Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang yang telah memberikan berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup
yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia
dan kehidupan di akhirat nanti, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, sehingga makalah ini terselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali, didalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangannya,
baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta
teman-teman sekalian, untuk itu besar harapan kami jika kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini semoga bisa
bermanfaat baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil
atau menyempurnakan lagi dan mengambil hikmah dari judul ini “Pemeriksaan
Ekuitas” sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Cover.......................................................................................................................
Kata Pengantar......................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................
Bab I Pendahuluan................................................................................................
3.1. Kesimpulan..............................................................................................15
Daftar Pustaka...................................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat dan contoh Ekuitas ?
2. Apa tujuan dari pemeriksaan Ekuitas ?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan Ekuitas ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Treasury Stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali oleh
perusahaan).
c. Premium (agio) atau Discount (Disagio) dari penjualan saham baik saham biasa
(common stock) maupun saham preferen (preffered stock).
d. Selisih kurs atas modal disetor.
e. Selisih penilaian kembali aktiva tetap, untuk perusahaan yang melakukan revaluasi
aktiva tetap berdasarkan peraturan pemerintah.
f. Retained Earnings (Laba ditahan/sisa laba tahun lalu) atau Deficit/Accumulated
Losses (sisa rugi tahun lalu).
Beberapa hal yang harus diperhentikan mangenai pemeriksaan ekuitas :
1. Jika akte pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari menteri kehakiman dan
HAM menurut undang-undang perseroan terbatas no.1 tahun 1995, yang mulai
berlaku tanggal 7 maret 1996, transaksi hukum perusahaan (perjanjian- perjanjian
yang dibuat perusahaan) belum dianggap sah.
2. Modal Disetor dan Modal Ditempatkan tidak dapat melebihi Modal Dasar. Jika modal
disetor melebihi modal dasar maka harus dilakukan perubahan akte pendirian yang
harus disahkan oleh menteri kehakiman dan HAM. Akte pendirian yang telah
disahkan Menteri Kehakiman dan HAM akan diumumkan dalam berita negara
(lembaran negara). Selama perubahan akte belum disahkan Menteri kehakiman dan
HAM, kelebihan modal disetor atas modal dasar dilaporkan sebagai hutang pemegang
saham.
3. Modal yang tercantum di neraca adalah Modal Disetor. Contohnya:
a. Modal Dasar 100.000 lembar saham biasa = Rp. 1.000.000.000,00
b. (nilai nominal Rp. 10.000,00 per lembar saham)
c. Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa = Rp. 500.000.000,00
d. Modal Disctor 50% dari modal ditempatkan = Rp. 250.000.000.00
Jumlah yang tercantum di neraca adalah sebesar Rp 250.000.000,00
4. Tujuan pembelian saham kembali (treasury stock) adalah :
a. Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan
b. Untuk dibagikan sebagai saham bonus kepada para manajer dan pegawai
perusahaan
Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen. Karena
itu jika suatu perusahaan yang memiliki treasury stock membagikan cash dividend.
4
Maka dividen per saham akan menjadi lebih besar. Misalkan suatu perusahaan yang
modalnya disetor dan terdiri dari 100.000 lembar saham dan treasury stocknya 20.000
lembar saham, membagikan cash dividend sebesar Rp. 20.000.000,00 karena ada
treasury stock, maka dividen per sahamnya adalah :
Rp. 20.000.000,00
= Rp. 250,00
Rp. 100.000-20.000
Jika treasury stock tidak ada, maka dividen per saham adalah:
Rp. 20.000.000,00
= Rp. 200,00
Rp. 100.000
Dengan lebih tingginya dividen per saham, diharapkan harga pasar saham bisa
meningkat.
5. Jika akumulasi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal disetor,
perusahaan harus melaporkan hal tersebut ke pengadilan negeri untuk diumumkan
dalam berita negara. Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal
disetor, maka menurut kitab undang-undang Hukum Dagang (KUHD) di Indonesia,
secara hukum perusahaan harus bubar dan kalau masih diteruskan beroperasi maka
para manajer harus bertanggungjawab atas kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga
jika suatu saat perusahaan dibubarkan. Karena hal ini menyangkut kelangsungan
hidup perusahaan (going concern) maka akan mempengaruhi opini yang diberikan
KAP terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Kedua hal
tersebut diatas (kerugian mencapai 50% atau 75% dari modal disetor) harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Namun sejak berlakukannya
Undang-undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, ketentuan tersebut
tidak berlaku lagi.
6. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK) aktiva tetap harus
dicatat/disajikan dalam neraca berdasarkan harga perolehannya (acquisition cost).
Namun demikian jika ada peraturan pemerintah yang memperbolehkannya,
5
perusahaan dapat melakukan evaluasi aktiva tetap. Pengaruh dari dilakukannya
revaluasi aktiva tetap adalah nilai aktiva tetap meningkat dan kenaikan nilai tersebut
dicatat disisi kredit sebagai "selisih penilaian kembali aktiva tetap" yang nantinya,
dengan persetujuan kantor pelayanan pajak dapat dikonversikan sebagai modal. Atas
selisih penilaian kembali aktiva tetap dikenakan PPh 10%.
7. Adjustment ke Retained earnings (deficit) hanya diperbolehkan jika menyangkut laba
rugi tahun lalu yang jumlahnya material (besar) atau menyangkut pembayaran pajak
yang berasal dari STP (Surat Tagihan Pajak). Atau SKPKB (Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar) walaupun jumlahnya kecil.
8. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus menggunakan nilai wajar aktiva
bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal yang disetujui Dewan
Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai yang disepakati
oleh dewan komisaris dan penyetor bentuk barang.
9. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ekuitas biasanya tidak banyak, kecuali
jika keadaannya sebagai berikut:
a. Perusahaan banyak membuat koreksi retained earnings sehingga auditor harus
memeriksa koreksi tersebut secara rinci.
b. Perusahaan dalam proses go public.
6
6. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan sudah
sesuai dengan SAK dan hal penting sudah diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
7
2. Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di laporan posisi
keuangan (neraca) sudah sesuai dengan apa yang tercantum di akta pendirian
perusahaan.
Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal
disetor, baik dalam jumlah lembar saham maupun nilai nominal yang tercantum
di akta pendirian harus sesuai dengan yang tercantum di laporan posisi keuangan
(neraca). Selain itu auditor harus memeriksa dan yakin bahwa modal disetor
betul-betul sudah disetor oleh para pemegang saham.
3. Untuk memeriksa apakah ijin-ijin yang diperlukan dari Pemerintah yang
menyangkut ekuitas (misalnya dari KemHukHam BKPMD, OJK, KPP dan SK
Presiden) telah dimiliki oleh perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekuitas telah mendapat otorisasi
dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi, dewan komisaris), RUPS
maupun instansi pemerintah.
5. Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada Retained Earning atau
Accumulated Losses didukung oleh bukti-bukti yang sah.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan
(neraca) dan catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan ETAP, PSAK,
IFRS.
8
a. Berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan
discount dari penjualan saham;
b. Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common stock dan
preferred stock, dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya;
c. Rincian pemegang saham.
6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained
earnings /deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi
oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan apakah adjustment ke retained
earnings /deficit memang reasonable dan jumlahnya cukup material.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah:
a. Dividen dibagikan dalam bentuk cash dividend, stock dividend atau property
dividend;
b. Pencatatannya sudah benar (pada waktu deklarasi dividen maupun pada saat
pembayaran dividen);
c. Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui notulen
rapat direksi dan rapat umum pemegang saham);
d. Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit)
sudah mencapai 75% dari modal disetor, kalau ini terjadi harus ada penjelasan
dalam catatan atas laporan keuangan.
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau Biro
Administrasi Efek (Stock Transfer Agent).
10. Seandainya ada treasury stock:
a. Periksa bukti pembelian dan otorisasinya.
b. Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasury stock dijual
kembali).
c. Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock (apakah untuk
memperbaiki harga pasar saham perusahaan atau untuk dibagikan sebagai
saham bonus).
d. Perhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen.
11. Periksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan (neraca) dan catatan
atas laporan keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS.
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.
9
Penjelasan prosedur pemeriksaan ekuitas
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas
Untuk mempelajari dan mengevaluasi internal control atas ekuitas biasanya
digunakan Internal Control Questionnaires (ICQ) atau penjelasan narrative.
2. Minta salinan (copy) dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Hukum dan HAM,
SK BKPM/BKPMD, SK Bapepam-LK, SK Presiden, untuk disimpan dalam
permanent file
3. Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang tercantum
di laporan posisi keuangan (neraca) dan penjelasan dalam catatan atas laporan
keuangan.
4. Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk penambahan setoran modal. Caranya lihat
buku besar untuk perkiraan modal, periksa apakah ada transaksi kredit dalam
perkiraan tersebut, jika ada periksa voucher referencenya apakah journal voucher atau
bukti penerimaan kas/bank.
Jika referencenya bukti penerimaan kas/bank berarti setoran modal dilakukan
dalam bentuk uang tunai (fresh money) dan auditor harus memeriksa bukti
penerimaan kas atau kredit nota dari bank. Jika referencenya journal voucher, berarti
setoran modal dilakukan dalam bentuk aset non cash, misalnya aset tetap, persediaan,
surat berharga dan lain-lain (dalam bentuk inbreng). Dalam hal ini auditor harus
memeriksa journal voucher dan bukti pendukungnya. biasanya jika disetor dalam
bentuk inbreng ada laporan dari appraisal mengenai nilai aset non cash yang dijadikan
setoran modal.
Periksa apakah setoran modal dalam bentuk tunai, beberapa waktu kemudian
ditarik kembali oleh pemegang saham dan oleh perusahaan dicatat sebagai piutang
pemegang saham. Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995. hal tersebut
tidak diperbolehkan, dan dari segi peraturan pajak jika ada piutang pemegang saham
akan dikenakan pajak penghasilan atas bunga. Selain itu perusahaan go public bisa
menambah modal disetornya dengan melakukan Right Issue, yaitu mengeluarkan
tambahan saham ditempatkan yang hak utama untuk membelinya diberikan kepada
pemegang saham lama (misalnya setiap pemegang 3 saham lama diberi hak untuk
membeli 1 saham baru). Jika pemegang saham lama tidak ingin menggunakan
haknya, hak tersebut bisa dialihkan ke pihak lain.
10
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan besarnya modal, jenis saham dan rincian
pemegang saham.
6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan Retained
Earnings/Deficit.
Caranya periksa buku besar untuk perkiraan retained earnings/deficit, apakah
ada transaksi debit dan transaksi kredit, jika ada periksa voucher reference-nya dan
bukti pendukungnya. Jika perusahaan membayar kekurangan penyetoran pajak untuk
tahun-tahun yang lalu, berikut dendanya, berdasarkan SKP (Surat Ketetapan Pajak),
atau STP (Surat Tagihan Pajak), maka voucher reference-nya berupa bukti
pengeluaran kas/bank dan bukti pendukungnya adalah SSP (Surat Setoran Pajak). Jika
koreksi ke retained earnings/deficit berasal dari koreksi yang menyangkut pendapatan
atau biaya tahun-tahun yang lalu, harus diperiksa kewajaran alasannya dan
kelengkapan bukti pendukung serta otorisasinya dan jumlahnya harus material. Jika
jumlahnya tidak material, harus dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi tahun
berjalan.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah:
a. Dividen dibagikan dalam bentuk cash dividend, stock dividend atau property
dividend;
b. Pencatatannya sudah benar (pada waktu deklarasi dividen maupun pada saat
pembayaran dividen);
c. Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui notulen rapat
direksi dan rapat umum pemegang saham);
d. Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah mencapai 75% dari modal
disetor.
Jika hal ini terjadi, auditor harus menjelaskan kepada klien bahwa hal ini
memengaruhi keyakinan auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan (going
concern) dan diatur dalam KUHD bahwa secara hukum perusahaan harus bubar.
Dalam hal ini auditor tidak dapat memberikan unqualified opinion (pendapat wajar
tanpa pengecualian) karena going concern perusahaan diragukan. Namun jika
manajemen dapat meyakinkan auditor bahwa dalam waktu singkat akan dilakukan
tambahan setoran modal atau di tahun-tahun berikutnya, perusahaan akan dapat
meningkatkan efisiensi dan labanya, maka bisa saja auditor memberikan unqualified
opinion.
11
9. Pertimbangkan konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi Efek.
Untuk perusahaan yang belum go public harus dipertimbangkan atau
ditanyakan dulu ke klien apakah ada pemegang saham yang keberatan jika dikirimi
konfirmasi Sedangkan untuk perusahaan yang sudah go public, konfirmasi bisa
dikirim ke Biro Administrasi Efek yang ditugaskan oleh klien untuk mengelola
administrasi sahamnya.
10. Periksa treasury stock.
Auditor perlu mengingat bahwa pembelian treasury stock biasanya dicatat
dengan menggunakan cost method. Pada saat treasury stock dijual kembali akan
timbul "Paid-In Capital from Sale of Treasury Stock" sebesar selisih antara harga jual
dan harga beli dari treasury stock tersebut.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS.
12. Buat keimpulan mengenai kewajaraan ekuitas.
Penyajian Modal
Penyajian modal dalam neraca dilakukan sesuai dengan ketentuan pada akta pendirian entitas
dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. Modal
dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham
untuk setiap jenis saham yang dinyatakan dalam neraca. Bila terdapat lebih dari satu jenis
saham, hak preferen dari suatu golongan saham atas deviden dan pelunasan modal pada saat
likuidasi dicantumkan dalam laporan keuangan.
Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen kumulatif,
jumlah tunggakan tiap saham dan jumlah keseluruhan dividen periode sebelumnya
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Perubahan atas modal yang ditanam
dalam tahun berjalan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk penyajiannya sesuai Akta Pendirian
Badan Usaha tersebut, misalnya saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan PT.
12
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau laporan
perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan:
Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikreditkan dengan pos-pos yang seharusnya
diperhitungkan pada laporan laba rugi periode berjalan.
13
jumlahnya. Perubahan akun-akun penjatahan atau pemisahan saldo laba, juga
diungkapkan.
2. Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan di sekitar saldo laba, diungkapkan.
Misalnya, selama perjanjian kredit berlangsung, entitas tidak diizinkan membagi
saldo laba tanpa seizin kreditur.
3. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak.
4. Pengungkapan jumlah dividen dan dividen per lembar saham, pengungkapan,
keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen.
5. Tunggakan dividen, jumlah maupun tunggakan per lembar saham.
6. Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Atom,2010, PemeriksaanEkuitas,http://audit-auditing.blogspot.co.id,
diaksesTanggal15November2016
16