Anda di halaman 1dari 23

AKUNTANSI KEUANGAN 2

“Modal Saham”

Kelompok 01

 Ayu Ninggrayani ( 2002622010309 ) / (01)


 Ni Kadek Evi Adelia Putri ( 2002622010317 ) / (09)
 Ni Made Yuniari ( 2002622010324 ) / (16)

Kelompok 02

 Dewi Ayu Lestari ( 2002622010318 ) / (10)


 Ni Made Hirtayani ( 2002622010325 ) / (17)
 Ni Putu Onik Puspita Sari ( 2002622010333 ) / (24)

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat dan karunia – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper mata kuliah
Akuntansi Keuangan 2 tepat pada waktunya. Penulisan paper dengan materi Modal Saham ini
dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap paper tentang Modal Saham
ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada Ilmu Ekonomi. Selain itu, kami juga
berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru dan menambah pengetahuan setelah
membaca paper ini.
Penulis menyadari paper ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya paper yang lebih baik lagi selanjutnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
paper ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga
paper ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 24 Nopember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................1
1.3 TUJUAN................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MODAL SAHAM.......................................................................2


2.2 PROSEDUR AKUNTANSI UNTUK PENERBITAN SAHAM..........................2
2.3 AKUNTANSI UNTUK SAHAM PREFEREN..................................................13
2.4 AKUNTANSI UNTUK SAHAM TREASURI...................................................15
2.5 PELAPORAN DAN ANALISIS EKUITAS PEMEGANG SAHAM................16

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ekuitas pemegang saham dalam satu perusahaan umumnya terdiri dari
sejumlah besar unit atau lembar saham. Dalam satu kelompok saham, setiap lembar
saham sama dengan lembar saham lainnya. Setiap kepentingan pemilik perusahaan
diwakili oleh jumlah lembar saham yang dimiliki.
Setiap saham memiliki hak dan keistimewaan atau privilege tertentu yang
hanya dapat dibatasi oleh kontrak khusus pada saat saham diterbitkan. Seseorang
harus meneliti anggaran dasar perusahaan, sertifikat saham, dan ketentuan hukum
negara bagian untuk meyakinkan pembatasan atas atau variasi dari hak dan
keistimewaan standar.
Keunggulan modal saham adalah kemudahannya dalam pemindahan
kepentingan dalam perusahaan dari seseorang ke pihak lainnya. Karena saham dapat
dipindah tangankan secara bebas setiap saat, maka perusahaan perlu merevisi buku
besar pembantu pemegang saham secara periodik, yang umumnya dilakukan sebelum
pembayaran dividen atau rapat pemegang saham.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian modal saham?
2. Bagaimana prosedur akuntansi untuk penerbitan saham?
3. Bagaimana akuntansi untuk saham preferen?
4. Bagaimana akuntansi untuk saham treasuri?
5. Bagaimana pelaporan dan analisis ekuitas pemegang saham?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian modal saham
2. Mengetahui bagaimana prosedur akuntansi untuk penerbitan saham
3. Mengetahui akuntansi untuk saham preferen
4. Mengetahui akuntansi untuk saham treasuri
5. Mengetahui bagaimana pelaporan dan analisis ekuitas pemegang saham

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MODAL SAHAM


Modal saham atau capital/stock yaitu modal perusahaan yang berasal dari
penjualan saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan atau dana yang diperoleh
dari hasil penjualan saham ini menjadi modal pokok dari perusahaan. Ekuitas
pemegang saham dalam satu perusahaan umumnya terdiri dari sejumlah besar unit
atau lembar saham. Setiap saham memiliki hak dan keistimewaaan tertentu yang
hanya dapat dibatasi oleh kontrak khusus pada saat saham diterbitkan. Seseorang
harus meneliti anggaran dasar perusahaan, sertifikat saham, dan ketentuan hukum
Negara bagian untuk meyakinkan pembatasan atas atau variasi dari hak dan
keistimewaan standar. Jika tidak ada ketentuan yang membatasi, maka setiap saham
memiliki hak-hak berikut :
a. Untuk membagi laba dan rugi secara proporsional
b. Untuk ikut serta dalam manajemen secara proporsional
c. Untuk membagi aktiva perusahaan apabila terjadi likuidasi secara roporsional
d. Untuk ikut serta secara proporsional dalam setiap penerbitan saham baru dari
kelompok yang sama disebut hak istimewa.
Hak Istimewa untuk melindungi seorang pemegang saham dari kehilangan
kepentingan kepemilikan di luar kemauannya. Tanpa hak ini, pemegang saham yang
memiliki persentase kepentingan tertentu akan merasa dirugikan akibat penerbitan
saham tambahan tanpa sepengetahuannya pada tingkat harga yang tidak
menguntungkan mereka. Namun banyak perseroan yang menghapus hak istimewa ini.
Mengapa? karena hak istimewa ini melekat pada saham yang akan membuat
perusahaan tidak dapat menerbitkan lebih banyak saham tambahan, seperti yang
sering dilakukan ketika mengakuisisi perusahaan lain.

2.2 PROSEDUR AKUNTANSI UNTUK PENERBITAN SAHAM


Dalam penerbitan saham, prosedur berikut harus dilakukan. Pertama, saham harus
diotorisasi oleh negara, umumnya dalam suatu sertifikat atau akta perusahaan;
kemudian, saham ditawarkan untuk dijual dan dibuat kontrak untuk menjual saham
itu; lalu, dana dari saham dikumpulkan dan saham diterbitkan.

2
Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan saham akan dibahas dalam topik
berikut:
1. Akuntansi untuk saham dengan nilai pari.
2. Akuntansi untuk saham tanpa nilai pari.
3. Akuntansi untuk saham yang dijual atas dasar pesanan (subscription).
4. Akuntansi untuk penerbitan saham yang digabungkan dengan sekuritas
lainnya (penjualan lump sum).
5. Akuntansi untuk saham yang diterbitkan dalam transaksi nonkas.
6. Akuntansi untuk penilaian saham.
7. Akuntansi untuk biaya penerbitan saham.

1) Saham dengan Nilai Pari


Nilai pari saham tidak memiliki hubungan dengan nilai pasar wajarnya. Saat ini,
nilai pari yang berkaitan dengan penerbitan sebagian besar modal saham sangat
rendah (Rp9.000, Rp45.000, Rp90.000), yang sangat kontras dengan situasi pada awal
tahun 1990-an ketika secara praktis semua saham yang diterbitkan memiliki nilai pari
Rp900.000. Penyebab perubahan ini adalah untuk memungkinkan penjualan saham
pada harga per saham yang rendah dan menghindari kewajiban kontinjen yang
berkaitan dengan saham yang dijual di bawah nilai pari. Saham dengan nilai pari
rendah jarang, kalaupun ada, dijual di bawah nilai parinya. Selain itu, di negara yang
memungut pajak transfer berdasarkan nilai pari saham, nilai pari yang rendah akan
mengakibatkan pajak rendah pula.
Untuk memperlihatkan informasi tentang penerbitan saham dengan nilai pari,
akun harus dipertahankan untuk masing-masing kelompok saham berikut:
1) Saham Preferen atau Saham Biasa. Mencerminkan nilai pari saham perseroan
yang diterbitkan. Akun ini dikredit ketika saham pertama kali diterbitkan. Tidak
ada ayat jurnal tambahan pada akun ini kecuali ada saham tambahan yang
diterbitkan atau saham yang ditarik.
2) Modal Disetor yang Melebihi Nilai Pari atau Tambahan Modal
Disetor (Additional Paid-in Capital). Menunjukkan setiap kelebihan atas nilai
pari yang disetor oleh pemegang saham sebagai pengganti saham yang diterbitkan
untuk mereka. Setelah disetor, kelebihan atas nilai pari akan menjadi bagian dari
tambahan modal disetor perusahaan, dan pemegang saham perorangan tidak

3
memiliki klaim yang lebih besar atas kelebihan setoran dibandingkan semua
pemegang saham lainnya dari kelompok saham yang sama.
3) Disagio Saham. Menunjukkan bahwa saham telah diterbitkan di bawah nilai pari.
Pembeli saham atau pemegang saham yang diterbitkan di bawah nilai pari dapat
diminta membayar jumlah disagio jika diperlukan untuk melindungi kreditor dari
kerugian bila perusahaan dilikuidasi.
Untuk mengilustrasikan penggunaan akun ini, anggaplah bahwa PT Indofood
menjual seratus lembar saham dengan nilai pari Rp45.000 per saham pada harga
Rp9.900.000. Ayat jurnal untuk mencatat penerbitan ini adalah:
Kas Rp9.900.000
Saham Biasa Rp4.500.000
Modal Disetor yang Melebihi Nilai Rp5.400.000
Pari (Agio Saham Biasa)
Jika saham diterbitkan dengan kerugian sebesar Rp1.800.000 maka ayat jurnal
akan dicatat sebagai berikut:
Kas Rp2.700.000
Modal Disetor yang Melebihi Nilai Pari Rp1.800.000
(Disagio Saham Biasa)
Saham Biasa Rp4.500.000
Biasanya tidak ada ayat jurnal yang dibuat dalam akun buku besar ketika
perusahaan menerima sahamnya yang diotoritasasi dari negara di mana perseroan
tersebut didirikan.

2) Saham Tanpa Nilai Pari


Banyak negara mengizinkan penerbitan modal saham tanpa nilai pari. Saham
tanpa nilai pari (no-par stock) diterbitkan tanpa jumlah per saham yang tercetak
pada sertifikat saham. Alasan untuk penerbitan saham tanpa nilai pari bersifat dua
arah. Pertama, penerbitan saham tanpa nilai pari menghindari kewajiban
kontinjen yang mungkin timbul bila saham dengan nilai pari diterbitkan pada disagio.
Kedua, masih ada kerancuan dalam hubungan antara nilai pari dan nilai pasar wajar.
Jika saham tidak mempunyai nilai pari, maka perlakuan yang dapat dipertanyakan
dalam menggunakan nilai pari sebagai dasar untuk nilai wajar tidak akan
muncul. Situasi ini memiliki keunggulan tertentu jika saham diterbitkan untuk pos-
pos properti seperti aktiva tetap berwujud atau tak berwujud. Kelemahan utama dari

4
saham tanpa nilai pari adalah bahwa beberapa negara mengenakan pajak yang tinggi
atas penerbitan ini, dan totalnya akan dimasukkan sebagai modal dasar.
Saham tanpa nilai pari, seperti saham dengan nilai pari, dijual untuk apa yang
akan diperoleh, tetapi tidak seperti saham dengan nilai pari, saham itu diterbitkan
tanpa agio atau disagio. Karena itu, tidak ada kewajiban kontinjen yang terutang
kepada pemegang saham. Sebagai contoh, misalkan PT Megah Perkasa didirikan
dengan 10.000 lembar saham biasa yang diotorisasi tanpa nilai pari. Tidak ada ayat
jurnal, selain ayat jurnal memorandum yang perlu dibuat untuk otorisasi itu karena
tidak ada jumlah uang yang terlibat. Jika 500 lembar saham kemudian diterbitkan
dengan harga Rp90.000 per saham, maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
 Kas Rp45.000.000
Saham Biasa-Tanpa Nilai Pari Rp45.000.000
Jika 500 lembar lagi diterbitkan dengan harga Rp99.000 per saham, maka ayat
jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kas Rp49.500.000
Saham Biasa-Tanpa Nilai Pari Rp49.500.000
Saham tanpa nilai pari yang sebenarnya harus dicatat pada akun sebesar
harga penerbitannya tanpa kerumitan akibat tambahan modal disetor atau
disagio. Namun beberapa mengizinkan penerbitan saham tanpa nilai pari dan
selanjutnya mensyaratkan, atau dalam beberapa kasus, mengizinkan saham seperti itu
memiliki nilai ditetapkan (stated value); yaitu nilai minimum di mana saham tidak
dapat diterbitkan di bawah nilai pari. Jadi, saham itu bukan merupakan saham tanpa
nilai pari tetapi saham dengan nilai pari yang rendah sekali, untuk menghadapi kritik
atas penerbitan saham tanpa nilai pari.
Jika  saham tanpa nilai pari diharuskan mempunyai harga penerbitan minimum
Rp45.000 per saham dan tidak ada ketentuan mengenai bagaimana kelebihan nilai
sebesar Rp45.000 per saham itu ditangani, maka dewan direksi biasanya
mengumumkan semua jumlah seperti itu sebagai tambahan modal disetor, yang di
banyak negara semua atau sebagian dari jumlah itu tersedia untuk dividen. Jadi,
saham tanpa nilai pari dengan nilai ditetapkan minimum atau nilai ditetapkan yang
diputuskan oleh dewan direksi, akan memungkinkan sebuah perseroan baru
meningkatkan operasinya dengan tambahan modal disetor yang mungkin melebihi
modal ditetapkan. Sebagai contoh, jika 1.000 lembar saham dengan nilai ditetapkan

5
Rp45.000 diterbitkan pada Rp135.000 per saham secara tunai, maka ayat jurnalnya
adalah sebagai berikut:

Kas Rp135.000.000
Saham Biasa Rp135.000.000
atau
Kas Rp135.000.000
Saham Biasa Rp45.000.000
Modal Disetor yang Melebihi Nilai Rp90.000.000
Ditetapkan
Dalam banyak hal, keunggulan nyata bagi perseroan yang membuat akun
tambahan Modal Disetor adalah dapat mempengaruhi dewan direksi untuk
mensyaratkan ayat jurnal berikutnya. Karena alasan ini, ataupun yang lainnya,
kecenderungannya adalah memperhitungkan saham tanpa nilai pari dengan nilai
ditetapkan seolah-olah saham itu adalah dengan nilai pari yang sama dengan nilai
ditetapkan.

3) Saham yang Dijual atas Dasar Pesanan


Penjualan saham atas dasar pesanan (subscribed stock) umumnya terjadi apabila
perusahaan kecil yang baru melaksanakan go publik atau bila perseroan menawarkan
saham kepada pegawainya agar mereka berpartisipasi dalam pemilikan perusahaan.
Jika saham dijual atas dasar pesanan, maka harga penuh dari saham itu tidak diterima
seluruhnya. Biasanya, hanya dilakukan pembayaran sebagian dan saham tidak
diterbitkan sampai harga pesanan penuh diterima. Akuntansi untuk Saham yang
Dipesan. Dua akun baru akan digunakan apabila saham dijual atas dasar pesanan.
Pertama, Saham Biasa atau Preferen yang Dipesan, menunjukkan kewajiban
perseroan untuk menerbitkan saham setelah pemesan melakukan pembayaran akhir
atas saldo pesanan. Akun ini menandakan suatu komitmen terhadap modal saham
yang belum diterbitkan. Setelah harga pesanan dibayar penuh, akun Saham Biasa atau
Preferen yang Dipesan lalu didebet dan akun Saham Biasa atau Preferen dikredit.
Saham Biasa atau Preferen yang Dipesan harus disajikan pada kelompok ekuitas
pemegang saham di bawah Saham Biasa atau Preferen.
Akun kedua, Piutang Pesanan (subscription receivable), menunjukkan jumlah
yang harus ditagih sebelum saham pesanan diterbitkan. Di sini terjadi kontroversi
sehubungan dengan penyajian Piutang Pesanan di neraca. Beberapa orang
mengemukakan bahwa Piutang Pesanan harus dilaporkan pada kelompok aktiva

6
lancar (tentu saja dengan asumsi bahwa pembayaran piutang akan diterima dalam
siklus operasi atau satu tahun, mana yang lebih panjang). Mereka menyatakan bahwa
hal ini sama dengan piutang dagang. Piutang dagang terjadi dari pesanan yang
berhubungan dengan transaksi penjualan pada kegiatan bisnis biasa; sedangkan
piutang pesanan berhubungan dengan penerbitan saham sendiri dan merupakan
kontribusi modal yang belum dibayarkan kepada perseroan.
Pihak lainnya berpendapat bahwa Piutang Pesanan harus dilaporkan
sebagai pengurangan dari ekuitas pemegang saham (yang sama dengan saham
treasuri yang dicatat pada biaya atau harga pokok). Mereka beralasan bahwa di
banyak negara tidak ada pertimbangan kekurangan yang dapat diperoleh dari
kegagalan pelanggan membayar saldo yang belum dibayar dari piutang pesanan.
Dengan risiko ketertagihan ini, SEC mensyaratkan perusahaan
menggunakan pendekatan kontra ekuitas (contra equity approach). Sebagai contoh,
pada prospektus Morlan International, Inc., piutang pesanannya dilaporkan sebagai
kontra ekuitas dengan cara berikut (saham biasa yang dipesan dimasukkan pada
Saham Biasa, dan tidak diperlihatkan secara terpisah):
MORLAN INTERNATIONAL INC.
Ekuitas pemegang saham
Saham biasa, nilai pari Rp90 per saham
Diotorisasi  9.000.000 saham
Diterbitkan 3.547.638 saham Rp     319.500.000
Tambahan modal Rp19.321.191.000
Laba ditahan Rp34.907.400.000
Dikurangi: Piutang pesanan Rp (1.336.500.000)
Total ekuitas pemegang saham Rp53.210.700.000
Kebanyakan negara menganggap saham biasa atau preferen yang dipesan sama
dengan saham biasa atau preferen yang beredar, yang berarti bahwa orang-orang yang
telah menandatangani kontrak pesanan yang sah biasanya memiliki hak dan
keistimewaan yang sama sebagai pemegang saham yang memiliki saham yang
beredar. Ayat jurnal untuk menangani saham yang dijual atas dasar pesanan
diilustrasikan oleh contoh berikut: PT SENADA. menawarkan saham atas dasar
pesanan kepada masyarakat tertentu yang memberinya hak untuk membeli 10 lembar
saham (nilai pari Rp45.000) pada harga Rp180.000 per saham. Sebanyak 50 orang

7
menerima tawaran perusahaan itu dan setuju membayar 50% uang muka serta
membayar 50% sisanya pada akhir bulan ke enam.
Pada tanggal penerbitan
Piutang Pesanan (10 x Rp180.000 x 50) 90.000.000
Saham Biasa yang Dipesan (10 x Rp45.000 22.500.000
x 50)
Agio Saham Biasa 67.500.000
(Untuk mencatat penerimaan pesanan 500
lembar saham)

Kas 45.000.000
Piutang Pesanan 45.000.000
(Untuk mencatat penerimaan angsuran
pertama sebesar 50% dari total jatuh tempo
saham yang dipesan)
Ketika pembayaran akhir diterima dan saham diterbitkan, ayat jurnalnya adalah:
Enam bulan kemudian
Kas 45.000.000
Piutang Pesanan 45.000.000
(Untuk mencatat penerimaan cicilan akhir
atas saham yang dipesan)

Saham Biasa yang Dipesan 22.500.000


Saham Biasa 22.500.000
(Untuk mencatat penerbitan 500 lembar
saham setelah penerimaan cicilan akhir dari
pesanan)
Akun Pesanan yang Tidak Terbayar. Kadangkala seorang pemesan tidak dapat
membayar semua angsuran dan melanggar persetujuan. Pertanyaannya dalam hal ini
adalah bagaimana dengan saldo akun pesanan serta jumlah yang sudah dibayar.
Jawabannya tergantung pada hukum negara yang berlaku. Beberapa negara 
mengizinkan perseroan untuk menahan setiap jumlah yang dibayarkan pada akun
pesanan yang tidak membayar; sementara negara lainnya mensyaratkan bahwa setiap

8
jumlah direalisasikan atas penjualan kembali yang melebihi jumlah yang terhutang
kepada pemesan pertama harus dikembalikan.

4) Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya (Penjualan Lump Sum)


Umumnya, perseroan menjual kelompok saham yang terpisah satu sama lain
sehingga hasil relatif untuk setiap kelompok, dan bahkan relatif untuk setiap lot, dapat
diketahui. Kadangkala, dua atau lebih kelompok sekuritas diterbitkan untuk suatu
pembayaran tunggal atau sekaligus (lump sum). Sebagai contoh, sudah menjadi hal
yang umum bahwa sekuritas diterbitkan lebih dari satu jenis atau kelompok pada saat
mengakuisisi perusahaan lain. Masalah akuntansi dalam penjualan lump sum seperti
ini adalah mengalokasikan hasil di antara beberapa kelompok sekuritas. Ada dua
metode alokasi yang tersedia, yaitu (1) metode proporsional dan (2) metode
inkremental.
a) Metode Proporsional. Jika nilai pasar wajar atau dasar lainnya yang baik untuk
menentukan nilai relatif setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump sum
yang diterima dialokasikan di antara kelompok-kelompok sekuritas atas dasar
proporsional, yaitu, rasio masing-masing terhadap total. Sebagai contoh, jika
1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan Rp90.000 yang memiliki harga
pasar Rp180.000 per saham dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari
Rp90.000 yang memiliki harga pasar Rp108.000 per saham diterbitkan dengan
nilai lump sum sebesar Rp270.000, maka alokasi Rp270.000 ke dalam dua
kelompok itu adalah sebagai berikut:

Nilai pasar wajar saham biasa (1.000 x Rp180.000) = Rp180.000.000


Nilai pasar wajar saham preferen (1.000 x Rp108.000) = Rp108.000.000
Nilai pasar wajar agregat = Rp288.000.000
Dialokasikan ke saham biasa : =  Rp168.750.000

Dialokasikan ke saham preferen: = Rp101.250.000

Total alokasi  =  Rp270.000.000

 
b) Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat
ditentukan, maka metode inkremental dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
kelompok-kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum

9
dialokasikan ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui. Sebagai contoh,
jika 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan Rp171.000 memiliki nilai
pasar Rp180.000 dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari Rp90.000
yang tidak memiliki harga pasar ditetapkan diterbitkan dengan nilai lump sum
sebesar Rp270.000.000, maka alokasi dari Rp270.000.000 itu untuk kedua
kelompok adalah sebagai berikut:
Penerimaan lump sum Rp270.000.000
Dialokasikan ke saham biasa (1.000 x Rp180.000) Rp180.000.000
Saldo yang dialokasikan ke saham preferen Rp  90.000.000

Jika tidak ada nilai pasar wajar yang dapat ditentukan untuk setiap
kelompok saham yang terlibat dalam pertukaran lump sum, maka alokasi
harus dilakukan secara arbitrer. Penilaian para pakar dapat digunakan. Atau,
jika diketahui bahwa satu atau lebih kelompok sekuritas yang diterbitkan akan
memiliki nilai pasar yang dapat ditentukan pada waktu yang akan datang, maka
dasar arbitrer itu dapat digunakan dengan maksud membuat penyesuaian jika nilai
pasar masa depan terbentuk.

5) Saham yang Diterbitkan dalam Transaksi Nonkas


Akuntansi untuk penerbitan saham atas properti atau jasa kadang-kadang
menimbulkan masalah dalam penilaian. Aturan umumnya adalah: Saham yang
diterbitkan untuk jasa atau properti selain kas harus dicatat, baik pada nilai
pasar wajar saham yang diterbitkan maupun pada nilai pasar wajar
pertimbangan nonkas yang diterima, tergantung mana yang dapat ditentukan
secara lebih jelas.
Jika keduanya telah dapat ditentukan dan transaksi itu merupakan hasil dari
pertukaran jarak jauh, maka kemungkinan terjadinya perbedaan nilai pasar wajar
sangatlah kecil. Dalam kasus seperti itu, tidak menjadi masalah nilai mana yang akan
digunakan sebagai dasar untuk penilaian pertukaran.
Jika nilai pasar wajar saham yang diterbitkan dan properti atau jasa yang diterima
belum dapat ditentukan, maka nilai yang dipakai biasanya ditetapkan oleh dewan
direksi atau manajemen pada jumlah yang nilai wajar dan tidak bertentangan dengan
bukti yang ada. Penilaian independen biasanya digunakan sebagai dasar yang dapat

10
diandalkan. Penggunaan nilai buku, pari, atau ditetapkan dasar sebagai dasar penilaian
transaksi harus dihindari.
Saham yang belum diterbitkan atau saham treasuri (terbitan saham yang telah
dibeli kembali tetapi belum ditarik) dapat ditukar dengan properti atau jasa. Jika
saham treasuri digunakan, maka biayanya tidak boleh dianggap sebagai faktor
penentu dalam penetapan nilai pasar wajar properti atau jasa tersebut. Di samping itu,
nilai pasar wajar saham treasuri, jika diketahui, harus digunakan untuk menilai
properti atau jasa tersebut. Jika nilai pasar wajar saham treasuri tidak diketahui, maka
nilai pasar wajar properti atau jasa harus digunakan, jika dapat ditentukan.
Serangkaian transaksi berikut menggambarkan prosedur pencatatan penerbitan 10.000
lembar saham biasa dengan nilai pari Rp90.000 yang ditukar dengan paten, dalam
berbagai keadaan:
1. Nilai pasar wajar paten belum dapat ditentukan tetapi nilai pasar wajar saham
diketahui sebesar Rp1.260.000.000
Paten 1.260.000.000
Saham Biasa (10.000
lembar x Rp90.000 per 900.000.000
saham)
Agio Saham Biasa 360.000.000

2. Nilai pasar wajar saham belum dapat ditentukan, tetapi nilai pasar wajar paten
ditetapkan sebesar Rp1.350.000.000

Paten 1.350.000.000
Saham Biasa (10.000
lembar x Rp90.000 per 900.000.000
saham)
Agio Saham Biasa 450.000.000

3. Nilai pasar wajar saham maupun nilai pasar wajar paten belum diketahui.
Konsultan independen menetapkan nilai paten sebesar Rp1.125.000.000 dan
dewan direksi menyetujui penilaian itu.

Paten 1.125.000.000
Saham Biasa (10.000 lembar 900.000.000

11
x Rp90.000 per saham)
Agio Saham Biasa 225.000.000

Dalam hukum perseroan, dewan direksi diberi kekuasaan untuk menetapkan


nilai transaksi nonkas. Namun kekuasaan ini telah disalahgunakan. Penerbitan saham
untuk properti atau jasa telah menghasilkan kasus modal perseroan yang dinyatakan
terlalu tinggi dengan cara sengaja mempertinggi nilai properti atau jasa yang diterima.
Penilaian yang terlalu tinggi atas ekuitas pemegang saham yang dihasilkan dari
penilaian aktiva yang dinaikkan menimbulkan apa yang disebut sebagai saham
pompaan (watered stock). Saham pompaan dapat dihapuskan dari struktur
perusahaan dengan menghapus aktiva yang dinilai terlalu tinggi.
Jika penerbitan saham untuk properti atau jasa mengakibatkan aktiva dicatat
terlalu rendah, maka cadangan rahasia (secret reserves) diciptakan. Struktur
perusahaan yang dinilai terlalu rendah atau cadangan rahasia dapat juga diperoleh
dengan metode lain: penilaian penyusutan atau amortisasi yang berlebihan,
pembebanan pengeluaran modal, penghapusan persediaan atau piutang yang
berlebihan, atau setiap penilaian yang terlalu rendah atas aktiva atau penilaian yang
terlalu tinggi adalah penyisihan yang berlebihan untuk estimasi jaminan produk yang
akhirnya menghasilkan penilaian terlalu rendah atas ekuitas pemilik, yang terlalu
menghasilkan suatu cadangan rahasia.

6) Penilaian Saham
Hukum dari beberapa negara menetapkan bahwa perusahaan dapat menilai
pemegang saham pada jumlah tambahan di atas nilai kontribusi awalnya. Meskipun
situai ini jarang terjadi, namun apabila setiap pemegang saham dinilai, mereka harus
membayar atau mungkin didenda atas saham yang dimilikinya. Setelah menerima
penilaian dari pemegang saham, perusahaan harus menentukan apakah saham semula
dijual pada disagio atau agio. Jika saham pada awalnya dijual dengan disagio, maka
hasil tambahannya dikredit ke akun disagio. Jika saham pada awalnya diterbitkan
pada agio, maka akun Tambahan Modal Disetor yang berasal dari Penilaian dikredit.

7) Biaya Penerbitan Saham


Biaya langsung yang terjadi ketika menjual saham, seperti biaya penjaminan,
biaya akuntansi dan hukum, biaya percetakan, dan pajak harus dilaporkan sebagai

12
pengurang jumlah yang disetor. Oleh karena itu, biaya penerbitan didebet ke
Tambahan Modal Disetor karena biaya tersebut tidak berhubungan dengan operasi
perusahaan. Sebenarnya, biaya penerbitan adalah biaya pendanaan dan harus
mengurangi hasil yang diterima dari penjualan saham.
Gaji manajemen dan biaya tidak langsung lainnya yang berhubungan dengan
penerbitan saham harus dibebankan pada saat dikeluarkan karena sulit untuk
menetapkan hubungan antara biaya-biaya tersebut dengan hasil yang diterima
penjualan. Di samping itu, setiap tahun perusahaan mengeluarkan biaya untuk
menyelenggarakan catatan pemegang saham dan menangani transfer kepemilikan.
Biaya yang berulang ini, terutama biaya pendaftaran dan biaya agen transfer, biasanya
dicatat sebagai beban pada periode terjadinya.
2.3 AKUNTANSI UNTUK SAHAM PREFEREN
Saham preferen adalah saham dengan kelas khusus yang memiliki beberapa
preferensi atau kelebihan atau fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Karakteristik
yang paling sering berkaitan dengan penerbitan saham preferen :

1. Preferensi atas dividen


2. Preferensi atas aktiva pada saat likuidasi
3. Dapat dikonversi menjadi saham biasa
4. Dapat ditebus pada opsi perseron
5. Tidak mempunyai hak suara
1. Karakteristik Saham Preferen
a. Saham Preferen Kumulatif
Dinyatakan bahwa jika perseroan gagal membayar dividen dalam satu tahun,
maka harus dibayarkan dalam tahun berikutnya sebelum laba dapat dbagikan
kepada pemegang saham biasa.
b. Saham Preferen Partisipasi
Pemegang saham ini membagi rata dengan pemegang saham biasa setiap
pembagian laba di luar tingkat yang ditentukan.
c. Saham Preferen Konvertibel
Mengizinkan pemegang saham, menurut opsinya, menukar saham preferen
menjadi saham biasa pada rasio yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Saham Preferen yang Dapat Ditarik

13
Mengizinkan perusahaan penerbit saham untuk menarik atau menebus, pada
opsinya, saham preferen yang beredar pada tanggal tertentu di masa depan
dan pada harga yang telah ditentukan.
e. Saham Preferen yang Dapat Ditebus
Terbitan saham preferen yang mempunyai karakter yang membuat sekuritas
itu bersifat seperti hutang (mempunyai kewajiban hukum untuk membayar)
dan bukan seperti instrumen ekuitas. Misalnya pada saham preferen yang
dapat ditebus ini mempunyai periode penebusan wajib atau karakter
penebusan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan penerbit saham.
2. Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen
Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi
saham biasa. Perusahaan mengalokasikan proceeds antara nilai pari saham
preferen dan tambahan modal disetor. Sebagai gambaran, asumsikan Bishop Co.
Menerbitkan 10.000 saham preferen dengan nilai pari sebesar $10 seharga $12
per saham. Bishop mencatat penerbitan ini sebagai berikut :
Kas $120.000
Saham Preferen $100.000
Modal Disetor sebagai Kelebihan dari Nilai Pari $20.000
Berkebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban saat
tanggal penerbitan), perusahaan memasukkan saham preferen konvertibel sebagai
ekuitas pemegang saham. Di samping itu, ketika menerbitkan saham preferen
konvertibel, tidak ada justifikasi teoritis untuk mengakui keuntungan atau
kerugian. Perusahaan tidak mengakui keuntungan atau kerugian ketika berurusan
dengan pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik perusahaan.
Namun perusahaan memakai metode nilai buku : mendebet saham preferen dan
tambahan modal disetor yang terkait dan mengkredit saham biasa dan tambahan
modal disetor (apabila ada kelebihan).
Saham preferen umumnya tidak mempunyai tanggal jatuh tempo. Sehingga,
tidak ada kewajiban hukum untuk membayar pemegang saham preferen.
Akibatnya, perusahaan klasifikasi saham preferen sebagai bagian dari ekuitas
pemegang saham. Setiap kelebihan atas nilai pari dilaporkan sebagai dari
tambahan modal disetor. Dividen saham preferen diperlakukan sebagai distribusi
laba dan bukan sebagai beban perseroan. Perusahaan harus mengungkapkan hak-
hak yang berhubungan dengan saham preferen yang beredar.

14
2.4 AKUNTANSI UNTUK SAHAM TREASURI
1) Pembelian Saham Treasuri
Ada dua metode yang umum digunakan :
a. Metode Biaya
Metode biaya atau metode harga perolehan menghasilkan pendebetan akun
Saham Treasuri untuk biaya reakusisi, serta dalam pelaporan akun ini sebagai
suatu pengurangan dari total modal disetor dan laba ditahan di neraca
b. Metode Nilai Pari atau Nilai Ditetapkan
Metode nilai pari atau nilai ditetapkan Mencatat semua transaksi saham
treasuri pada nilai parinya dan melaporkan saham treasuri hanya sebagai
pengurang atas modal saham.
Metode biaya atau harga pokok umumnya digunakan dalam akuntansi untuk
saham treasuri. Metode ini mengambil namanya dari kenyataan bahwa akun
saham treasuri dibuat pada biaya atau harga pokok saham yang dibeli. Contoh,
Asumsikan pada tanggal 20 Januari 2007, Pacific Company memperoleh
10.000 lembar sahamnya pada $11 per saham. Ayat jurnal yang dibuat untuk
mencatat reakuisisi ini adalah:
Saham Treasuri $110.000
Kas $110.000
2) Penjualan saham treasuri
Ada dua metode yang digunakan, yaitu :
a. Penjualan Saham Treasuri di Atas Harga Pokoknya.
Apabila harga jual saham treasuri lebih besar dari harga pokonya, maka
perbedaan ini dikredit ke Modal Disetor dari Saham Treasuri. Untuk ilustrasi,
asumsikan bahwa 1.000 lembar saham treasuri Pacific Company yang
diperoleh sebelumnya pada $11 per saham dijual dengan harga $15 per saham
pada tanggal 10 Maret. Pacific mencatat ayat jurnalnya sebagai berikut :
Kas $15.000
Saham Treasuri $11.000
Modal disetor dari saham treasuri $4.000
b. Penjualan Saham Treasuri di Bawah Harga Pokok.
Apabila saham treasuri dijual di bawah harga pokok, maka kelebihan harga
pokok atas harga jual didebet ke Modal Disetor dari Saham Treasuri. Untuk
ilustrasi, asumsikan bahwa 1.000 lembar saham treasuri tambahan pada

15
tanggal 21 Maret pada harga $8 per lembar saham,. Pacific mencatat ayat
jurnalnya sebagai berikut :
Kas $8.000
Modal Disetor dari saham Treasuri $3.000
Saham Treasuri $11.000
Apabila saldo kredit Modal Disetor dari saham Treasuri dieliminasi, maka
setiap kelebihan tambahan harga pokok atas harga jual didebet ke Laba
Ditahan. Untuk ilustrasi, anggaplah bahwa Pacific Company menjual
tambahan 1.000 lembar seharga $8 per saham pada tanggal 10 April. Dalam
kasus ini, saldo akun Modal Disetor dari akun Saham Treasuri sebelum
pembeli 10 April adalah sebesar $1.000, kelebihan tersebut didebet ke Modal
Disetor dari Saham Treasuri, dan sisanya didebet ke laba Ditahan. Ayat
jurnalnya adalah
Kas $8.000
Modal Disetor dari Saham Treasuri $1.000
Laba Ditahan $2.000
Saham Treasuri $11.000
3) Penarikan saham treasuri
Dewan direksi dapat menyetujui penarikan saham treasuri. Penarikan saham
treasuri mempunyai status sebagai saham yang diotorisasi dan saham yang belum
diterbitkan. Pengaruh akuntansinya adalah sama dengan penjualan saham treasuri
kecuali bahwa debet dilakukan ke akun modal disetor yang dapat diaplikasikan ke
penarikan saham, bukan ke kas. Sebagai contoh, jika saham pada awalnya dijual
dengan nilai pari, maka saham biasa didebet sebesar nilai pari persaham. Jika
saham pada awalnya dijual seharga $3 di atas nilai pari, maka debet ke Agio
Saham sebesar $3 per saham juga diperlukan.

2.5 PELAPORAN DAN ANALISIS EKUITAS PEMEGANG SAHAM


Menurut PSAK No. 21 yaitu ekuitas sebagai bagian dari hak pemilik dalam
perusahaan yang harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
informasi yang mengenai sumbernya secara jelas dan juga disajikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan juga akta pendirian yang berlaku. Tujuan dari
pelaporan ekuitas ini pemegam saham menyediakan informasi kepada pihak yang
berkepentingan tentang efisiensi serta kepengurusan manajemen dan menyediakan

16
informasi tentang prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas yang lain, dan juga
tanggung jawab si pemilik.
1) Ekuitas pemegang saham dilaporkan
Laporan ekuitas pemegang saham harus dilaporkan dalam periode tertentu saat
ada perubahan yang berkaitan dengan modal saham. Jika perubahan dalam ekuitas
pemegang saham hanya terjadi pada laba bersih atau rugi bersih dan dividen,
maka laporan laba ditahan saja sudah mencukupi. Akan tetapi, saat perseroan juga
mengalami perubahaan dalam saham dan akun modal disetor lainnya, biasanya
disiapkan laporan ekuitas pemegang saham.
Laporan ekuitas pemegang saham biasanya disajikan dalam format dasar sebagai
berikut:
a) Saldo pada awal periode
b) Penambahan
c) Pengurangan
d) Saldo pada akhir periode
Pengungkapan perubahan pada akun terpisah dari ekuitas pemegang saham
disyaratkan untuk membuat laporan keuangan yang cukup informatif, artinya jika
perusahaan mempunyai laba komprehensif hanya dihitung dalam laporan ekuitas
pemegang saham, maka laporan ekuitas pemegang saham harus ditampilkan pada
level yang sama seperti laporan keuangan lainnya.
2) Ekuitas pemegang saham dianalisis
Rasio yang digunakan untuk menganalisis ekuitas pemegang saham dalam
mengevaluasi profitabilitas dan solvensi jangka panjang perusahaan, antara lain:
a) Tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa adalah rasio yang digunakan
secara luas yang mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham
biasa. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak dollar laba bersih yang
diperoleh dari setiap dollar yang diinvestasikan oleh pemiliknya.
Pengembalian atas ekuitas juga menolong para investor dalam menilai
kelayakan saham ketika pasar pada umumnya tidak dalam kondisi baik.
Perhitungan dari tingkat pengembalian ekuitas saham biasa, yaitu:
Laba Bersih – Dividen Saham Preferen
Rata rata Ekuitas Pemegang Saham

17
b) Rasio pembayaran adalah profitabilitas yang merupakan rasio dividen tunai
terhadap laba bersih. Jika saham sedang beredar, maka rasio ini dihitung untuk
pemegang saham biasa dengan laba bersih yang tersedia untuk pemegang
saham biasa.
Rasio Pembayaran = dividen tunai
Laba bersih – dividen preferen
c) Nilai buku per saham adalah jumlah setiap saham yang akan diterima jika
perusahaan dilikuidasi ada dasar jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Tetapi
angka tersebut akan kehilangan banyak relevansinya jika penilaian atas neraca
tidak memperkirakan nilai pasar wajar aktiva. Rumus: Nilai Buku Per Saham
= Ekuitas Pemegang Saham Biasa / Saham Yang Beredar

18
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Modal saham atau capital/stock yaitu modal perusahaan yang berasal dari
penjualan saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan atau dana yang diperoleh
dari hasil penjualan saham ini menjadi modal pokok dari perusahaan. Dalam
penerbitan saham ada beberapa prosedur yang perlu dilakukan. Pertama, saham harus
diotoritas oleh negara bagian, umumnya dalam suatu sertifikat atau akta perusahaan.
Kedua, saham ditawarkan untuk dijual dan dibuat kontrak untuk menjual saham
tersebut. Ketiga, dana saham dikumpulkan dan akhirnya saham diterbitkan. Metode
biaya atau harga pokok umumnya digunakan dalam akuntansi untuk saham treasuri.
Metode ini mengambil namanya dari kenyataan bahwa akun saham treasuri
dibuat pada biaya atau harga pokok saham yang dibeli. Saham preferen adalah saham
dengan kelas khusus yang memiliki beberapa preferensi atau kelebihan atau fitur yang
tidak dimiliki oleh saham biasa. Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya
sama dengan akuntansi saham biasa. Analisis Rasio ekuitas pemegang saham
digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dan solvensi jangka panjang perusahaan.
Tiga rasio yang digunakan yaitu: tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa, rasio
pembayaran, dan nilai buku per saham.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kieso, D.E, Weygandt, J.J dan Warfield, T.T., 2004, Intermediate Accounting, 11th Edisi 10
Bahasa Indonesia
Winra, Nuryadi. Modal Saham Kieso dalam https://www.academia.edu/search?q=modal
%20saham%20keiso diunduh 24 Nopember 2021

20

Anda mungkin juga menyukai