Anda di halaman 1dari 7

1.

Dasar Organisasi Perseroan


Struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, direksi, dan
komisaris. Dalam PT, para pemegang saham, melalui komisarisnya melimpahkan
wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan
sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan
Sesuai dengan Pasal 14 Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas ayat (1) Perubahan Anggaran Dasar di tetapkan oleh RUPS, ayat (2) Usul
adanya perubahan Anggaran Dasar di cantumkan dalam surat panggilan atau
pengumuman untuk mengadakan RUPS.
Perseroa Terbatas sebagai salah satu bentuk usaha ekonomi memiliki organ-
organ spesifik. Organ pertama disebut Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang
secara umum bertugas untuk menentukan segala kebijaksanaan umum PT. Organ
kedua adalah Direksi yang bertugas menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
telah ditetapkan RUPS. Dan ketiga adalah Komisaris yang bertugas sebagai pengawas
untuk dan atas nama pemegang saham.
Pemegang kedaulatan tertingi, di dalam masyarakat kita ada sementara
anggapan yang mengatakan bahwa pemegang kedaulatan tertinggi dalam PT ada di
tangan pemegang saham. Beredarnya adagium di atas tampaknya dilatarbelakangi
oleh kultur, sebagian besar lapisan masarakat kita yang tidak bisa atau tidak sudi
memisahkan antara urusan pribadi dan rusan tugas. Kerap jabatan yang sedang
disandang digunakan untuk kepentingan pribadi. Di dalam perseroan, jabatan sebagai
pemegang saham acapkali digunakan untuk mempengaruhi kebijaksanaan di dalam
perseroan. Direksi yang saban waktu ada dalam perseroan sebaliknya tidak bisa atau
tidak sudi memisahkan antara urusan pribadi dan urusan kekuasaan pemegang saham.
Sesungguhnya di dalam perseroan, pemegang saham tidak mempunyai
kekuasaan sama sekali. Para pemegang saham baru mempunyai kekuasaan atas PT
bila mereka sudah berada dalam satu aula atau ruangan pertemuan yang dinamakan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Status hukum keptusan RUPS yang tidak
bisa ditentang oleh siapapun serupa itu yang menyebabkan RUPS sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi dalam PT dan bukan pemegang saham. Pemegang saham di luar
forum RUPS tidak mempunyai kekuasaan apa-apa lagi terhadap perseroan, malainkan
Direksi yang paling berkuasa. Rapat Umum Pemegang Saham sebagai pemegang
kekuasaan tertingi dalam PT mempunyai kewenangan untuk pertama menetapkan
kebijaksanaan umum PT. Kedua mengangkat dan memberhentikan Direksi dan
Komisaris dan ketiga, mengesahkan laporan tahunan Direksi/Komisaris.
Kewenangan RUPS untuk menetapkan kebijaksanaan umum PT dapat
disimpulkan dari bunyi rumusan pasal 63 Undang-undang Perseroan Terbatas Tahun
1995. Disana dikatakan bahwa RUPS mempunyai kewenangan yang tidak diberikan
kepada Direksi dan Komisaris, dalam Batas yang ditentukan undang-undang dan
Anggaran Dasar/Akte Pendirian. Sedangkan kekuasaan RUPS untuk mengangkat dan
memberhentikan Direksi dan Komisaris terdapat dalam rumusan pasal 80, 91, 95 dan
1001.

2. Sumber Utama Perseroan


Ekuitas pemilik dalam perseroan didefinisikan sebagai ekuitas pemegang saham
shareholders equity, atau modal perseroan. Tiga kategori berikut ini biasanya muncul
sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham:
1) Modal Saham.
2) Tambahan Modal Disetor.
3) Laba Ditahan
Dua kategori yang pertama yaitu modal saham dan tambahan modal disetor,
merupakan modal (disetor) kontribusi: sementara laba ditahan merupakan modal yang
diperoleh perusahaan. Modal kontribusi (modal disetor) adalah total jumlah yang
disetorkan ke modal saham-jumlah tersebut diberikan oleh pemegang saham kepada
perseroan untuk digunakan dalam bisnisnya. Modal kontribusi meliputi pos-pos seperti
nilai pari dari semua saham yang beredar dan agio dikurangi disagio atas penerbitan
saham itu. Modal yang dihasilkan (earned Capital) adalah modal yang dikembangkan
jika bisnis berjalan dengan menguntungkan: modal ini terdiri dari semua laba yang tidak
dibagi yang tetap diinvestasikan dalam perusahaan.
Perusahaan antara modal disetor dan laba ditahan sangatlah penting, baok dari
sudut pandang hukum maupun ekonomi. Dari sudut pandang hukum, dividen dapat
diumumkan dari laba ditahan di semua Negara bagian, tetapi di banyak Negara bagian
dividen tidak dapat diumumkan dari modal disetor. Dari sudut pandang ekonomi,
manajemen, pemegang saham dan pihak lainnya akan melihat laba sebagai factor
penentu kelangsungan hidup dan pertumbuhan perseroan tersebut.
Ekuitas pemegang saham adalah perbedaan antara aktiva dan kewajiban
perusahaan. Oleh karena itu kepentingan pemilik atau pemegan saham dalam
perusahaan bisnis merupakan suatu kepentingan residu. Ekuitas pemilik atau
pemegang saham (stockholders’/ owner’s equity) merupakan kontribusi kumulatif bersih
atas pemegang saham ditambah laba yang telah ditahan. Sebagai kepentingan residu,
ekuitas pemegang saham tidak memiliki eksistensi diluar aktiva dan kewajiban
perusahaan-ekuitas pemegang saham sama dengan aktiva bersih. Ekuitas pemegang
saham bukan merupakan klaim atas aktiva khusus tetapi klaim atas bagian dari total
aktiva jumlahnya tidak dapat ditentukan secara spesifik atau tetap, karena hal itu
tergantiung pada profitabilitas perussahaan, Ekuitas pemegang saham bertambah jika
perusahaan memperolrh keuntungan, dan menurun atau hilang jika perusahaan
mengalami kerugian.
Beberapa pengertian yang berbeda melekat pada kata modal (capital) karena
kata tersebut seringkali digunakan secara berbeda oleh berbagai kelompok pengguna.
Sebagai contoh, dalam keuangan perseroan modal biasanya merupakan total aktiva
perusahaan. Dalam hukum, modal merupakan bagian dari ekuitas pemegang saham
yang diwajibkan menurut anggaran dasar untuk disimpan dalam perusahaan untuk
melindunga kreditor. Pada umumnya, modal dasar atau resmi (legal capital) atau modal
ditetapkan ( stated capital) adalah nilai pari dari semua modal saham yang diterbitkan,
tetapi jika saham diterbitkan tanpa nilai pari maka hal itu bisa berupa:
1) Total pembayaran untuk saham tersebut.
2) Jumlah minimum yang ditetapkan dalam hukum perseroan Negara bagian yang
berlaku.
3) Jumlah arbitrer yang ditetapkan oleh dewan direksi menurut kebijaksanaannya.
Sebagian besar akuntan mendefinisikan modal secara lebih sempit daripada
total aktiva, tetapi lebih luas daripada modal dasar atau resmi. Jika akuntan merujuk
pada modal maka yang dimaksud adalah ekuitas pemegang saham atau ekuitas
pemilik.

3. Pencatatan Saham Secara Tunai


Saham yang dijual secara tunai akan dicatat dengan mendebit akun (rekening) kas dan
mengkredit rekening (akun) modal saham. Selisih harga jual saham (perdana) dengan
nilai nominalnya akan dicatat dengan mengkredit rekening agio saham atau mendebit
rekening disagio saham.
Jurnal untuk mencatat penjualan saham perdana adalah :
Kas                              Rp.xxxx
Disagio Saham            Rp.xxxx
                        Modal Saham                    Rp.xxxx
Atau
Kas                                  Rp.xxxx
Modal Saham                     Rp.xxxx
                        Agio Saham                       Rp.xxxx
Penjualan Melalui Pesanan
Penjualan saham juga dapat dilakukan melalui pesanan, yaitu dengan cara dibayar
sebagian dan sisanya akan dilunasi kemudian. Jumlah harga yang belum dilunasi
dicatat sebagai piutang pesanan saham dan jumlah nominal saham yang dipesan
dikreditkan ke rekening modal saham di pesan. Apabila harga jual saham tidak sama
dengan nilai nominalnya, selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau disagio
saham pada waktu pesanan itu diterima.
Untuk pemesanan yang sudah melunasi harga saham maka sahamnya
dikeluarkan. Pengeluaran saham ini dicatat dengan mendebit rekening modal saham
dipesan dan mengkredit modal saham.
Jurnal untuk mencatat penjualan saham.
Kas                                           Rp.xxxx
        Piutang pesanan saham            Rp.xxxx
        Disagio saham                          Rp.xxxx
                      Modal saham dipesan                Rp.xxxx
Atau
        Kas                                           Rp.xxxx
        Piutang pesanan saham            Rp.xxxx
Modal saham dipesan                Rp.xxxx
                Agio saham                                Rp.xxxx
Jurnal untuk mencatat penyerahan saham :
Modal saham dipesan                        Rp.xxxx
                      Modal saham biasa/prioritas            Rp.xxxx
Saham yang dibeli dicatat sebesar harga perolehannya. Modal saham dilaporkan dalam
laporan neraca di bawah bagian modal.

4. Penerbitan Saham
Perseroan bisa mengeluarkan saham secara langsung kepada investor atau secara
tidak langsung melalui bank investasi. Nilai nominal saham biasanya ditetapkan kecil,
misalnya Rp1.000 per saham, sehingga harga pasar saham pada saat dikeluarkan
seringkali lebih besar daripada nilai nominal (menimbulkan agio saham atau premium
saham atau premi saham).
Faktor-faktor yang menentukan harga penjualan saham pada saat saham baru
diterbitkan adalah:
Prospek laba perseroan di masa mendatang.
Ekspektasi tingkat dividen per saham.
Posisi keuangan perusahaan pada saat saham diterbitkan.
Kondisi ekonomi pada saat saham dikeluarkan.
Kondisi pasar surat berharga pada saat saham dikeluarkan.
Contoh jurnal penerbitan saham
Bagian berikut menjelaskan detail transaksi saham disertai dengan contoh jurnal untuk
mencatatnya.
Modal dasar (otorisasi saham)
Penetapan modal dasar (otorisasi saham) tidak diakui dalam laporan keuangan karena
belum mempengaruhi posisi keuangan perseroan. Meskipun demikian, perseroan
biasanya mengungkapkan jumlah modal dasar perseroan dalam laporan posisi
keuangan pada bagian ekuitas pemegang saham atau dalam catatan atas laporan
keuangan.
Contoh jurnal penjualan saham secara tunai
Saham yang dijual secara tunai diukur dengan jumlah kas yang diterima oleh
perusahaan yang menerbitkan. Sebagai contoh, pada tanggal 1 Januari 2019 PT Ardie
Bakrie menjual 10.000 saham biasa, nominal Rp1.000 per saham, harga jual sama
dengan nilai nominal. PT Ardie Bakrie membuat jurnal berikut untuk mencatat penjualan
saham tersebut:

01 Jan 2021 Rp.10.000.000


Kas Biasa Rp. 10.000.000

Akun Kas (aset/aktiva) didebit (bertambah) Rp10.000.000 dan akun Saham


Biasa (ekuitas) dikredit (bertambah) dengan jumlah yang sama.
Jika PT Ardie Bakrie menjual saham tersebut dengan harga Rp5.000 per saham, jurnal
penjualan saham menjadi sebagai berikut:

01 Jan 2021 Rp.50.000.000


Saham Biasa Rp. 10.000.000
Agio Saham Biasa Rp. 40.000.000

Selisih lebih jumlah yang disetor dari jumlah nilai nominal dikredit ke akun Agio Saham
Biasa (ekuitas). Agio Saham Biasa disebut juga Tambahan Modal Disetor.
Contoh jurnal penjualan saham tanpa nilai nominal
Di negara tertentu, saham bisa saja tidak memiliki nilai nominal. Sebagai contoh, pada
tanggal 1 Januari 2019 Elizabeth Corp. menerbitkan 5.000 saham biasa tanpa nilai
nominal dengan harga $8 per saham. Nilai yang dinyatakan (stated value) oleh pihak
manajemen adalah $5 per saham. Elizabeth Corp. merekam debit dan kredit berikut
untuk mengakui transaksi tersebut:

01 Jan 2021 Rp.40.000


Saham Biasa Rp. 25.000
Agio Saham Biasa Rp. 15.000

Perhatikan, nilai yang dinyatakan menggantikan nilai nominal, digunakan untuk


mengukur akun Saham Biasa. Agio Saham Biasa melaporkan selisih lebih jumlah
yang disetor pemegang saham dari nilai yang dinyatakan.
Bagaimana jika manajemen Elizabeth Corp. tidak menetapkan nilai saham tersebut?

01 Jan 2021 Rp.40.000


Saham Biasa Rp. 40.000

Jika tidak ada nilai yang dinyatakan, akun Saham Biasa dikredit dengan jumlah yang
disetor pemegang saham.

Anda mungkin juga menyukai