pembelian Kembali Saham
1. Keuntungan
Dari Sudut Pandang Dari Sudut Pandang
Pemegang Saham Manajemen
a. Pengumuman pembelian a. Dapat digunakan untuk
kembali sering kali akuisisi atau untuk jadi
dipandang sebagai sinyal cadangan saham jika
positif oleh investor opsi saham digunakan,
karena seringkali atau obligasi konvertibel
didorong oleh keyakinan ditukar dengan saham ,
pihak manajemen bahwa atau hak membeli saham
harga saham dilaksanakan oleh
perusahaan terlalu pemegang saham .
rendah.
b. Para pemegang saham b. Manajemen enggan
dapat memilih apakah menaikkan dividen
akan menjual atau tidak kecuali kenaikan
saham yang dimilikinya. tersebutdapat
dipertahankan dimasa
mendatang.

20
c. Dapat menghilangkan c. Dapat digunakan untuk
blok saham yang besar merombak struktur
yang berarti bursa serta modal.
menekan harga per
saham.
d. Jika para pemegang
saham adalah orang
yang memiliki kelebihan
kas yang banyak dan
memiliki sebagian besar
saham perseroan
kemungkinan besar
mereka lebih suka untuk
membeli kembali saham
daripada membagikan
dividen disebabkan faktor
pajak.

2. Kerugian
Dari Sudut Pandang Dari Sudut Pandang
Pemegang Saham Manajemen
a. Dividen tunai dianggap a. Ditinjau dari segi hokum,
lebih dapat diandalkan mengandung sejumlah
disbanding pembelian risiko tertentu dalam hal
kembali saham. pembayaran.
b. Pada umumnya b. Kemungkinan dilakukan
perusahaan melakukan penyidikan jika
pembelian kembali perusahaan memanipulasi
sahamnya guna harga sahamnya.
menghindarkan

21
kemungkinan adanya
gugatan pemegang
saham.
c. Perusahaan mungkin
membayar harga yang
terlalu tinggi atas saham
yang dibeli kembali
sehingga merugikan
pemegang saham yang
tidak menjual sahamnya.

Contoh:
PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang
industry manufaktur yang memproduksi produk-produk
perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun
2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari
jumlah tersebut akan dibagikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah
saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000
lembar dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar
saham. Manajer keuangan saat ini menawarkan kepada
mereka yang mau menjual kembali saham biasa yang
dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolaholah menawarkan
cash dividend Rp 250 per lembar saham. Berdasarkan data
tersebut, carilah:
a. Laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan
pembelian kembali saham.
b. Laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali
saham.
c. Harga saham setelah kebijakan pembelian kembali
saham dengan asumsi P/E Ratio konstan.

22
Jawab:
EAT = 550 juta
Payout Ratio = 50%
Outstanding share = 1,1 juta
P saham = Rp 2500 / lembar
P treasury stock = Rp 2750 / lembar
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar
Price <- PER = 2500 / 500 = 5 EPS
b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta
= Rp.275,- juta
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750
= 100 ribu lembar
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar
c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan
kepada pemegang saham. Kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian
pendapatan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen
(dibagikan/ditahan). Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan oleh manajemen dalam mengelola
perusahaan. Hal ini karena kebijakan dividen memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap banyak pihak, baik perusahaan yang dikelola itu
sendiri, maupun pihak lain seperti pemegang saham dan kreditur.
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan
dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan
deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada
akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden
atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi
dimasa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden
yaitu posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar
hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap
perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas return,
dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu
pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan
Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory). Macam-macam
kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden
dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra
tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang
konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hairudin, H., Bakti, U., & Rachmadi, A. (2020). Implikasi Profitabilitas


Terhadap Nilai Perusahaan dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel
Intervening (Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2016). Jurnal Manajemen Bisnis, 17(2), 150–
172.
Hairudin, H., & Desmon, D. (2020). THE EFFECT OF CAPITAL
STRUCTURE ON FIRM VALUE BY USING DIVIDEND POLICY AS
AN INTERVENING VARIABLE (Study on Pharmaceutical Sub Sector
Companies). DIMENSIA (Diskursus Ilmu Manajemen STIESA), 17(1),
70–87.
Sofyaningsih, Sri dan Hardiningsih, Pancawati.“STRUKTUR
KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN UTANGDAN
NILAI PERUSAHAAN (OWNERSHIPSTRUCTURE,
DIVIDENDPOLICYAND DEBT POLICY AND FIRM VALUE )”.

25

Anda mungkin juga menyukai