TEORI AKUNTANSI
EKUITAS
DISUSUN OLEH :
Riza Kahardika R.
(12430250)
(12430274)
(12430184)
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara
aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai
jual perusahaan tersebut. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus
dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya
secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian
yang berlaku.
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal, untuk organisasi
nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan
adanya pemilikan. Karena kensep kesatuan usaha yang memisahkan antara
manajemen dan pemilikan, informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat
penting karena hal tersebut menunjukan hubungan antara
perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut pemegang saham, ekuitas
pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam
perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham
merupakan "utang" perseroan kepada para
pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham dapat jugadipandang
sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang saham. Dengan
kedudukannya yang
demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi
elemen ini agar
hubungan dan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan.
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan
kepengurusan manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang
riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta
merupakan tanggung jawab yuridis pemilik. Untuk memenuhi tujuan tersebut,
informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang ekuitas pemegang saham tersebut
minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian dividen dan likuidasi, batas
perlindungan dan urutan penyerapan rugi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Ekuitas
PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas
sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa
sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan
sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas
badan usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT.
Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku untuk badan
usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri
yang bersangkutan, misalnya koperasi.
Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal saham yang
meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun tambahan modal disetor. Pos modal
lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian
dari tambahan modal disetor. Akun
tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambahan modal, seprti;
agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih
rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari
penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang
dibayarkan pada saat perolehaannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal
disetor dan lain sebagainya. Akun tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau
dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.
1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT
Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akunt
ansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya
koperasi.
Ekuitas perusahaan perseorangan adalah kepemilikan usaha pemilik yang pada
umumnya disajikan dalam satu jumlah tertentu, dimana tidak diperlukan penyajian
subklasifikasi ekuitas karena pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang
harus diinvestasikan atau ditarik dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi,
kreditor dapat mengambil aktiva pribadi si pemilik, dan laba yang timbul dihitung
secara berkala dan ditambahkan pada akun modal pada setiap akhir periode. Transaksi
modal (penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung dalam akun modal, dan
semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perusahaan yang terpisah.
2.2.1. Pengertian
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus
ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap
pihak lain.Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus empunyai nilai
nominal atau nilai minimun yang dinyatakan untuk menunjukan hak yuridis. Modal
yuridis adalah jumlah rupiah "minimal" yang harus disetor oleh investor sehingga
membentuk modal yuridis.
Tujuan penyajian modal yuridi ini adalah untuk memberi informasi kepada para
pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya. Akuntansi
menganggap pengungkapan modal yuridis tersebut tidak penting karena akuntansi
lebih menekankan pada jumlah rupiah yang benar-benar disetor oleh pemegang saham
sebagai jumlah rupiah kontrak antara perseroan dengan pemegang saham.
2.2.2. Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal saham bernilai nominal , modal yuridis dapat sama dengan jumlah
yang dikenal dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan jumlah rupiah
perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal persaham. Jumlah ini
merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham
walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang disetor atau dibayar
melebihi modal yiridis tersebut.
Modal saham ini juga merupakan batastanggung jawab pemegang saham dan
batas kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. artinya, dalam hal
terjadi likuidasi pemegang saham tidak dapat menuntun pembagian kekayaan atas
dasar modal yang disetor (kecuali adanya sisa untuk itu). Sebaliknya, dalam hal hasil
penjualan aset dalam likuidasi tidak dapat menutup seluruh hutang perseroan,
pemegang saham tidak dapat diminta untuk menutup utang lebih dari modal saham
atau modal yang telah disetor kecuali pemegang saham sebagai direksi.
Pemesanan saham
Dividen saham
Saham treasuri
ekuitas. karena sudut pandang akuntansi adalah kesatuan usaha, apakan dividen
saham pendapatan bagi pemegang saham sebenarnya bukan masalah yang relevan.
Yang relevan bagi perusahaan adalah apakah dividen saham dipansang sebagai
reklasifikasi ekuitas dan bila demikin bagaimana kapitalisasi diukur. Kapitalisasi
dapat didasarkan atas:
Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk
menunjukan modal
yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham harus hanya sebesar nilai nominal
atau nyataannya: jumlah ini sebesarnya merupakan jumlah minimal yang harus
dikapitalisasi untuk
memenuhi ketentuan yuridis. Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai
yuridis adalah bahwa divisen saham bukan merupakan pendapatan dan
mengkapitalisasi sebesar harga pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut
merupaka pendapatan yang direinvestasi kedalam perusahaan.
Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar menggambarkan
harga seluruh ekuitas pemegang saham (modal setoran dan laba ditahan). Jadi sangat
tridak logis
mentransfer jumlah yang merefleksi elemen modal setoran dan laba ditaha ke modal
setoran itu sendiri.
Walaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai deviden keduanya
dianggap sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, deviden saham dapat di
pandang sebagai pengganti deviden kas karena deviden daham mempunyai nilai.
Paling tidak, pemegang saham dapat menjual saham tersebut kalau dividen kas yang
diharapkan dan investasi semula tidak berubah. Nilai tersebut diukur atas dasar harga
saham. dengan demikian harga pasar merupakan dasar yang tepat untuk menentukan
kapitalisasi berbagai dasar pikiran mendukung hal ini.
2.4.5 Hak beli saham, opsi, dan warna
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk
membeli sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hak ini biasanya
dimaksudkan untuk mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Pada
umumnya, hak beli saham umurnya tidak lama dan beli harga saham dengan hak beli
tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar
saham bersangkutan. Oleh karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai
harga pasar sehingga timbul pendapat bahwa hak beli saham tersebut dikapitalisasi.
Harga pasar hak beli saham ini adalah sebesar selisih harga pasar saham sengan harga
yang harus dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham. Perlukah
jumlah rupiah selisih ini dikapitalisasi?
Bila dividen saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat
dikapitalisasi karena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham dengan
nilai sebesar harga pasar hak beli saham. jumlah ini dikapitalisasi ke modal setoran
lain. Argumen dibantah dengan alasan bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi
modal setoran adalah tidak logis karena tidak ada sumber ekonomi yang disetorkan
oleh pemegang saham dan tidak ada saham baru yang diterbitkan. Lain halnya dengan
kupon beli saham atau waran yang di bahas sesudah opsi saham berikut.
Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham
tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain.
Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang membeli hak kepada
karyawan perusahaan (termasuk manager atau
pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan
harga yang tertentu pula. pada umumnya harga pengambilan dibawah harga pasar
saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain.
Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham karyawan.
Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas dan
motivasi karyawan dengan
menjadikan mereka pemilik perusahaan dan utnuk menambah penghasilan karyawan
(sebagai konvensasi tambahan). Banyaknya saham yang dapat dibeli dan harga opsi
dapat ditentukan pasa saat hak opsi diberikan atau bergantung pada beberapa kejadian
dimasa mendatang seperti
pertumbuhan perusahaan dan perubahan harga saham.
Dalam hal opsi saham karyawan, ada kalanya harga pengambilan begitu rendah di
banding harga pasar sehingga selisihnya dapat dipandang sebagai kompensasi atau
imbalan jasa karyawan. Ada kalanya program opsi saham diluncurkan bukan untuk
tujuan meningkatkan kompensasi karyawan tetapi untuk meningkatkan status
karyawan sebagai pemilik perusahaan dan untuk membantu perusahaan menambah
dana. APB Opinion No.25 pasal 7 menentukan bahwa opsi saham dapat dikategorikan
sebagai nonimbalan. Jika program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi
saham nonimbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan.
Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call adalah opsi yang memberi hak
kepada pemegang opsi untuk membeli saham dengan harga tertentu selama perioda
tertentu. Orang membeli bila mengharapkan harga saham menaik. Sedangkan opsi put
adalah opsi yang memberi hak kepada pemegang opsi untuk menjual saham dengan
harga tertentu selama perioda tertentu. Orang membeli opsi bila mengharapkan harga
saham menurun.
Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada nonpemegang saham
dengan cara menjual kupon pembelian saham atau waran. Dalam PSAK No. 41, IAI
mendefinisikan waran
sebagai berikut:
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak
kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan
jangka waktu tertentu (pasal 30). Terdapat beberapa karakteristik dari warran, yaitu
(1) berbeda dengan hak beli saham atau opsi,
(2) terdapat beberapa jenis: lepas, lekat, dan bebas,
(3) perlakuan akuntansi berbeda untuk tiap jenis.
Perbedaan waran dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek, yaitu:
- Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas yang disertai waran
lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar masing-masing
komponen pada saat penerbitannya. jumlah rupiah yang melekat pada sekuritas
dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 15).
- Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke
modal saham dan agio saham (bila ada) apa bila waran tidak diambil sampai masa
opsi berakhir, jumlah rupiah tecatat waran tetap diperlakukan sebagai modal setoran
lain (pasal 16).
- Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang/ekuitas) yang disertai waran
lekat diakui
seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17).
- Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah
rupiah hasil
penerbitan tersebut. bila waran bebas diterbitkan secara cuma- cuma, tidak diperlukan
penaksiran
nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain (pasal 18-19).
saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan harga
jualnya ditambahkan pada akun modal yang berasal dari sumbangan.
entitas (penerbit saham). Suatu pesanan membuat enitas mempunyai hak hak
tertentu sebagai pemegang saham kecuali jika hak-hak tertentu sebagai pemegang
saham ditahan oleh hukum atau oleh kontrak. Biasanya, sertifikat saham yang
membuktikan besarnya kepemilikan tidak akan diterbitkan sampai seluruh harga
pesanan telah diterima entitas.
1-30 November: Menerima pesanan 5.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal
sebesar Rp1.000 dan harga jual sebesar Rp12.500 per lembar saham, dengan 50%
dibayar di muka, sedangkan sisanya dibayar 60 hari kemudian.
Piutang kepada Pemesan Saham Biasa
62.500.000
5.000.000
Saham Biasa yang Dipesan
57.500.000
Tambahan Modal Disetor
Kas
31.250.000
31.250.000
Piutang kepada Pemesan Saham Biasa
Jurnal berikut mengilustrasikan pencatatan penerbitan saham yang dijual berdasarkan
pesanan.
1-31 Desember: Menerima pelunasan setengah dari sisa piutang pesanan saham dan
menerbitkan saham kepada pemesan saham yang telah membayar penuh sebanyak 2.500
lembar.
Kas
15.625.000
15.625.000
Piutang kepada Pemesan Saham Biasa
Saham Biasa yang Dipesan
2.500.000
2.500.000
Saham Biasa
Modal disetor merupakan jumlah yang akan dilaporkan dalam seksi ekuitas pada
laporan posisi keuangan tanggal 31 Desember sebagai berikut.
Ekuitas
Modal Disetor
Saham Biasa, nilai nominal Rp1.000, 2.500 lembar
Rp 2.500.000
ditempatkan dan disetor
2.500.000
Saham Biasa yang Dipesan, 2.500 lembar
57.500.000
Tambahan Modal Disetor
Rp62.500.000
Dikurang: Piutang kepada Pemesan Saham Biasa
(15.625.000)
Total Modal Disetor
Rp46.875.000
KASUS
Batavia Air Pailit
Seperti yang sudah diberitakan pada berbagai media bahwa Batavia Air telah
dinyatakan pailit karena tak mempu melunasi utang-utang dalam jutaan Dollar.
Memang tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan utang sebagai modal operasional
atau pun ekspansi usaha merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan oleh lembaga
atau perusahaan. Namun jangan lupa bahwa menggunakan utang diibaratkan memiliki
dua bentuk yakni pedang bermata dua. Untuk pembahasan selanjutnya akan diarahkan
pada aplikasi utang sebagai salah satu sumber pendanaan perusahaan.
Dalam bidang keuangan terdapat dua bentuk pendanaan yakni yang bersumber
dari internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Internal perusahaan seperti laba
ditahan, keuntungan dan lain-lainnya. Sedangkan ekternal perusahaan dapat berupa
utang, obligasi, penjualan saham dan lain-lainnya. Namun dala tulisan ini akan
memfokuskan pada utang yang mana diduga merupakan salah satu penyebab pailitnya
Batavia Air. Untuk memperjelas bahwa menumpuknya utang oleh Batavia Air karena
ketika jatuh tempo pelunasan utang, yang terjadi adalah ketidakmampuan.
Pertanyaannya adalah mengapa tidak mampu?
Dalam aplikasi utang sebagai pendanaan biasanya diikuti juga dengan analisis
tentang kemampuan melunasi serta kredibilitas sang pengutang. Dalam hal ini,
menumpuknya utang mungkin saja disebabkan lemahnya aspek manajemen keuangan
dalam tubuh Batavia Air. Karena bagaimana pun kasus pailitnya Batavia Air diduga
disebabkan oleh utang sehingga menimbulkan pertanyaan bagaimana proses
persetujuan untuk berutang hingga pencairan dana utang tersebut? Apakah melalui
analisis komprehensif bisnis ataukah tidak? Dalam hal ini hanya pihak interen
perusahaan Batavia Air yang mampu menjawabnya.
Namun apabila dikaji dari perspektif keuangan maka pailitnya Batavia Air
mendeskripsikan pengelolaan keuangan yang kurang bagus yang mana dapat
terindikasi dari kemampuan menghasilkan nilai lebih dari utang atau biasanya disebut
sebagai cost lebih besar dari benefit. Hal ini dapat terjadi mungkin saja disebabkan
telaah kondisi bisnis serta sense of crisis pihak manajemen Batavia Air mengalami
kendala. Karena bagaimana punketika membuat keputusan untuk berutang haruslah
memperkirakan kemampuan untuk melunasi serta kemampuan memprediksi trens
pasar untuk kepentingan bisnis.
Dari kasus pailitnya Batavia Air dapat dipahami bahwa ada celah pemasukan
dan pengeluaran serta bias akan potensi bisnis bahwa semua itu tidak pasti. Oleh
karena itu, pemanfaatan celah pasar yang diharapkan oleh pihak manajemen Batavia
Air tidak berjalan sesuai rencana. Dengan demikian berpijak pada ulasan sebelumnya
terdapat beberapa hal yang dapat diambil hikmahnya dari kasus pailitnya Batavia Air,
yakni:
Sense of crisis
Alasan pertama dari sense of crisis yakni pihak manajerial tidak mampu memahami
bahwa kondisi bisnis saat ini tidak pasti, oleh karena itu kepekaan dan ketanggapan
bisnis perlu diperhatikan. Dalam aplikasi penggunaan utang sebagai sumber
pendanaan maka langkah pertama yang harus ditelaah secara mendalam adalah
kemampuan dan kondisi pemasukan bisnis. Sampai di sini dapat ditarik benarng
merah bahwa sense of crisis perlu mendapatkan perhatian serius dari perusahaanperusahaan yang berkeinginan bertahan pada kondisi persaingan yang tajam serta
penuh ketidakpastian. Lanjut bahwa apabila perusahaan memiliki sense of crisis maka
pihak manajerial perusahaan dapat bersikap dengan tepat sebelum bahaya itu terjadi.
Dalam kasus Batavia Air, sudah terjadi goncangan barulah mulai memikirkan solusi
untuk menyelesaikannya. Tentu saja hal tersebut terlambat dan berakhir dengan pailit.
GCG
Seperti yang diketahui bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang baik saat ini
tidak dapat diabaikan seperti waktu-waktu sebelumnya dan memang hal itu benar
adanya karena melalui tata kelola yang baiklah akan memudahkan proses
operasionalisasi dan perbaikan secara kontinyu. Dalam konteks pailitnya Batavia Air
perlu mendapatkan perhatian untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik.
Harga
Harga memang sangat peka oleh konsumen karena konsumen cenderung lebih
memilih harga yang murah. Dan hal itu memang normal karena lebih kecil jumlah
uang untuk mendapatkan suatu barang maka akan semakin baik adanya. Hanya saja
dalam konteks Batavia Air, untuk menunjang keberlangsungan arus kas masuk
membutuhkan lebih dari hanya sekedar bersaing menggunakan harga sebagai ujung
tombak. Dalam arti membutuhkan aspek lainnya selain harga guna memperkuat arus
kas masuk sehingga laba ditahan pun dapat meningkat, dan apabila kondisi itu terus
berlangsung akan meningkatkan kemampuan melunasi utang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara
manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis
antara perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas
dua komponen yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan
menjadi modal yuridis dan modal setoran lain.
Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas asset perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan
semantik karena keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan.
Ekuitas mengandung makna pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis
ekuitas sering disebut sebagai asset bersih.
Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian
klaim, hak penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian,
atas dasar konsep kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar
perusahaan yang terpisah dari
manajemen.
Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran
merupakan suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya
sedangkan laba ditahan merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena
pemanfaatan aset. Modal setoran merupakan perubahaan aset dalam rangka
pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan merupakan
perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).
DAFTAR PUSTAKA