Anda di halaman 1dari 27

18.1.

SIFAT DAN CONTOH EKUITAS

Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik

perusahaan. Sedangkan dari segi pemilik perusahaan, modal adalah bagian hak pemilik

atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).

Dalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas modal pemilik tunggal;

laba yang diperoleh dalam suatu periode dan tambahan setoran modal akan menambah

saldo modal, kerugian yang diderita dalam suatu periode dan pengambilan prive akan

mengurangi saldo modal.

Dalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lebih dari satu

partner.

Modal masing-masing partner akan bertambah dengan adanya pembagian laba

atau tambahan setoran modal dan akan berkurang dengan adanya pembagian kerugian

atau pengambilan prive.

Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya adalah simpanan

pokok anggota yang tak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil kembali pada saat

seorang anggota mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok,

simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk cadangan.

Menurut PSAK (IAI, 2015: 9, 12)

Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas.

Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam laporan posisi keuangan (neraca) bergantung

pada pengukuran aset dan liabilitas. Biasanya hanya karena faktor kebetulan jika jumlah

ekuitas gabungan sama dengan jumlah nilai pasar keseluruhan dan saham entitas atau

jumlah yang dapat diperoleh dengan melepaskan seluruh aset bersih entitas baik satu

per satu (liquidating value) atau secara keseluruhan dalam kondisi kelangsungan usaha
(going concern value).

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 103)

Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa

sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai

dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

Perseroan Terbatas (PT)

Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggung jawab persero terbatas pada jumlah modal
saham yang disetor jika Perseroan Terbatas telah disahkan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

Perseroan Terbatas (PT)

Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggung jawab persero terbalas pada

jumlah modal saham yang disetor jika Perseroan Terbatas telah disahkan Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Jika pemegang instrumen keuangan tidak mempunyai hak keuangan masa depan

pada penerbit instrumen, namun berhak secara proporsional atas dividen atau distribusi

berlandaskan ekuitas, maka instrumen tersebut digolongkan sebagai ekuitas. Instrumen

keuangan yang tidak mengandung pemaksaan pelaksanaan kewajiban keuangan pada

saat entitas dalam kondisi kurang menggembirakan, digolongkan sebagai ekuitas.

Akuntansi Ekuitas untuk Badan Usaha Berbentuk PT

Modal saham mneliputi saham preferen, saham biasa dan akun Tambahan Modal Disetor.

Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai

bagian dari tambahan modal disetor.

Unsur Penambahan Modal Disetor PT

Akun Tambahan Modal Disetor terdiri atas berbagai macam unsur penambahan modal,
seperti agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang

lebih rendah dari jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari

penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan

pada saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan

sebagainya. Akun Tambahan Modal Disetor tidak boleh didebit atau dikreditkan

dengan pos laba atau rugi.

Dalam badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas (PT), permodalannya terdiri

atas berikut.

1 Modal menurut akta pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman:

a. modal dasar (authorized capital)

b. modal ditempatkan (issued capital)

c. modal disetor (paid-up/paid-in capita!).

Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital) bisa dilaporkan sebagai

bagian dari tambahan modal disetor

2. Treasury stock (salham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali oleh

perusahaan).

3. Premium (agio) atau discount (disagio) dari penjualan saham baik saham biasa

(common stock) maupun saham preferen (preferred stock).

4. Selisih kurs atas modal disetor.

5. Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap, untuk perusahaan yang melakukan revaluasi

aset tetap berdasarkan peraturan pemerintah.

6. Retained earnings (saldo laba/sisa laba tahun lalu) atau deficit/accumulated losses

(sisa rugi tahun lalu).

Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai pemeriksaan ekuitas adalah sebagai berikut.

I. Jika akta pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan
HAM menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru (No. 1 Tahun 1995,

yang mulai berlaku tanggal 7 Maret 1996), transaksi hukum perusahaan (perjanjian-

perjanjian yang dibuat perusahaan) belum dianggap sah.

2. Modal disetor dan modal ditempatkan tidak dapat melebihi modal dasar. Jika modal

disetor melebihi modal dasar maka harus dilakukan perubahan akta pendirian yang

harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM.

Akta pendirian yang telah disahkan Menteri Hukum dan HAM akan diumumkan

dalam Berita Negara (Lembaran Negara). Selama perubahan akta belum disahkan

Menteri Hukum dan HAM, kelebihan modal disetor atas modal dasar dilaporkan

sebagai utang pemegang saham.

3. Modal yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) adalah modal disetor.

Contohnya:

Modal Dasar 100,000 lembar saham biasa - Rp1.000.000.000

(nilai nominal Rp10.000 per lembar saham)

Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa Rp500.000.000

Modal Disetor 50% dari modal ditempatkan = Rp250.000.000

Jumlah yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) adalah sebesa

Rp250.000.000

4 Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah:

a. untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan;

b. untuk dibagilkan sebagai saham bonus kepada para manajer dan pegawai

perusahaan.

Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen. Oleh

karena itu, jika suatu perusahaan yang memiliki treasury stock membagikan cash

dividen, maka dividen per saham akan menjadi lebih besar.


Misalkan suatu perusahaan yang modal disetornya terdiri atas 100.000 lembar saham

dan treasury stock-nya 20.000 lembar saham, membagikan cash dividen sebesar

Rp20.000.000 karena ada treasury stock, maka dividen per sahamnya adalah:

Rp20.000.000 : (100.000-20.000) = Rp. 250

Jika treasury stock tidak ada, maka dividen per saham adalah:

Rp. 20.000.000 : 100.000 = Rp200

Dengan lebih tingginya dividen per saham, diharapkan harga pasar saham bisa

meningkat.

5. Jika akumulasi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal disetor,

perusahaan harus melaporkan hal tersebut ke Pengadilan Negeri untuk diumumkan

dalam Berita Negara.

Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal disetor, maka

menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) di Indonesia, secara

hukum perusahaan harus bubar dan kalau masih diteruskan beroperasi, maka para

manajer harus bertanggung jawab atas kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga

jika suatu saat perusahaan dibubarkan. Karena hal ini menyangkut kelangsungan

hidup perusahaan (going concern) maka akan memengaruhi opini yang diberikan

KAP terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Kedua

hal tersebut di atas (kerugian mencapai 50% atau 75% dari modal disetor) harus

diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

6. Menurut SAK aset tetap harus dicatat/disajikan dalam laporan posisi keuangan

(neraca) berdasarkan harga perolehannya (acquisition cost).

Namun demikian jika ada peraturan pemerintah yang memperbolehkannya,

perusahaan dapat melakukan revaluasi aset tetap. Pengaruh dari dilakukannya revaluasi aset tetap
adalah nilai aset tetap meningkat dan kenaikan nilai tersebut
dicatat di sisi kredit sebagai "Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap" yang nantinya,

dengan persetujuan Kantor Pelayanan Pajak dapat dikonversikan sebagai modal.

7. Adjustment ke retained earnings (deficit) hanya diperbolehkan jika menyangkut

laba rugi tahun lalu yang jumlahnya material (besar) atau menyangkut pembayaran

pajak yang berasal dari STP (Surat Tagihan Pajak) atau SKP (Surat Ketetapan Pajak)

walaupun jumlahnya kecil.

8. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus menggunakan nilai wajar

aset bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai apraisal yang disetujui Dewan

Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai yang disepakati

oleh Dewan Komisaris dan penyetor bentuk barang.

9. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan permodalan biasanya tidak banyak,

kecuali jika:

a. Perusahaan banyak membuat koreksi retained earnings (deficit), sehingga

auditor harus memeriksa koreksi tersebut secara rinci (detailed);

b. Perusahaan dalam proses go public.

18.2. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES)

EKUITAS

Tujuan pemeriksaan ekuitas adalah sebagai berikut.

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas permodalan, termasuk internal
control atas transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham.

2. Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di laporan posisi

keuangan (neraca) sudah sesuai dengan apa yang tercantum di akta pendirian

perusahaan.

3 Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintah yang

menyangkut ekuitas (misalkan dari KemHumKam, BKPM, BKPMD, BAPEPAM-


LK, KPP dan SK Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.

4 Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekuitas telah mendapat otorisasi

baik dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi, dewan komisaris), Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) maupun dari instansi pemerintah.

5. Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada retained earnings atau accumulated

losses didukung oleh bukti-bukti yang sah.

6. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan

(neraca) sesuai dengan SAK dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan dalam

catatan atas laporan keuangan.

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Ekuitas

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas ekuitas.

Beberapa ciri dari internal control yang baik atas ekuitas adalah sebagai berikut.

a. Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan) harus diotorisasi oleh

pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah.

Untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), setiap perubahan

harus melalui perubahan akta pendirian dan pengesahan dari Menteri Hukum

dan HAM.

Untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri

(PMDN) harus diotorisasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam

Negeri, untuk PMA harus diotorisasi oleh BKPM dan disetujui oleh Presiden

Republik Indonesia melalui SK Presiden.

Untuk perusahaan yang (akan) go public harus mendapat persetujuan dari Ketua

Варерam-LK.

b. Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan

yang berwenang.
Besarnya dividen yang akan dibagikan, diusulkan oleh Direksi Perusahaan dan

disahkan dalam RUPS.

Untuk perusahaan go public yang selama tiga tahun berturut-turut tidak

membagikan dividen, akan dikenakan sangsi oleh Bapepam, yaitu harus delisting

(dikeluarkan dari bursa saham).

Dividen yang dibagikan perusahaan, bisa dalam bentuk: cash dividend, stock

dividend, property dividend, dan liquidating dividend.

Contoh journal entry untuk pembagian dan pembayaran dividen (perusahaan

yang menerima dividen memiliki minority interest dan mencatat investasinya

dengan cost method):

Isiin gambar
Dalam hal pembagian dividen saham, jumlah stockholders' equity tidak berubah,

karena retained earnings berkurang dan paid in capital bertambah dalam jumlah

yang sama.

c. Digunakannya Biro Administrasi Efek (Stock Transfer Agent) untuk mengurus

pengadministrasian saham dan pembayaran dividen, terutama untuk perusahaan yang sudah go public.

Dengan adanya biro tersebut, perusahaan tidak direpotkan dalam pencatatan

mutasi saham yang sudah dijual ke masyarakat.

d. Setiap perubahan (adjustment) retained earnings/deficit diotorisasi oleh pejabat

perusahaan yang berwenang dan didukung oleh bukti-bukti yang lengkap.

2. Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di laporan

posisi keuangan (neraca) sudah sesuai dengan apa yang tercantum di akta

pendirian perusahaan.

Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor, baik

dalam jumlah lembar saham maupun nilai nominal yang tercantum di akta pendirian
harus sesuai dengan yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca).

Selain itu auditor harus memeriksa dan yakin bahwa modal disetor betul-betul

sudah disetor oleh para pemegang saham.

3,4, dan 5 sudah cukup jelas.

6. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan

(neraca) dan catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan ETAP,

PSAK, IFRS

18.3. AUDIT PROSEDUR YANG DISARANKAN

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas permodalan dan transaksi jual beli saham,

pembagian dan pembayaran dividen dan sertifikat saham.

2. Minta salinan (copy) dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Hukum dan HAM,

SK BKPM/BKPMD, SK Bapepam-LK, SK Presiden, untuk disimpan dalam permanent

file.

3 Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang

tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) dan penjelasan dalam catatan atas

laporan keuangan.

4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai tambahan

setoran modal dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran dan bukti

pembukuan lainnya serta otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang dan

instansi pemerintah.

5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan:

berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan

discount dari penjualan saham;

jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common stock dan preferred
stock, dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya;

rincian pemegang saham.

6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained

earnings/deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi

oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan apakah adjustment ke retained

earnings/deficit memang reasonable dan jumlahnya cukup material.

7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa


apakah:
-dividen dibagikan dalam bentuk cash dividend,
stock dividend atau property dividend
-pencatatannya sudah benar (pada waktu
deklarasi dividen maupun pada saat
pembayaran dividen);
-sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwenang (melalui notulen
rapat direksi dan rapat umum pemegang
saham);
-aspek perpajakannya sudah sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian
perusahaan (accumulated losses/deficit) sudah
mencapai 75% dari modal disetor, kalau ini
terjadi harus ada penjelasan dalam
catatan atas laporan keuangan.
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke
pemegang saham atau Biro
Administrasi Efek (Stock Transfer Agent).
10. Seandainya ada treasury stock:
-Periksa bukti pembelian dan otorisasinya.
-Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya
(jika treasury stock dijual
kembali)
-Tanyakan kepada manajemen tujuan
pembelian treasury stock (apakah untuk
memperbaiki harga pasar saham perusahaan
atau untuk dibagikan sebagai saham bonus)
-Perhatikan bahwa treasury stock tidak berhak
atas pembagian dividen.
11. Periksa apakah penyajian permodalan di
laporan posisi keuangan (neraca) dan
catatan atas laporan keuangan sudah sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS.
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran
ekuitas.
Penjelasan Audit Prosedur
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas
ekuitas.
Untuk mempelajari dan mengevaluasi internal
control atas ekuitas biasanya
digunakan Internal Control Questionnaires (ICQ)
atau penjelasan narrative.

Prosedur 2 dan 3 sudah cukup jelas.


4. Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk
penambahan setoran modal.
Caranya lihat buku besar untuk perkiraan
modal, periksa apakah ada transaksi
kredit dalam perkiraan tersebut, jika ada
periksa voucher referencenya apakah
journal voucher atau bukti penerimaan
kas/bank.
Jika referencenya bukti penerimaan kas/bank
berarti setoran modal dilakukan dalam
bentuk uang tunai (fresh money) dan auditor
harus memeriksa bukti penerimaan
kas atau kredit nota dari bank.
Jika referencenya journal voucher, berarti
setoran modal dilakukan dalam bentuk aset
non cash, misalnya aset tetap, persediaan, surat
berharga dan lain-lain (dalam bentuk
inbreng).
Dalam hal ini auditor harus memeriksa journal
voucher dan bukti pendukungnya,
biasanya jika disetor dalam bentuk inbreng ada
laporan dari appraisal mengenai
nilai aset non cash yang dijadikan setoran
modal.
Periksa apakah setoran modal dalam bentuk
tunai, beberapa waktu kemudian
ditarik kembali oleh pemegang saham dan oleh
perusahaan dicatat sebagai
piutang pemegang saham. Berdasarkan UU
Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995,
hal tersebut tidak diperbolehkan, dan dari segi
peraturan pajak jika ada piutang
pemegang saham akan dikenakan pajak
penghasilan atas bunga.
Selain itu perusahaan go public bisa menambah
modal disetornya dengan melakukan
Right Issue, yaitu mengeluarkan tambahan
saham ditempatkan yang hak utama
untuk membelinya diberikan kepada pemegang
saham lama (misalnya setiap
pemegang 3 saham lama diberi hak untuk
membeli 1 saham baru). Jika pemegang
saham lama tidak ingin menggunakan haknya,
hak tersebut bisa dialihkan ke pihak
lain.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan
besarnya modal, jenis saham dan
rincian pemegang saham.

6. Periksa dokumen pendukung dari setiap


perubahan dalam perkiraan
Retained Earnings/Deficit.
Caranya periksa buku besar untuk perkiraan
retained earnings/deficit, apakah ada
transaksi debit dan transaksi kredit, jika ada
periksa voucher reference-nya dan bukti
pendukungaya.
Jika perusahaan membayar kekurangan
penyetoran pajak untuk tahun-tahun yang
lalu, berikut dendanya, berdasarkan SKP (Surat
Ketetapan Pajak), atau STP (Surat
Tagihan Pajak), maka voucher reference-nya
berupa bukti pengeluaran kas/bank
dan bukti pendukungnya adalah SSP (Surat
Setoran Pajak).
Jika koreksi ke retained earnings/deficit berasal
dari koreksi yang menyangkut
pendapatan atau biaya tahun-tahun yang lalu,
harus diperiksa kewajaran alasannya dan
kelengkapan bukti pendukung serta
otorisasinya dan jumlahnya harus material.
Jika jumlahnya tidak material, harus dibebankan
atau dikreditkan ke laba rugi tahun berjalan.

8. Periksa apakah akumulasi kerugian


perusahaan sudah mencapai 75% dari
modal disetor.
Jika hal ini terjadi, auditor harus menjelaskan
kepada klien bahwa hal ini
memengaruhi keyakinan auditor terhadap
kelangsungan hidup perusahaan (going
concern) dan diatur dalam KUHD bahwa secara
hukum perusahaan harus bubar.
Dalam hal ini auditor tidak dapat memberikan
unqualified opinion (pendapat wajar tanpa
pengecualian) karena going concern
perusahaan diragukan. Namun jika manajemen
dapat meyakinkan auditor bahwa dalam waktu
singkat akan dilakukan tambahan
setoran modal atau di tahun-tahun berikutnya,
perusahaan akan dapat meningkatkan
efisiensi dan labanya, maka bisa saja auditor
memberikan unqualified opinion.
9. Pertimbangkan konfirmasi ke pemegang
saham atau Biro Administrasi Efek.
Untuk perusahaan yang belum go public harus
dipertimbangkan atau ditanyakan
dulu ke klien apakah ada pemegang saham yang
keberatan jika dikirimi konfirmasi.
Sedangkan untuk perusahaan yang sudah go
public, konfirmasi bisa dikirim ke
Biro Administrasi Efek yang ditugaskan oleh
klien untuk mengelola administrasi
sahamnya.
10. Periksa treasury stock.
Auditor perlu mengingat bahwa pembelian
treasury stock biasanya dicatat dengan
menggunakan cost method.
Pada saat treasury stock dijual kembali akan
timbul "Paid-In Capital from Sale of
Treasury Stock" sebesar selisih antara harga jual
dan harga beli dari treasury stock
tersebut.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas sudah
sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS

12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran


ekuitas

Penyajian Ekuitas di Laporan Posisi Keuangan


dan Pengungkapan di Catatan atas Laporan
Keuangan
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 109)
Penyajian Modal
Penyajian modal dalam neraca dilakukan sesuai
dengan ketentuan pada akta pendirian
entitas dan peraturan yang berlaku serta
menggambarkan hubungan keuangan yang
ada.
Modal dasar, modal yang ditempatkan dan
modal yang disetor, nilai nominal dan
banyaknya saham untuk setiap jenis saham
yang dinyatakan dalam neraca.
Bila terdapat lebih dari satu jenis saham, hak
preferen dari suatu golongan saham
atas deviden dan pelunasan modal pada saat
likuidasi dicantumkan dalam laporan
keuangan.
Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas
saham preferen dengan hak dividen
kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan
jumlah keseluruhan dividen periode
sebelumnya diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Perubahan atas modal yang ditanam dalam
tahun berjalan diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Modal disajikan dalam neraca setelah
kewajiban. Bentuk penyajiannya sesuai Alkta
Pendirian Badan Usaha tersebut, misalnya
saham adalah penyertaan modal dalam
kepemilikan PT.

Menurut PSAK (IAI, 2015: 1.15)


Entitas mengungkapkan hal-hal berikut dalam
laporan posisi keuangan atau laporan
perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan
keuangan:
(a) untuk setiap jenis modal saham:
(i) jumlah saham modal dasar;
(ii) jumlah saham yang diterbitkan dan disetor
penuh dan yang diterbitkan tetapi
tidak disetor penuh;
(iii)nilai nominal saham, atau nilai dari saham
yang tidak memiliki nilai nominal:
(iv)rekonsiliasi jumlah saham yang beredar
pada awal dan akhir periode;
(v)hak, keistimewaan, dan pembatasan yang
melekat pada setiap kelas saham,
termasuk pembatasan atas dividen dan
pelunasan atas modal;
(vi)saham entitas yang dimiliki oleh entitas itu
sendiri atau oleh entitas anak atau
entitas asosiasi; dan
(vii)saham yang dicadangkan untuk penerbitan
dengan hak opsi dan kontrak
penjualan saham. termasuk jumlah dan
persyaratan;
(b) deskripsi mengenai sifat dan tujuan setiap
pos cadangan dalam ekuitas.
Penyajian dan Pengungkapan Saldo Laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha
periodik setelah memperhitungkan
pembagian dividen dan koreksi laba rugi
periode lalu. Akun ini dinyatakan terpisah
dari akun Modal Saham.
Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk
dibagikan sebagai
dividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai
pembatasan terhadap saldo laba,
misalnya dicadangkan untuk perluasan pabrik
atau untuk memenuhi ketentuan
regulasi maupun ikatan tertentu. Saldo laba
yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai
dividen karena pembatasan-pembatasan
tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri
yang menggambarkan tujuan pencadangan
termaksud; pembatasan-pembatasan yang
diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan
Saldo laba tidak boleh dibebani atau
dikreditkan dengan pos-pos yang seharusnya
diperhitungkan pada laporan laba rugi periode
berjalan.
Pengungkapan saldo laba meliputi berikut ini.
a) Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan
pemisahan saldo laba, menjelaskan
jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan
penjatahan dan pemisah saldo laba, serta
jumlahnya. Perubahan akun-akun penjatahan
atau pemisahan saldo laba, juga
diungkapkan.
b) Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah
batasan di sekitar saldo laba, diungkapkan.
Misalnya, selama perjanjian kredit berlangsung,
entitas tidak diizinkan membagi
saldo laba tanpa seizin kreditur.
c) Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto
setelah pajak.
d) Pengungkapan jumlah dividen dan dividen
per lembar saham, pengungkapan,
keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen.
e) Tunggakan dividen, jumlah maupun
tunggakan per lembar saham.
f) Pengungkapan deklarasi dividen setelah
tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan.

Anda mungkin juga menyukai