Anda di halaman 1dari 22

AKUNTANSI PAJAK : EKUITAS

DISUSUN OLEH

Melasari 11.152.034

Yuli Ratna Sari 11.152.114

DOSEN PEMBIMBING

Yeni Widyanti, S.E., M.Ak.

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2013
KATA PENGANTAR

Pertama puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat

rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dan tak lama penulis juga

memanjatkan salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Didalam makalah ini dibahas tentang Ekuitas. Dimana ekuitas merupakan

bagian dari sisi pasiva dalam Laporan Posisi Keuangan atau neraca. Pada makalah

ini ekuitas dipandang dari sudut akuntansi komersial dan akuntansi pajak.

Penulis sadar bahwa apa yang telah disajikan ini mungkin masih banyak

kekurangan dan kesalahan baik dalam hal penulisan maupun dalam hal materi, hal

ini dikarenakan oleh keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis. Akhirnya penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tulisan ini dapat menjadi lebih

sempurna.

Palembang,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

Pendahuluan.......................................................................................................... 1

Bentuk Hukum, Perusahaan dan Ekuitas.............................................................. 2

Ekuitas Saham....................................................................................................... 4

Daftar Pustaka....................................................................................................... 19

iii
PENDAHULUAN

Ekuitas saham merupakan bagian dari ekuitas. Ekuitas (PSAK No. 21

Reformat Tahun 2007) diartikan sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan

yaitu selisih antara aset dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak

merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Jika kita ingat kembali

persamaan dasar akuntansi, sisi kiri merupakan harta dan sisi kanan merupakan

hutang dan ekuitas. Sisi kiri merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan

sedangkan sisi kanan menunjukkan besarnya kepentingan kreditor dan pemilik

terhadap harta perusahaan. Kriteria ekuitas terdiri atas:

1. Ekuitas atau simpanan pokok anggota untuk koperasi,

2. Saldo laba, dan

3. Unsur lain, misalnya tambahan setoran ekuitas.

Klasifikasi keuangan ditentukan berdasarkan substansi pengakuan awal

transaksi (contractual arrangement on initial recognition). Apabila awal transaksi

penyerahan suatu instrument keuangan mengandung kewajiban kontraktual untuk

menyerahkan uang tunai atau sejenisnya di masa depan, maka instrumen

keuangan tersebut digolongkan sebagai kewajiban. Sebaliknya ekuitas sesuai

paragraf 07 PSAK 21reformat 2007 menyataakan bila pemegang instrument

keuangan tidak mempunyai hak keuangan masa depan pada penerbit instrumen,

namun berhak secara proporsional atas dividen atau distribusi berlandas ekuitas,

sehingga instrumen digolongkan sebagai ekuitas.

1
BENTUK HUKUM, PERUSAHAAN DAN EKUITAS
Walaupun secara hukum perusahaan perseorangan tidak diakui sebagai

entitas yang terpisah dari pemiliknya, namun menurut pandangan akuntansi

perusahaan perseorangan terpisah dari pemiliknya. Perseorangan terbatas menurut

pandangan hukum merupakan entitas yang dapat melakukan kegiatan seperti

manusia sehingga dapat dikatakan bahwa PT merupakan entitas buatan ( artificial

entity). Pada bab ini ditekankan pada perseroan terbatas.

Bentuk hukum dan jenis ekuitas dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Badan Usaha Milik Negara/Daerah

a. Perusahaan jawatan, ekuitas perusahaan tidak diteruskan dari APBN.

b. Perusahaan umum, ekuitas perusahaan yang disetor merupakan kekayaan

negara yang diteruskan APBN dan tidaktrdiri atas saham. Dari sudut pandang

akuntansi ekuitas, pengklasifikasian dan perjanjian sama dengan PT

( Persero) kecuali ekuitas (tidak terdiri dari saham).

c. PT (Persero), sebagai BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas, yang

mayoritas sahamnya dimiliki negara. Perjanjian ekuitas tidak ada perbedaan

antara PT ( Persero) dengan Perseroan Terbatas.

2. Perusahaan Swasta

a. Perusahaan perorangan

Perusahaan ini tidak dikategorikan perusahaan hukum, dengan ekuitas yang

tidak terdiri dari saham. Oleh karena itulah harta pribadi pemilik perusahaan

terkait pada utang-piutang usaha.

2
b. Persekutuan Perdata

Persekutuan ini bukan badan hukum, dan ekuitasnya tidak terdiri atas saham.

c. Firma

Bentuk terima ekuitas tidak terbagi atas saham dan pola partner/anggota firma

mempunyai tangggung jawab atas kewajiban firma sebagai ekuitas

perusahaan orang.

d. Commanditier Vennotsehaap (CV)

CV sering disebut sebagai perseroan komanditer ekuitasnya harus dipisahkan

antara perseroan aktif dan perseroan komanditer. Untuk membedakan antara

keduanya, persero aktif bertindak sebagai pengurus CV, sedangkan persero

komanditer tanggungannya terbatas ekuitas yang disetor.

e. Perseroan Terbatas

Jika dilihat dari sudut pandang akuntansi perseroan terbatas adalah suatu

perusahaan yang kepemilikannya diwujudkan dengan saham. Saham

merupakan serrtifikat yang dikeluarkan oleh perseroan. Seseorang atau

lembaga yang ikut serta menyerahkan sumber daya (harta) ke perseroan akan

diberikan saham. Mereka disebut pemegang saham. Ekuitas PT terdiri atas

saham dan tanggung jawab setiap persero yang terbatas jumlah ekuitas saham

yang disetor apabila PT telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak

Azazi Manusia.

3. Koperasi

Koperasi sebagai badan hukum yang ekuitasnya dari simpanan badan

anggota, tidak dapat dipindah tangankan tetapi dapat diambil bila anggota

keluar dari keanggotaan koperasi. Ekuitas koperasi ini terdiri atas simpanan

3
ekuitas, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, dan penyisihan hasil usaha

termasuk cadangan.

EKUITAS SAHAM

Sebagaimana telah diuraikan bahwa ekuitas saham bagian dari ekuitas. Dalam

hal pengungkapannya, dalam ekuitas tersebut dengan terbatas dan jelas

pengelompokkan:

1. Ekuitas disetor;

2. Saldo laba;

3. Selisih penilaian kembali aset tetap; dan

4. Ekuitas sumbangan.

A. JENIS-JENIS SAHAM

Secara umum ekuitas saham yang termasuk dalam ekuntansi ekuitas untuk

badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam PSAK 21 Tahun

2007, Ekuitas Saham meliputi:

1. Saham Preferen (preferered stock);

2. Saham Biasa (common stock);

3. Tambahan ekuitas disetor (paid in capital).

Untuk ekuitas yang berasal dari sumbangan disajikan sebagai bagian

tambahan ekuitas disetor. Dalam penyajiannya dineraca harus dilakukan sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, peraturan

4
yang berlaku, dan menggambarkan keuangan yang ada, sehingga dalam neraca

akan terlihat ekuitas dasar, ekuitas yang ditetapkan, ekuitasyang disetor, nilai

nominal, dan banyak saham untuk setiap jenis saham.

Jenis saham seperti dikemukakan diatas terdapat saham preferen yang

memberikan hak prefensi kepada pemegangnya berupa:

1. Pembagian aset terlebih dahulu pada saat berdiri.

2. Pembagian diuraikan dalam pembagian laba yang dapat berbentuk kumulatif

dan tidak kumulatif, partisipasi, dan tanpa partisipasi.

3. Convertible.

Saham biasa tidak mempunyai hak lebih dibanding saham-saham lainnya,

sedangkan tambahan ekuitas disetor sebagai bagiabdari ekuitassaham memuat dari

berbagai unsur penambah ekuitas seperti agio saham, tambahan ekuitas, dan

perolehan kembalisaham dengan harga yanglebih murah daripada jumlah yang

diterima pada saat pengeluaran, tambahan ekuitas dari penjualan saham yang

diperoleh kembali dengan harga diatas jumlah yang dibayarkan pada saat

diperolehnya, tambahan ekuitas dari perbedaan harus ekuitas disetor dan lain

sebagainya (PSAK No. 21 Reformat Tahun 2007).

Dalam PSAK diatur pencatatan perubahan ekuitas disetor PT dicatat

berdasarkan:

1. Jumlah uang yang diterima.

2. Setoran saham dalam bentuk uang sesuai transaksi nyata untuk jenis saham

yang status dalam bentuk rupiah pada akta pendiriannya, setoran saham tunai

dalam bentuk mata uang asing dinilai berdasarkan kurs yang berlaku.

5
3. Besarnya tagihan yang timbul atau kurang yang dikonversi menjadi ekuitas.

4. Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham,

yaitu harga dasar tanggal transaksi untuk PT yang sahamnya terdaftar di bursa

efek atau nilai wajar yang disepakati Rapat Umum Pemegang Saham untuk

saham yang tidakada harga pasarnya.

5. Nilai wajar aset lancar kasyang diterima.

6. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajar aset

bukan kas yang diserahkan yaitu nilai appraisal atau tanggal transaksi yang

disetujui Dewan Komisaris untuk saham yang terdaftar di bursa efek.

Pencatatan dapat pula untuk penggunaan saham yang disetor yang lainnya

akan dicatat berdasarkan:

1. Jumlah yang dibutuhkan; atau

2. Besarnya utang yang timbul; atau

3. Nilai wajar aset bahan kas yang diserahkan.

Pada umumnya pengeluaran saham dengan/mempunyai nilai nominal. Di

Indonesia, pengeluaran saham tanpa nilai nominal tidak diperkenankan (Undang-

Undang PT). Akan tetapi, dapat pula terjadi nilainya ditetapkan (stated value)

yang jarang di Indonesia, walaupun hakikatnya tidak berbeda dengan saham

dengan nilai nominal.

Untuk lebih jelasnya dalam mencatat dan melaporkannya dapat diilustrasikan

sebagai berikut:

6
1. Pada tanggal 1 juni 2012 PT Aditya setuju dengan mengeluarkan saham

10.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp. 100.000,00 per lembar.

Sejumlah 4.000 lembar terjual seharga Rp. 450.000.000,00 tunai.

Ayat jurnal:

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kas 450.000.000,00

Ekuitas Saham 400.000.000,00

Tambahan Ekuitas Disetor/Agio 50.000.000,00

Kelebihan nilai di atas nilai nominal pada saat penempatan/penjualan dicatat

dalam akuntansi tambahan ekuitas disetor atau tahun “agio saham biasa”.

2. Kemungkinan nilai nominal tidak ditetapkan (no par value), sehingga jumlah

yang diterima tunai atas penjualan tersebut tidak dicatat dalam akun

“Tambahan Ekuitas Disetor”, tetapi akun “Ekuitas Saham” seperti di atas

akan dijurnal:

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kas 450.000.000,00

Ekuitas Saham 450.000.000,00

3. Dampak pula terjadi bahan penjualan saham tersebut berupa tanah yang

senilai harga jual saham Rp. 450.000.000,00.

Ayat jurnal yang disusun:

Tg Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


7
l

Tanah 450.000.000,00

Ekuitas Saham 400.000.000,00

Tambahan Ekuitas Saham 50.000.000,00

4. Apabila harga pasar tanah ditetapkan sebesar Rp. 425.000.000,00 dan Harga

Pasar Wajar Saham tidak ditetapkan, atau dijurnal:

Tg Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

Tanah 425.000.000,00

Ekuitas Saham 400.000.000,00

Tambahan Ekuitas Disetor 25.000.000,00

5. Apabila seseorang menyatakan akan membeli saham.

Apabila penyetoran uangnya akan dilakukan kemudian, berarti ekuitas

telah ditempatkan (subkribed).

Pola umumnya kondisi demikian belum dicatat kecuali bentuk perusahaan

yang go public. Sebagai contoh PT Arwana setuju untuk mengeluarkan 10.000

lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp. 100.000,00 per lembar. Pada

tanggal 1 November 2012 dijual 5.000 dengan biaya Rp. 125.000,00 per saham

dengan pembayaran awal 50%, sedangkan kekurangannya akan dibayar dalam

tenggang waktu 90 hari tepat jurnal yang disusun:

8
a. Saat penempatan

Tg Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

Piutang atas Perusahaan 625.000.000,00

Saham

Saham yang Dipesan 500.000.000,00

Tambahan Ekuitas Disetor 125.000.000,00

b. Saat penerimaan bagian pertama

Tg Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kas dalam Bank 312.500.000,00

Piutang atas Pemesanan Saham 312.500.000,00

c. Saat menerima kekurangannya bagian kedua dan pengeluaran 2.500 lembar

yang seluruhnya sebagai saham yang dipesan.

1)

Tg Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kas dalam Bank 156.000.000,00

Piutang atas Pemesanan Saham 156.000.000,00

2)

Tg Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

9
l

Saham yang Dipesan 250.000.000,00

Saham Biasa 250.000.000,00

Berdasarkan data diatas, maka ekuitas yang dilaporkan tampak sebagai berikut:

Ekuitas Pemegang Saham

Saham biasa normal @Rp. 100.000,00 yang disetujui,

25.000 lembar telah beredar Rp 250.000.000,00

Saham yang dipesan, 25.000 lembar Rp 250.000.000,00

Tambahan Ekuitas Disetor Rp 125.000.000,00

Piutang atas penambahan saham Rp (156.250.000,00)

Total ekuitas Rp 468.750.000,00

B. PENERBITAN SAHAM

Karena adanya proses penerbitan saham maka status saham dapat

bermacam-macam yaitu:

1. Saham yang sudah diotorisasi

2. Telah dipesan tetapi belum diserahkan kepada para pembeli.

3. Beredar yaitu telah dijual diserahkan kepada para pemegang saham.

4. Dibeli kembali dan disimpan oleh perusahaan.

10
5. Dibatalkan.

C. PENJUALAN SAHAM SECARA TUNAI

Jika dilihat dari nilai yang ditetapkan suatu saham, terdapat tiga jenis

saham yaitu:

1. Saham dengan nilai nominal, disurat saham ditulis nilai nominalnya

Untuk saham yang bernilai nominal atau nilai yang ditetapkan, akuntansinya

sama yaitu rekening modal saham akan dikreditkan sebesar nilai nominal atau

nilai yang ditetapkan. Jika ada selisih antara nilai yang ditetapkan/nominal dengan

uang yang diterima, selisih tersebut dicatat sebagai diskon (jika harga jual saham

lebih kecil dari nilai nominal saham) atau agio sebaliknya. Misalkan perusahaan

menjual 1000 saham biasa yang nilai nominalnya adalah Rp 10.000.000,00 tunai.

Jurnalnya yang dibuat adalah sebagai berikut :

a. Harga jualnya Rp 10.000.000,00 per lembar


Kas Rp 10.000.000,00
Modal Saham Rp 10.000.000,00
b. Harga jualnya Rp 11.000.000,00 per lembar
Kas Rp 11.000.000,00
Modal Saham Rp 10.000.000,00
Agio Saham Rp 1.000.000,00
c. Harga jualnya Rp 9.500.000,00 per lembar
Kas Rp 9.500.000,00
Disagio Rp 500.000,00
Modal Saham Rp 10.000.000,00

2. Saham dengan nilai ditetapkan, di dalam surat saham tidak tulis nilai

nominalnya namun perusahaan menetapkan nilainya.

Untuk saham tanpa nilai nominal atau ditetapkan, rekening modal saham akan

dikredit sebesar uang yang diterima tersebut. Misalkan perusahaan menjual 1000

saham biasa tanpa nilai nominal tunai. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

11
a. Harga jualnya Rp 10.000.000,00 per lembar

Kas Rp 10.000.000,00

Modal Saham Rp 10.000.000,00

b. Harga jualnya Rp 11.000.000,00 per lembar

Kas Rp 11.000.000,00

Modal Saham Rp 11.000.000,00

c. Harga jualnya Rp 9.500.000,00 per lembar

Kas Rp 9.500.000,00

Modal Saham Rp 9.500.000,00

d. Saham tanpa nilai nominal dan nilai yang ditetapkan.

D. PENJUALAN SAHAM DITUKAR DENGAN HARTA NON KAS

Jika saham diterbitkan perusahaan sebagai pembayaran atas perolehan harta

non kas seperti aktiva tetap, pertukaran ini akan dicatat sebesar harga pasar dari

saham atau harga pasar dari aktiva tetap yang diperoleh mana yang lebih dapat

diandalkan. Misalkan perusahaan membeli sebidang tanah dengan menyerahkan

2000 lembar saham yang nilai nominatnya adalah Rp 10.000,00 per lembar. Harga

pasar tanah sebesar Rp 30.000.000,00, ayat jurnal yang dibuat adalah:

Tanah Rp 30.000.000,00

Modal Saham Rp 20.000.000,00

Agio Saham Rp 10.000.000,00

E. PENJUALAN SAHAM DENGAN PEMBAYARAN SECARA BERTAHAP

12
Jika saham dijual dengan pembayaran bertahap atau dengan pesanan, saham

mestinya baru diserahkan setelah harga saham dilunasi oleh pemesan saham. Pada

saat perusahaan menerima pesanan saham, perusahaan akan mencatat piutang

pemesanan saham dan jika menerimauang akun piutang di kredit. Setelah lunas,

saham diserahkan ke pemesan. Misalkan perusahaan pada tanggal 1 April 2003

menjual 1.000 lembar saham biasa dengan nominal Rp 10.000.000,00 per lembar

dengan harga Rp 11.000.000,00 per lembar. Saat itu diterima kas 50% dari harga

jualnya. Sisanya dibayar dua kali yaitu pada tanggal 1 Mei dan 1 Juni. Pada

tanggal 1 Juni saham diserahkan ke pemesan. Jurnal yang dibuat adalah sebagai

berikut:

1 Apr Piutang Pemesanan Saham Rp 11.000.000,00

Saham yang dipesan Rp 10.000.000,00

Agio Saham Rp 1.000.000,00

1 Apr Kas Rp 5.500.000,00

Piutang Pemesanan Saham Rp 5.500.000,00

1 Mei Kas Rp 2.750.000,00

Piutang Pemesanan Saham Rp 2.750.000,00

1 Juni Kas Rp 2.750.000,00

Piutang Pemesanan Saham Rp 2.750.000,00

Saham yang dipesan Rp 10.000.000,00

Modal Saham Rp 10.000.000,00

Pada pokoknya, pengungkapan unsur ekuitas diharapkan secara jelas

mengelompokkan modal disetor, saldo laba, selisih penilaian kembali aktiva tetap,

13
dan modal sumbangan. Rincian tiap kelompok diperkenankan, selama tak

bertentangan dengan Pernyataan ini.

Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT

Akuntansi untuk ekuitas Badan Usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan

standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang

bersangkutan, misalnya Koperasi.

Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT

Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun Tambahan

Modal Disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan

dapat disaji-kan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.

Unsur Penambahan Modal Disetor PT

Akun Tambahan Modal Disetor terdiri dari berbagai macam unsur

penambah modal, seperti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali

saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat

pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali

dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan

modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akun Tambahan

Modal Disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha

maupun laba/rugi luar biasa .

Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:

14
a) Jumlah uang yang diterima.

b) Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk jenis saham

yang diatur dalam bentuk Rupiah dalam akta pendirian, setoran saham tunai

dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan kurs berlaku tanggal setoran.

Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:

a) jumlah uang yang dibayarkan; atau

b) besarnya hutang yang timbul; atau

c) nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan.

Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila

jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari pada nilai

nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun Agio Saham.

Dalam praktik bisnis (di Indonesia), belakangan ini, agiio itu dikonversi

menjadi saham dan dibagikan kepada (semua) pemegang saham. Penyetoran

saham dengan mata uang asing akan dikenversikan kedalam rupiah bedasarkan

ketentuan yang berlaku. Selisih nilai tukar dapat merupakan bagian dari setoran

modal dan bukan keuntungan.

Dividen merupakan penghasilan atas modal, maka dividen pasti diterima

oleh pemegang saham. Walaupun perusahaan tidak secara spesifik menyebut

sebagai dividen tapi ada beberapa kondisi yang dianggap sebagai dividen, yaitu:

1. Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham;

2. dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis;

3. pembagian sisa hasil usaha koperasi;

15
4. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang

disetor;

5. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham

bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;

6. pembagian laba dalam bentuk saham;

7. pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;

8. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh

pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan

yang bersangkutan ;

9. pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan,

jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika

pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter)

yang dilakukan secara sah;

10. pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima

sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;

11. bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;

12. bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;

13. pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;

14. pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang

dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Tetapi ada kondisi dividen bukan objek PPh. Hal ini diatur di Pasal 4 ayat

(3) huruf f UU PPh 1984 amandemen 2008 :

Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: ..

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau

16
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik

daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang

memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

modal yang disetor.

Artinya, dividen akan menjadi objek PPh jika:

[1.] Penerima dividen adalah pemegang saham Orang Pribadi

[2.] Penerima dividen adalah pemegang saham badan [intercorporate] dengan

kepemilikan kurang dari 25% dari jumlah yang disetor.

[3.] Penerima dividen adalah wajib pajak luar neger.

Berdasarkan hal diatas, maka pemberi dividen wajib memotong PPh Pasal 23

sebesar 15%pada saat :

1. yang dibayarkan;

2. disediakan untuk dibayarkan; atau

3. telah jatuh tempo pembayarannya.

Tetapi, Pasal 23 ayat (4) mengatur bahwa pemotongan tidak dilakukan

untuk dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen

yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c).

Artinya, PPh Pasal 23 atas objek dividen hanya dilakukan pemotongan PPh Pasal

23 jika penerima dividen Wajib Pajak badan dengan kepemilikan kurang dari

25%. Inilah dividen yang dikenakan tarif 15% dari penghasilan bruto. Sedangkan

17
yang diterima oleh Wajib Pajak luar negeri (baik badan maupun orang pribadi)

maka terutang PPh Pasal 26 dengan tarif 20%.

Khusus dividen yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri,

maka tetap dipotong PPh tetapi dengan tarif 10%. Hal ini diatur di Pasal 17 ayat

(2c) UU PPh. Atas pemotongan ini, bagi penerima dividen menjadi final sehingga

pada saat membuat SPT Tahunan PPh OP, maka penghitungannya dipisah dari

penghitungan PPh yang menggunakan tarif progresif.

Dengan demikian, tarif PPh atas dividen ada tiga:

1. Tarif 10% bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dan bersifat final.

2. Tarif 15% bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dengan kepemilikan saham

kurang dari 25%.

3. Tarif 20% bagi Wajib Pajak luar negeri.

18
DAFTAR PUSTAKA

Direktoral Jenderal Pajak. Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan per 1

juli 2009. Jakarta : Salemba Empat.

Rudianto.2009.Pengantar Akuntansi. Jakarta : Erlangga.

Waluyo.2012.Akuntansi Pajak . Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

19

Anda mungkin juga menyukai