Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

DIVIDEND POLICY

Disusun Oleh :
1. Arin Mutiara Mulia Saputri (C1B022019)
2. Wildan Khoeruddin Arrahman (C1B022020)
3. Andini Restianingrum (C1B022021)
4. Filiana (C1B022023)
5. Dwi Amrotun (C1B022126)
6. Abiyuzaki Arrokhman (C1B022028)
7. Sefrinda Arta Pramulia (C1B022129)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Dividend Policy ”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca terkait
materi tentang Dividend Policy.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Najmudin,
S.E.,M.Si. selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan. Semoga tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 15 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Dividen Kas dan Pembayaran Dividen........................................................................3
2.2 Apakah Kebijakan Dividen Berpengaruh ?.................................................................6
2.3 Beberapa Faktor di Dunia Nyata yang Mendukung Pengeluaran Dividen yang
Rendah.........................................................................................................................8
2.4 Faktor-faktor Dunia Nyata yang Mendukung Pembayaran Dividen Tinggi.............12
2.5 Resolusi dari Faktor-faktor Dunia Nyata..................................................................15
2.6 Menetapkan Kebijakan Dividen................................................................................18
2.7 Pembelian Kembali Saham: Alternatif dari Dividen Kas..........................................21
2.8 Dividen Saham dan Pemisahan Saham.....................................................................23
BAB III PENUTUP................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebijakan dividen adalah keputusan perusahaan mengenai seberapa banyak laba yang
akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai atau dividen saham.
Kebijakan dividen yang tepat dapat mempengaruhi harga saham perusahaan dan
kepercayaan investor terhadap perusahaan. Namun, kebijakan dividen yang tidak tepat
dapat mengakibatkan penurunan harga saham dan kepercayaan investor terhadap
perusahaan. Selain itu, kebijakan dividen juga mempengaruhi likuiditas perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk melakukan investasi di masa depan.
Para pemegang saham cenderung mencari perusahaan yang dapat memberikan dividen
secara teratur sebagai indikasi keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika
perusahaan mampu membagikan dividen secara konsisten, hal tersebut akan dapat
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa perusahaan memiliki stabilitas
keuangan yang baik. Kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan. Saat
perusahaan mengumumkan dividen, maka akan meningkatkan minat para investor dan
menyebabkan kenaikan harga saham. Di sisi lain, jika perusahaan memotong dividen atau
mengurangi jumlah dividen yang dibagikan, maka dapat mengecewakan para pemegang
saham dan menyebabkan penurunan harga saham. Oleh karena itu, perusahaan harus
mempertimbangkan dengan hati-hati kebijakan dividen agar tidak mengganggu persepsi
pasar terhadap nilai perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah dari makalah yang berjudul "Dividend Policy" adalah sebagai
berikut:
1. Apa itu dividen kas dan pembayaran dividen ?
2. Apakah kebijakan dividen berpengaruh ?
3. Apa saja faktor di dunia nyata yang mendukung pengeluaran dividen yang rendah ?
4. Apa saja faktor-faktor dunia nyata yang mendukung pembayaran dividen tinggi ?
5. Bagaimana resolusi dari faktor-faktor dunia nyata ?
6. Bagaimana cara menetapkan kebijakan dividen ?
7. Apa itu pembelian kembali saham ?
8. Apa itu dividen saham dan pemisahan saham ?

1
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Menjelaskan dividen kas dan pembayaran dividen
2. Menjelasakan pengaruh kebijakan dividen
3. Menjelaskan faktor di dunia nyata yang mendukung pengeluaran dividen yang rendah
4. Menjelaskan faktor-faktor dunia nyata yang mendukung pembayaran dividen tinggi
5. Menjelaskan resolusi dari faktor-faktor dunia nyata
6. Menjelaskan cara menetapkan kebijakan dividen
7. Menjelaskan pembelian kembali saham
8. Menjelaskan dividen saham dan pemisahan saham

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Dividen Kas dan Pembayaran Dividen


2.1.1 Dividen Kas
Dividen kas adalah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dalam bentuk kas
kepada pemegang saham. Jadi Dividen jenis ini dibayarkan kepada pemilik atau
pemegang saham dalam bentuk uang secara tunai.
a. Dividen kas reguler : Pembayaran tunai dilakukan langsung ke pemegang saham,
biasanya setiap kuartal.
b. Dividen ekstra : Indikasi bahwa jumlah "ekstra" tidak dapat diulangi di masa
mendatang.
c. Dividen khusus : Mirip dengan dividen ekstra, tetapi pasti tidak akan terulang.
d. Dividen likuidasi : Sebagian atau seluruh bisnis telah dijual.
Jenis dividen yang paling umum adalah dividen kas. Biasanya, perusahaan publik
memberikan dividen kas reguler empat kali dalam setahun. Seperti namanya, ini
adalah pembayaran kas yang dilakukan langsung kepada pemegang saham, dan
dibuat sebagai kegiatan reguler dalam aktivitas bisnis. Dengan kata lain, manajemen
melihat dividen ini sebagai hal yang biasa, dan tidak melihat alasan mengapa
pembayaran dividen ini tidak harus dilanjutkan.
Terkadang perusahaan akan membayar dividen kas reguler dan dividen kas
ekstra. Dengan menyebut sebagian pembayaran tersebut dengan kata "ekstra", pihak
manajemen memberitahukan kepada para pemegang saham, bahwa bagian yang
"ekstra tersebut akan atau mungkin juga tidak akan dilanjutkan di masa yang akan
datang. Dividen khusus juga sama, nama ini juga mengindikasikan bahwa dividen ini
dipandang sebagai kejadian yang sangat tidak biasa atau hanya kejadian satu waktu
dan tidak akan diulang. Hal yang terakhir, yakni pembagian dividen likuidasi yang
biasanya berarti bahwa beberapa atau semua bagian perusahaan telah dilikuidasi
yakni dijual.
Namun telah terbentuk pemikiran bahwa, pembayaran dividen kas akan
mengurangi kas dan laba ditahan perusahaan, kecuali dalam hal dividen likuidasi
(dividen jenis ini akan mengurangi modal yang telah masuk).

2.1.2 Metode Standar dari Pembayaran Dividen Kas


Keputusan untuk membayar dividen berada di tangan dewan direksi dan
korporasi. Ketika dividen telah diumumkan, hal tersebut menjadi utang dan
3
perusahaan dan tidak dapat dibatalkan dengan mudah. Beberapa waktu setelah
dividen diumumkan, dividen didistribusikan pada semua pemegang saham dimulai
pada beberapa tanggal tertentu.
Biasanya, jumlah dividen kas dapat berupa dolar per saham (dividen per salam).
Seperti yang telah kita lihat di bab-bab yang lain, dividen kas dapat juga berupa
persentase dari harga pasar (keuntungan dari dividen) atau sebagai persentase dari
pendapatan bersih atau pendapatan/laba per saham (pembayaran dividen).

2.1.3 Pembayaran Dividen : Sebuah Kronologi

Mekanisme dari pembayaran dividen kas:


a. Tanggal deklarasi: Pada tanggal 15 Januari, dewan direksi memberikan suatu
resolusi untuk membayar dividen sebanyak $1 per saham pada tanggal 16 Februari
pada semua pemegang saham yang tercatat per tanggal 30 Januari.
b. Tanggal eks-dividen: Untuk memastikan bahwa cek dividen diberikan kepada orang
yang benar, perusahaan pialang dan pasar saham menetapkan tanggal eks-dividen.
Tanggal ini berupa dua hari kerja sebelum tanggal pencatatan (akan didiskusikan
selanjutnya). Jika dibeli saham sebelum tanggal ini, dipastikan akan mendapatkan
dividen. Jika membeli saham pada tanggal ini atau setelahnya, maka pemilik saham
sebelumnya yang yang akan mendapatkan dividen. Pada figur 18.1, Rabu, 28
Januari, adalah tanggal eks-dividen. Sebelum tanggal ini, saham dikatakan
diperdagangkan "dengan dividen" atau "cum dividen." Jika setelahnya, saham
dikatakan diperdagangkan "eks-dividen." Perjanjian tanggal eks-dividen
menghilangkan ambiguitas mengenai siapa yang akan mendapatkan dividen. Oleh
karena dividen memiliki nilai, harga saham akan terpengaruh ketika saham menjadi
"eks."
c. Tanggal pencatatan: Berdasarkan catatan perusahaan, perusahaan mempersiapkan
4
daftar pada tanggal 30 Januari dari semua individu yang dipercaya sebagai
pemegang saham. Mereka ini merupakan pemegang saham berdasarkan pencatatan
(holders of record), dan 30 Januari adalah tanggal pencatatan. Kata dipercaya adalah
hal yang penting di sini. Jika Anda membeli saham sesaat sebelum tanggal
pencatatan ini, transaksi ini mungkin tidak akan tercatat di perusahaan karena
masalah surat-menyurat atau masalah yang lain. Tanpa beberapa modifikasi,
beberapa cek dividen akan diberikan kepada orang yang salah. Ini merupakan alasan
diadakannya perjanjian tanggal eks- dividen.
d. Tanggal pembayaran: Cek dividen dikirimkan pada tanggal 16 Februari.

2.1.4 Pembahasan Lebih Lanjut Mengenai Tanggal Eks-dividen

Tanggal eks-dividen adalah pembahasan penting dan merupakan sumber utama


kebingungan. Kita akan melihat apa yang terjadi pada harga saham ketika saham
menjadi eks, yang berarti bahwa tanggal eks-dividen telah tiba. Untuk $10 per saham.
Dewan direktur mengumumkan dividen sebesar $1 per saham, mengilustrasikannya,
misalkan kita memiliki satu saham yang dapat dijual dan tanggal pencatatan dibuat
pada hari Selasa, tanggal 12 Juni. Berdasarkan materi sebelumnya, telah dipelajari
bahwa tanggal eks adalah dua hari kerja sebelum tanggal pencatatan yakni pada
Jumat, tanggal 8 Juni. Jika dibeli saham pada hari Kamis, tanggal 7 Juni tepat pada
saat pasar ditutup, maka akan mendapatkan dividen $1 karena saham diperdagangkan
cum dividen (disertai dividen). Jika menunggu dan membelinya saat pasar dibuka
pada hari Jumat, maka tidak akan mendapatkan dividen sebesar $1. Apa yang terjadi
dengan nilai saham dalam semalam?. Nilai saham akan berkurang sebanyak $1 pada
Jumat pagi, sehingga harganya pun akan berkurang kira-kira sejumlah $1 antara

5
penutupan pada hari Kamis dan pada pembukaan pasar pada hari Jumat. Secara
umum, kita mengharapkan bahwa nilai dari saham akan turun, mendekati sejumlah
nilai dividen ketika saham menjadi eks dividen. Kata kuncinya adalah mendekati.
Oleh karena dividen adalah pendapatan yang terkena pajak, maka harga saham aktual
akan terus mendekati nilai dividen setelah terkena pajak. Proses menentukan nilai ini
sulit karena perbedaan tingkat pajak dan peraturan pajak yang diaplikasikan bagi
pembeli yang berbeda.

2.2 Apakah Kebijakan Dividen Berpengaruh ?


Untuk memutuskan apakah kebijakan dividen berpengaruh atau tidak, pertama kali kita
harus mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen Jika semua hal sama,
tentu saja dividen berpengaruh. Dividen dibayarkan dalam bentuk uang, dan uang adalah
sesuatu yang disukai semua orang. Pertanyaan yang akan kita bahas di sini adalah apakah
perusahaan seharusnya membayar kas sekarang atau menginvestasikan kas tersebut dan
membayarkannya & kemudian hari. Untuk itu, kebijakan dividen adalah pola waktu dari
pembayaran dividen
2.2.1 Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Kebijakan Dividen
kebijakan dividen dapat memiliki pengaruh yang signifikan dalam berbagai
aspek perusahaan dan pemegang sahamnya. Namun, untuk menentukan apakah
kebijakan dividen berpengaruh atau tidak, perlu dilakukan analisis terhadap faktor-
faktor yang terlibat. Berikut adalah beberapa pertimbangan yang dapat membantu
dalam mengevaluasi pengaruh kebijakan dividen:
1. Tujuan perusahaan: Kebijakan dividen harus sesuai dengan tujuan jangka panjang
perusahaan. Apakah tujuan utama perusahaan adalah pertumbuhan, ekspansi, atau
memaksimalkan nilai pemegang saham? Kebijakan dividen yang dipilih harus
sejalan dengan tujuan tersebut.
2. Kondisi keuangan perusahaan: Perusahaan perlu mengevaluasi kondisi keuangan
mereka untuk memutuskan apakah mereka mampu membayar dividen secara
konsisten. Ketersediaan arus kas, tingkat utang, kebutuhan modal untuk investasi,
dan kinerja keuangan secara keseluruhan harus dipertimbangkan.
3. Regulasi dan kebijakan pajak: Perusahaan juga perlu mempertimbangkan regulasi
dan kebijakan pajak yang berlaku. Beberapa negara menerapkan pajak atas
dividen, yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang dipilih oleh
perusahaan.

6
4. Peluang investasi: Perusahaan perlu menilai peluang investasi yang ada. Jika
terdapat proyek-proyek yang menjanjikan dengan tingkat pengembalian yang
tinggi, maka mempertahankan laba untuk reinvestasi mungkin lebih
menguntungkan daripada membayar dividen.
5. Preferensi pemegang saham: Perusahaan harus memahami preferensi pemegang
saham mereka. Beberapa pemegang saham mungkin mengharapkan dividen yang
stabil dan konsisten, sementara yang lain mungkin lebih tertarik pada pertumbuhan
nilai saham. Memahami preferensi pemegang saham dapat membantu perusahaan
membuat keputusan yang sesuai.
2.2.2 Sebuah Ilustrasi Mengenai Tidak Relevannya Dari Kebijakan Dividen
Sebuah argamentasi yang kuat dapat dibuat mengenai mengapa kebijakan divides
tidak berpengaruh. Kami mengilustrasikan hal ini dengan mempertimbangka kasus
sederhana dari Wharton Corporation. Wharton adalah perusahaan publik yang telah
berdiri selama 10 tahun. Manajer keuangan saat ini memiliki rencana untuk
menghentikan kegiatan usaha dalam waktu dua tahun. Total arus kas yang akan
dihasilkan oleh perusahaan termasuk pendapatan dari likuidasi, adalah $10.000 tiap
tahun selama dua tahun.
Kebijakan Saat Ini: Dividen Disamakan dengan Arus Kas Pada saat ini, dividen
pada setiap tanggal (Tanggal 1 dan 2) dibuat sama dengan arus kas sebesar $10.000.
Terdapat 100 saham beredar, sehingga dividen per saham adalah sebesar $100. Nilai
dari saham adalah sama dengan nilai saat ini dari dividen yang akan datang. Dengan
berasumsi bahwa terdapat tingkat pengembalian sebesar 10 persen, nilai dai saham
saat P, adalah:

P₀ =
D1 + D2
(1+R)²   (1+R)²

$100 + 100
1.10   1.10² =

= 90.91 + 82.64

= 173.55

Jadi Perusahaan secara keseluruhan bernilai 100 $10.000 x $173.55 =$1.735.500


Beberapa anggota dari dewan direksi Wharton telah menunjukkan ketidakpuasan

7
dengan kebijakan dividen saat ini dan telah meminta Anda untuk menganalisis
kebijakan alternatif.
Kebijakan Alternatif: Dividen di Awal Lebih Besar Dibandingkan dengan Aras
Kas Kebijakan lain yang memungkinkan bagi perusahaan adalah dengan membayar
dividen sebanyak $110 per saham pada hari pertama (Tanggal 1). yam, tentu saja
dengan total dividen sebesar $11.000. Oleh karena arus kas hama $10.000,
tambahan $1.000 harus ditambahkan. Salah satu caranya adalah dengan
menerbitkan obligasi atau saham senilai $1.000 pada Tanggal 1. Asumsikan bahwa
saham telah diterbitkan. Pemegang saham yang baru akan menginginkan cukup arus
kas pada Tanggal 2 sehingga mereka mendapatkan pengembalian yang diinginkan
sebesar 10 persen dari investasi mereka pada Tanggal 1.
Berapa nilai dari perusahaan dengan kebijakan dividen yang baru ini? Pemegang
saham yang baru menginvestasikan $1.000. Mereka mengharapkan pengembalian
sebesar 10 persen, sehingga mereka akan meminta $1.000 x 1,10 $1.100 pada arus
kas Tanggal 2, sehingga hanya tersisa $8.900 bagi pemegang saham bagi pemegang
saham lama akan seperti berikut:

Tanggal 1 Tanggal 2

Agregat Dividen bagi pemegang $11.000 $8.900


saham lama

Dividen Per saham 110 89

Nilai saat ini dari dividen per saham untuk itu sebesar :
P₀ + $110/1.10+ 89/1.10²=$173.55
Ini adalah nilai sama yang kita miliki sebelumnya.
Nilai dari saham tidak akan terpengaruh oleh perubahan dalam kebijakan dividen
walaupun kita harus menjual saham baru hanya untuk membiayai dividen baru.
Kenyataannya, apa pun pola pembayaran dividen yang dipilih perusahaan, dalam
contoh ini nilai dari saham akan selalu sama. Dengan kata lain, bagi Wharton
Corporation, kebijakan dividen tidak berpengaruh. Alasannya sederhana: Setiap
peningkatan dalam dividen pada suatu waktu, akan mengalami penurunan dengan
jumlah yang sama pada waktu yang lain; sehingga pada saat kita menghitung nilai

8
waktu dari uang hasilnya adalah nol.

2.3 Beberapa Faktor di Dunia Nyata yang Mendukung Pengeluaran Dividen yang Rendah
2.3.1 Pajak
Hukum pajak Amerika Serikat bersifat kompleks, dan hukum ini mempengaruhi
kebijakan dividen dengan berbagai cara. Elemen pajak yang utama berhubungan
dengan pajak dari pendapatan dividen (dividend Income) dan pendapatan modal
(capital gains). Bagi pemegang saham individual, tingkat pajak efektif Untuk
pendapatan dividen lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pajak pada pendapatan
modal. Dahulu, pendapatan dividen terkena pajak sebagai pendapatan biasa.
Pendapatan modal (capital gain) terkena pajak dengan tingkat yang lebih rendah, dan
pajak untuk mendapatkan modal ditangguhkan hingga saham terjual. Apek kedua
dalam pajak untuk pendapatan modal (capital gain) membuat tingkat pajak efektif
lebih rendah karena nilai saat itu (present value) dari pajak kecil.
Perusahaan yang menerapkan pembayaran dividen yang rendah akan
menginvestasikan kembali uangnya dibandingkan dengan membagikannya.
Penginvestasian kembali ini meningkatkan nilai dari perusahaan dan ekuitas. Jika
semua sama, efeknya adalah pengembalian yang diharapkan dari pendapatan modal
(capital gain) akan lebih tinggi di masa depan. Maka, kenyataan bahwa pendapatan
modal terkena pajak yang lebih menguntungkan akan mengarahkan kita untuk lebih
memilih pendekatan ini.
Kerugian dalam pajak dividen tidak serta merta mengarahkan kita kepada
kebijakan yang tidak memberikan dividen.Misalkan sebuah perusahaan memiliki
kelebihan kas,setelah memilih proyek dengan nilai NPV yang positif (kelebihan kas
seperti ini sering kali disebut arus kas bebas). Perusahaan mempertimbangkan
penggunaan kelebihan kas untuk proyek yang secara mutual eksklusif : (1)
Membayar dividen arau (2) mempertahankan kelebihan kas untuk investasi dalam
sekuritas.Kebijakan dividen yang benar akan bergantung pada tingkat pajak individu
dan korporat.
Untuk melihat alasannya,misalkan saja the Regional Electric Company memiliki
kelebihan kas sebesar $1.000. Perusahaan dapat mempertahankan kas dan
berinvestasi dalam obligasi Treasury bills dengan pendapatan 10 persen, atau
perusahaan dapat membayarkan kas untuk pemegang saham sebagai dividen.
Pemegang saham juga dapat menginvestasikannya dalam Treasury bill dengan

9
pendapatan yang sama. Tingkat pajak perusahaan adalah 34 persen, dan tingkat pajak
individu adalah 28 persen. Berapa jumlah kas yang dimiliki investor setelah lima
tahun dalam setiap kebijakan?
Jika dividen dibayarkan sekarang, pemegang saham akan menerima $1.000
sebelum pajak,atau $1.000 x (1-0,28)=$720 setelah pajak. Ini adalah jumlah yang
akan diinvestasikan. Jika tingkat pendapatan dalam T-bills 10 persen, sebelum pajak,
maka tingkat pengembalian setelah pajak adalah 10% x (1-0,28) =7,2% per tahun.
Jadi, dalam lima tahun,pemegang saham akan memiliki:
$720 x (1+0,72)5 =$1.019,31
Jika Regional Electric Company mempertahankan kas, menginvestasikannya dalam
T-bills, dan membayarkan pendapatan lima tahun dari sekarang, maka jumlah yang
akan diinvestasikan adalah $1.000. Namun, karena tingkat pajak perusahaan sebesar
34 persen,tingkat pengembalian setelah pajak dari T-bills akan merijudi 10% x (1-
0,34) = 6,6% per tahun. Setelah lima tahun,investasi akan sejumlah :
$1.000 x (1+0,066)5 = $1,376,53
Jika sejumlah ini dibayarkan sebagai dividen, pemegang saham akan menerima
(setelah pajak) :
$1.376.53 x (1-0,28) = $991,10
Dalam kasus ini, dividen setelah pajak akan lebih besar jika perusahaan
membayarkan dividen sekarang. Alasannya adalah perusahaan tidak dapat
menginvestasikannya dengan keuntungan sebesar pemegang saham secara
perorangan (dengan basis setelah pajak).
Contoh ini menunjukkan bahwa untuk perusahaan dengan kelebihan kas,
keputusan pembayaran dividen akan sangat bergantung pada tingkat pajak personal
dan korporasi. Jika semua hal sama, ketika tingkat pajak personal lebih tinggi
dibandingkan tingkat pajak korporasi. Jika semua hal sama, ketika tingkat personal
pajak lebih tinggi dibandingkan tingkat pajak korporasi, Perusahaan akan memiliki
dorongan untuk mengurangi pengeluaran dividen. Namun, jika tingkat pajak personal
lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pajak korporat, perusahaan akan
memiliki dorongan untuk membayar setiap kelebihan kas dalam bentuk dividen.
Perubahan hukum pajak baru-baru ini telah mengarahkan pembaharuan dalam
bunga sebagai efek dari perpajakan dalam kebijakan dividen korporat. Seperti yang
kita bahas sebelumnya, dahulu dividen terkena pajak sebagai pendapatan biasa
(dengan tingkat pajak pendapatan biasa). Pada tahun 2003, hal itu telah sangat
10
berubah. Tingkat pajak pada dividen dan pendapatan modal (capital gains) jangka
panjang diturunkan dari kisaran 35-39 persen menjadi 15 persen. Tingkat pajak yang
baru pada dividen ini secara substansial lebih rendah dari tingkat pajak korporasi,
sehingga memberikan korporasi dorongan untuk membayarkan dividen. Namun,
perlu dicatat bahwa pendapatan modal masih secara istimewa terkena pajak karena
adanya penangguhan.
2.3.2 Tingkat Pengembalian Yang Diharapkan,Dividen,Dan Pajak Personal
Kami mengilustrasikan efek dari pajak personal dengan mempertimbangkan
situasi ekstrem di mana dividen akan terkena pajak sebagai pendapatan biasa dan
pendapatan modal (capital gains) tidak terkena pajak sama sekali.Kami menunjukkan
bahwa perusahaan yang memberikan lebih banyak pengembalian (return) dalam
bentuk dividen akan memiliki nilai yang lebih rendah (atau tingkat pengembalian
sebelum pajak yang lebih tinggi) dibandingkan dengan Perusahaan yang
pengembaliannya dalam bentuk pendapatan modal (capital gain) yang tidak terkena
pajak.
Misalkan saja setiap investor termasuk dalam golongan terkena pajak 25 Persen
dan sedang mempertimbangkan saham dari Perusahaan G dan Perusahaan D.
Perusahaan G tidak membayar dividen, dan Perusahaan D membayar dividen. Harga
saham saat ini dari Perusahaan G adalah $100, dan harga saham tahun depan
diharapkan akan menjadi $120. Pemegang saham dari Perusahaan G karena itu
mengharapkan pendapatan modal (capital gain) sebesar S20. Dengan tidak adanya
dividen, tingkat pengembalian adalah $20/100=20%. Jika pendapatan modal tidak
terkena pajak, pengembalian sebelum dan setelah pajak akan sama.
Misalkan saham perusahaan D akan membagikan dividen sebesar $20 tahun
kedepan,dan harga cks-dividen akan menjadi S100. Jika saham dari perusahaan G
dan Perusahan D sama berisikonya, harga pasar harus disiapkan sehingga tingkat
pengembalian setelah pajak dari saham akan sama. Tingkat pengembalian setelah
pajak dari Perusahaan D karena itu harus sebesar 20 persen.
Berapa harga saham di Perusahaan D? Dividen setelah pajak adalah $20 x (1-
0,25)=$15, sehingga investor kita akan memiliki jumlah total sebesar $115 setelah
pajak. Dengan tingkat pengembalian yang diharapkan sebesar 20 persen (setelah
pajak), nilai saat ini (present value) dari jumlah setelah pajak adalah:
Nilai saat ini (present value) = $115/1,20=$95,83
Harga pasar dari saham di Perusahaan D karena itu $95,83.
11
Kita telah melihat bahwa Perusahaan D bernilai lebih rendah karena kebijakan
dividennya. Cara lain untuk melihat hal yang sama adalah dengan melihat tingkat
pengembalian yang diharapkan (required return) sebelum pajak untuk Perusahaan D:
Pengembalian sebelum pajak=($120-95,83)/95.83=25.2%
Perusahaan D secara efektif memiliki biaya ekuitas lebih tinggi(25,2 persen
dibanding 20 persen) karena kebijakan dividennya. Pemegang saham minimum
tingkat pengembalian lebih tinggi karena kewajiban pajak yang lebih tinggi.


2.3.3 Biaya Flotasi
Dalam contoh kita yang mengilustrasikan bahwa kebijakan dividen tidak
berpengaruh,kita melihat bahwa perusahaan dapat menerbitkan saham baru jika
diperlukan untuk membayar dividen. Menerbitkan saham baru dapat menjadi sangat
mahal. Jika kami memasukkan biaya flotasi dalam argumen kami, maka kita akan
melihat bahwa nilai dari saham akan menurun jika kita menjual saham baru.
Lebih umum,bayangkan dua perusahaan yang identik dalam semua hal kecuali
bahwa satu perusahaan membayar dividen dengan persentase yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lain. Oleh karena perusahaan yang lain menginvestasikan
kembali pendapatannya, ekuitasnya tumbuh lebih cepat. Jadi kedua perusahaan tetap
identik,maka perusahaan yang membayar dividen lebih tinggi harus secara periodik
menerbitkan saham agar dapat menyamil perusahaan yang lain. Oleh karena hal ini
mahal, perusahaan akan cenderung memiliki pembayaran dividen yang lebih rendah.
2.3.4 Batasan Dividen
Dalam beberapa Kasus, sebuah perusahaan mungkin akan menghadapi dalam
kemampuannya untuk membayar dividen. Sebagai contoh, spot yang kita diskusikan
di Bab 7, salah satu pasal yang umum dalam papan obligasi adalah perjanjian yang
melarang pembayaran dividen di atas seltenentu. Juga, perusahaan mungkin akan
dilarang oleh hukum negara bagian membayar dividen jika jumlah dividen melebihi
laba ditahan perusahaan.

2.4 Faktor-faktor Dunia Nyata yang Mendukung Pembayaran Dividen Tinggi


2.4.1 Keinginan Untuk Pendapatan Saat Ini
Telah banyak diperdebatkan bahwa banyak individu yang menginginkan

12
Pendapatan untuk saat ini. Contoh klasiknya adalah kelompok dari pegawai
pensiunan dan kelompok lain yang hidup dari pendapatan tetap (yatim piatu dan
janda). Telah banyak diperdebatkan bahwa kelompok ini bersedia membayar lebih
besar untuk mendapatkan pendapatan dividen yang lebih tinggi. Jika hal ini adalah
benar, maka hal ini memberikan dukungan pada pandangan kedua yang dibuat oleh
Graham, Dodd, dan Cottle.
Namun, adalah mudah untuk melihat bahwa argumen ini tidak rele dengan kasus
sederhana kita. Individu yang lebih memilih arus tinggi tetapi mempertahankan
sekuritas dengan dividen rendah dapat deng yang madah menjual saham mereka
untuk menyediakan dana yang diperlukan. Hal yang sama bagi individu yang
menginginkan arus kas saat ini rendah tetapi mempertahankan sekuritas dividen
tinggi dapat dengan mudah menginvestasikannya kembali dalam dividen. Ini hanya
merupakan argumen dividen homemade yang lain. Jadi, dalam dunia tanpa biaya
transaksi, kebijakan dari dividen tinggi saat ini akan tidak memiliki nilai bagi
pemegang saham.
Argumen pendapatan saat ini (current income argument) mungkin memiliki
relevansi dalam dunia nyata. Di sini penjualan saham dengan dividen rendah akan
meliput biaya pialang dan biaya transaksi yang lain. Biaya kas langsung ini dapat
dihindari dengan melakukan investasi dalam sekuritas dengan dividen tinggi. Sebagai
tambahan, pengeluaran dalam hal waktu dari pemegang saham sendiri dalam menjual
sekuritas dan ketakutan yang wajar (walau tidak selalu rasional) bahwa mereka akan
membelanjakan dari pokok simpanan, akan lebih jauh mengarahkan banyak investor
untuk membeli sekuritas dengan dividen yang tinggi.
Walaupun begitu, untuk menempatkan argumen ini dalam perspektif kita, ingatlah
bahwa perantara keuangan seperti reksa dana (mutual fund) dapat melakukan
transaksi "paket ulang (repackaging)?" bagi individu dengan biaya yang sangat
rendah. Perantara seperti ini dapat membeli saham dengan dividen rendah dan
melalui kebijakan terkendali dapat merealisasikan pendapatan, mereka dapat
membayar investor mereka dengan tingkat yang lebih tinggi.
2.4.2 Resolusi Ketidakpastian
Kami baru saja menunjukkan bahwa investor dengan kebutuhan konsumsi saat ini
yang substansial akan lebih memilih dividen saat ini yang tinggi. Dalam perlakuan
klasik lain, Myron Gordon telah berargumentasi bahwa kebijakan dividen tinggi juga
menguntungkan pemegang saham karena hal tersebut memecahkan masalah
13
ketidakpastian.
Menurut Gordon, investor memperkirakan harga sekuritas dengan meramalkan
dan menghitung nilai diskonto dari dividen yang akan datang. Gordon kemudian
berargumen bahwa peramalan dividen yang akan diterima di masa yang akan datang
memiliki ketidakpastian yang lebih besar dibandingkan dengan peramalan dari
dividen jangka pendek. Oleh karena investor tidak menyukai ketidakpastian harga
saham seharusnya rendah untuk perusahaan-perusahaan yang dividen rendah saat ini
untuk dapat memberikan dividen lebih tinggi dan lebih tidak pasti di kemudian hari.
Argumen Gordon adalah penting dalam cerita bird-in-hand. Dividen seharga $1
dalam kantung pemegang saham lebih bernilai dibandingkan dengan jumlah yang
sama di rekening bank yang dipegang oleh perusahaan. Sekarang ini, Anda
seharusnya sudah melihat masalah dengan argumen ini. Sorang pemegang saham
dapat menciptakan dana dengan mudah hanya dengan menjual beberapa saham
miliknya.
2.4.3 Manfaat Pajak Dan Hukum Dari Dividen Tinggi
Dahulu, kami melihat bahwa dividen terkena pajak sehingga tidak menguntungkan
bagi investor individual (paling tidak hingga baru-baru ini). Kenyataan ini adalah
argumen yang kuat untuk pemhayaran dividen rendah. Nama,terdapat beberapa
investor lain yang tidak menerima perlakuan pajak yang ridak menguntungkan ini.
Investor Korporat Satu pengecualian pajak yang signifikan untuk dividen muncul
ketika sebuah perusahaan memiliki saham dalam korporasi yang lain. Pemegang
saham korporat yang menerima baik dividen saham biasa atau preferen, diberikan
pengecualian sebesar 70 persen atau lebih.Oleh karena pengecualian sebesar 70
persen tidak dapat diterapkan dalam pendapatan modal, kelompok ini terkena pajak
yang tidak menguntungkan dari pendapatan modal.
Sebagai hasil dari pengecualian dividen, saham-saham dengan dividen yang
tinggi, dan dengan pendapatan modal (capital gain) yang rendah mungkin lebih
sesuai bagi perusahaan untuk dipertahankan.Seperti yang telah kita diskusikan, ini
alasan mengapa perusahaan mempertahankan presentasi yang substansial dari saham
preferen yang berada dalam ekonomi. Manfaat pajak dari dividen ini juga
mengarahkan beberapa korporasi untuk mempertahankan saham dengan pendapatan
tinggi (high yielding stocks) dibandingkan dengan obligasi jangka panjang karena
tidak ada pengecualian pajak yang sama terhadap pembayaran bunga (interest
payment) kepada pemegang obligasi korporasi.
14
Investor Bebas Pajak Kami telah menunjukkan baik manfaat dan kerugian pajak
dari pembayaran dividen rendah. Tentu saja, diskusi ini tidak relevan bagi mereka
yang berada dalam kelompok terkena pajak nihil. Kelompok ini termasuk beberapa
investor terbesar dalam ekonomi seperti dana pensiun,dana endowment,dan dana
trust.
Terdapat beberapa alasan hukum bagi institusi besar untuk lebih memilih
pengembalian dividen tinggi. Pertama, institusi seperti dana pensiun dan dana trust
sering kali disiapkan untuk mengelola uang bagi orang lain. Manajer dari institusi
seperti ini memiliki tanggung jawab fidusia untuk menginvestasikan uangnya dengan
hati-hati. Adalah tidak hati-hati di hadapan hukum untuk membeli saham perusahaan
yang tidak memiliki catatan dividen.
Kedua, institusi seperti dana endowment universitas dan dana trust seringkali
dilarang untuk membelanjakan dari pokok, Institusi seperti ini akan lebih memilih
saham dengan pendapatan dividen tinggi sehingga mereka memiliki kemampuan
untuk membelanjakannya.Seperti janda dan yatim piatu, kelompok ini lebih memilih
pendapat saat ini. Namun, tidak seperti janda dan piatu, kelompok ini sangat besar
dalam hal jumlah saham yang dimiliki.

2.5 Resolusi dari Faktor-faktor Dunia Nyata


2.5.1 Kandungan Informasi Dari Dividen
Untuk memulai, kita dengan cepat meninjau beberapa diskusi kita yang telah lalu,
Sebelumnya, kita membahas tiga posisi berbeda dari dividen:
1. Berdasarkan argumen dividen homemade, kebijakan dividen adalah tidak relevan.
2. Oleh karena efek pajak untuk investor individual dan biaya penerbitan saham
baru, kebijakan dividen rendah adalah yang terbaik.
3. Oleh karena adanya keinginan untuk pendapatan saat ini dan faktor-faktor terkait,
kebijakan dengan dividen yang tinggi adalah yang terbaik.
Jika Anda ingin memutuskan mana dari ketiga posisi ini yang paling benar, cara
yang paling memungkinkan untuk memulainya adalah dengan memperhatikan harga
saham ketika perusahaan-perusahaan mengumumkan perubahan dividen. Anda akan
menemukan konsistensi bahwa harga saham akan meningkat ketika dividen saat ini
meningkat tanpa diharapkan, dan harga saham umumnya akan jatuh ketika dividen
tanpa diharapkan menurun. Apa hubungan hal ini dengan ketiga posisi yang telah
disebutkan?

15
Sekilas, perilaku yang kita gambarkan terlihat konsisten dengan posisi ketiga dan
tidak konsisten dengan dua posisi yang lain. Akan tetapi, banyak penulis telah
meragukan hal ini. Jika harga saham meningkat sebagai reaksi pada peningkatan
dividen dan jatuh sebagai reaksi dari penurunan dividen, maka tidakkah pasar
menyatakan bahwa lebih menyetujui dividen yang lebih tinggi?
Pengarang yang lain telah menunjukkan bahwa observasi ini tidak benar-benar
menjelaskan tentang kebijakan dividen. Setiap orang menyetujui bahwa dividen
adalah hal yang penting, jika semua hal sama. Perusahaan-perusahaan memotong
dividen hanya dengan keengganan yang sangat besar. Jadi, pemotongan dividen
sering kali merupakan pertanda bahwa perusahaan sedang dalam masalah.
Sebagai tambahan, pemotongan dividen biasanya bukan perubahan sukarela dan
terencana dalam kebijakan dividen. Akan tetapi, biasanya hal ini merupakan pertanda
manajemen tidak berpikir bahwa kebijakan dividen saat ini dapat dipertahankan.
Sebagai hasilnya, harapan untuk dividen di masa yang akan datang biasanya
diturunkan. Nilai saat ini (present value) dari dividen di masa yang akan datang jatuh
dan begitu juga harga saham.
Dalam kasus ini, harga saham menurun sebagai akibat adanya pemotongan dari
dividen, karena dividen di masa yang akan datang umumnya diharapkan untuk lebih
rendah, bukan karena perusahaan telah mengubah persentasi dari Pendapatan yang
akan dibayarkan dalam bentuk dividen.
Untuk contoh yang lebih jelas, pertimbangan apa yang terjadi pada NUI
Corporation ketika perusahaan tersebut mengumumkan bahwa perusahaan tersebut
tidak akan membayar dividen. NUI adalah perusahaaan energi terdiversifikasi yang
terkait dengan penjualan dan distribusi dari gas alam, penjualan energi secara retail,
dan aktivitas bisnis lain. Pada Mei 2004, perusahaan mengumumkan kerugian sebesar
$2,82 per saham, yang lebih besar dari yang diharapkan. Perusahaan memiliki
perjanjian obligasi yang tidak memungkinkan mereka untuk membayar dividen
karena dari total kapitalisasinya lebih dari 60 persen berupa utang. Kerugian besar
telah membuat perusahaan melewati batasnya, sehingga perusahaan mengungumkan
bahwa mereka tidak akan membayarkan dividen.
Hari selanjutnya bukanlah merupakan hari yang menyenangkan bagi pemegang
saham. Pada hari biasa, perdagangan saham NUI di NYSE selalu kurang dari 100.000
saham. Namun, pada hari itu, lebih dari 1,8 juta saham di perdagangkan. Saham di
tutup pada harga $ 15,65 hari sebelumnya. Ketika pasar dibuka, harga saham jatuh
16
menjadi $14,90 per saham dan dengan cepat jatuh mencapai $12,38 per saham. Pada
penutupan, saham di tutup pada harga $12,80, dengan kerugian sekitar 18 persen.
Dengan kata lain, NUI mengalami kerugian hampir 1/5 dari nilai pasarnya dalam
waktu semalam. Seperti yang diilustrasikan oleh kasus ini, pemegang saham dapat
bereaksi negative terhadap potongan dividen yang tidak diharapkan.
Tentu saja, tidak semua pengumuman pemotongan dividen menghasilkan
penurunan harga saham yang tajam. Pada Februari 2006, General Motors
mengumumkan bahwa perusahaan memotong dividennya sebesar setengahnya, tetapi
harga pasar hanya turun sekitar 2 persen pada berita. Alasannya adalah bahwa
investor telah mengharapkan tindakan tersebut dari perusahaan.
Dalam hal yang serupa, peningkatan yang tidak diharapkan dari dividen
memberikan pertanda berita baik. Manajemen akan menaikkan dividen hanya jika
pendapatan yang akan datang, arus kas dan prospek umum diharapkan untuk
meningkat hingga suatu batas bahwa dividen tidak harus dipotong di kemudian hari.
Peningkatan dividen adalah sinyal manajemen kepada pasar bahwa perusahaan
diharapkan untuk melakukan hal baik. Harga saham akan bereaksi dengan
menguntungkan karena harapan dari dividen di masa yang akan datang berubah
meningkat, bukan karena perusahaan meningkatkan pengeluarannya.
Dalam kedua kasus ini, harga saham bereaksi terhadap perubahan dividen.
Reaksi ini dapat dikarenakan kepada perubahan dalam jumlah yang diharapkan dari
dividen di masa yang akan datang, bukan hanya karena perubahan dalam kebijakan
pengeluaran dividen. Reaksi ini disebut efek kandungan informasi dari dividen.
Kenyataan bahwa perubahan dividen membawa informasi mengenai perusahaan ke
dalam pasar membuat proses menginterpretasikan efek dari kebijakan dividen pada
perusahaan menjadi sulit.
2.5.2 Efek Clientele
Dalam diskusi kita sebelumnya, kita melihat bahwa beberapa kelompok (individu-
individu dengan kesejahteraan yang lebih, sebagai contohnya) memiliki dorongan
untuk mengejar dividen dengan pembayaran dividen rendah (atau tanpa dividen).
Kelompok lain (perusahaan, sebagai contohnya) memiliki dorongan untuk memilih
saham dengan dividen yang tinggi. Perusahaan-perusahaan dengan dividen yang
tinggi akan menarik satu kelompok dan perusahaan-perusahaan dengan dividen
rendah akan menarik kelompok yang lainnya.
Kelompok-kelompok ini disebut clienteles, dan apa yang telah digambarkan
17
adalah efek clientele. Argumen mengenai efek clientele menyatakan bahwa
kelompok investor yang berbeda menginginkan tingkat dividen yang berbeda. Ketika
perusahaan memilih kebijakan dividen tertentu, satu-satunya efek adalah untuk
menarik clientele tertentu. Jika suatu perusahaan mengubah kebijakan dividennya,
maka hal itu untuk menarik clientele yang berbeda.
Sekarang yang tersisa hanyalah argumen sederhana mengenai penawaran dan
permintaan. Misalkan 40 persen dari semua investor lebih memerlukan dividen yang
tinggi, tetapi hanya 20 persen dari perusahaan membayar dividen yang tinggi. Maka
di sini perusahaan dengan dividen tinggi akan kekurangan penawaran; sehingga,
harga saham mereka akan meningkat. Akibatnya, perusahaan berdividen rendah akan
berpikir bahwa mengubah kebijakan adalah menguntungkan hingga akhirnyna 40
persen dari semua perusahaan memiliki dividen tinggi. Pada titik ini, pasar dividen
berada dalam kondisi ekuilibrium. Perubahan yang lebih jauh dalam kebijakan
dividen tidak akan berguna karena semua clientele telah puas. Kebijakan dividen
untuk setiap individu sekarang ini menjadi tidak relevan.
Untuk melihat apakah Anda memahami efek clientele, pertimbangkan pernyataan
berikut ini: Walaupun terdapat alasan teoretis bahwa kebijakan dividen tidak relevan
atau perusahaan seharusnya tidak membayar dividen, banyak investor menyukai
dividen tinggi; karena kenyataan ini, sebuah perusahaan dapat mendorong harga
sahamnya dengan memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi. Benar atau
salah?
Jawabannya adalah "salah" jika terdapat clientele. Sepanjang beberapa perusahaan
berdividen tinggi dapat memenuhi kebutuhan investor yang menyukai dividen tinggi,
sebuah perusahaan tidak dapat meningkatkan harga sahamnya dengan membayar
dividen tinggi. Harus terdapat clientele yang tidak terpenuhi kebutuhannya agar
sebuah perusahaan dapat meningkatkan harga sahamnya, dan tidak terdapat bukti
bahwa ini merupakan pokok permasalahannya.

2.6 Menetapkan Kebijakan Dividen


Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan, pada
akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan
untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Laba
ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang

18
dibayarkan kepada pemegang saham atau “equity investors”. Setiap perusahaan selalu
menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat
membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan
tersebut selalu bertentangan. Sebab semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti
semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat
pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Apabila perusahaan
ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia maka pembayaran dividen
semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
sebagai cash dividend disebut dividend payout ratio. Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa semakin tingginya dividend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti
makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini
berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan.
Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting
dalam suatu perusahaan, kebijakan ini melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan
yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu
sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak
perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang
berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan
besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak
perusahaan.
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan dividen merupakan
subjek yang cukup sering diperdebatkan oleh publik, pemegang saham dan manajemen.
Secara umum, para pemegang saham menginginkan dividen yang lebih banyak, sedangkan
manajemen lebih suka menahan laba dalam perusahaan demi memperkuat perusahaan.
Semakin kuat sebuah perusahaan, semakin kecil kemungkinannya untuk membayar
dividen, atau semakin kecil keinginan para pemegang saham untuk menuntut dividen.
Kebijakan Dividen dalam Praktik (Dividend Policy in Practice) :
 Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend-Per-Share Policy)
Kebijakan dividen yang stabil merupakan kebijakan yang jumlah pembayaran
dividen sama besarnya dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa suatu perusahaan
itu menjalankan kebijakan dividen yang stabil adalah untuk memelihara kesan para
investor terhadap perusahaan tersebut, sebab apabila suatu perusahaan menerapkan
kebijakan dividen yang stabil berarti perusahaan tersebut yakin bahwa pendapatan
bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun, meskipun perusahaan mengalami kerugian.
19
Jika perusahaan mampu membagikan dividen secara konsisten, hal tersebut akan dapat
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa perusahaan memiliki stabilitas
keuangan yang baik.
 Kebijakan Dividend Payout Ratio (DPR) yang Tetap (Constant Dividend Payout
Ratio Policy)
Dengan kebijaksanaan seperti ini, suatu persentase yang tetap dari pendapatan akan
dibayarkan sebagai dividen. Karena net income selalu berbeda-beda, maka dividen yang
akan dibayarkan akan berbeda-beda pula dengan menggunakan pendekatan ini. Dalam
hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio
antara dividen dan laba ditahan adalah tetap. Dividen yang dibayar berfluktuasi
tergantung besarnya keuntungan bagi pemegang saham. Misalnya DPO 60% dari
keuntungan. Jika keuntungan Rp 1 miliar, maka dividen yang dibayarkan sebesar 60% x
Rp 1 Miliar = Rp 600 juta.
 Kebijakan secara kompromi (compromise policy/a corporate policy)
Kompromi salah satu pendekatan yang terbaik didalam menentukan kebijaksanaaan
dividen. Dalam menentukan suatu kebijaksanaan dapat ditentukan suatu cara untuk
mendapatkan jalan keluar yang sama-sama menguntungkan, baik kepada pemegang
saham maupun bagi manajemen korporasi. Salah satu kebijakan yang stabil dapat
dengan menentukan suatu jalan yang tepat stabil dari persentase dividen bagi korporasi
dalam membayarkan sejumlah ($/Rp) yang rendah bagi pemegang saham ditambah
persentase kenaikan dalam tahun-tahun berikutnya apabila korporasi berjalan secara
baik. Kebijaksanaan seperti ini sangat fleksibel, tetapi akan menyebabkan ketidak
tentuan dalam pikiran investor mengenai dividen yang mereka inginkan. Pemegang
saham umumnya tidak menginginkan ketidaktentuan, namun kebijaksanaan tersebut
akan menguntungkan apabila penghasilan bervariasi dalam jumlah yang besar dalam
beberapa tahun. Persentase atau kelebihan sebagai bagian dari dividen tidak harus
dibayar secara reguler karena maknanya akan hilang.
 Kebijakan Dividen Residual (Residual Dividend Policy)
Pada dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua
investasi yang menguntungkan telah dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang
dibayarkan merupakan "sisa" (residual) setelah semua usulan investasi yang
menguntungkan telah dibiayai.
Contoh :
Diketahui, sebuah perusahaan membutuhkan suatu investasi baru sebesar 5 miliar
20
dengan target Capital Structure D/E = ⅔, Net Income sebesar 4 miliar. Berapa besarnya
dividen residual?
Penyelesaian :
Jika D/E adalah ⅔, maka :
D/V x New Investment = ⅖ x 5 miliar = 2 miliar (40% dibiayai utang)
E/V x New Investment = ⅗ x 5 miliar = 3 miliar (60% dibiayai modal)
Dividen :
Net Income - Equity Financing = 4 miliar - 3 miliar = 1 miliar
Dimana :
D = Debt (Utang)
E = Equity (Modal)

V = 2 + 3 (Rasio utang + modal)

2.7 Pembelian Kembali : Alternatif dari Dividen Kas


Pembelian Kembali Saham bisa diartikan Ketika perusahaan ingin membayarkan kas
kepada pemegang sahamnya, biasanya membayar dividen Kas. Cara lainnya adalah
perusahaan dapat membeli kembali (repurchase) sahamnya sendiri.
● Dividen Kas Dibandingkan Dengan Pembelian Kembali
Bayangkan perusahaan dengan struktur modal yang terdiri atas ekuitas secara
keseluruhan. Perusahaan memiliki kelebihan kas sebesar $300.000. Perusahaan tidak
memberikan dividen dan pendapatan bersih untuk tahun terakhir adalah $49.000.
Dengan Contoh :
Kelebihan Kas$ 300.000 Utang $ 0
Aset lain $ 700.000 Ekuitas $ 1.000.000
Total $ 1.000.000 Total $ 1.000.000
Jika terdapat 100.000 saham yang beredar. Total nilai pasar dari ekuitas adalah $1 juta,
sehingga saham yang dijual seharga $10 per saham. Laba per saham (Earning Per
share-EPS) sebesar $ 49.000 / 100.000 = $0.49, dan rasio harga terhadap laba adalah $
10 / 0.49 = 20.4
Satu pilihan yang dipertimbangkan perusahaan adalah $ 300.000 / 100.000 = $3 per

21
saham dividen kas tambahan. Atau sebagai alternatif, perusahaan memikirkan
menggunakan uangnya untuk membeli kembali $300.000 / 10 = 30.000 saham.
Jika mengabaikan komisi, pajak dan ketidaksempurnaan yang lain dalam contoh
kita, pemegang saham tidak akan melihat pilihan mana yang akan dipilih. apa yang
terjadi disini adalah bahwa perusahaan mengeluarkan $300.000 kas. Laporan terbaru
neracanya akan seperti ini :
Kelebihan kas $ 0 Utang $ 0
Aset lain $ 700.000 Ekuitas $ 700.000
Total $ 700.000 Total $ 700.000
Jika kas dibayarkan sebagai dividen, masih terdapat 100.000 saham beredar, sehingga
setiap saham memiliki harga $7.
Kenyataan bahwa nilai per saham jatuh dari $10 menjadi $7 tidak perlu di
khawatirkan. Pemegang saham yang memiliki 100 saham. Pada harga $10 per saham
sebelum dividen, nilai total adalah $1.000
Setelah $3 dividen, pemegang saham yang sama memiliki 100 saham yang seharga
$7 setiap saham, dengan jumlah total $700, ditambah 100 x $3 = $300 kas, sehingga
jumlah gabungan $1.000.
Sebagai alternatif, jika perusahaan membeli kembali 30.000 saham, terdapat 70.000
saham yang masih beredar. Laporan neraca akan seperti ini :
Kelebihan kas $ 0 Utang $ 0
Aset lain $ 700.000 Ekuitas $ 700.000
Total $ 700.000 Total $ 700.000
Perusahaan akan bernilai $700.000 lagi, sehingga setiap saham yang tersisa bernilai
$700.000 / 70.000 = $10. Pemegang saham kita dengan 100 saham jelas tidak
berpengaruh.
Dalam kasus kedua, EPS meningkat karena laba total tetap sama sementara jumlah
saham turun. EPS yang baru adalah $49.000 / 70.000 = $ 70. Namun hal yang penting
untuk di ingat adalah rasio PE adalah $10 / 0.70 = 14.3
● Pertimbangan Dunia Nyata Dalam Pembelian Kembali Sahan
Dalam hukum pajak saat ini, pembelian kembali saham memiliki manfaat yang
signifikan dibandingkan dividen kas. Dividen terkena pajak penuh sebagai pendapatan
biasa, dan pemegang saham tidak memiliki pilihan apakah akan menerima dividen atau
tidak. Dalam pembelian kembali, pemegang saham membayar pajak jika (1) pemegang
saham benar-benar memilih untuk menjual dan (2) pemegang saham memiliki
22
keuntungan (capital gain) pada penjualan tersebut.
Contohnya, misalkan saja sebuah dividen sebesar $1 per saham terkena pajak pada
tingkat biasa. Para investor yang berada dalam golongan pajak 28% yang memiliki 100
saham akan membayar $100 x 0.28 = $28 pajak. Pemegang saham yang menjual saham
akan membayar pajak lebih rendah jika saham senilai $100 dibeli kembali oleh
perusahaan. Hal ini karena pajak dibayar hanya dari keuntungan penjualan tersebut.
Jadi, keuntungan dari penjualan tersebut akan senilai $40 jika saham dijual pada harga
$100 ketika pembelian $60. Pajak dari keuntungan akan sebesar 0.28 x $40 = $11.20.
Bahwa pengurangan baru-baru ini dalam tingkat pajak dari dividen dan keuntungan
(capital gains) tidak mengubah kenyataan bahwa pembelian kembali memiliki batas
pajak potensial yang besar.
● Pembelian Kembali Saham dan EPS
Dalam media keuangan populer bahwa pembelian kembali saham bermanfaat
karena menyebabkan laba per saham meningkat. Seperti yang telah kita lihat, hal ini
akan terjadi. Alasannya sederhana bahwa saham yang dibeli kembali akan mengurangi
saham yang beredar (outstanding), tetapi hal tersebut tidak memiliki dampak pada laba
total, sebagai hasilnya, EPS meningkat.
Dalam dunia nyata, hingga batasan tertentu pembelian kembali memberikan
manfaat untuk perusahaan, kami berpendapat bahwa pembelian kembali saham
memberikan manfaat bagi perusahaan hanya karena pertimbangan pajak yang telah
didiskusikan sebelumnya.

2.8 Dividen Saham dan Pemisahan Saham


Jenis lain dari dividen adalah yang dibayarkan dalam bentuk saham. Dividen jenis ini
disebut dividen saham(stock dividend). Dividen saham bukan merupakan dividen yang
sebenarnya karena tidak dibayarkan dalam bentuk kas. Tujuan dari dividen saham adalah
untuk meningkatkan jumlah saham yang dipegang oleh setiap pemilik. Oleh karena
terdapat lebih banyak saham yang beredar, setiap saham bernilai lebih rendah.
Dividen saham biasanya dalam bentuk persentase; sebagai contoh, dividen saham
sebesar 20 persen berarti bahwa pemegang saham menerima satu saham baru untuk setiap 5
saham yang dimiliki saat ini (kenaikan 20 persen). Oleh karena setiap pemegang saham
menerima lebih banyak saham sebesar 20 persen, jumlah total dari saham beredar
meningkat sebesar 20 persen. Seperti yang akan kita lihat berikut ini, hasilnya adalah setiap
saham akan memiliki nilai 20 persen lebih rendah.

23
Pemecahan saham (stock split) pada intinya sama dengan dividen saham, kecuali
bahwa pemecaham saham diekspresikan dalam bentuk rasio bukan persentasi. Ketika stock
split diumumkan, setiap saham terbagi sehingga menciptakan saham tambahan. Sebagai
contoh, dalam pemecahan saham tiga- untuk-satu, setiap saham lama dibagi menjadi tiga
saham baru.
2.8.1 Beberapa Detail Mengenai Pemecahan Saham Dan Dividen Saham
Pemecahan saham dan dividen saham pada intinya memiliki dampak yang sama
pada perusahaan dan pemegang saham: Mereka meningkatkan jumlah saham beredar
dan mengurangi nilai per saham. Namun, perlakuan dalam akuntansi tidak sama, dan
hal tersebut bergantung pada dua hal(1) apakah distribusi tersebut berupa pemecahan
saham atau dividen saham dan (2) ukuran dari dividen saham jika hal tersebut disebut
dengan dividen.
Berdasarkan konvensi, dividen saham yang berukuran kurang dari 20 hingga 25
persen disebut dividen saham kecil. Prosedur akuntansi untuk dividen semacam ini
akan didiskusikan selanjutnya. Dividen saham lebih besar dari nilai 20 hingga 25
persen ini disebut dividen saham besar.

24
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang
saham. Kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti
dalam membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan). Kebijakan dividen merupakan
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh manajemen dalam mengelola
perusahaan. Hal ini karena kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
banyak pihak, baik perusahaan yang dikelola itu sendiri, maupun pihak lain seperti
pemegang saham dan kreditur. Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan dividen
adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal
guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.

25
DAFTAR PUSTAKA

A. Ross, S., W. Westerfield, R,. & D. Jordan, B. (2006). Fundamentals of Corporate


Finance. New York: McGraw-Hill Irwin.

26

Anda mungkin juga menyukai